Oleh : Dr. Anik Lestariningrum, M.Pd dan Titania Widya Prameswari PGPAUD FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri
Konsep merdeka belajar
Merdeka belajar merupakan sebuah konsep pembelajaran yang memberikan kebebasan dan kemerdekaan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga Perguruan Tinggi, dengan menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu. Konsep merdeka belajar bertujuan untuk mengurangi beban administratif Guru diluar tugas utamanya yaitu pengajaran. Selain itu, melalui merdeka belajar, Para Guru dituntut agar lebih kreatif dan inovatif, memiliki strategi untuk merumuskan metode pengajaran yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan disekitarnya. Sedangkan, tujuan merdeka belajar untuk Siswa yaitu agar Siswa memiliki kemampuan berfikir kritis, logis, serta memiliki pemikiran yang mendalam mengenai sesuatu hal yang ia pelajari. Konsep merdeka belajar merupakan sebuah konsep yang berpeluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia apabila dipersiapkan dengan matang. Melalui merdeka belajar, Siswa akan diarahkan untuk memiliki kompetensi communication, creativity, collaboration, dan critical thingking. Dengan memiliki kompetensi 4C tersebut, Anak akan mampu menciptakan hal baru atau inovasi baru bagi Indonesia dalam segala bidang, memiliki keterampilan sosial untuk bekerjasama serta memiliki karakter, etika dan moral. Konsep merdeka belajar di PAUD Dalam konsep pembelajaran anak usia dini, pada konsep merdeka belajar, kembali ditegaskan makna pembelajaran sesungguhnya yang terjadi di PAUD, karena itulah dunia anak sesungguhnya. Mereka tidak perlu harus mengerjakan LKA (Lembar Kegiatan Anak) dengan konsep CALISTUNG yang akan mengekang dunia bermain anak. Oleh karena itu, gagasan merdeka belajar sebagai konsep positif untuk mengembangkan seluruh potensi anak sesuai dunianya yaitu dukungan untuk bermain selayaknya. Disinilah letak merdeka belajar yang sesungguhnya, Anak aktif berperan bebas memilih aktivitas dari apa yang disiapkan oleh pendidik sebagai fasilitator. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu layanan pendidikan yang paling fundamental. Hal ini dikarenakan stimulasi yang diberikan pada anak sejak usia dini akan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan anak di masa selanjutnya. Pada usia dini, anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan secara pesat dan tidak tergantikan. Dari hasil penelitian Para Ahli Neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun perkembangannya mencapai 100%. Oleh karena itu, hakikat kegiatan pembelajaran pada anak usia dini berkaitan erat dengan pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya. Karakteristik pembelajaran pada anak usia dini yaitu : 1) anak belajar melalui bermain; 2) anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya; 3) anak belajar secara ilmiah; serta 4) anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional. Aktivitas bermain merupakan salah satu aktivitas yang paling penting dan tidak dapat dipisahkan dalam diri anak. Bermain bermanfaat untuk menstimulasi kemampuan sensori-motorik, kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak. Melalui aktivitas bermain anak mendapatkan kesempatan untuk belajar, terutama dalam hal penguasaan tubuh, pemecahan masalah, dan kreativitas. Gagasan merdeka belajar ini menjadi satu jalan keluar bagi Para Pendidik di Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Bagaimanapun anak-anak harus mendapatkan haknya untuk memperoleh pembelajaran dan juga pengembangan seluruh aspek perkembangan, yang pada akhirnya menjadi tantangan Pendidik dan Orang Tua. Menjadi tantangan bagi Guru dalam menyiapkan pembelajaran online pertama kalinya, sebagai awal penerapan merdeka belajar, Dalam hal ini Orang Tua semakin menyadari betapa sangat berartinya peran Guru agar pembelajaran bisa efektif. Meskipun sebenarnya pembelajaran bisa terjadi di manapun, tetapi ketidaksiapan Guru, Anak dan Orang Tua dalam menghadapi sistem pembelajaran ini menyebabkan tidak tercapainya tujuan, karena itu diperlukan kolaborasi agar keefektifan pembelajaran terus berlangsung. Peran orang tua akhirnya menjadi landasan bahwa tangungjawab pendidikan anak sejak usia dini meliputi kolaborasi antara lembaga PAUD dan juga orang tua anak di lingkungan keluarga sebagai awal pondasi utama bahwa keluarga merupakan konsep merdeka belajar dimana anak memperoleh pengalaman awal sebelum masuk lembaga PAUD. Kita ketahui bersama Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada proses pembelajarannya selalu berpedoman kepada prinsip bermain sambil belajar. Dimana bermain merupakan kebutuhan mendasar dan tuntutan bagi anak usia dini dalam stimulasi perkembangan, sehingga kegiatan pembelajarannya haruslah dilakukan dengan berbagai macam permainan dengan suasana yang menyenangkan dan tentunya merangsang Anak untuk terlibat secara aktif. Pada proses pembelajaran secara jarak jauh di masa wabah Covid-19 ini, Guru tetap diminta untuk mendorong Peserta Didik bermain secara aktif bersama Orang Tua, dan belajar menjadi generasi yang kreatif meskipun dari rumah saja. Kegiatan bermain akan sangat bermanfaat dalam perkembangan kepribadian anak. Bermain bukan sekedar mengisi waktu tetapi pada merdeka anak dan cara belajar anak. Kegiatan dalam bentuk apapun apabila dikonsep bermain, akan memiliki nilai positif terhadap perkembangan seluruh aspek perkembangan anak. Saat bermain merupakan kesempatan luas bagi anak untuk mengekspresikan sesuatu berdasarkan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anak. Konsep merdeka belajar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Konsep merdeka belajar yang dikemukakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI- Nadiem Makarim- selaras dengan konsep pembelajaran di PAUD, yaitu memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih kegiatan belajar yang diinginkannya, serta memenuhi hak anak yaitu bermain. Oleh karena itu, hendaknya PAUD harus dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak, bukan hanya tentang mengajarkan anak cepat membaca, menulis dan berhitung saja. Agar proses pembelajaran di PAUD bermakna maka hendaknya bahan ajar yang akan diberikan kepada anak disesuaikan dengan lingkungan terdekat anak, menggunakan media kongkret/nyata, dan kegiatan yang dilakukan dapat menciptakan suasana belajar seraya bermain. Apabila konsep pembelajaran tersebut benar-benar diterapkan pada anak usia dini maka Anak akan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berfikir kritis, dan bertindak kreatif. Muaranya adalah bahwa Indonesia akan memiliki generasi yang unggul, generasi yang mampu menghadapi tantangan kemajuan jaman, maju bersaing dengan bangsa-bangsa lain sehingga Indonesia Emas 2045 dapat terwujud. Sejatinya, dalam konteks pendidikan anak usia dini, merdeka belajar itu adalah merdeka bermain. Ketika anak melakukan aktifitas bermain itulah caranya belajar. Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidupnya. Aktivitas bermain adalah suatu bentuk penyesuaian diri yang sangat berguna untuk menolong anak mengatasi kecemasan dan konflik. Konsep teori Piaget juga melihat permainan sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Ketika kebebasan bermain ditekankan akan menjadi suatu hal positif bagi perkembangan anak selanjutnya. Pembelajaran di PAUD saat Pandemi Covid-19 Anak usia dini memiliki karakteristik bersikap aktif dan energik, serta memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Sangat diharapkan muncul ide pembelajaran kreatif, dimana pendidik PAUD bisa merancang konsep bermain sebagai merdeka belajar yang dapat diterapkan saat kondisi pembelajaran daring sesuai karakteristik anak usia dini. Guru PAUD tentunya harus mengetahui kebutuhan Peserta Didik dengan beragam karakteristik Orang Tuanya terlebih dahulu, sebelum menyusun perencanaan dan berkolaborasi dengan Orang Tua melaksanakan rancangan pembelajaran. Strategi yang dapat diterapkan Guru saat pandemi dengan BDR (belajar dari rumah) adalah bisa memanfaatkan sumber belajar yang ada di rumah untuk pembelajaran melalui bermain. Pendidik diharapkan dapat menyajikan kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan mampu menjelaskan kepada Orang Tua dengan penuh kesabaran, karena tidak semua orang tua memiliki pendidikan dan pemahaman pembelajaran anak usia dini berkonsep bermain. Guru hendaknya terus belajar dan belajar dari pengalaman yang dilalui, supaya pembelajaran lebih variatif dan tidak monoton, serta tidak sekedar memberikan tugas pada Anak dan Orang Tua mengirimkan hasilnya. Hak anak selayaknya dipenuhi dengan harapan agar anak bahagia, dan belajar life skill dengan bermain. Anak mendapat pengasuhan sesuai tahapan perkembangan, Guru membantu Orang Tua menyusun program bermain sambil belajar di rumah dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada disana. Tidak kalah penting adalah bangun pola komunikasi efektif dengan Orang Tua. Tanpa pola komunikasi yang baik, tujuan PAUD, utamanya penyiapan Generasi Emas 2045 tidak akan terwujud dengan optimal dan juga pengembangan pembelajaran di PAUD dengan bermain akan terkonsep tidak sesuai tahapan perkembangan anak usia dini. Penutup Mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan generasi yang unggul, generasi yang mampu menghadapi tantangan kemajuan jaman, dan maju bersaing dengan bangsa-bangsa lain, merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu segala sumber daya harus diarahkan dan disiapkan sejak kini sehingga kondisi yang ingin dciptakan, Indonesia Emas 2045, dapat diraih