Anda di halaman 1dari 10

TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO.

2, SEPTEMBER 2010: 183192

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH


TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PEDESAAN

Mazarina Devi

Abstract: The malnutrition and malnutrition remains a public health problem in


Indonesia. Good nutrition is often not met by the child, in particular due to the family
economic factors as well as educational factors, and the number of families. This
analysis is to identify the factors related to the nutrition of children in rural areas.
The analysis is based on the cross-sectional survey design. Factors which had
become independent variables in the analysis were the age of the child, the parent-
child sex, age, level of the parent education, parent occupation, family size, and
duration of breast feeding, while the dependent variable was the nutrition status
based on the anthropometric. Data analysis was performed descriptive through chi
square test and multivariate. The results of logistic regression test showed that the
most dominant factor associated with nutritional status is the father and mother
occupations.

Abstrak: Gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masya-
rakat di Indonesia. Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh seorang
anak, diantaranya karena faktor ekonomi keluarga, pendidikan, dan jumlah keluarga.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
status gizi balita di Pedesaan. Analisis didasari pada data survey yang dilakukan
dengan rancangan cross sectional. Faktor yang menjadi variabel independen terdiri
dari umur anak, jenis kelamin anak, usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, dan lama menyusui, sedangkan faktor
dependen adalah status gizi berdasarkan antropometri. Analisis data dilakukan secara
deskriptif melalui uji chi square dan multivariat. Hasil uji regresi logistik menunjuk-
kan bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan status gizi adalah jenis
pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu.

Kata-kata kunci: status gizi, anak balita

U paya pembangunan nasional yang


sedang dilaksanakan pada hakikat-
nya adalah upaya untuk meningkatkan
kekurangan gizi merupakan masalah uta-
ma yang diketahui dapat menghambat
lajunya pembangunan nasional (Kodyat,
kesejahteraan rakyat sebagai pencermin- 1992 ). FAO memperkirakan tahun 1999
an dari tujuan nasional. Seperti halnya di sekitar 790 juta penduduk dunia kelapar-
negara berkembang lainnya, di Indonesia an. Sekitar 30% penduduk dunia yang

Mazarina Devi adalah Dosen Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Alamat Kampus: Jl. Semarang 5 Malang 65145
183
184 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 183192

terdiri dari bayi, anak, remaja, dewasa, Anak yang tidak cukup mendapat ma-
dan manula menderita kurang gizi. Se- kan, dalam arti kuantitas maupun kualitas
banyak 50% kematian balita berkaitan akan menyebabkan anak tersebut tidak
dengan masalah kurang gizi (http://www. dapat tumbuh normal. Keadaan berlanjut
gizi.net). Kehidupan manusia dimulai se- dari anak yang tidak tumbuh normal ini
jak di dalam kandungan ibu, sehingga akan dicerminkan pula pada pencapaian
calon ibu perlu mempunyai kesehatan tinggi badannya. Menurut Pudjiadi (2001),
yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil kekurangan zat gizi dapat mengganggu
merupakan kondisi yang sangat diperlu- pertumbuhan. Kekurangan energi, protein,
kan bagi sang bayi untuk menjadi sehat. vitamin dan trace element dapat mengu-
Jika tidak, maka dari awal kehidupan ke- rangi pertumbuhan, sebaliknya ekses ber-
hidupan manusia akan bermasalah pada bagai mikronutrien dapat mengganggu
kehidupan selanjutnya. pertumbuhan dan perkembangan pula.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ada- Menurut Sunardi (1999), asupan gizi
lah keadaan bayi lahir dengan berat badan yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh
< 2500 gram. Keadaan gizi ibu yang ku- seorang anak karena faktor dari luar dan
rang baik sebelum hamil dan pada waktu dalam. Faktor luar diantaranya adalah eko-
hamil cenderung melahirkan BBLR, bah- nomi keluarga, sedangkan faktor dari
kan kemungkinan bayi meninggal dunia. dalam ada dalam diri anak yang secara
Sejak anak dalam kandungan hingga ber- psikologis muncul sebagai problema ma-
umur 2 tahun merupakan masa emas dan kan anak.
disebut masa kritis untuk tumbuh kem- UNICEF (1998), mengemukakan bah-
bang fisik, mental, dan sosial. Pada masa wa faktor-faktor penyebab kurang gizi da-
ini, tumbuh kembang otak paling pesat pat dilihat dari penyebab langsung, tidak
(80%) yang akan menentukan kualitas langsung, pokok permasalahan, dan akar
SDM pada masa dewasa, sehingga potensi masalah. Faktor penyebab langsung meli-
anak dengan IQ yang rendah sangat me- puti makanan tidak seimbang dan infeksi,
mungkinkan. sedangkan faktor penyebab tidak langsung
Anak yang dilahirkan dengan berat meliputi ketahanan pangan di keluarga,
badan rendah berpotensi menjadi anak pola pengasuhan anak serta pelayanan
dengan gizi kurang, bahkan menjadi bu- kesehatan dan kesehatan lingkungan.
ruk. Lebih lanjut lagi, gizi buruk pada Dalam http://www.gizi.net, menyebut-
anak balita berdampak pada penurunan kan beberapa faktor penyebab langsung
tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap anak dari masalah gizi kurang ini berkaitan
gizi buruk mempunyai risiko kehilangan dengan konsumsi gizi, dimana pada pe-
IQ 1013 poin. Lebih jauh lagi dampak riode 19952000, masih dijumpai hampir
yang diakibatkan adalah meningkatnya 50% rumah tangga mengkonsumsi ma-
kejadian kesakitan bahkan kematian. kanan kurang dari 70% terhadap angka
Mereka yang masih dapat bertahan hidup kecukupan gizi yang dianjurkan (2200
akibat kekurangan gizi yang bersifat Kkal/kapita/hari, 48 gram protein/kapita/
permanen, kualitas hidup selanjutnya hari). Akar permasalahan adalah kemis-
mempunyai tingkat yang sangat rendah kinan dan situasi sosial politik yang tidak
dan tidak dapat diperbaiki meskipun pada menentu. Tahun 1999, kajian Susenas
usia berikutnya kebutuhan gizinya sudah memperkirakan 47,9 juta penduduk hidup
terpenuhi. Istilah “generasi hilang” ter- di bawah garis kemiskinan.
utama disebabkan pada awal kehidupan- Selain asupan energi dan protein, be-
nya sulit memperoleh pertumbuhan dan berapa zat gizi mikro diperlukan terutama
perkembangan secara optimal. untuk produksi enzim, hormon, pengaturan
Devi, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Gizi Balita 185

proses biologis untuk pertumbuhan dan METODE


perkembangan, fungsi imun dan sistem Penelitian ini dilakukan di 7 propinsi
reproduktif. Defisiensi zat gizi mikro di Indonesia, dimana jumlah penduduk di
sering dijumpai terutama pada masa per- propinsi-propinsi tersebut mencakup 70%
tumbuhan cepat, kehamilan dan menyusui. dari total penduduk Indonesia, yaitu pro-
Asupan zat gizi mikro yang rendah pada pinsi Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa
saat kehamilan dapat meningkatkan resiko Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
terhadap ibu dan outcome kelahiran yang Barat (Lombok), dan Sulawesi Selatan.
merugikan. Oleh karena itu direkomen- Data dari daerah pedesaan, setiap propinsi
dasikan untuk pemberian suplemen zat
dibagi menjadi 36 zone (wilayah). Se-
gizi mikro selama kehamilan seperti besi,
buah zone (wilayah) terdiri dari 115
asam folat, zinc, vitamin A, kalsium dan
kabupaten yang mempunyai persamaan
iodium.
karakteristik sosial budaya. Di setiap wi-
Faktor lain yang mempengaruhi status
layah, 30 desa dipilih berdasarkan sam-
gizi anak diantaranya adalah faktor eko-
pling PPS (Probability Proportional to
nomi keluarga yang berdampak pola ma-
Size). Di setiap desa, 40 rumah tangga
kan dan kecukupan gizi anak; faktor
dengan balita dipilih secara random sis-
sosial-budaya yang mendudukkan kepen-
tematik. Untuk itu, setiap desa terpilih
tingan ibu hamil dan ibu menyusui se-
diminta untuk menyediakan daftar seluruh
telah kepentingan bapak selaku kepala
keluarga, dan anak; faktor pendidikan rumah tangga dengan balita. Dari data
inilah, rumah tangga dipilih dengan inter-
yang umumnya rendah sehingga berdam-
val yang ditentukan dari semua jumlah
pak pada pengetahuan ibu yang sangat
rumah tangga dengan balita tersebut.
terbatas mengenai pola hidup sehat dan
Data dikumpulkan dengan mengguna-
pentingnya zat gizi bagi kesehatan dan
kan kuesioner yang telah diberi kode
status gizi anak.
Arisman (2004), mengemukakan bah- yang meliputi status sosial ekonomi dan
wa status gizi dipengaruhi oleh deter- status gizi balita. Untuk mengetahui fak-
minan biologis yang meliputi jenis ke- tor-faktor yang berhubungan dengan sta-
lamin, lingkungan dalam rahim, jumlah tus gizi balita, maka data yang dikumpul-
kelahiran, berat lahir, ukuran orang tua, kan pada studi ini meliputi umur anak,
jenis kelamin anak, usia orang tua, ting-
dan konstitusi genetik serta faktor ling-
kat pendidikan orang tua, pekerjaan orang
kungan seperti keadaan sosial ekonomi
tua, jumlah anggota keluarga, lama me-
keluarga.
nyusui dan status gizi balita berdasarkan
Status gizi dapat ditentukan melalui
Antropometri BB/U.
pemeriksaan laboratorium maupun secara
Pengolahan data dilakukan secara ber-
antropometri. Antropometri merupakan
tahap mulai dari data terkumpul di lapang-
cara penentuan status gizi yang paling
an sampai siap untuk dianalisis. Terhadap
mudah. TB/U, BB/U, dan BB/TB direko-
data dari hasil pengumpulan di lapangan
mendasikan sebagai indikator yang baik
dilakukan pengeditan (editing), peng-
untuk menentukan status gizi balita.
kodean (coding) dan pemasukan data ke
Pemeriksaan status gizi masyarakat,
dalam komputer (entry data). Selanjut-
pada prinsipnya merupakan upaya untuk
nya pembersihan data (cleaning) dengan
mencari kasus dalam masyarakat, teruta-
cara melihat distribusi dan frekuensi se-
ma mereka yang terbilang golongan ren-
tiap peubah. Apabila ada kesalahan me-
tan seperti balita. Secara umum, status
masukkan data ke dalam komputer, di-
gizi masyarakat dapat ditentukan secara
lakukan pengecekan ulang pada kuesio-
langsung maupun tidak langsung.
ner.
186 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 183192

Faktor yang menjadi variabel indepen- nyata antara jenis kelamin dengan status
den, dalam analisis ini masing-masing ter- gizi balita.
diri dari 9 variabel yaitu umur anak, jenis Tabel 1. Sebaran Jenis Kelamin Balita
kelamin anak, usia ibu, tingkat pendidikan
ibu, tingkat pendidikan bapak, pekerjaan Jenis BB/U ≥-2 SD BB/U < -2 SD
ibu, pekerjaan bapak, jumlah anggota ke- Kelamin n % n %
luarga, dan lama menyusui. Faktor depen- Perempuan 7643 48,3 4991 49,3
den dalam analisis ini adalah status gizi Laki-laki 8167 51,7 5129 50,7
berdasarkan Antropometri BB/U anak. Total 15810 100 310120 100
Analisa data dilakukan secara deskrip-
tif dan analitik dengan menggunakan uji Tabel 2 memperlihatkan gambaran
statistik uji chi square dan multivariat tentang sebaran kelompok umur balita
(regresi logistik) menggunakan program dan status gizinya yang diamati pada pe-
SPSS. nelitian ini. Umur balita antara 7–24 bulan
Deskriptif untuk mengetahui rataan merupakan kelompok umur balita yang
dari setiap variabel karakteristik keluarga, tertinggi yaitu sebanyak 42,8%. Untuk
tingkat konsumsi, status gizi balita. umur balita antara 15–37 persentasenya
sebesar 23,6% dan umur balita antara
38– 59 bulan sebanyak 33,6%.
HASIL
Berdasarkan tabulasi silang, diperoleh
Masalah gagalnya penanganan bayi bahwa status gizi baik balita berusia 724
bukan akibat pembawaan, melainkan aki- bulan lebih tinggi daripada status gizi
bat proses yang kurang berhasil. Gizi yang kurang. Hal ini bertolak belakang dengan
kurang atau buruk dapat menyebabkan kelompok balita berusia 2536 bulan dan
kecacatan bahkan kematian pada janin. kelompok balita usia 3759 bulan. Pada
Maka kekurangan makanan dalam pe- kelompok balita berusia 2536 bulan,
riode tersebut dapat menghambat partum- yang berstatus gizi baik 21,4% sedang-
buhannya, hingga byai yang dilahirkan kan yang berstatus gizi kurang 27,0%.
dengan berat dan panjang kurang dari Untuk kelompok umur berusia 3759
seharusnya. bulan, yang berstatus gizi baik 33,0%
Pada studi ini, sampel terdiri dari jenis sedangkan yang berstatus gizi kurang
kelamin perempuan sebanyak 51,3 % dan 34,5%. Usia 7–24 bulan anak masih men-
laki-laki sebanyak 48,7%. Dari hasil dapatkan ASI.
Tabulasi silang diperoleh bahwa 51,7%
balita laki laki berstatus gizi baik dan Tabel 2. Sebaran Kelompok Umur
51,3% berstatus gizi buruk, sedangkan Kelompok BB/U ≥ -2 SD BB/U < -2 SD
untuk jenis kelamin perempuan, sebanyak umur
(bulan) n % n %
48,3% balita berstatus gizi baik dan
49,3% berstatus gizi buruk. Status gizi 7 - 24 6900 45,5 3709 38,4
buruk lebih banyak dialami pada jenis 25 - 37 3249 21,4 2608 27,0
kelamin perempuan. 38 - 59 5003 33,0 3334 34,5
Pada studi yang dilakukan oleh Qui- Total 15152 100 9651 100
sumbing (2003), diperoleh bahwa Food
Fork Work memberikan hasil yang positif Persentase bayi dengan status gizi
pada anak laki laki tetapi tidak pada anak baik menurun sejak bayi usia 610 bulan
perempuan. Hasil Uji Chi-Square diper- dan terus menurun hingga kira-kira se-
oleh bahwa tidak ada hubungan yang paruh pada anak-anak berusia 4859
bulan. Anak-anak di pedesaan cenderung
Devi, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Gizi Balita 187

memiliki status gizi lebih buruk diban- merupakan manifestasi sekaligus indika-
dingkan dengan anak-anak di daerah per- tor kemiskinan (Sudirman, 2000).
kotaan. Berdasarkan hasil Uji Chi-Square di-
Berdasarkan hasil Uji Chi-Square, di- peroleh bahwa tidak ada hubungan yang
peroleh bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara sebaran jumlah anggota ke-
nyata antara sebaran kelompok umur ba- luarga dengan status gizi.
lita dengan status gizi. Gambaran tingkat pendidikan orang
Pertumbuhan (growth) berkaitan tua, baik ayah maupun ibu yang menjadi
dengan perubahan yang terjadi dalam orang tua balita dapat dilihat pada Tabel 4
ukuran, jumlah, besar, tingkat fungsi sel, untuk pendidikan ayah dan Tabel 5 untuk
organ maupun jaringan yang dinyatakan pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ayah
dalam ukuran berat (gram, kilogram), dan ibu pada umumnya sampai SD, di-
ukuran panjang (centimeter, meter), umur mana ayah sebesar 45,5% dan ibu sebesar
tulang dan keseimbangan metabolik (re- 53,6%. Berdasarkan tabulasi silang, di-
tensi kalsium dan nitrogen tubuh) Terda- peroleh bahwa persentase status gizi ku-
pat tiga fase yang berbeda dalam pertum- rang lebih tinggi daripada status gizi baik
buhan linier yaitu; kecepatan pertumbuh- diderita balita dari ayah yang tidak ber-
an yang tinggi didapat dalam kehidupan sekolah dan berpendidikan hanya sampai
janin, kemudian diikuti dengan penurun- tamat SD dan Sekolah Menengah Pertama.
an yang cepat hingga mendekati umur 3
tahun. Tabel 4. Sebaran Pendidikan Ayah
Gambaran jumlah anggota keluarga Kelompok BB/U ≥ -2 SD BB/U < -2 SD
balita dapat dilihat pada Tabel 3, dimana umur n % n %
persentase terbesar pada jumlah anggota Tidak sekolah 603 3,8 561 5,5
keluarga sekitar 5 sampai 8 orang. SD 6982 44,2 4808 47,5
SMP 2840 18,0 1865 18,4
Tabel 3. Jumlah Anggota Keluarga
SMA 3794 24,0 1934 19,1
Jumlah P. Tinggi 1591 10,1 952 9,4
Anggota BB/U ≥ -2 SD BB/U < -2 SD
Keluarga n % n % Total 15810 100 10120 100
< 4 orang 6487 41,1 3944 39,0
5 – 8 orang 8229 52,1 5349 53,0 Berbeda dengan pendidikan ibu. Per-
> 8 orang 1074 6,8 807 8,0 sentase gizi kurang lebih tinggi daripada
status gizi baik pada balita dari ibu yang
Total 15790 100 10100 100
berpendidikan hanya sampai tingkat SD
dan ibu yang tidak bersekolah.
Dari hasil tabulasi silang diperoleh
bahwa keluarga dengan jumlah anggota Tabel 5. Sebaran Pendidikan Ibu
di bawah 4 orang memiliki persentase Kelompok BB/U ≥ -2 SD BB/U < -2 SD
status gizi baik lebih tinggi dari status umur n % n %
gizi buruk. Pada keluarga dengan jumlah Tidak sekolah 845 5,3 755 7,5
anggota keluarga lebih dari 4 orang, SD 8088 51,2 5807 57,4
status gizi kurang balita lebih tinggi di- SMP 3294 20,8 1902 18,8
banding dengan status gizi baik. Semakin SMA 2980 18,8 1386 13,7
besar jumlah anggota keluarga, semakin
P. Tinggi 603 3,8 270 2,7
besar persentase status gizi kurang yang
Total 15810 100 10120 100
dialami balita. Komposisi dan Jumlah
anggota keluarga seringkali merupakan
faktor resiko terjadinya kurang gizi yang
188 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 183192

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square di- hadap pemilihan bahan pangan yang dapat
peroleh bahwa tidak ada hubungan yang berpengaruh terhadap status gizi balita.
nyata antara tingkat pendidikan ayah dan Ekonomi kemiskinan dan kurang gizi
ibu dengan status gizi. merupakan suatu fenomena yang saling
Peranan wanita dalam mengasuh dan terkait, oleh karena itu meningkatkan sta-
membesarkan anak begitu penting, se- tus gizi suatu masyarakat erat kaitannya
hingga membuat pendidikan bagi anak dengan upaya peningkatan ekonomi (Dir.
perempuan menjadi sangat berarti. Studi- Gizi Masyarakat).
studi menunjukkan adanya korelasi signi-
fikan antara tingkat pendidikan ibu dan Tabel 6. Sebaran Jenis Pekerjaan Ayah
status gizi anaknya dan angka harapan BB/U ≥ -2 SD BB/U < -2 SD
hidup. Lebih jauh, manfaat kesehatan dan Pekerjaan Ayah
n % n %
gizi yang lebih baik dan tingkat fertilitas Petani, Nelayan 3029 19.5 2209 22.4
yang lebih rendah yang diakibatkan oleh Pedagang,
investasi dalam pendidikan mendorong 1478 9.5 880 8.9
Pedagang keliling
produktivitas investasi-investasi lainnya Buruh harian 4744 30.6 3353 34.0
dalam sektor pembangunan lainnya (Nu- Tukang becak 221 1.4 169 1.7
rulpaik, 2004). Supir dan tukang
Gambaran jenis pekerjaan orang tua 1092 7.0 577 5.8
ojek
baik ayah maupun ibu tertinggi berada Wiraswasta 657 4.2 322 3.3
pada profesi sebagai buruh seperti tukang Karyawan/ABRI/
becak, buruh harian, tukang perahu, tu- PNS/ Hansip/Pen- 2341 15.1 1059 10.7
kang jahit dan lain. Berdasarkan tabulasi siunan
silang diperoleh bahwa persentase status Perajin/TKI/
1336 8.6 869 8.8
gizi kurang lebih tinggi dari pada status lainnya
gizi baik diderita balita dari ayah yang Tidak bekerja 616 4.0 438 4.4
bekerja sebagai petani, nelayan, buruh Total 15514 100 9876 100
harian, tukang becak, tukang perahu, pe-
rajin/calo/TKI serta ayah yang tidak be-
Tabel 7. Sebaran Jenis Pekerjaan Ibu
kerja, tidak bersekolah, dan berpendidikan
hanya tamat SD dan Sekolah Menengah Pekerjaan BB/U ≥-2 SD BB/U < -2 SD
Pertama. Sedangkan untuk jenis pekerja- Orang Tua n % n %
an ibu, persentase gizi kurang lebih tinggi Petani, Nelayan 892 5.6 631 6.2
daripada status gizi baik pada balita dari Pedagang,
1134 7.2 689 6.8
ibu yang bekerja sebagai petani/nelayan, pedagang keliling
buruh harian, dan pengrajin/TKI. Buruh harian 660 4.2 552 5.5
Berdasarkan hasil Uji Chi-Square di- Tukang becak 2 0 2 0
peroleh bahwa ada hubungan yang nyata Wiraswasta dan
174 1.1 113 1,1
antara jenis pekerjaan ayah dengan status tukang jahit
gizi (p < 0,05). Begitu juga dengan jenis Karyawan/ABRI/
pekerjaan ibu, berdasarkan Uji Chi-Square PNS/Kamra/ 434 2.7 157 1.6
Satpam/Pensiunan
diperoleh bahwa ada hubungan yang ber-
Pengrajin/TKI/
makna antara jenis pekerjaan ibu dengan Calo/lainnya
364 2.3 248 2.5
status gizi (p < 0,05). Ibu Rumah
Dari jenis pekerjaan yang sebagian 1213 76.4 7726 76.4
Tangga/Tidak
besar sebagai buruh harian, maka dipre- bekerja
diksi pendapatan keluarga rendah. Ren- Total 15798 100 10118 100
dahnya pendapatan akan berpengaruh ter-
Devi, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Gizi Balita 189

Hasil penelitian Saraswati (2000), me- Berdasarkan tabulasi silang persentase


nunjukkan bahwa keadaan ekonomi ke- status gizi kurang pada ibu yang tidak
luarga mempengaruhi pola konsumsi ke- lagi menyusui lebih tinggi daripada status
luarga. Sedangkan Atmarita (1995), me- gizi baik, sedangkan pada ibu yang mem-
ngemukakan bahwa keadaan gizi sese- berikan ASI eksklusif persentase status
orang ditentukan oleh makanan yang di- gizi baik lebih tinggi daripada gizi ku-
makan, keadaan kesehatan dan lingkung- rang. Dari uji Chi-Square diperoleh bahwa
an. Anak-anak itu mengalami kekurangan tidak ada hubungan yang nyata antara
gizi karena kurangnya makanan di tingkat sebaran status menyusui dengan status
rumah tangga. gizi.
Tingkat pendidikan serta jenis pekerja-
an keluarga sampel memberikan indikasi
PEMBAHASAN
bahwa sebagian besar keluarga sampel
termasuk keluarga dengan penghasilan Masalah gizi di negara berkembang
menengah ke bawah atau rendah. seperti Indonesia bersifat kronis dan ber-
kepanjangan dan sulit untuk dipecahkan.
Tabel 8. Sebaran Usia Ibu Ilmu biologi tetap menganggap bahwa
BB/U≥ -2 SD BB/U < -2 SD
ASI sangat dibutuhkan bayi dalam per-
Umur Ibu
(tahun) n % n % kembangan otak dan tubuhnya. Di dalam
< 19 453 2,9 338 3,3
ASI, terdapat tiga unsur protein yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan ASPI.
20–29 8815 55,8 5488 54,3
Sehingga dampaknya masih akan terasa
30 –39 5659 20,8 3653 8,8
hingga dewasa, dalam menjaga kesehatan-
> 40 875 5,5 637 6,3
nya, karena dapat memperbaiki dan mem-
Total 15802 100 10166 100 pertahankan sistem kekebalan tubuh. Hal
ini disebabkan karena pada air susu ibu
Berdasarkan Tabel 8, sebaran usia ibu yang pertama keluar atau colustrum yang
tertinggi pada sebaran usia antara 20 sam- dapat meningkatkan produksi antibodi,
pai 29 tahun. Hasil dari tabulasi silang menjadi antioksidan dan anti radikal bebas
diperoleh bahwa persentase status gizi (free radicals) yang akan menghancurkan
kurang lebih tinggi daripada status gizi plasma sel (de Sylva, 2004).
baik pada balita dari ibu yang kisaran Selain itu, kadar 3,54,5% lemak men-
usianya kurang dari 19 tahun dan ibu jadi sumber utama ASI dalam kandungan
yang usinya di atas 40 tahun. gizi. Karbohidrat, yang kandungan utama-
Dari uji Chi-Square diperoleh bahwa nya adalah laktose, yang memiliki kadar
tidak ada hubungan yang nyata antara paling tinggi dibanding susu mamalia
sebaran usia ibu dengan status gizi. lainnya (7%). Protein, dengan kadar 0,9%.
ASI mengandung garam dan mineral lebih
Tabel 9. Sebaran Status Menyusui
rendah dibanding susu sapi. Untuk vita-
Status BB/U ≥ -2 SD BB/U < -2 SD min, ASI cukup banyak mengandung vita-
Menyusui n % n %
min yang diperlukan bayi, yaitu vitamin
Tidak lagi K yang berfungsi sebagai katalisator pada
6904 98,6 4326 98,9
menyusui
proses pembekuan darah, dengan jumlah
ASI Eksklusif 97 1,4 50 1,1
yang cukup, dan mudah diserap, juga
Total 7001 100 4378 100 mengandung vitamin E dan D.
ASI mudah dicerna, karena selain me-
Dari Tabel 9 terlihat bahwa sekitar ngandung zat gizi yang sesuai, juga me-
98,7% ibu tidak lagi menyusui balita. ngandung enzim-enzim untuk mencerna-
190 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 183192

kan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI bangan anak. Hasil metaanalisis menun-
tersebut dan ASI mengandung zat-zat jukkan bahwa anak-anak yang diberi ASI
gizi berkualitas tinggi yang berguna un- secara signifikan mempunyai fungsi kog-
tuk pertumbuhan dan perkembangan anak. nitif lebih tinggi dibandingkan anak-anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diberi susu formula dan perbedaan
gangguan gizi pada masa pertumbuhan ini stabil sepanjang pertambahan usia
dini berhubungan dengan gangguan per- (Anderson, Johnston & Remley, 1999).
kembangan motorik (Kirksey, 1994; Sa- Ditemukan juga bahwa lamanya pem-
toto, 1990). Bukti-bukti tersebut memper- berian ASI berhubungan dengan pertum-
kuat pernyataan UNICEF 1997, bahwa buhan panjang badan terutama pada anak
untuk mengoptimalkan tumbuh kembang usia di bawah tiga tahun (Marquis, 1997;
anak harus melibatkan tiga aspek yaitu Simondon, et al, 2001; Ntab et al, 2005)
gizi, kesehatan, dan pengasuhan. dan ponderal indeks bayi 06 bulan (Eck-
Selama masa kehamilan, gizi juga sa- hardt, 2001).
ngat membantu dalam menentukan hasil Ada keraguan tentang pola-pola per-
laktasi. Kuantitas dan kualitas ASI ber- tumbuhan bayi pada 6 bulan pertama ke-
hubungan dengan diet ibu selama hamil. hidupan, juga tentang kecukupan zat gizi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa su- Jarang dilakukan penelitian longitudinal
plementasi zat gizi selama kehamilan ber- tentang pertumbuhan dan pemberian ASI
pengaruh terhadap komposisi zat gizi ASI kepada bayi sehat menjadikan kejadian
dan pertumbuhan bayi (Ortega, et al, tersebut menjadi lebih rumit. Disamping
1997; Gibson, et al, 1997; Jarjou et al, itu, perbandingan hasil penelitian sering
2006; Hilson et al, 2006). dilakukan antara masyarakat industri dan
Gagal tumbuh linier sudah dimulai masyarakat berkembang dengan memper-
sejak usia sebulan, yang sebenarnya me- lihatkan ibu yang mengalami kekurangan
rupakan akibat retardasi dalam uterus gizi memproduksi ASI lebih sedikit. Hasil
(Shrimpton, 2001) dan terus menurun penelitian di Bangladesh menunjukkan
tajam dan baru melandai pada tingkat bahwa ibu yang pada waktu hamil diberi
minus 1,52 Z-score ketika berusia 2 ta- suplementasi makanan 608 kkal per hari
hun (Sharma, 1988; Utomo, 1999; Jahari, selama 4 bulan, dapat meningkatkan berat
2000; Atmarita, 2005). Hasil penelitian bayi lahir 118 g (Shaheen, et al, 2006).
Schmidt et al, (2002.), menunjukkan pe- Salah satu alternatif memotong siklus
nyimpangan pertumbuhan bayi di Indo- hayati kekurangan gizi adalah jatuh pada
nesia (Jawa Barat) dimulai pada waktu mata rantai status gizi dan kesehatan ibu
bayi berumur 67 bulan, dengan preva- hamil yang merupakan faktor penentu
lensi stuting 24% dan underweight 32% kesehatan dan gizi generasi selanjutnya.
pada umur 12 bulan. Oleh karena itu, penting sekali untuk
Dalam http://situs.kesrepro.info peri- mencegah kurang gizi pada masa janin.
laku memberi bayi minum susu formula Intervensi gizi pada masa kehamilan da-
pada ibu yang tidak memiliki pengetahu- pat memperbaiki komposisi dan ukuran
an cukup mengenai manfaat ASI dan tubuh pada masa remaja dan dewasa
higiene akan menyebabkan bayi men- kelak. Pemberian makanan tambahan pa-
derita diare akibat botol susu yang tidak da ibu hamil adalah salah satu alternatif
bersih. perbaikan gizi bagi generasi yang selan-
ASI adalah makanan bayi yang paling jutnya.
sempurna. Dari segi gizi, antibodi dan Dari uji statistik juga menunjukkan
psikososial ASI, mempunyai peran pen- pekerjaan ibu sebagai petani, nelayan,
ting terhadap pertumbuhan dan perkem- dan buruh harian memberi peluang se-
Devi, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Gizi Balita 191

besar 1 kali balita berstatus gizi kurang De Sylva, Z.A.M. 2004. Refleksi World
dibanding dengan ibu yang bekerja se- Breastfeeding Week, Wanita Karier,
bagai karyawan, PNS, pedagang, dan ASI dan ASPI. (online) http://www.
tidak bekerja. (OR : 0,99; 95% CI : 0,98; waspada. co.id. Januari 2005.
1,01). Begitu juga dengan jenis pekerjaan Karyadi, D. 1971 dalam Emmy, K. Ke-
pada ayah dimana menunjukkan pekerja- ragaman Status Gizi dan Prestasi
an ayah sebagai petani, nelayan, dan Belajar Anak Sekolah dari Keluarga
buruh harian memberi peluang sebesar 1 Guru Wanita SD. 1989. Tesis. Fakul-
kali balita berstatus gizi kurang dibanding tas Pascasarjana IPB. Bogor
dengan ayah yang bekerja sebagai kar- Kodyat, B.A. 1998. Penuntasan Masalah
yawan, PNS, pedagang (OR : 0,95; 95% Gizi Kurang, Makalah Subtema V
CI : 0,94; 0,96). Pangan dengan Gizi Masa Depan:
Meningkatkan Produktivitas dan Daya
Saing Bangsa dalam Widyakarya
SIMPULAN DAN SARAN
Pangan dan Gizi VI, Biro Kerjasama
Dari hasil uji multivarian menunjuk- Iptek LIPI, Jakarta.
kan bahwa faktor yang paling dominan Gibson RA, Neumann MA and Makrides.
berhubungan dengan status gizi adalah 1997. Effect of increasing breast milk
jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan decosahexaenoid acid on plasma and
ibu. Berdasarkan data tingkat pendidikan erythrocyte phospolipid fatty acid and
orang tua dan jenis pekerjaan orang tua, neural indices of exclusively breast
keluarga yang menjadi sampel memper- fed infant. Europah Journal Clinical
lihatkan indikasi dari golongan keluarga Nutrition. 51: 578584
yang tingkat pendapatannya rendah. Jenis Marquis, SG, et al. 1997. Breast milk or
Kelamin, umur balita, jumlah anggota ke- animal product foods improve linier
luarga, tingkat pendidikan orang tua, dan growth of Peruvian toddlers consum-
jenis pekerjaan orang tua berhubungan ing marginal diets. American Journal
dengan status gizi balita di pedesaan. Clinical Nutrition. 66:11029.
Berdasar simpulan, disarankan perlu- Nurulpaik, I. 2004. Pendidikan sebagai In-
nya penelitian lebih lanjut dengan popu- vestasi. (online) http://www.pikiran-
lasi yang lebih beragam tingkat sosial rakyat.com.; http://digilib.litbang.dep-
ekonominya, sehingga diperoleh gambar- kes.go.id. Februari 2005.
an yang lebih baik. Perlu bantuan dari Ntab, B. et al. 2005. A young child
pemerintah baik pusat maupun daerah feeding index is not associated with
untuk mengatasi status gizi kurang pada either height for age or height velo-
daerah-daerah yang tingkat sosial ekono- city in rural Senegalese children.
minya rendah, baik dalam bentuk finansial Journal Nutrion. 135:457464
maupun berupa penyuluhan kesehatan. Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada
Anak. Fakultas Kedokteran Univer-
DAFTAR RUJUKAN sitas Indonesia.
Saraswati, E. dan Basuki, B. 2000. Per-
Anderson JW, n BR and Rembley DT. tumbuhan Tulang Anak Umur 1226
1999. Breastfeeding and cognitif de- bulan Pasca Intevensi Gizi. Penelitian
velopment: meta-analysis. American Gizi dan Makanan. Jilid 23. Bogor
Journal Clinical Nutrition 70:52535. Soekirman. Perlu Paradigma Baru untuk
Arisman. 2002. Gizi Dalam Daur Kehi- Menanggulangi Masalah Gizi Makro
dupan. Jakarta: Penerbit Buku Ke- di Indonesia. (online) http://www.gizi.
dokteran EGC. net. Januari 2005.
192 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 183192

Sunardi, T. 1999. Anak Ogah Makan Salah UNICEF. 2000. The State of the World’s
Orang Tua. Imsasister@ims.nu. Januari Children 2000. UNICEF, New York.
2005.
Susenas. 1999. Survei Sosial Ekonomi Na-
sional. Badan Pusat Statistik: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai