Kelompok : 8
Nama Mahasiswa : Pricillia Micca Zulfan (545210033)
Viandry Miguel Alvablo Titaheluw (545210036)
Reyner Nathanael (545210037)
Yovita Ng (545210038)
Starletto Abadi (545210057)
2. DASAR TEORI
Dalam elektro teknik, transformator berguna dalam pengubahan tegangan bolak-balik. Pada dasarnya
alat ini tersusun dari dua buah kumparan yang saling bergandengan, dimana berlangsung penerapan sifat
elektromagnetisme. Untuk tegangan berfrekuensi rendah kedua kumparan ini terpasang pada sebuah inti trafo
dari bahan magnetik, seperti pada power trafo dengan inti besi lunak, sedangkan untuk tegangan berfrekuensi
tinggi intinya hanyalah udara, seperti pada trafo untuk gelombang radio. Arus bolak-balik yang melalui
kumparan primer akan membangkitkan medan magnet bolak-balik disekitarnya. Perubahan fluks magnetnya
akan menyebabkan dua hal, yaitu timbulnya GGL induksi pada kumparan sekunder (ES) dan GGL balik yang
terinduksi pada kumparan primer itu sendiri (EP). Jika lilitan kumparan masing-masing adalah ( ns ) dan
( np ) dan sementara itu tidak ada fluks yang hilang, maka selama kumparan sekunder tidak menghasilkan arus
( tanpa beban ) akan berlaku persamaan :
ES ns ( d / d t ) ns
----- = -------------------- = ------
EP np ( d / d t ) np
Dalam kenyataan hubungan ini merupakan pendekatan, karena adanya fluks yang hilang, timbulnya
arus pusar dalam inti dan kerugian hysterisis. Jadi apabila NS = NP, maka ES akan sedikit lebih kecil dari
pada EP.
Timbulnya arus pusar dapat diperkecil, misalnya dengan membuat inti dari keping-keping besi
terisolasi yang direkatkan satu sama lain dan membentuk sebuah balok. Jika NS NP maka yang terjadi adalah
kenaikan tegangan sekunder, seperti pada step-up trafo, dan jika NS NP, maka yang terjadi adalh penurunan
tegangan sekunder, seperti pada step down trafo. Pada trafo yang ideal, misalnya tak terjadi arus pusar atau
kehilangan tenaga lainnya, dengan pembebanan pada rangkaian sekundernya, maka besarnya daya yang
terpakai rangkaian sekunder (ps) akan sama besarnya daya yang terhisap oleh kumparan primer ( p ). Jadi
bila adanya kuat arus IS pada kumparan sekunder menimbulkan kuat arus IP pada kumparan primer, maka
akan berlaku persamaan :
PS = pp, atau ES . IP = EP . IP
Maka,
IS EP nP
------ = --------- = ---------
IP ES nS
Pada transformator yang sangat baik dapat diusahakan efisiensinya mencapai 99%. Pada
penggunaannya bisa dipertimbangkan juga impedansi dari rangkaian yang digandengnya, agar dapat dicapai
suatu kecocokkan impedansi (impedansi matching). Hal ini menyangkut ukuran komponen transformatornya.
3. PERALATAN
5. JALANNYA PERCOBAAN
A) Transformator tanpa beban
a. Pasanglah inti trafo pada statif. Masukkan L1 sebagai kumparan primer pada salah satu kaki dari inti,
dan L2 sebagai kumparan sekunder pada kaki lainnya. Tutuplah intinya dan pasanglah klemnya
dengan kuat.
b. Susunlah komponen rangkaian seperti pada gambar : V1 = Voltmeter dengan batas ukur 300 V, V2 =
Voltmeter dengan batas ukur 30 V, dan A = Amperemeter dengan batas ukur 500 mA. Potensio
pengatur tegangan terpasang pada kedudukan minimum.
c. Setelah rangkaian dipasang dengan benar dan setelah disetukui asisten, masukkanlah steker dari
Variabel power supply ke stop kontak PLN.
d. Putarlah potensio sehingga V1 = menunjukkan harga Ep = 10 Volt, sementara itu catatlah tegangan
Es pada V2 dan penunjukan arus I pada Amperemeter A. Naikanlah harga Ep, 10 Volt demi 10 Volt
dan catatlah pada setiap langkahnya seperti tadi hingga Voltmeter V2 menunjukkan harga tegangan
menjelang batas ukur (tidak boleh melewati batas ukurnaya).
e. Dari tegangan akhir diatas turunkanlah tegangan Ep dengan memutar potensio, 10 Volt demi 10 Volt,
sementara pada setiap penurunan tegangan itu catatlah Harga Es dan I yang bersangkutan,
sehungga Ep menjadi 10 Volt.
f. Lakukan percobaan diatas untuk L3 yang berlaku yang berlaku sebagai kumparan sekunder.
Gambar IV.A. (rangkaian trafo tanpa beban)
a. Pasanglah L1 dan L2 masing-masing sebagai kumparan primer dan sekunder pada trafo.
b. Susunlah komponen rangkaian seperti pada gambar bagan : V1 = Voltmeter dengan batas ukur 300
V, A1 = mili Amperemeter dengan batas ukur 500 m A, dan B = beban berupa lampu pijar dengan
daya yang besar dalam socket.
c. Setelah rangkaian dipasang dengan benar dan setelah disetujui asisten, pasanglah steker dari power
supply ke stop kontak PLN.
d. Naikkanlah tegangan Ep, 10 Volt demi 10 Volt, sementara itu catatlah pada setiap perubahan
tegangan ini, arus Ip pada A1, tegangan Es pada V2, dan arus Is pada A2. Penaikan tegangan ini
dilakukan hingga harga Es, menjelang batas ukur Voltmeter V2. Kemudian turunkanlah tegangan Ep,
10 Volt demi 10 Volt sehingga kembali pada harga semula, dan lakukan pencatatan seperti tadi.
e. Gantilah lampu pijar dengan daya yang lebih kecil dan lakukanlah percobaan seperti diatas.
f. Gantilah L2 dengan kumparan L3, dan lakukanlah percoabaan seperti diatas untuk kedua lampu pijar.
IP ES IP ES
IP ES IP ES
(mA) (Volt) (Ma) (Volt)
10 V 18 19 4,5 4,5 14 14 2 2
20 V 39 38 9,7 9 30 30 4 4
30 V 58 59 13,5 15 44 44 7 7
40 V 79 79 18 20 60 60 9,5 10
50 V 98 98 24 25 74 74 11,5 12
60 V 119 119 28 29 90 90 13 14
Ip rata-rata Es (Volt)
Ep Ip (mA) Es rata-rata Efisisensi tegangan
No (mA)
(Volt) (Volt) (%)
naik turun naik turun
1 10 18 19 18,5 4,5 4,5 4,5 90
2 20 39 38 38,5 9,7 9 9,35 93,5
3 30 58 59 58,5 13,5 15 14,25 95
4 40 79 79 79 18 20 19 95
5 50 98 98 98 24 25 24,5 98
6 60 119 119 119 28 29 28,5 95
Es (Volt)
Ep Ip (mA) Ip rata-rata Es rata-rata Efisisensi tegangan
No
(Volt) (mA) (Volt) (%)
naik turun naik turun
1 10 14 14 14 2 2 2 80
2 20 30 30 30 4 4 4 80
3 30 44 44 44 7 7 7 93,333
4 40 60 60 60 9,5 10 9,75 97,5
5 50 74 74 74 11,5 12 11,75 94
6 60 90 90 90 13 14 13,5 90
I P ( naik +turun ) 14 mA + 14 mA
1. I P= = =14 mA
2 2
ES ( naik +turun ) 2 Volt +2Volt
2. E S= = =2 Volt
2 2
ES 2Volt
¿ ×100 %= ×100 %=80 %
3. Efisiensi tegangan ns 300
× EP ×10 Volt
np 1200