Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emas adalah suatu benda yang sangat bernilai. Yang mendapatkan


tempat tertinggi sebagai pilihan investasi masyarakat. Berinvestasi dalam
bentuk emas telah dilakukan orang selama berabad-abad. Para raja dan
bangsawan pada mulanya menyimpan emas sebagai simbol kekuasaan,
tetapi kebanyakan dari mereka hanya menggunakan emas untuk keperluan
upacara dan bahan baku perhiasan. Logam mulia menjadi komoditas yang
bisa diterima oleh semua suku bangsa dan ras. Emas dan perak menjadi
alasan untuk mulainya perang dan mengakhiri perang pula. Masyarakat
selama berabad-abad mereka menyadari bahwa emas bersama perak
adalah dua jenis komoditi yang akan diterima secara luas oleh berbagai
bangsa.1
Seperti yang diketahui bahwa emas jumlahnya sangat terbatas dan
emas sebagai komoditas berjangka, harganya ditentukan berdasarkan
permintaan dan penawaran, atau supply dan demand.2 Ketika banyak
permintaan maka harga emas akan naik, sebaliknya jika penwaran lebih
tinggi dari permintaan, maka harga akan turun.
Investasi emas banyak diminati di kalangan masyarakat karena ini
tergolong cukup mudah dilakukan. Investasi emas baik dalam bentuk koin,
batangan, atau emas yang telah menjadi perhiasan ini memiliki kelebihan
dimana nilai dari emas itu sendiri dari tahun ketahun cenderung stabil,
bahkan mengalami kenaikan harga emas apabila laju inflasi semakin
tinggi. Joko Salim menerbitkan satu buku yang mengemukakan bahwa
harga emas dipercaya hendak selalu mengalami kenaikan mengikuti

1
Paramita Prananingtyas, “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR EMAS”,
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 47 No.4, Oktober 2018, Halaman 430-444
2
Rachmat, 2013, “Perdagangan Emas Di Era Modern”,
https://www.seputarforex.com/artikel/emas/lihat.php?id=114178&title=perdag
angan_emas_di_era_modern diakses pada tanggal 10 Mei 2020

1
tingkat kenaikan inflasi dalam suatu waktu tertentu. 3 Dengan membeli
emas baik dalam wujud koin, emas batang, atau perhiasan kemudian di
simpan dalam kurun waktu tertentu, kemudian pada waktu terjadi
kenaikan harga emas baik secara signifikan atau tidak, emas yang sudah
dibeli dapat dijual dengan nilai yang lebih tinggi dari harga beli emas
sebelumnya sehingga memperoleh keuntungan dari kenaikan harga emas
tersebut.
Seiring dengan perkembangan teknologi, aktivitas kehidupan
manusia dalam berbagai sektor tengah mengalami perubahan. Adanya
dukungan jaringan internet dan juga pengaruh dari era globalisasi
membawa dampak terhadap perekonomian dunia kedalam babak baru
yang memiliki istilah digital economy atau ekonomi digital.4 Begitu juga
pada sektor investasi suatu komoditi yang dilakukan oleh pemerintah
melalui Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, perkembangan
teknologi ini telah melahirkan model pelayanan publik yang dilakukan
melalui  e-commerce. Pelayanan pemerintah yang birokratis dan terkesan
kaku dieliminir melalui pemanfaatan e-commerce menjadi lebih fleksibel
dan lebih berorientasi pada kepuasan pengguna. E-commerce menawarkan
pelayanan publik bisa diakses secara 24 jam, kapan pun, dan dari manapun
pengguna berada. E-commerce juga memungkinkan pelayanan publik
tidak dilakukan secara face-to-face sehingga transaksi menjadi lebih
efisien.
Melihat pergeseran cara transaksi dalam berbisnis ke arah digital,
hal ini dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi siapa saja.
Investor-investor yang tergiur dengan keuntungan maksimal yang
ditawarkan dari berinvestasi pada emas inilah yang menjadi sasaran empuk
para pengelola investasi emas illegal Keadaan tersebut memunculkan
beberapa masalah, antara lain mengenai bentuk investasi emas dan bentuk
perlindungan hukum bagi para investor yang terlibat dalam penipuan
investasi emas. Penipuan investasi emas dilakukan oleh para pengelola
3
Salim, Joko. (2010). Jangan Investasi Emas sebelum Baca Buku Ini !. Jakarta: Transmedia
Pustaka, hal. 160
4
Khotimah, Cindy Aulia. (2015). Perlindungan Hukum bagi Konsumen dalam Transaksi
Jual Beli-Online (E-Commerce)”. Bussiness Law Review, 1(14)

2
jasa investasi emas yang tidak menyerahkan emas dalam bentuk fisik
kepada para investor.
Perkembangan kegiatan investasi di Indonesia tidak dapat
dipungkiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
penting regulasi hukum yang sangat dibutuhkan oleh para investor.5
Perlindungan hukum bagi para investor emas telah diatur oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Satgas Waspada Investasi, SiPeka
dan FCC.6 Namun pelaksanaan tugas dan kewenangan OJK ini masih
belum maksimal, oleh karena itu berawal dari adanya pengaduan kepada
OJK (Satgas Waspada Investasi – SWI) terkait adanya dugaan
perdagangan emas digital yang disinyalir dilakukan tanpa ada izin dari
instansi yang berwenang yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi
masyarakat di kemudian hari, salah satunya terkait dengan transaparansi
pengelolaan dana dan pengelolaan emas yang dilakukan. Melalui rapat
koordinasi di Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan yang
dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2019, dihasilkan:
A. Inovasi Keuangan Digital ( IKD ) Otoritas Jasa Keuangan akan
menyerahkan pengaturan aset kripto dan Komoditi Fisik Emas Digital
pada BAPPEBTI Kementerian Perdagangan RI;
B. Bagi perusahaan yang sedang dan telah permohonan pencatatan kepada
Otoritas Jasa Keuangan akan dikembalikan kepada BAPPEBTI sebagai
Otoritas atas kedua topik tersebut. OJK akan mengarahkan perusahaan
tersebut agar berkonsultasi dan mengikuti peraturan yang dikeluarkan
BAPPEBTI Kementerian Perdagangan.
C. Akan membuat team kecil intensif antara Inovasi Keuangan Digital
(IKD) Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia (BI) dan Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) Kementerian
Perdagangan dengan tujuan koordinasi yang baik dan efisien.7
Ni Ketut Supasti Dharmawan, Putu Tuni Caka Bawa Landra, dan Putu Aras
5

Samsithawrati, “Penjabaran Standar Internasional Trims Dan Oecd Dalam Ketentuan Hukum
Penanaman Modal Indonesia”, Jurnal Magister Hukum Udayana ISSN 2302-528X Vol. 4, No. 3:
550 – 564 https://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu/article/view/18062/11729 diakses pada tanggal
15 Mei 2020
6
Paramita Prananingtyas, Op.Cit.
7
Bapebbti. “Emas Digital”, diakses dari

3
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)
mengeluarkan empat peraturan terbaru yang mengatur teknis
penyelenggaraan dalam bursa berjangka komoditi yang salah satu
perturannya mengatur teknis penyelenggaraan perdagangan emas digital
dalam Bursa Berjangka (Peraturan  Bappebti  No.4 Tahun  2019 
tentang  Ketentuan  Teknis Penyelenggaraan  Pasar  Fisik  Emas
Digital  di Bursa Berjangka). Peraturan ini berpacu dari Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 119 Tahun 2018 tentang Kebijakan
Umum Perdagangan Pasar Fisik Emas Digital di Bursa Berjangka
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 36) yang
membuat komoditi emas layak dijadikan sebagai subjek dalam Bursa
Berjangka. Penerbitan peraturan ini sebagai tanda bahwa pemerintah
Indonesia harus terus mengikuti perkembangan industri Perdagangan
Berjangka Komoditi yang dinamis dan memberikan ruang kepada
pengembang usaha inovasi komoditas secara digital.8
Perlindungan perdagangan berjangka komoditi dilakukan dengan
pengawasan langsung oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI) Pada Pasal 4 ayat (1) undang-undang No 10
Tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi. 9 Dijelaskan pula
pada Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor : 86/
Mpp/ Kep/ 3/ 2001 Tentang Struktur Organisasi Departemen
Perindustrian Dan Perdagangan pasal 1112 yakni BAPPEBTI
mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan
pengawasan sehari-hari kegiatan perdagangan berjangka komoditi.
Dan juga didalam pasal 1113 BAPPEBTI menyelenggarakan
fungsi: (1) perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan,

http://bappebti.go.id/resources/docs/brosur_leaflet_2001_01_11_zl4c435y.pdf, pada tanggal 15


Mei 2020 pukul 20.21
8
Siaran Pers Kementerian Perdagangan, “Bappebti Terbitkan Empat Peraturan Aset
Kripto Dan Emas Digital”. Diakses dari
http://www.kemendag.go.id/id/news/2019/02/18/bappebtiterbitkan-empat-peraturan-aset-kripto-
dan-emas-digital- pada 15 Mei 2020.
9
Ni Luh Putu Ayu Merry Candrawati, R.A. Retno Murni, dan Marwanto, “Perlindungan Hukum
Bagi Nasabah Perdagangan Berjangka Komoditi Di Pt. Millenium Penata Futures”, Jurnal Kertha
Semaya Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Vol. 04, No.
05, Oktober 2016, https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/24305 , diakses pada
tanggal 16 Mei 2020

4
pengaturan dan pengawasan perdagangan berjangka komoditi dan
pembinaan pasar fisik; (2) pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pembinaan, pengaturan dan pengawasan perdagangan berjangka
komoditi dan pembinaan pasr fisik; (3) perumusan standar, norma,
pedoman, kriteriadan prosedur di bidang pembinaan, pengaturan, dan
pengawasan perdagangan berjangka komoditi dan pembinaan pasar
fisik; (4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pembinaan, pengaturan dan pengawasan perdagangan berjangka
komoditi dan pembinaan pasar fisik; (5) pengamanan pelaksanaan
kebijakan teknis di bidang pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
kegiatan perdagangan berjangka; (6) pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan pasar fisik; (7) pelaksanaan administrasi Badan.
Produk investasi menjadi salah satu alternatif untuk melindungi
aset yang dimiliki dari penurunan nilai akibat inflasi. Melalui investasi
masyarakat dapat mempersiapkan kebutuhan di masa yang akan datang
dengan memanfa’atkan dana yang dimiliki saat ini. Bursa Berjangka
dalam perkembangannya pada perdagangan emas digital menimbulkan
beberapa permasalahan yang diakibatkan oleh ketidak pahaman investor
ketika melakukan perdagangan berjangka dengan aset emas digital
sebagai subjeknya. Aset emas digital adalah salah satu produk investasi
yang sedang populer saat ini. Pesatnya perkembangan berbagai jenis
produk investasi tanpa dipadukan dengan edukasi yang memadai bagi
masyarakat menimbulkan kekhawatiran karena rentan akan penipuan.
Contoh penipuan ini adalah pelaku yakni entitas bisnis yang menawarkan
investasi illegal yang berjualan emas digital tanpa memiliki fisiknya.
Salah satu dari entitas tersebut adalah PT Aurum Karya Indonesia yang
berjualan emas secara digital pada tahun 2018, tanpa memiliki fisiknya,
mereka berjualan di Tokopedia. Berdasarkan pengakuannya, sudah
menjual 20 kilogram emas digital.10
Peraturan baru yang dikeluarkan oleh Bappebti dinilai masih
10
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "OJK Temukan Penjual Emas
Tak Berizin di Tokopedia" , https://katadata.co.id/berita/2018/09/07/ojk-temukan-penjual-emas-
tak-berizin-di-tokopedia pada 16 Mei 2020

5
kurang dalam sisi perlindungan konsumen karena masih banyak Investor
yang belum memahami cara kerja perdagangan emas digital sehingga
tidak jarang menjadi korban penipuan dari penjual emas digital tersebut.
Maka dari itu, Bappebti sebagai lembaga yang melakukan pengawasan,
pengaturan, pengembangan dan pembinaan terhadap kegiatan bursa
berjangka komoditi harus dapat menjalankan salah satu tujuan yang
dimilikinya, yaitu melindungi para pihak dalam Bursa Berjangka.
Berdasarkan isu-isu hukum yang telah dipaparkan di atas, perlu
memperhatikan keabsahan transaksi jual beli dan pembukaan akun
kontrak berjangka antara pelanggan dan pedagang emas digital, serta
perlindungan hukum bagi pelanggan yang melakukan investasi melalui
fasilitas yang disediakan oleh Pedagang emas digital dan perlindungan
hukum bagi peserta (investor) dalam bursa berjangka ketika terjadi
sengketa dalam melakukan transaksi jual beli emas digital.

B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik transaksi emas digital di Indonesia ?
2. Bagaimana ketentuan perizinan dalam penyelenggaraan transaksi emas
digital dalam perdagangan berjangka dan pengawasannya ?
3. Bagaimana perlindungan hukum bagi investor pada transaksi emas digital
dalam perdagangan berjangka ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan


diatas maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses transaksi jual beli emas digital di
bursa berjangka.
2. Untuk mengetahui apa saja yang harus dipenuhi penyelenggara
investasi fisik emas digital untuk mendapatkan izin usaha.

6
3. Untuk mengetahui proses perlindungan hukum bagi Investor pada
transaksi emas digital dalam perdagangan berjangka bila terjadi
sengketa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini


adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat
bagi perkembangan ilmu hukum khususnya hukum ekonomi atau hukum
bisnis dan kepada pembaca mengenai pentingnya pemahaman tentang
perdagangan komoditi khususnya pada perdagangan Emas digital yang
merupakan produk dari kemajuan teknologi di era globalisasi ini menurut
peraturan yang ada. Serta dapat menjadi acuan bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan tentang penyelenggaraan perdagangan emas
digital.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kontrol maupun


pengawasan dari masyarakat serta lembaga-lembaga pengawasan yang
terkait dalam mengawasi kegiatan bursa berjangka.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik

dari hasil penelitian yang masih ada maupun yang sedang dilakukan di

lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan judul “

ANALISIS YURIDIS PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN

BERJANGKA KOMODITI PASAR FISIK EMAS DIGITAL DI BURSA

BERJANGKA INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN BAPPEBTI

7
NO. 4 TAHUN 2019” belum pernah dilakukan oleh peneliti lain

sebelumnya. Sehubungan dengan keaslian Judul ini, peneliti telah

melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi ini belum pernah

diteliti oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara dalam

berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka peneliti akan

bertanggung jawab sepenuhnya.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Tinjauan Umum Perdagangan Berjangka

Menurut UU Nomor 32 Tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi


sebagai landasan hukum pelaksanaan perdagangan berjangka di Indonesia,
perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual-beli
komoditi yang penyerahannya dilakukan di kemudian hari berdasarkan kontrak
berjangka atau opsi atas kontrak berjangka.
Perdagangan berjangka merupakan perdagangan yang tidak sederhana.
Transaksi-transaksi yang ada di dalamnya adalah cukup kompleks. Di dalamnya
terdapat kontrak-kontrak derivatif
Kontrak Berjangka adalah kontrak yang standar (standardized contract)
dengan jumlah, mutu, jenis, tempat, dan waktu penyerahan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Oleh karena bentuknya yang standar itu, hanya harganya yang
dinegosiasikan di bursa berjangka. Perdagangan berjangka hanya berlangsung di
pasar-pasar yang terorganisir (organized market) atau dikenal dengan Bursa
Berjangka. Bursa Berjangka memperdagangkan kontrak berjangka untuk berbagai
komoditi (pertanian, perkebunan, pertambangan, atau produk-produk financial,
seperti mata uang atau curency, bahkan indeks seperti indeks saham.11
Adapun institusi-institusi dalam perdagangan berjangka antara lain:
Pantas Lamban Batu, “Perdagangan Berjangka: Futures Trading”, (Jakarta: PT. Elex
11

Media Komputindo, 2010) hal. 22.

8
a. Unsur Pengawas, dalam hal ini yaitu Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI). UU No. 32 Tahun 1997 tentang perdagangan
berjangka mengamanatkan pembentukan BAPPEBTI sebagai lembaga
pemerintah yang melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan kegiatan
perdagangan berjangka sehari-hari di Indonesia.

b. Unsur Penyelenggara, yaitu Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka.


Bursa Berjangka yang selanjutnya disebut bursa, adalah suatu organisasi
berdasarkan keanggotaan dan berfungsi menyediakan fasilitas bagi
terselenggara serta terawasinya kegiatan transaksi kontrak berjangka agar
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bursa ini berada di
Jakarta yang biasa disebut dengan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Sedangkan
Lembaga Kliring Berjangka adalah lembaga pelengkap dari bursa berjangka
yang berfungsi menyelesaikan dan menjamin performance seluruh transaksi
yang dilakukan di bursa dan telah didaftarkan padanya. Lembaga Kliring
berperan sebagai penjual terhadap pemegang posisi beli yang masih “terbuka”
dan sebagai pembeli terhadap pemegang posisi jual yang masih “terbuka”.
Sehingga dalam perdagangan berjangka pembeli dan penjual tidak perlu saling
bertemu atau saling mengenal karena dalam transaksi mereka diwakili oleh
Lembaga Kliring. Lembaga Kliring ini di Indonesia disebut Lembaga Kliring
Berjangka Indonesia (LKBI) yang berada di Jakarta.

c. Unsur Pelaku dan Penunjang Unsur pelaku adalah adalah pialang berjangka,
yaitu satu-satunya profesional yang boleh menerima amanat (order) dari
nasabah dan meneruskannya untuk ditransaksikan di bursa. Urusan nasabah
dalam hubungannya dengan bursa dan lembaga kliring akan diwakili oleh
pialang berjangka. Unsur penunjang adalah penasehat berjangka dan pengelola
sentra dana berjangka serta perbankan dan tenaga ahli bidang akuntansi,
hukum, pergudangan, dan lembaga penguji mutu.

d. Unsur Pengguna/Pemakai, Yaitu dunia usaha dan masyarakat umum yang

9
terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok hedger dan kelompok
investor/spekulan.12

2. Emas sebagai komoditi perdagangan berjangka

Emas merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan di bursa


berjangka. Emas termasuk dalam kategori hard komoditi (komoditi yang
tahan lama). Emas dapat dikategorikan sebagai komoditi sesuai UU No. 32
Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 2011 (“UU PBK”): “Komoditi adalah
semua barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari
Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.”

3. Manfaat perdagangan berjangka komoditi

Ada dua manfaat utama perdagangan berjangka, yaitu13 :


a. Sebagai sarana pengelola resiko (risk management) melalui kegiatan
lindung nilai (hedging) yang dilakukan dalam kontrak berjangka, akan
dapat mengurangi dampak akibat resiko perubahan harga hingga
seminimal mungkin. Melalui perdagangan berjangka, produsen komoditi
dapat menjual komoditi yang akan mereka panen beberapa bulan
kemudian dengan harga yang telah ditetapkan oleh produsen berdasarkan
perhitungan bisnisnya. Lindung nilai (hedging) adalah suatu mekanisme
proteksi terhadap resiko harga. Dapat dikatakan bahwa aktifitas lindung
nilai itu terkandung substitusi sementara transaksi tunai (cash transactions)
dengan transaksi pasar di masa yang akan datang. Mekanisme lindung
nilai terdiri dari transaksi yang berlawanan antara posisi di pasar fisik dan
posisi di pasar berjangka. Untuk melindungi pihak yang melakukan
lindung nilai dari pengaruh pergerakan fisik yang tidak sesuai dengan

12
Trainer & Complain Devision PT. First State Futures Surabaya, Pengenalan
Perdagangan Berjangka, (Surabaya: PT. First State Futures, 2013), 5-6.
13
Pantas Lamban Batu Op.cit

10
perkiraan atau perhitungan sebelumnya.
b. Sebagai sarana pembentukan harga (price discovery) yang transparan dan
wajar. Pada dasarnya, perdagangan berjangka merupakan salah satu
alternatif penemuan/pembentukan harga. Istilah penemuan atau
pembentukan harga itu berbeda dengan penetapan harga (price
determination). Pembentukan/penemuan harga digunakan untuk
menjelaskan proses ketika pembeli dan penjual sepakat pada harga tertentu
dan syarat jual-beli (term of trade) yang tertentu pula. Selain dari dua
fungsi di atas, perdagangan berjangka juga sebagai alternatif investasi.
Kelompok yang memanfaatkan bursa untuk tujuan investasi adalah
kelompok yang dikenal dengan investor atau spekulator. Mereka
memanfaatkan adanya perubahan harga untuk mencari keuntungan, yaitu
membeli kontrak berjangka pada saat harga rendah dan menjualnya pada
saat harga tinggi. Jika yakin bahwa harganya akan turun, pada saat itu ia
akan membeli kontraknya, begitu pula sebaliknya.

4. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI)

 Sejarah BAPPEBTI

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti


dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang
Perdagangan Berjangka Komoditi merupakan salah satu unit eselon I
berada di bawah naungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Berdasarkan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997,
sebelum Bappebti dibentuk secara resmi sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 1997 tersebut, tugas, fungsi, dan kewenangan Bappebti
dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Bursa Komoditi atau Bapebti yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1982 tentang
Bursa Komoditi, bernaung di bawah Departemen Perdagangan pada waktu
itu. Jadi secara kelembagaan, Bappebti yang ada sekarang sebenarnya
adalah merupakan pengalihan fungsi dari Badan Pelaksana Bursa

11
Komoditi (Bapebti).
Bappebti (dengan 2 "P") secara resmi dibentuk pada tanggal 27
September 1999 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor : 115 Tahun
1999 yang kemudian telah diperbaharui beberapa kali terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2001. Demikian pula struktur
organisasi dan uraian tugas Bappebti telah beberapa kali mengalami
penyempurnaan dan terakhir berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan No : 86/MPP/Kep/3/2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Berdasarkan
Keputusan Menperindag Nomor : 86/MPP/Kep/3/2001, struktur organisasi
Bappebti terdiri dari 4 pejabat eselon II (Sekretaris Badan, Kepala Biro
Hukum, Kepala Biro Perniagaan, dan Kepala Biro Analisis Pasar), 15
pejabat eselon III (Kabag), dan 43 pejabat eselon IV (Kasubbag).
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, selanjutnya
dalam keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No
86/mpp/kep/3/2001 disebut BAPPEBTI adalah unsur penunjang
pelaksanaan tugas Departemen yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.14
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang
selanjutnya disebut Bappebti adalah lembaga pemerintah yang tugas
pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, dan
pengawasan Perdagangan Berjangka. Bappebti adalah lembaga pemerintah
yang tugas pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan,
dan pengawasan Perdagangan Berjangka.15 Pembentukan dari Bappebti
sendiri tentunya memiliki tujuan yaitu melindungi semua pihak yang
melakukan perdagangan berjangka sehingga pelaksanaan yang teratur,
wajar, efektif, dan efisien harus diwujudkan.16
Tugas dan wewenang Bappebti sudah diatur dalam UU Nomor 32
Tahun 1997 mengenai perdagangan berjangka komoditi. Beberapa tugas

14
Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No 86/mpp/kep/3/2001
15
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, www.bappebti.go.id, diakses pada 10 Juni
2020
16
Anggarani, S. P. (2018). Analisis Pengendalian Internal terhadap Investasi Emas (Gold) pada
PT. Central Capital Future Cabang Malang. Universitas Muhammadiyah Malang, hal. 11

12
dan wewenangnya antara lain mengeluarkan izin usaha, mengawasi
promosi para pemegang izin, memeriksa pemegang izin yang diduga
melakukan pelanggaran, serta memberikan fasilitas penyelesaian pada
masalah yang terjadi di perdagangan berjangka.
Dalam menetapkan regulasinya, BAPPEBTI memiliki standar yang
harus dipatuhi oleh entitas-entitas di bawahnya. Secara umum, regulasi
tersebut diterapkan untuk memastikan kualitas layanan perdagangan
berjangka demi menjamin keamanan dan kepentingan para investor. Dapat
disimpulkan bahwa adanya regulasi BAPPEBTI pada layanan pada
perdagangan berjangka menjamin kualitas layanan dan keamanan dalam
taraf yang sesuai standar nasional.

G. Metode Penelitian

Skripsi sebagai sebuah karya ilmiah harus disusun berdasarkan metode

ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Metode penelitian

pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.17 Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis melakukan

penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang telah ditentukan sebagai

sebuah proses ilmiah. Adapun metode penulisan yang digunakan penulis dalam

menyusun skripsi ini adalah :

1. Jenis, sifat dan pendekatan penelitian.

a) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian

yuridis normatif yaitu metode penelitian hukum yang melihat tentang

isi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

17
Sugiyono, “Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D”, (Bandung: cv. Alfabeta
Bandung, 2010), hal. 2

13
b) Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian preskriptif, yaitu

penelitian yang dimaksudkan untuk melihat perkembangan yang

terjadi dalam praktik serta melihat secara detail aturan hukum yang

ada serta memberikan analisis dan kritikan terhadap praktik yang ada.

c) Pedenkatan penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, dengan


pendekatan tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dari
berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari
jawabannya. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan peraturan perundang-undangan (statue aproach).18 Suatu
penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang-
undangan, karena yang akan diteliti adalah aturan hukum yang
menjadi fokus sekaligus tema sentral dari skripsi ini.
2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

a) Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diambil oleh penulis melalui data

sekunder. Data sekunder ini meliputi bahan-bahan kepustakaan

hukum dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan

yang dikemukaka. Adapun sumber data yang digunakan oleh penulis

dalan penelitian ini adalah :

1) Bahan hukum primer, yang terdiri dari peraturan hukum yang

mengikat (ius constitutum) dalam siste, hukum di Indonesia.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu terdiri dari buku-buku dan

literatur lainnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan

dalam skripsi ini.


18
Peter Mahmud Marzuki. 2008.Penelitian Hukum. Cet 2. Jakarta: Kencana. Hal 29

14
b) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam

menyusun penelitian ini adalah dengan pengumpulan data melalui

studi pustaka, dimana penulis memperoleh data atau bahan-bahan

hukum yang ada dengan cara mengumpulkan dan membahasnya

melalui bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

H. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
disusun secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka
diperlukan adanya penguraian dalam bab per bab secara teratur dan berkaitan satu
sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan pendahuluan yang pada pokoknya menguraikan
tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi,
perumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan
dalam bab pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode
penalitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II KARAKTERISTIK TRANSAKSI EMAS DIGITAL DI
INDONESIA
Berisikan tentang defenisi emas digital dan mengetahui
mekanisme perdagangan emas digital di Indoensia
berdasarkan peraturan badan pengawas perdagangan
berjangka komoditi.
BAB III KETENTUAN PERIZINAN DALAM
PENYELENGGARAAN TRANSAKSI EMAS DIGITAL
DALAM PERDAGANGAN BERJANGKA DAN
PENGAWASANNYA

15
Bab ini berisikan tentang segala perizinan dalam
penyelenggaraan transaksi emas digital serta
pengawasanya

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR PADA


TRANSAKSI EMAS DIGITAL
Pada bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan pada
rumusan masalah yang ketiga yakni pembahasan mengenai
perlindungan hukum bagi Investor dalam transaksi emas
digital di Indonesia. Pembahasan ini meliputi hubungan
hukum para pihak dalam transaksi emas digital, keabsahan
transaksi emas digital berdasarkan hukum perdata, serta
dasar perlindungan hukum bagi Investor dalam transaksi
emas digital baik secara preventif maupun represif.
BAB V PENUTUP
Bagian penutup yang sekaligus merupakan bab terakhir
dalam penulisan skripsi ini yang mengemukakan mengenai
kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pembahasan
yang sebelumnya dalam skripsi ini.

16

Anda mungkin juga menyukai