PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Menurut para ahli, etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antar sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi perkembangan manusia. Etika
memberi manusia orientasi cara ia menjalani hidupnya melalui rangkaian kehidupan
sehari-hari. Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dengan menentukan
baik dan buruknya perilaku manusia:
1. Etika Deskriptif
Mendiskripsikan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan,
anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan.
Objek penelitiannya adalah individu-individu, kebudayaan-kebudayaan
2. Etika Normatif
Dalam hal ini, sesorang dapat dikatakan sebagai participation approach karena
yang bersangkutan telah melibatkan diri dengan mengemukakkan penilaian
tentang perilaku manusia, la tidak netral karena berhak untuk mengatakan atau
menolak suatu etika tertentu.
Menurut K.Bertens (2007) Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku
manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk. Segi normatif itu
merupakan sudut pandang yang khas bagi etika, dibandingkan dengan ilmu ilmu lain
yang juga membahas tingkah laku manusia. Etika termasuk filsafat dan malah dikenal
sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua. Dalam konteks filosofi Yunani kuno,
etika sudah terbentuk dengan kematangan yang mengagumkan. Etika adalah ilmu, kita
katakan tadi, tapi sebagai filosofi ia tidak merupakan suatu ilmu empiris. Sedangkan
yang biasanya berhubungan dengan ilmu adalah justru ilmu empiris, yaitu, ilmu yang
didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak pernah meninggalkan fakta.
Ilmu-ilmu itu bersifat empiris, karena seluruhnya berlangsung dalam rangka empiri
(pengalaman inderawi).
Dari beberapa definisi di atas, dapat dirinci rumusan agama berdasarkan unsur-
unsur penting sebagai berikut:
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transendental, yang lahi-
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-nilai, dan
norma norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui nabi-nabi,
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.
Budaya adalah hasil karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai
bahagian dari tata kehidupan sehari-hari. Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam
kehidupan selama periode waktu yang lama akan mempengaruhi pola pembentukan dari suatu
masyarakat, seperti kebiasaan rajin bekerja, dan kebiasaan ini berpengaruh secara jangka
panjang yaitu pada semangat rajin bekerja yang terus terjadi hingga di usia senja, begitu pula
sebaliknya jika sudah terbiasa malas dan tidak suka bekerja maka itu juga akan terbawa hingga
pada saat menjadi kakek nenek.
Karena itu suatu budaya bukan tidak mungkin untuk dirubah, asalkan ada keinginan
dan semangat kuat untuk melakukan perubahan itu. Dan yang mampu mengubahnya hanyalah
manusia itu sendiri, ini sebagaimana kata pepatah "daripada seribu kali orang mengingatkan
lebih baik sekali diri sendiri mengingatkannya". Artinya keinginan kuat dari diri sendiri akan
mampu mengubah dan membangun budaya yang salah menjadi budaya yang baik dan benar.
Kebudayaan adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku, kebiasaan, dan sikap yang
membedakam suatu masyarakat dari yang lainnya. Kebudayaan suatu masyarakat menentukan
ketentuan- ketentuan yang mengatur bagaimana perusahaan dijalankan dalam masyarakata
tersebut. Terdapat cara bagi para pelaku bisnis internasional untuk menyesuaikan diri atau
hidup dengan budaya-budaya lain yaitu menyadari bahwa adanya budaya yang berbeda dari
budayanya sendiri dan mereka harus mempelajari karakteristik dari budaya-budaya tersebut
sehinggal dapat beradaptasi. Tetapi menurut E.T. Hall terdapat dua cara untuk menyesuaikan
diri dari budaya moral lain yaitu:
Terdapat enam nasihat atau cara dalam melakukan bisnis lintas budaya internasional
antara lain:
a. Lakukanlah persiapan.
b. Jangan terburu-buru.
c. Bangkitkan kepercayaan.
e. Menghormati budaya.
Budaya juga sangat mempengaruhi semua fungsi bisnis misalnya dalam pemasaran,
beraneka ragam sikap dan nilai menghambat banyak perusahaan untuk mengunakan bauran
pemasaran yang sama disemua pasar. Begitu juga dalam manajemen sumber daya manusia,
budaya nasional merupakan kunci penentu untuk mengevaluasi para manajer, serta dalam
produksi dan keuangan faktor budaya sangat berpengaruh dalam kegiatan produksi dan
keuangan.
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya
naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya
sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar.
Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi, dan
enkulturasi.
3. Apresiasi Budaya
Istilah apresiasi berasal dari bahasa inggris "apresiation" yang berarti penghargaan,
penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja ti appreciate" yang berarti menghargai,
menilai,mengerti dalam bahasa Indonesia menjadi mengapresiasi. Apresiasi budaya adalah
kesanggupan untuk menerima dan memberikan penghargaan, penilaian, pengertian terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Secara konsep ada hubungan kuat antara budaya dan etika bisnis. Masyarakat yang
berbudaya tinggi dianggap lebih mengerti dan memahami tentang etika, namun masyarakat
dengan budaya cenderung pemahaman etika menjadi kurang. Kepemilikan budaya bersumber
dari keinginan untuk menjunjung tinggi apa yang telah diwariskan oleh para leluhur mereka
tentang aturan-aturan dan hal-hal yang harus dilaksanakan sebagai sebuah warisan kebanggaan
secara turun temurun.
Alam memberi pelajaran bagi manusia dalam menata dan menjalani hidup ini dengan
rendah hati. Ada pepatah yang diucapkan oleh orang bijak, "Apakah anda ingin menjadi pohon
beringin yang tumbuh berdiri sendiri diatas bukit atau ingin menjadi rerumputan
memberitahukan yang bisa menunjukan jalan kepada para peziarah yang kehausan untuk
menemukan telaga” kiranya pepatah ini memberitahukan kepada kita tentang perlunya
memahami hubungan keseimbangan serta keselarasan antara manusia dan alam, yaitu suatu
sikap yang saling menghormati, saling menyayangi, dan saling tolong menolong. Karena
menjadi beringin yang berdiri sendiri tapi tanpa bisa membantu banyak orang itu juga menjadi
tidak baik, artinya untuk apa kita menjadi yang kaya raya, cerdas, pintar, berkedudukan, dan
sebagainya jika kita hidup hanya kita pakai untuk kepuasan kita sendiri.
Kiranya ada banyak sedekah yang bisa kita berikan pada banyak hi orang tidak hanya
sedekah harta namun sedekah ilmu juga menjadi penting. Orang yang berhasil mendapat
kedudukan, memiliki kecerdasan, menjadi pengusaha, dan sejenisnya kiranya sangatlah perlu
untuk memberikan sedekah ilmu yang ia miliki, agar orang lain juga bisa menjadi sukses seperti
ia. Seperti mengajarkan bagaimana ia meniti karir dari bawah hingga ke atas, serta apa-apa
yang harus generasi selanjutnya siapkan. Karena setiap kesuksesan seseorang sebenarnya tidak
pernah terlepas dari doa dan bantuan dari berbagai pihak, termasuk bantuan dari orang-orang
terdekatnya. Seperti teman, kerabat, dan berbagai handai taulan lainnya. Memang penafsiran
menolong di sini artinya menolong demi menciptakan kebaikan bukan menolong untuk
menciptakan kehancuran, atau merusak tatanan kehidupan madani yang telah terbangun.
Penafsiran lebih dalam dapat kita pahami bahwa dalam menolong dan membantu ada
batas-batas yang dianggap boleh atau layak untuk dilakukan dan ada batas-batas yang tidak
boleh dimasuki. Contoh seorang pimpinan yang memiliki keponakan yang melamar pekerjaan
di perusahaan yang dipimpinnya. Tentunya jika pimpinan tersebut ingin mempergunakan
"power" atau pengaruhnya ia akan bisa dengan mudah meluluskan keponakannya untuk bisa
bekerja di sana walaupun ia dianggap memiliki kompetensi yang rendah. Tapi tindakan itu
dianggap melanggar etika atau sangat tidak etis.
Maka cara yang dapat dilakukan oleh pimpinan tersebut untuk menolong keponakannya
dapat dilakukan dengan membantu mendidik, menggembleng, mendisiplinkan keponakannya
baik secara mentalitas dan keilmuan secara sistematis. Dan tentunya semua itu dilakukan
sebelum keponakannya mengikuti tes masuk ke perusahaan. Tindakan ini dianggap sebagai
tindakan yang lebih berbudaya dan tidak melanggar nilai-nilai etika.
Apa yang penulis kemukakan di atas adalah menjadi jelas bahwa mereka yang
berbudaya tinggi cenderung untuk memahami etika bisnis secara jauh lebih jernih. Artinya apa
yang ia peroleh dijadikan sebagai ilmu yang akan ia wariskan guna menciptakan suatu tatanan
bisnis yang memiliki konsep budaya terhormat, dengan salah satunya menghargai budaya para
nenek moyang. Yaitu menghargai sesama manusia dan hidup damai dengan alam. Dan tidak
menjadikan apa yang ia peroleh dari alam dengan merusak alam itu sendiri atau berbuat
kemungkaran di atas muka bumi ini.
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-
buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika
kerja, dan etika perorangan, yang menyangkut hubungan hubungan sosial antara perusahaan,
karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan
karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau
masyarakat setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika
perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi dalam mempengaruhi
perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi perilaku organisasi yang
akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan. Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang
terinternalisasi dalam budayau perusahaan, maka akan berpotensi menjadi dasar kekuatan
perusahaan dan akhirnya akan berpotensi menjadi stimulus dalam peningkatan kinerja
karyawan.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika seseorang dariu tingkatan manajer
terhadap tingkah laku etis dalam pengambilan keputusan. Kemampuan seorang profesional
untuk dapat mengerti dan pekau terhadap adanya masalah etika dalam profesinya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia berada. Budaya
perusahaan memberikan sumbangan yang sangat berartiu terhadap perilaku etis. Perusahaan
akan menjadi lebih baik jika mereka membudayakan etika dalam lingkungan perusahaannya.
Semua agama melalui kitab sucinya masing masing mengajarkan tentang tiga hal
pokok, yaitu: (1) hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti Allah, Budha, Brahman, Kekuatan tak
terbatas, dan lain-lain), (2) étika, tata susila, dan (3) ritual, tata cara beribadat. Jelas sekali
bahwa antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama yang tidak
mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas) seseorang ditentukan bukan saja
oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga oleh kualitas
moral/etika (kualitas hubungan manusia dengan manusia. lain dalam masyarakat dan dengan
alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-nilai
moral.
Akhirnya, tingkat keyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
tingkat/kualitas peribadatan, dan tingkat/kualitas moral seseorang akan menentukan
gugus/hierarki nilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan semua agama adalah untuk
merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal di akhirat (agama Hindu menyebut Moksa,
agama Budha menyebut Nirwana). Dari sudut pandang semua agama, pencapaian nilai-nilai
kehidupan duniawi (nilai-nilai yang lebih rendah) bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya
merupakan tujuan sementara atau tujuan antara, dan dianggap hanya sebagai media atau alat
(means) untuk mendukung pencapaian tujuan akhir (nilai tertinggi kehidupan).
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad lamanya
menghuni bumi. Dalam prosesnya, pembinaan kepribadian manusia dipengaruhi oleh
lingkungan dan didukung oleh faktor pembawaan manusia sejak lahir. Terkait dengan itu,
manusia sebagai makhluk sosial, tidaklah terlepas dari nilainilai kehidupan sosial. Oleh karena
nilai akan selalu muncul apabila manusia mengadakan hubungan sosial atau bermasyarakat
dengan manusia lain. Dalam pandangan sosial, etika dan agama merupakan hal yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos, ethos (adat,
kebiasaan, praktek). Artinya sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang yang
tersusun dari sebuah sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala gejala alamiah
masyarakat atau kelompok tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika dirumuskan
dalam tiga arti, yaitu: pertama, Ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). Kedua, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Ketiga, Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
K. Bertens mengatakan etika dapat dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalami mengatur tingkah
lakunya, arti ini disebut juga sistem nilai dalam hidup manusia perseorangan atau hidup
bermasyarakat. Misalnya, etika orang Jawa. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai
moral yang biasa disebut kode etik. Kemudian etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik
dan buruk. Arti etika di sini sama dengan filsafat moral. Amsal Bakhtiar mengemukakan bahwa
etika dipakai dalam dua bentuk arti: pertama, etika merupakan suatu kumpulan mengenai
pengetahuan, mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia yang lain.
Secara spesifik, Ahmad Amin mengatakan etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian orang kepada lainnya,
mengatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Berdasarkan pemahaman di atas, etika merupakan ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia, sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran dan hati nurani manusia. Agama merupakan suatu realitas yang eksis di kalangan
masyarakat, sejak dulu ketika manusia masih berada dalam fase primitif, agama sudah dikenal
oleh mereka. Meskipun hanya dalam taraf yang sangat sederhana sesuai dengan tingkat.
kesederhanaan masyarakat waktu itu. Dari masyarakat yang paling sederhana sampai kepada
tingkat masyarakat yang modem, agama tetap dikdaşl dan dianur dengan variasi yang berbeda.
Dengan demikian agama tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, kapan dan
dimanapun.
• Fungsi Etika dan Agama dalam Kehidupan Sosial
Para pemikir Islam maupun pemikir Barat kontemporer sama-sama menyadari
bahwa manusia saat ini berada pada puncak krisis yang akut, dimana kehadiran sains
dan teknologi modern telah mereduksi eksistensi kemanusiaan sebagai potensi ideal
dan kekuatan dalam mendesain peradaban modem. Jauh sebelum Karl Marx merasakan
adanya fenomena penindasan oleh berjuis dan kapitalis alat dan modal yang telah
meredekreditkan dimensi kemanusian, sehingga zaman modem adalah zaman dimana
manusia benar-benar hidup secara real dan harfiah dalam bumi yang satu.
Dalam menyikapi keadaan tersebut, dibutuhkan sikap yang lebih apresiatif dan
aktif dalam memstungskan lai-nilai etika dan agang dalam kehidupan sosial dan
kemasyarakatan. Berbicara masalah etika dan agama tidak terlepas dari masalah
kehidupan manusia im sendin. Olehnya itus, etika dan agama menjadi ara kebutuhan
hidup yang memiliki fungsi.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu yang berfungsi mengajarkan dan menuntun manusia kepada
tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk, etika
mengatur dan mengarahkan citra manusia kejenjang akhlak yang luhur dan meluruskan
perbuatan manusia. Etika menuntut orang agar bersikap rasional terhadap semua
norma. Sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi lebih otonom. Etika
dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran kritis yang dapat membedakan antara yang
sah dan tidak sah, apa yang benar dan apa yang tidak benar.
Etika memberi kemungkinan kepada kita untuk mengambil sikap sendiri serta
ikut menentukan arah perkembangan masyarakat. Sedangkan agama yang
kebenarannya absolut (mutlak) berfungsi sebagai petunjuk, pegangan serta pedoman
hidup bagi manusia dalam menempuh kehidupannya dengan harapan penuh keamanan,
kedamaian, sejahtera lahir dan batin.
Agama sebagai sistem kepercayaan, agama sebagai suatu sistem ibadah, agama
sebagai sistem kemasyarakatan. Agama merupakan kekuatan yang pokok dalam
perkembangan umat manusia. Agama sebagai kontrol moral. Sebagai contoh dalam
kehidupan modem yang serba pragmatis dan rasional, manusia menjadi lebih gampang
kehilangan keseimbangan, mudah kalap dan brutal serta terjangkiti berbagai penyakit
kejiwaan. Akhirnya manusia hidup dalam kehampaan nilai dan makna. Ketika itu
agama hadir untuk memberikan makna. Ibarat orang tengah kepanasan di tengah
Padang Sahara. Agama berfungsi sebagai pelindung yang memberikan keteduhan dan
kesejukan, serta memiliki ketentraman hidup.
Dengan demikian, ajaran agama mencakup berbagai dimensi kehidupan
manusia (multi dimensional) senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan tidak pernah mengenal istlah ketinggalan zaman (out of date).
Kedua fungsi tersebut tetap berlaku dan dibutuhkan dalam kehidupan sosial. Etika
mendukung keberadaan agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam
menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah,
Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional sedangkan agama
mendasarkan pada wahyu Tuhan. Dalam agama ada etika dan sebaliknya. Agama
merupakan salah satu norma dalam etika. Berdasarkan kedua fungsi tersebut di atas,
manusia dapat meningkatkan dan mengembangkan dirinya menjadi manusia yang
memiliki yang peradaban yang tinggi.
Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti dan data
menjadi informasi dengan cara melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan
akibatnya yang dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti
aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba (Gamal, 2008). Jika kita membaca Al-
Quran akan kita dapati ayat yang menyatakan bahwa kita harus mengukur secara adil,
jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran
dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya (Gamal, 2008).
Menyangkut hal ini, Al Quran. menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surat
Asy-Syu'ara ayat 181 184 yang berbunyi: "Sempurnakanlah takaran dan janganlah
kamu termasuk orangorang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang
lurus (benar). Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah
kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu." Sesuai
dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita sebagai akuntan harus menyempurnakan
pengukuran atas pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan
dalam Surah Al-Israa' ayat 35 yang berbunyi: "Dan sempurnakanlah takaran apabila
kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya." Menurut Chapra dalam Gamal (2008) kebenaran
dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut juga menyangkut pengukuran
kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang
Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Agar pengukuran tersebut
dilakukan dengan benar, maka perlu adanya fungsi anditing
Gamal (2008), menyatakan bahwa dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut
"tabayyun" sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang
berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman,jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Kata keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi mengandung dua pengertian, yaitu:
Pertama, adalah berkaitan dengan praktik moral, yaitu kejujuran yang merupakan faktor yang
sangat dominan. Tanpa kejujuran ini, informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan
dan sangat merugikan masyarakat. Kedua, kata adil bersifat lebih fundamental (dan tetap
berpijak pada nilai-nilai etika/ syariah dan moral). Sedangkan kebenaran menurut Muhammad
(2002) tidak dapat dilepaskan dengan keadilan. Aktivitas pengakuan, pengukuran dan
pelaporan dapat dilakukan dengan baik jika dilandaskan pada nilai kenaran dan kebenaran ini
akan dapat menciptakan 57 keadilan dalam mengakui, mengukur dan melaporakan transaksi-
transaksi ekonomi.
Menurut Harahap (2001) laporan akuntansi didukung oleh bukti (eviden) yang tidak
ada transaksi yang di lupakan atau-dihilangkan walaupun sekecil apapun, seperti dilihat dari
surat Al-Zalzalah ayat 7-8: "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun
niscaya akan melihatnya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrahpun dia
akan melihatnya” Dalam Islam, akuntansi tidak hanya berfungsi sebagai kegiatan pelayanan
memberikan informasi keuangan kepada pengguna dan untuk masyarakat pada memberikan
informasi keuangan kepada pengguna dan untuk masyarakat pada umumnya, tetapi yang lebih
penting, laporan keuangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan
dengan memberikan informasi tersebut memungkinkan masyarakat untuk mengikuti
perintahperintah allah, yang salah satunya adalah mengeluarkan zakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agar pengukuran tersebut dilakukan dengan benar, maka perlu adanya fungsi auditing.
Maka kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut juga menyangkut
pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang
Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Dalam Islam, akuntansi tidak hanya
informasi keuangan kepada pengguna dan untuk masyarakat pada umumnya, tetapi yang lebih
penting. laporan keuangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan
dengan memberikan informasi tersebut memungkinkan masyarakat untuk mengikuti
perintahperintah allah, yang salah satunya adalah mengeluarkan zakat
Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi dalam mempengaruhi
perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi perilaku organisasi yang
akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan. Kemampuan seorang profesional untuk dapat
mengerti dan pekau terhadap adanya masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia berada. Budaya perusahaan
memberikan sumbangan yang sangat berartiu terhadap perilaku etis. Perusahaan akan menjadi
lebih baik jika mereka membudayakan etika dalam lingkungan perusahaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Harkaneri, Urgensi Etika Dalam Akuntansi Dilihat Dari Sudut Pandang Islam
Rosita Febriani, S.T., Kom, M. and Afred Suci, S.E., KONSEP DASAR ETIKA