Anda di halaman 1dari 28

PAPER SISTIM FAKTOR NUTRISI MICROBA

TUGAS MATA KULIAH MIKROBIOLOGI

DOSEN PENGAMPU:

Ir. SULHASWARDI, MP

DISUSUN OLEH:

DINDA TRY AGUSTINA (204110145)

AGROTEKNOLOGI 3 C

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah Mikrobiologi Pertanian yang berjudul “Faktor Nutrisi Mikroba”.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tujuan yang
hendak dicapai.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak


yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terkhusus kepada bapak dosen
“Ir. Sulhaswardi Anwar, M.P” selaku dosen pengampu mata kuliah Mokrobiologi
Pertanian, yang telah memberikan teori-teori dan pengalaman dalam bidang
Mikrobiologi Pertanian, sehingga banyaknya masukan-masukan yang kami terima.

Demikian makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan


kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini, sangat di harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan bagi pembaca.

Pekanbaru, 11 November 2021

DINDA TRY AGUSTINA


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi


normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi
didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh.
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan.
Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan
energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya
membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-
bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses penyerapanya
disebut proses nutrisi (Suriawiria, 1985).

Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi


sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut
adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah
kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat
tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali
(Anonymous, 2006).
FAKTOR NUTRISI MICROBA

A. Jenis Nutrisi

Nutrien dalam media perbenihan harus mengandung seluruh elemen yang


penting untuk sintesis biologik organisme baru. Nutrient diklasifikasikan
berdasarkan elemen yang mereka suplai.

B. Sumber Karbon

Tumbuhan-tumbuhan dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi


fotosintetik untuk mereduksi karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini
termasuk kelompok autotrof, makhluk hidup yang tidak membutuhkan nutrient
organik untuk pertumbuhannya. Autotrof lain adalah khemolitotrof, organisme
yang menggunakan substrat anorganik seperti hidrogen atau thiosulfat sebagai
reduktan dan karbondioksida sebagai sumber karbon.

“Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon


organik tersebut harus dalam bentuk yang dapat diasimilasi.
Contohnya, naphthalene dapat menyediakan semua karbon dan energi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan respirasi heterotropik, tetapi sangat sedikit
organisme yang memiliki jalur metabolik yang perlu untuk
asimilasi naphthalene. Sebaliknya, glukosa, dapat membantu pertumbuhan
fermentatif atau respirasi dari banyak organisme. Adalah penting bahwa substrat
pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok untuk galur mikroba yang akan
ditumbuhkan. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah reaksi biosintesis.
Banyak organisme respiratif menghasilkan lebih dari cukup karbondioksida untuk
memenuhi kebutuhannya, tetapi yang lain membutuhkan sumber karbondioksida
pada medium pertumbuhannya (Jawetz, 2001).”Keperluan akan Zat Karbon.
Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi
senyawa organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidas,
CO2, sebagai satu-satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO2, menjadi
unsur pokok sel organik adalah proses reduktif, yang memerlukan pemasukan
bersih energi. Karena itu, di dalam golongan faali ini, sebagian besar dari energi
yang berasal dari cahaya atau dari oksidasi senyawa anorganik yang tereduksi
harus dikeluarkan untuk reduksi CO2 sampai kepada tingkat zat organik.

Semua organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik.
Karena kebanyakan substrat organik adalah setingkat dengan oksidasi umum
sebagai unsur pokok sel organik, zat-zat itu biasanya tidak usah menjalani reduksi
pertama yang berguna sebagai sumber karbon sel. Selain untuk memenuhi
keperluan biosintetik akan karbon, maka substrat organik harus memberikan
keperluan energetik untuk sel itu. Akibatnya sebagian besar daripada karbon yang
terdapat pada substrat organik memasuki lintasan lintasan metabolisme yang
menghasilkan energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai CO2 (hasil
utama dalam metabolisme pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai
campuran CO2 dan senyawa organik). Jadi, substrat organik biasanya mempunyai
peran gizi yang lengkap. Pada waktu yang bersamaan berguna sebagai sumber
karbon dan sumber energi. Banyak mikroorganisme dapat menggunakan senyawa
senyawa organik tunggal untuk memenuhi keperluan kedua zat gizi tersebut
seluruhnya. Akan tetapi, yang lain tidak dapat tumbuh bila hanya diberi satu
senyawa organik dan mereka memerlukan bermacam-macam jumlah senyawa
tambahan sebagai zat gizi. Tambahan zat gizi organik ini mempunyai fungsi
biosintetik semata-mata, yang diperlukan sebagai pelopor unsur-unsur pokok sel
organik tertentu yang tidak dapat disintesis oleh organisme tersebut. Zat itu disebut
faktor tumbuh.

Mikroorganisme teramat beragam baik dalam hal macam maupun jumlah


senyawa organik yang dapat mereka gunakan sebagai sumber utama karbon dan
energi. Keanekaragaman ini diperlihatkan secara nyata bahwa tidak ada senyawa
organik yang dihasilkan secara alamiah yang tidak dapat digunakan sebagai
sumber karbon dan energi oleh beberapa mikroorganisme. Karena itu, tidaklah
mungkin untuk memberikan secara singkat sifat-sifat kimiawi sumber karbon
organik untuk mikroorganisme. Variasi yang luar biasa mengenai keperluan akan
karbon adalah salah satu segi fisiologis yang paling menarik dalam mikrobiologi.

Bila keperluan karbon organik mikroorganisme tersendiri dipelajari, beberapa


memperlihatkan tingkatan serbaguna yang tinggi, sedangkan yang lain teramat
khusus. Bakteri tertentu dari golongan Pseudomonas misalnya, dapat
menggunakan setiap salah satu diantara lebih dari 90 macam senyawa organik
sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Pada ujung lain dalam spektrum
terdapat bakteri yang mengoksidasi metan, yang hanya dapat menggunakan dua
substrat organik, metan dan methanol, dan bakteri pengurai selulose tertentu hanya
dapat menggunakan selulose.

Kebanyakan (dan barangkali semua) organisme yang bergantung pada sumber-


sumber karbon organik memerlukan CO2 pula sebagai zat gizi dalam jumlah yang
sangat kecil, karena senyawa ini digunakan dalam beberapa reaksi biosentitik.
Akan tetapi, karena CO2 biasanya dihasilkan dalam jumlah banyak oleh
organisme yang menggunakan senyawa organik, persyaratan biosintetik dapat
terpenuhi melalui metabolisme sumber karbon organik dan energi. Sekalipun
demikian, peniadaan CO2 sama sekali sering kali menangguhkan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media organik, dan beberapa
bakteri dan cendawan memerlukan konsentrasi CO2 yang relatif tinggi di dalam
atmosfer (5-10 %) untuk pertumbuhan yang memadai dalam media organik.

C. Sumber Nitrogen dan Belerang

Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar
lebih kurang 10 persen dari berat kering sel bakteri. Nitrogen mungkin disuplai
dalam bentuk yang berbeda, dan mikroorganisme beragam kemampuannya untuk
mengasimilasi nitrogen. Hasil akhir dari seluruh jenis asimilasi nitrogen adalah
bentuk paling tereduksi yaitu ion ammonium (NH4+).

Banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat


(NO3) dan nitrit (NO2) secara reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak
(NH3). Jalur asimilasi ini berbeda dengan jalur dissimilasi nitrat dan nitrit. Jalur
dissimilasi digunakan oleh organisme yang menggunakan ion ini sebagai elektron
penerima terminal dalam respirasi, proses ini dikenal sebagai denitrifikasi, dan
hasilnya adalah gas nitrogen (N2), yang dikeluarkan ke atmosfer.

Kemampuan untuk mengasimilasi N2 secara reduksi melalui NH3, yang disebut


fiksasi nitrogen, adalah sifat untuk prokariota, dan relatif sedikit bakteri yang
memiliki kemampuan metabolisme ini. Proses tersebut membutuhkan sejumlah
besar energi metabolik dan tidak dapat aktif dengan adanya oksigen. Kemampuan
fiksasi nitrogen ditemukan pada beragam bakteri yang berevolusi sangat berbeda
dalam strategi biokimia untuk melindungi enzim fixing-nitrogen nya dari oksigen.

Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NH4+ sebagai sumber


nitrogen utama, dan banyak organisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan
NH4+ dari amina (R-NH2) atau dari asam amino (RCHNH2COOH). Produksi
amoniak dari deaminasi asam amino disebut ammonifikasi. Amoniak dimasukkan
ke dalam bahan organik melalui jalur biokomia yang melibatkan glutamat dan
glutamine.

Seperti nitrogen, belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel.
Belerang membentuk bagian struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam
rantai samping cisteinil dan merionil protein. Belerang dalam bentuk asalnya tidak
dapat digunakan oleh tumbuhan atau hewan. Namun, beberapa bakteri autotropik
dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-). Kebanyakan mikroorganisme
dapat menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, mereduksi sulfat menjadi
hidrogen sulfida (H2S). Beberapa mikroorganisme dapat mengasimilasi H2S
secara langsung dari medium pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat menjadi racun
bagi banyak organisme.

Kedua unsur ini yaitu belerang dan nitrogen terdapat dalam sel dalam bentuk
tereduksi, sebagai gugus sulfhidril dan amino. Sebagian besar mikroorganisme
mampu menampung unsur-unsur ini dalam bentuk oksida dan mereduksi sulfat
dan juga nitrat. Sumber nitrogen yang paling lazim untuk mikroorganisme adalah
garam-garam ammonium. Beberapa prokariot mampu mereduksi nitrogen molekul
(N2 atau dinitrogen). Mikroorganisme lain memerlukan asam-asam amino sebagai
sumber nitrogen, jadi yang mengandung nitrogen organik. Tidak semua
mikroorganisme mampu mereduksi sulfat, beberapa diantaranya memerukan H2S
atau sistein sebagai sumber S.

D. Sumber Phospor

Fosfat (PO43-) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah
koenzim seperti NAD, NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid
(fosfolipid, lipid A), komponen dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida
kapsul dan beberapa protein adalah bergugus fosfat. Fosfat selalu diasimilasi
sebagai fosfat anorganik bebas (Pi).

E. Sumber Mineral

Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium


(Mg2+) dan ion ferrum (Fe2+) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu:
magnesium dalam molekul klorofil, dan besi sebagai bagian dari koenzim
sitokrom dan peroksidase. Mg2+ dan K+ keduanya sangat penting untuk fungsi
dan kesatuan ribosom. Ca2+ dibutuhkansebagai komponen dinding sel gram
positif, meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram negatif. Banyak dari
organisme laut membutuhkan Na+ untuk pertumbuhannya. Dalam
memformulasikan medium untuk pembiakan kebanyakan mikroorganisme,
sangatlah penting untuk menyediakan sumber potassium, magnesium, kalsium,
dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K+, Mg2+, Ca2+, dan Fe2+). Banyak
mineral lainnya (seperti Mn2+, Mo2+, Co2+, Cu2+, dan Zn2+) dibutuhkan:
mineral ini kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari
kandungan medium lainnya.

Pengambilan besi dalam bentuk hidroksida yang tak larut pada pH netral,
difasilitasi pada banyak bakteri dan fungi dengan produksi senyawa siderofor yang
mengikat besi dan mendukung trasnportasinya sebagai kompleks terlarut. Semua
ini meliputi hydroxymates (-CONH2OH) yang disebut sideramines, dan turunan
catechol (seperti 2,3-dihydroxybenzolyserine). Siderofor yang dibentuk plasmid
memainkan peranan utama dalam sifat invasi beberapa bakteri patogen.

F. Sumber Oksigen

Untuk sel oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat
dalam CO2 dan dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banya organisme
yang tergantung dari oksigen molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang berasal
dari molekul oksigen hanya akan diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau
sebagai sumber karbon digunakan metana atau hidrokarbon aromatic yang berantai
panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen dapat dibedakan sekurang-
kurangnya tiga kelompok organisme: organisme aerob obligat yang mampu
menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung
pada oksigen. Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan
bekas oksigen. Untuk organisme ini O2 bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob
fakultatif tumbuh dengan adanya O2 udara, jadi bersifat aerotoleran; tetapi
organisme ini tidak dapat memanfaatkan O2, tetapi memperoleh energi semata-
mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain (Enterobacteriaceae) dan
banyak ragi dapat beralih dari peroleh energi dengan respirasi (dengan adanya O2)
ke peragian (tanpa O2).
G. penggolongan mikroba berdasarkan nutrisi dan oksigen

1. Berdasarkan sumber karbon 

       Berdasarkan atas kebutuhan karbon mikroba dibedakan menjadi mikroba autotrof dan
heterotrof. Mikroba autotrof ialah mikroba yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk
anorganik, misalnya CO2 dan senyawa karbonat. Mikroba heterotrof ialah mikroba yang
memerlukan sumber karbon dalam bentuk senyawa organik. Mikroba heterotrof dibedakan
lagi menjadi mikroba saprofit dan parasit. Mikroba saprofit ialah mikroba yang dapat
menggunakan bahan organik yang berasal dari sisa mikroba hidup atau sisa mikroba yang
telah mati. Mikroba parasit ialah mikroba yang hidup di dalam mikroba hidup lain dan
menggunakan bahan dari mikroba inang (hospes)-nya. Mikroba parasit yang dapat
menyebabkan penyakit pada inangnya disebut mikroba patogen.

2. Berdasarkan sumber energi 

Berdasarkan atas sumber energi mikroba dibedakan menjadi mikroba fautotrof, jika
menggunakan energi cahaya; dan khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika
didasarkan atas sumber energi dan karbonnya, maka dikenal mikroba fotoautotrof,
fotoheterotrof, khemoautotrof dan khemoheterotrof. 

3. Berdasarkan sumber donor elektron 

Berdasarkan atas sumber donor elektron mikroba digolongkan manjadi mikroba litotrof
dan organotrof. Mikroba litotrof ialah mikroba yang dapat menggunakan donor elektron
dalam bentuk senyawa anorganik seperti H2, NH3, H2S, dan S. mikroba organotrof ialah
mikroba yang menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa organik. 

4. Berdasarkan sumber energi dan donor elektron 

Berdasarkan atas sumber energi dan sumber donor elektron mikroba dapat digolongkan
menjadi mikroba fotolitotrof, fotoorganotrof, khemolitotrof, dan khemoorganotrof. 

5. Berdasarkan kebutuhan oksigen 


      Berdasarkan akan kebutuhan oksigen, mikroba dapat digolongkan dalam mikroba
aerob,anaerob, mikroaerob, anaerob fakultatif, dan kapnofil. Mikroba aerob ialah mikroba
yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satusatunya aseptor hidrogen yang terakhir
dalam proses respirasinya. Jasa anaerob, sering disebut anaerob obligat atau anaerob 100%
ialah mikroba yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir
dalam proses respirasinya. Mikroba mikroaerob ialah mikroba yang hanya memerlukan
oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit. Mikroba aerob fakultatif ialah mikroba yang dapat
hidup dalam keadaan anaerob maupun aerob. Mikroba ini juga bersifat anaerob toleran.
Mikroba kapnofil ialah mikroba yang memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO2
tinggi.  

A. ineraksi antar mikroba dalam menggunakan nutrien

       Jika dua atau lebih mikroba yang berbeda ditumbuhkan bersama-sama dalam suatu
medium, maka aktivitas metabolismenya secara kualitatif maupun kuantitatif akan berbeda
jika dibandingkan dengan jumlah aktivitas masing-masing mikroba yang ditumbuhkan dalam
medium yang sama tetapi terpisah. Fenomena ini merupakan hasil interaksi metabolisme atau
interaksi dalam penggunaan nutrisi yang dikenal sebagai sintropik atau sintropisme atau
sinergitik.  Sebagai contoh ialah bakteri penghasil metan yang anaerob obligat tidak dapat
menggunakan glukosa sebagai substrat, tetapi bakteri tersebut akan segera tumbuh oleh
adanya hasil metabolisme bakteri anaerob lain yang dapat menggunakan glukosa. Contoh lain
ialah biakan campuran yang terdiri atas dua jenis mikroba atau lebih sering tidak memerlukan
faktor tumbuh untuk pertumbuhannya. Mikroba yang dapat mensintesis bahan selnya dari
senyawa organik sederhana dalam medium, akan mengekskresikan berbagai vitamin atau
asam amino yang sangat penting untuk mikroba lainnya. Adanya ekskresi tersebut
memungkinkan tumbuhnya mikroba lain. Kenyataan ini dapat menimbulkan koloni satelit
yang dapat dilihat pada medium padat. Koloni satelit hanya dapat tumbuh kalau ada ekskresi
dari mikroba lain yang menghasilkan faktor tumbuh esensiil bagi mikroba tersebut. 

Bentuk interaksi lain adalah cross feeding yang merupakan bentuk sederhana dari
simbiosis mutualistik. Dalam interaksi ini pertumbuhan mikroba yang satu tergantung pada
pertumbuhan mikroba lainnya, karena kedua mikroba tersebut saling memerlukan faktor
tumbuh esensiil yang diekskresikan oleh masing-masing mikroba
B. Peran Nutrisi pada Mikroba

Tiap makhluk hidup itu mengadakan pertukaran zat atau metabolisme, yaitu
mengambil atau mengasimilasikan zat makanan dan membuang sisa-sisa (sampah) yang
tidak diperlukan lagi. Dalam metabolisme ini diperlukan zat makanan sebagai pemicu
metabolisme dalam makhluk hidup, dalam lingkup yang kita bicarakan saat ini adalah
mikrobia.

Zat makanan inilah nutrisi bagi makhluk hidup, termasuk mikrobia. Tidak semua
bakteri membutuhkan zat makanan yang sama. Ada bakteri yang bisa hidup hanya dengan
zat-zat anorganik, tapi ada juga yang hanya bisa hidup di zat organik, misalnya basil tbc.
Bahkan ada juga yang tidak dapat hidup di luar tuan-rumah (hospes), misalnya Treponema
pallidum yang merupakan patogen dari penyakit sipilis (raja singa) (Dwidjoseputo, 2005).

Nutrisi yang didapatkan dari lingkungan ini, baik organik maupun anorganik,
kemudian akan diasimilasikan dalam tubuh mikrobia tersebut dan kemudian dikonversi
menjadi penyusun-penyusun sel mikrobia tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan
hidup mikrobia tersebut. Namun untuk melakukan asimilasi maupun konversi zat makanan
ini diperlukan energi yang cukup. Energi ini pun diperoleh dari nutrisi itu, sehingga hasil
asimilasi dan konversi bukan hanya untuk menyusun sel mikrobia saja tapi juga sebagian
dirombak untuk menghasilkan energi yang akan digunakan untuk asimilasi dan konversi
selanjutnya.

C. MACAM NUTRISI MIKROBA

Kita biasa mendengar istilah nutrisi dan nutrien, namun kedua kata ini sebenarnya
memiliki arti yang cukup berbeda. Nutrien merupakan substansi yang diperlukan mikrobia
untuk mensintesis komponen sel sehingga dapat memperoleh energi untuk pertumbuhan
mikrobia tersebut. Sedangkan nutrisi adalah nutrien di lingkungan yang akan diubah atau
ditransformasi menjadi senyawa yang lebih mudah terlarut sehingga mudah masuk ke dalam
sel (Darkuni, tanpa tahun).

Menurut sifat nutrisi yang diperlukan bakteri terutama mengenai sumber karbon dan
nitrogen serta cara mendapatkan nutrisinya, maka mikrobia dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu autotrof dan heterotrof (autos = sendiri, heteros = lain, trophein = memiara). Mikrobia
autotrof ini dapat hidup di tempat berisikan zat-zat anorganik. Kebutuhan akan zat karbon
dapat diperoleh dari CO2 atau karbonat (-CO3), sedangkan nitrogen dari ion-ion NH4+,
NO3-, atau N2 bebas. Jika energi yang dibutuhkan itu diperoleh dengan mengoksidasikan
hidrogen, karbon monoksida, besi, belerang, amoniak, atau nitrit, maka bakteri ini disebut
bakteri kemosintetik. Sebaliknya, jika bakteri mempunyai kemampuan untuk memperoleh
energi dengan bantuan sinar, maka disebut bakteri fotosintetik (Dwidjoseputo, 2005).

Mikrobia heterotrof membutuhkan suatu zat organik untuk kehidupannya. Mungkin sekali
selain zat anorganik, suatu mikroba tertentu membutuhkan vitamin dari B-kompleks atau zat
organik lain. Mikrobia heterotrof saprobakteri (sapros = sampah)  hidup dari zat-zat organik
yang telah berupa sisa-sisa atau sampah, sedangkan mikrobia parasit hidup dari zat-zat
organik yang masih di dalam makhluk hidup (Dwidjoseputo, 2005).

Pada kenyataannya, nutrien harus larut dalam air agar dapat memasuki sel bakteri. Sumber
karbon untuk mikroba ini bisa dari mana saja, baik sintetik maupun senyawa organik, yang
digunakan oleh beberapa mikroba sebagai sumber karbon untuk sintesis protoplasmanya.
Akan tetapi kebanyakan organisme penyebab penyakit memperoleh persediaan karbon dengan
memetabolisme karbohidrat dan protein yang sederhana (Volk, dan Wheeler, 1984).

Karena semua protein dan asam nukleat mengandung nitrogen, jelas sejumlah nitrogen
dibutuhkan untuk pertumbuhan. Beberapa organisme memperoleh nitrogen dari udara
(penambatan nitrogen); yang lain dapat menggunakan sumber nitrogen anorganik seperti
garam amonium atau beberapa mungkin memerlukan nitrogen yang terikat secara organik
seperti glutamin, asparagin, atau cernaan peptida (Volk, dan Wheeler, 1984).

Kebanyakan mikrobia membutuhkan zat-zat anorganik seperti garam-garam yang


mengandung Na, K, Ca, Mg, Fe, Cl, S, dan P, sedangkan spesies tertentu masih membutuhkan
tambahan mineral seperti Mn dan Mo. Selain yang sudah disebutkan, bakteri juga
memerlukan sumber-sumber makanan yang mengandung C, H, O, dan N yang berguna untuk
menyusun protoplasma. Unsur-unsur ini dapat diambil dalam bentuk elemen oleh beberapa
spesies, akan tetapi bebrapa spesies yang lain hanya dapat mengambil unsur-unsur tersebut
dalam bentuk senyawa organik seperti karbohidrat, protein, lemak, dan lain sebagainya
(Dwidjoseputo, 2005).

Nutrien ini sendiri dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu makronutrien dan mikronutrien.
Makronutrien yang dimaksud disini adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup
besar, seperti C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg, dan Fe. Sedangkan mikronutrien merupakan nutrisi
yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup sedikit, misalnya Mn, Mo, Zn, Cu, Ni, Bo, Cl, Na,
Si, dan masih banyak lagi (Darkuni, tanpa tahun).

Banyak bakteri yang masih memerlukan zat-zat tambahan seperti vitamin-vitamin dari B-
kompleks, beberapa macam asam amino, asam lemak, hematin, sel-sel darah merah, purin,
pirimidin, nukleotida, dan kadang-kadang asam cuka. Kebutuhan bakteri akan zat-zat tersebut
dapat digunakan untuk menyelidiki macam-macam zat yang terkandung dalam buah-buahan,
sayuran, daging, dan zat-zat lain yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan maupun hewan. Jika
suatu spesies yang memerlukan vitamin B ditanam di dalam medium pokok yang tidak
mengandung vitamin B, pastinya bakteri tersebut tidak dapat hidup. Akan tetapi kalau
medium ditambahkan bahan dari buah-buahan atau bahan makanan lain dan bakteri tersebut
hidup, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam bahan makanan tersebut terdapat vitamin
B. Kesuburan pertumbuhan koloni bakteri selama 24 jam sampai 48 jam mencerminkan
banyak sedikitnya (kuantitas) vitamin B yang terkandung di dalam bahan makanan tersebut
(Dwidjoseputo, 2005).

D. FUNGSI NURTISI UNTUK MIKROBA

Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut
diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda
tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya diatomae dan alga
tertentu memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun
dinding sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui
jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup
di laut, algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh
kation monovalen yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk
padat maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat
tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair tergolong
tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi
makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim
ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal sebagai extracorporeal digestion. Bahan
makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya bahan
makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber
aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen.

1. Air
Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai
sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai
pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme.
2. Sumber energi

Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang
dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.

3. Sumber karbon

Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik.
Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam
asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas
CO2 yang merupakan sumber karbon utama terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi.

4. Sumber aseptor elektron

Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari
substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu
zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron.
Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai
aseptor elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-, NO2-, N2O, SO4 =, CO2, dan Fe3+.

5. Sumber mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P.
unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang
digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si,
Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam jumlah besar
disebut unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur
mikro. Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan
dapat masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu.
Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan
osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential)
medium.

6. Faktor tumbuh

Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai
prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon
yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan dalam
jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh
digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein; base purin dan pirimidin,
sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari
enzim.

7. Sumber nitrogen

Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein,
dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya.
Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara.
Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.

Unsur utama, sumber dan fungsi mereka dalam sel bakteri.

Elemen % dari Sumber Fungsi


berat
kering
Karbon 50 Kompleks organik Material Utama
atau CO 2 dari bahan selular
Oksigen 20 H 2 O, Kompleks Konstituen dari sel
organik, CO 2, dan O 2 dan sel bahan air; O 2
adalah menerima
elektron dalam
respirasi aerobic
Nitrogen +14 NH 3, NO 3, Kompleks Konstituen dari
organik, N 2 asam amino, asam
nukleik nucleotides,
dan coenzymes
Hidrogen 8 H 2 O, Kompleks organik, Utama dari organik
H 2 memanjang dan sel air
Fosfor 3 anorganik Fosfat (PO 4) Konstituen dari
asam nukleik,
nucleotides,
phospholipids, LPS,
teichoic asam
Belerang 1 SO 4, H 2 S, S o, belerang Konstituen dari
organik memanjang cysteine, methionine,
glutathione, beberapa
coenzymes
Kalium 1 Kalium GARAM dapur Utama selular
anorganik gigih dan
cofactor untuk enzim
tertentu
Magnesiu 0.5 0,5 Magnesium GARAM Anorganik selular
m dapur dengan gigih, cofactor
tertentu untuk reaksi
enzimatis
Kalsium 0.5 0,5 Kalsium GARAM dapur Anorganik selular
dengan gigih, cofactor
untuk enzim tertentu
dan komponen
endospores
Besi 0.2 0,2 GARAM dapur besi Komponen tertentu
cytochromes dan
nonheme-besi dan
protein yang cofactor
untuk beberapa reaksi
enzimatis

L. Penggolongan Mikroba Berdasarkan Nutrisi Dan Oksigen

a.      Berdasarkan sumber karbon

Berdasarkan atas kebutuhan karbon jasad dibedakan menjadi jasad ototrof dan heterotrof.
Jasad ototrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk anorganik, misalnya
CO2 dan senyawa karbonat. Jasad heterotrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon
dalam bentuk senyawa organik. Jasad heterotrof dibedakan lagi menjadi jasad saprofit dan
parasit. Jasad saprofit ialah jasad yang dapat menggunakan bahan organik yang berasal dari
sisa jasad hidup atau sisa jasad yang telah mati. Jasad parasit ialah jasad yang hidup di dalam
jasad hidup lain dan menggunakan bahan dari jasad inang (hospes)-nya. Jasad parasit yang
dapat menyebabkan penyakit pada inangnya disebut jasad patogen.

b.      Berdasarkan sumber energi

Berdasarkan atas sumber energi jasad dibedakan menjadi jasad fototrof, jika menggunakan
energi cahaya; dan khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika didasarkan
atas sumber energi dan karbonnya, maka dikenal jasad fotoototrof, fotoheterotrof,
khemoototrof dan khemoheterotrof. Perbedaan dari keempat jasad tersebut sbb:
c.       Berdasarkan sumber donor elektron

Jasad Sumber Karbon Sumber Energi

Fotoototrof Zat anorganik Cahaya matahari

Fotoheterotrof Zat organik Cahaya matahari

Khemotrof Zat anorganik Oksidasi zat anorganik

khemoheterotrof Zat organik Oksidasi zat organik

Berdasarkan atas sumber donor elektron jasad digolongkan manjadi jasad litotrof dan
organotrof. Jasad litotrof ialah jasad yang dapat menggunakan donor elektron dalam bentuk
senyawa anorganik seperti H2, NH3, H2S, dan S. jasad organotrof ialah jasad yang
menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa organik.

d.      Berdasarkan sumber energi dan donor elektron

Berdasarkan atas sumber energi dan sumber donor elektron jasad dapat digolongkan
menjadi jasad fotolitotrof, fotoorganotrof, khemolitotrof, dan khemoorganotrof. Perbedaan
keempat golongan jasad tersebut sbb:

Jasad Sumber Sumber Contoh


Energi Donor Elektron

Fotolitotrof Cahaya Zat Tumbuhan tingkat tinggi,


anorganik alga
Fotoorganotrof Cahaya
Zat organik Bakteri belerang fotosintetik
Khemolitotrof Oksidasi zat
Zat Bakteri besi, bakteri
Khemoorganotro anorganik
anorganik
f hidrogen, bakteri nitrifikasi
Oksidasi zat
Zat organik
organik Jasad heterotrof
e.      Berdasarkan kebutuhan oksigen

Berdasarkan akan kebutuhan oksigen, jasad dapat digolongkan dalam jasad aerob, anaerob,
mikroaerob, anaerob fakultatif, dan kapnofil. Pertumbuhan mikroba di dalam media cair dapat
menunjukkan sifat berdasarkan kebutuhan oksigen.

Obligat aerob Fakultatif anaerob Obligat anaerob Aerotoleran/Anaerob Mikroaerofil Jasad


aerob ialah jasad yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satusatunya aseptor
hidrogen yang terakhir dalam proses respirasinya. Jasa anaerob, sering disebut anaerob obligat
atau anaerob 100% ialah jasad yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor
hidrogen terakhir dalam proses respirasinya. Jasad mikroaerob ialah jasad yang hanya
memerlukan oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit. Jasad aerob fakultatif ialah jasad yang
dapat hidup dalam keadaan anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat anaerob toleran.
Jasad kapnofil ialah jasad yang memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO2 tinggi.

A. Pertumbuhan Populasi

Pertumbuhan dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat kering sel).
Pada umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner, yaitu dari satu sel
membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari bertambahnya jumlah sel.
Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel sempurna disebut
waktu generasi. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali
jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan
tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari
tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan
jumlah atau massa sel per unit waktu.

A.  Pertumbuhan Populasi Mikroba

Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam medium baru yang sesuai akan tumbuh
memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik
hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik atau kurva
pertumbuhan. Pertumbuhan populasi mikrobia dibedakan menjadi dua yaitu biakan sistem
tertutup (batch culture) dan biakan sistem terbuka (continous culture).

Pada biakan sistem tertutup, pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup lama akan
memberikan gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat fase-fase
pertumbuhan. Fase pertumbuhan dimulai pada fase permulaan, fase pertumbuhan yang
dipercepat, fase pertumbuhan logaritma (eksponensial), fase pertumbuhan yang mulai
dihambat, fase stasioner maksimum, fase kematian dipercepat, dan fase kematian logaritma.

Pada fase permulaan, bakteri baru menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,
sehingga sel belum membelah diri. Sel mikrobia mulai membelah diri pada fase pertumbuhan
yang dipercepat, tetapi waktu generasinya masih panjang. Fase permulaan sampai fase
pertumbuhan dipercepat sering disebut lag phase. Kecepatan sel membelah diri paling cepat
terdapat pada fase pertumbuhan logaritma atau pertumbuhan eksponensial, dengan waktu
generasi pendek dan konstan. Selama fase logaritma, metabolisme sel paling aktif, sintesis
bahan sel sangat cepat dengan jumlah konstan sampai nutrien habis atau terjadinya
penimbunan hasil metabolisme yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Selanjutnya
pada fase pertumbuhan yang mulai terhambat, kecepatan pembelahan sel berkurang dan
jumlah sel yang mati mulai bertambah. Pada fase stasioner maksimum jumlah sel yang mati
semakin meningkat sampai terjadi jumlah sel hidup hasil pembelahan sama dengan jumlah sel
yang mati, sehingga jumlah sel hidup konstan, seolah-olah tidak terjadi pertumbuhan
(pertumbuhan nol). Pada fase kematian yang dipercepat kecepatan kematian sel terus
meningkat sedang kecepatan pembelahan sel nol, sampai pada fase kematian logaritma maka
kecepatan kematian sel mencapai maksimal, sehingga jumlah sel hidup menurun dengan cepat
seperti deret ukur. Walaupun demikian penurunan jumlah sel hidup tidak mencapai nol, dalam
jumlah minimum tertentu sel mikrobia akan tetap bertahan sangat lama dalam medium
tersebut.

 Pengambilan Nutrisi oleh Mikrobia pada Lingkungan dan Makhluk Hidup Aktivitas
mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat
mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba
sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor
abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik (Sumarsih, 2003).

Untuk dapat bertahan di alam maka mikroba harus mampu tumbuh dan berkembang biak
dengan cepat. Hal ini hanya mungkin dicapai jika mikroba dapat melakukan pengambilan
nutrien secara efisien sebab di alam terjadi persaingan memperebutkan nutrien yang
jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, mikroba harus beradaptasi terhadap kompetensi nutrisi
ini, misalnya Pseudomonas cepacia mampu menggunakan 105 macam sumber karbon dan
energi. Mikroba harus ditumbuhkan dalam biakan murni karena itu haruslah dimengerti jenis-
jenis nutrien yang disyaratkan oleh mikroba dan juga macam lingkungan fisik yang
menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Beberapa bakteri mempunyai
persyaratan nutrien yang sederhana sedangkan yang lain mempunyai persyaratan yang rumit.
Beberapa spesies tumbuh pada suhu rendah 0 derajat celcius, sedangkan yang lain tumbuh
pada suhu sampai 75 derajat celcius. Beberapa membutuhkan oksigen bebas sedangkan yang
lain dihambat oleh oksigen. Karena alasan ini maka kondisi harus disesuaikan sehingga
menguntungkan bagi mikroba tertentu dalam pertumbuhannya (Ristiati, 2000).

Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrien, mikroba dapat dibagi menjadi jasad osmotrof
dan jasad fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya pada
bekteri dan fungi. Sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien secara fagositosis lalu dicerna
di dalam vakuola makanan (Ristianti,2000).

Berdasarkan proses nutrisi donor hidrogen dan sumber karbon mikroba dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:

-      Mikroorganisme autotrof: Suatu mikroorganisme dikatakan autotrof apabila


mikroorganisme tersebut mampu memperoleh sebagian besar dari jumlah karbon sel dengan
cara fiksasi CO2. Jasad autotrof dapat mensintesis sendiri kebutuhan hidup dari senyawa-
senyawa anorganik dan ini merupakan karakteristik bagi tumbuhan yang mempunyai klorofil.

-      Mikroorganisme heterotrof: Suatu mikroorganisme dikatakan heterotrof apabila


mikroorganisme tersebut mampu memperoleh sebagian besar dari jumlah karbon selnya dari
senyawa-senyawa organik. Jasad yang heterotrof tidak mampu mensintesis makanannya
sendiri sehingga hidupnya dapat sebagai saprofit atau parasit (Tarigan, 1998).

Karbon dan Sumber Energi untuk Pertumbuhan Bakteri

Proses nutrisi donor hidrogen dan sumber karbon dibagi menjadi dua jenis metabolisme,
yaitu:

a. Mikroorganisme autotrof
Suatu mikroorganisme dikatakan autotrof apabila mikroorganisme tersebut mampu
memperoleh sebagian besar dari jumlah karbon sel dengan cara fiksasi CO2. Jasad autotrof
dapat mensintesis sendiri kebutuhan hidup dari senyawa-senyawa anorganik dan ini
merupakan karakteristik bagi tumbuhan yang mempunyai klorofil. (Moat, dkk, 2002)
b. Mikroorganisme heterotrof
Suatu mikroorganisme dikatakan heterotrof apabila mikroorganisme tersebut mampu
memperoleh sebagian besar dari jumlah karbon selnya dari senyawa - senyawa organik. Jasad
yang heterotrof tidak mampu mensintesis makanannya sendiri sehingga hidupnya dapat
sebagai saprofit atau parasit. Berdasarkan penggolongan pola tersebut di atas mikroorganisme
sebagian besar termasuk dalam heterotrof dan yang 10 lainnya termasuk autotrof. Perbedaan
kedua golongan tersebut di atas menjadi kabur setelah diketahui bahwa growth faktor yang
khas diperlukan pula oleh jasad - jasad yang menggunakan bahan-bahan organik sebagai
makanan pokoknya jika kebutuhan faktor penumbuh kita pertimbangkan maka jasad-jasad
hidup dapat digolongkan berdasarkan sumber energi yang digunakan jasad tersebut menjadi
jasad yang fotoautotrof dan kemoautotrof. (Dwidoseputro, 2007)
Jasad fotoautotrof menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi untuk
pertumbuhannya, sedangkan jasad kemototrof memperoleh energi dari hasil oksidasi reduksi
tanpa adanya sinar matahari sebagai contoh dapat dikemukakan disini adalah proses nitrifikasi
pada amoniak atau garamnya yang terjadi di dalam tanah sehingga terbentuklah senyawa nitrit
yang dilakukan oleh bakteri nitrit. (Dwidoseputro, 2007)) Jadi, atas dasar dan energi sumber
karbon untuk pertumbuhan empat jenis nutrisi utama mikroorganisme dapat didefinisikan

B. Penggolongan jasad berdasarkan kebutuhan oksigen


Kebutuhan oksigen untuk oksidasi biologis yang terjadi dalam sel mikroorganisme dapat
menggunakan senyawa–senyawa lain yang tergantung kepada jenis mikroorganismenya.
Oksigen yang terdapat dalam senyawa– senyawa penyusun protoplasma, tidak berasal dari O2
udara, akan tetapi berasal dari senyaw–senyawa organik yang mengandung atom – atom
oksigen dari air. Unsur oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat
dalam CO2 dan dalam banyak senyawa organik. (Moat, 2007) Fungsi utama oksigen adalah
sebagai akselator elektron terminal pada respirasi aerob, pada peristiwa ini oksigen direduksi
menjadi air. Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan diinkorporasi kedalam
substansi sel. Sedangkan sebagai sumber karbon menggunakan metana atau hirokarbon
aromatik. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, mikroorganisme dapat dikelompokkan dalam
4 golongan, yaitu:

a. Mikroorganisme Aerob
Mikroorganisme yang aerob ini membutuhkan adanya oksigen untuk metabolismenya.
Pada mekanisme respirasi, mikroorganisme dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor
elektron atau akseptor hydrogen. Mikroorganisme yang termasuk dalam golongan ini hanya
dapat hidup apabila ada oksigen untuk melangsungkan oksidasi biologis. Hal ini merupakan
keuntungan luar biasa bagi organisme itu karena banyaknya energi yang tersedia dari oksidasi
sempurna molekul glukosa lebih besar dari pada energi yang diperoleh dari fermentasi
glukosa. (Sumarsih, 2003) 12
b. Mikroorganisme Anaerob

Mikroorganisme yang termasuk dalam golongan anaerob tidak dapat menggunakan O2


bebas sebagai akseptor hydrogen, bahkan adanya oksigen dapat menghambat
pertumbuhannya karena oksigen dapat bersifat sebagai racun. Jasad-jasad hidup ini dapat
hidup dengan melakukan fermentasi atau respirasi anaerob, dimana ion-ion anorganik seperti
NO3 dan SO4 yang berperan sebagai akseptor hydrogen atau akseptor elektron.
Mikroorganisme yang anaerob ini dapat diracuni oleh adanya oksigen, karena jasad ini tidak
mempunyai enzim katalase dan super-super dismutase yang diperlukan untuk menguraikan
senyawa hydrogen peroksida yang bersifatracun dan ion-ion superioksida (O2), O2 dan CO2
merupakan bentuk racun bagi mikroorganisme tertentu. Ada kelompok organisme terakhir
yang terpisah karena organisme ini bukan aerob dan bukan pula fermentatif. Bakteri ini
adalah anaerob obligat tetapi bukannya menggunakan hasil antara metabolisme tersebut
menggunakan ion–ion anorganik sebagai penerima elektron terakhir. (Linda 2008).
Organisme ini dapat dibagi lagi menjadi tiga tipe:

1) Pereduksi sulfat Pereduksi sulfat menyusun organisme yang menggunakan sulfat


sebagai penerima elektron terakhir dengan mereduksinya sampai ketahap sulfida. Organisme
ini memerlukan bahan organik karbon dan olehkarena itu bersifat heterotrof. (Mokosuli,
2009) 13

2) Pereduksi nitrit

Pereduksi nitrit kebanyakan organisme yang menggunakan nitrit sebagai penerima elektron
terakhir dapat dipandang sebagai anaerob fakultatif. Jadi organisme ini dapat menggunakan
nitrat jika bahan itu tersedia, jika tidak organisme ini Akan melakukan metabolisme aerob
atau metabolisme fermentasi. (Sumarsih, 2003)

3) Bakteri metan

Ada beberapa bakteri yang dapat menggunakan karbondioksida sebagai penerima elektron
dan dengan itu dapat mereduksinya menjadi metan. (Sumarsih, 2003)

c. Mikroorganisme Fakultatif Anaerob

Mikroorganisme yang yang termasuk dalam golongan fakultatif anaerob, dapat


menyesuaikan hidupnya pada lingkungan yang tidak mengandung oksigen. Apabila oksigen
terdapat dalam lingkungan hidupnya, maka jasad ini dapat tumbuh dengan memanfaatkan
oksigen tersebut sebagai akseptor elektron akhir. Akan tetapi kalau tidak ada oksigen, jasad
ini dapat melangsungkan fermentasi atau respirasi anaerob (Minasari, Lisna, 2009).

d. Mikroorganisme yang Mikroaerofil


Mikroorganisme yang termasuk golongan mikroaerofil, tidak dapat hidup dalam
suasana yang aerob ataupun anaerob dengan sempurna, karena oksigen bebas hanya
diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit sekali atau hanya kira-kira 20% dalam
atmosfer atau kurang dari 14 persentasi oksigen dalam atmosfer. Pada media makanan
padat didalam tabung reaksi, mikroorganisme ini dapat tumbuh pada suatu kedalaman
dimana oksigen dapat masuk secara difusi kedalam medium. (Lud, 2006)
C. Interaksi antara jasad dalam penggunaan nutrien
Jika dua atau lebih jasad yang berbeda ditumbuhkan bersama – sama dalam satu
medium, maka aktivitas metabolismenya secara kualitatif maupun kuantitatif akan
berbeda jika dibandingkan dengan jumlah aktivitas metabolisme masing – masing jasad
yang ditumbuhkan dalam medium sama, tetapi terpisah – pisah.
Fenomena tersebut merupakan hasil interaksi metabolisme atau interaksi dalam
penggunaan nutrisi yang dikenal dengan nama sintropik atau sinergistik, sebagai contoh
adalah bakteri penghasil metan yang obligat anaerob tidak dapat menggunakan glukosa
sebagai substrat, tetapi bakteri tersebut akan segera tumbuh dengan adanya hasil
metabolisme bakteri lain yang anaerob atau fakulatif anaerob yang dapat memfermentasi
glukosa.
Contoh lain adalah biakan campuran mikrobia yang terdiri dari satu atau lebih. Biakan
sering tidak memerlukan faktor tumbuh untuk perkembangannya. Mikrobia dapat
mensintesis bahan selnya dari bahan organik sederhana atau dari medium akan
mengeksresikan sejumlah kecil vitamin – vitamin atau asam – asam amino penting
(esensial) untuk mikrobia yang lain. Adanya kenyataan ini akan menimbulkan koloni
satelit (satelite colony) yang dapat dilihat pada medium padat. Kolon satelit ini hanya
dapat 15 tumbuh kalau ada eksresi dari mikroba lain yang merupakan faktor tumbuh
esensia dari mikrobia tersebut.
Disamping sintropisme dikenal juga interaksi mikrobia yang disebut “cross
feeding” yang merupakan bentuk sederhana dari simbiose mutualisme. Dalam cross
feeding, pertumbuhan jasad yang satu tergantung pada pertumbuhan jasad yang lain
karena kedua jasad tersebut saling memerlukan faktor tumbuh esensial yang dieksresikan
masing – masing jasad. (Haribi, Ratih, 2008)
SUMBER LITERATUR

file:///C:/Users/HP/Downloads/SEMUA%20PELAJARAN%20TENTANG

%20MIICROBA.pdf

http://www.pusdik.kkp.go.id/elearning/index.php/modul/read/181219-012847faktor--c-

faktor-c-yang-c-mempengaruhi-c-pertumbuhan-c-jasad-c-renik

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/NUTRISI%20MIKROBA%20A.pdf

https://dewirha93.blogspot.com/2015/03/nutrisi-mikrobia.html

https://raldorasuh.wordpress.com/2013/03/27/nutrisi-dan-medium-mikroba/

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-muhammadbi-6961-3-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai