PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan faktor yang paling dominan sebagai motor penggerak kegiatan usaha.
Setiap organisasi ekonomi dalam bentuk apapun dan dalam skala apapun selalu
membutuhkan dana yang cukup agar laju kegiatan usahanya dapat berjalan sesuai
dengan kemampuan tetapi adakalanya pula tidak dapat dipenuhi sendiri. 1 Untuk
itu dibutuhkan bantuan dari pihak lain yang bersedia menyediakan dana sesuai
dengan tingkat kebutuhan dengan cara meminjam kepada pihak lain atau dengan
usaha/lembaga yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-
Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Keuntungan atau
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnnya, (Jakarta: Raja Grapindo Persada,
2010), hlm. 269
2
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta:
Salemba Empat, 2008), hlm. 222
1
Kebutuhan perusahaan akan dana tambahan dapat diperoleh dengan
yang menerima pinjaman dana disebut dengan debitor atau si berutang. Pemberian
penyerahan jaminan utang oleh pihak debitor kepada kreditor. Jaminan utang
dapat berupa barang (benda) yang disebut jaminan kebendaan dan dapat berupa
3
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2010), hlm. 2.
4
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 2.
5
Supianto, Hukum Jaminan Fidusia – Prinsip Publisitas pada Jaminan Fidusia,
(Yogyakarta: Garudhawaca, 2015), hlm. 71.
2
debitor. Jaminan perorangan atau Personal Guarantor diatur dalam Buku III Bab
KUH Perdata).6
Menurut ketentuan Pasal 1831 dan 1837 KUH Perdata, penjamin atau yang
disebut dengan Personal Guarantor berhak untuk menuntut agar debitor ditagih
kepada penjamin. Jika ada penjamin lainnya, utang tersebut dipecah-pecah atau
kepada debitor apabila pada waktu yang telah ditentukan debitor tidak dapat
sommatie berisi pernyataan bahwa debitor wajib memenuhi prestasi dalam waktu
yang ditentukan dan jika dalam waktu tersebut debitor tidak dapat memenuhinya,
maka debitor dinyatakan telah lalai atau wanprestasi.8 Dalam hal debitor lalai atau
wanprestasi, maka kreditor dapat menuntut penjamin dengan dasar Pasal 1831 dan
maka kreditor dapat menempuh upaya lain, yaitu dengan menuntut pelunasan
kepada penjamin. Jika debitor dan penjamin tidak pula memenuhi kewajibannya,
maka kreditor dapat mengajukan upaya hukum gugatan ganti kerugian kepada
debitor dan penjamin. Dalam hal debitor dan penjamin memiliki utang kepada dua
kreditor atau lebih dan salah satunya telah jatuh tempo, maka cukup alasan bagi
6
Siti Anisah, “Personal Guarantor Corporate Guarantee dalam Putusan Peradilan
Niaga”, Jurnal Hukum, Februari Vo. 9 No.19 tahun 2002, hlm. 51.
7
Thomas Suyatno, dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2007), hlm. 94.
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2010), hlm. 242.
3
kreditor mengajukan upaya permohonan pailit kepada pengadilan niaga. 9
UUK-PKPU).
seluruh kekayaan debitur pailit, baik yang telah ada maupun yang akan ada di
penjualan harta kekayaan tersebut untuk membayar seluruh utang debitur pailit
kepailitan oleh pengadilan dengan suatu keputusan hakim yang tetap, maka akan
dilakukan suatu upaya hukum yang dapat menyeimbangi keberadaan dan fungsi
9
Sunarmi, Hukum Kepailitan, (Jakarta : PT. Sofmedia, 2010), hlm. 205
10
Ibid.
4
debitur maupun kreditur yang memiliki itikad baik, dimana permohonan
pailit.11
(selanjutnya disebut UUK dan PKPU), debitur yang tidak dapat atau
utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan
kepada kreditur.
Istilah lain dari PKPU ini adalah suspension of payment atau Surseance van
melalui putusan hakim niaga di mana dalam masa tersebut kepada pihak kreditur
kepada kreditur.13
11
Hartini Rahayu, Hukum Kepailitan Edisi Revisi Berdasarkan UU No 37 tahun 2004,
(Malang: UPT Percetakan Universitas Muhammadiyah, 2008), hlm. 221.
12
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Citra Aditya Bakti,
1999), hlm. 15.
13
Ibid.
5
membayar utang-utangnya, dan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai untuk
Hal ini menjadi penting karena Personal Guarantor sebagai pihak ketiga
uraian di atas, maka penulis mengkaji masalah tersebut dengan mengambil judul
165/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN.Niaga.Jkt.Pst)”
B. Perumusan Masalah
sebagai berikut :
Dimohonkan Pailit?
C. Tujuan Penelitian
6
1. Untuk mengetahui proses pengajuan permohonan PKPU di Pengadilan
Niaga.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Secara Teori
Personal Guarantor.
2. Secara Praktik
saja yang ingin mengetahui lebih jauh PKPU dan Personal Guarantor,
7
E. Keaslian Penelitian
hasil penelitian yang masih ada maupun yang sedang dilakukan di lingkungan
oleh peneliti lain sebelumnya. Sehubungan dengan keaslian Judul ini, peneliti
Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi ini belum pernah diteliti
oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara dalam berbagai tingkat
kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka peneliti akan bertanggung jawab
sepenuhnya.
F. Tinjauan Kepustakaan
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang
perorangan dapat dilihat dari berbagai pandangan dan pendapat para ahli.
14
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum
Jaminan Dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty, 1980), hlm. 77.
8
Unsur jaminan perorangan, yaitu:
pengadilan.
dan
15
R. Soebekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 163.
16
Ibid.
17
Ibid.
9
2) Hubungan hak yang bersifat intern: hubungan hak antara
mendapat pinjaman uang atau kredit dari kreditur. Pihak ketiga adalah orang
18
Pasal 1820 KUH Perdata
19
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm. 217.
10
b. Besarnya penanggungan tidak akan melebihi besarnya perutangan
pokok.
perutangan pokok.20
hanya sebagian saja dari utangnya, atau dengan syarat-syarat yang kurang.
yang lebih berat, maka perikatannya itu tidak sama sekali batal, melainkan
ia adalah sah hanya untuk apa yang diliputi oleh perikatan pokoknya. 21
Demikianlah bunyi Pasal 1822 KUH Perdata. Apa yang ditetapkannya itu
20
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit, hlm. 82.
21
Ibid.
22
Ibid., hlm. 83
11
penanggungan hingga melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat
tertulis. Ia boleh diadakan secara lisan; adalah beban dari kreditor untuk
kesanggupannya.
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi penelitian
data yang bersifat sekunder yang ada diperpustakaan. Penelitian ini dikaji
23
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 111
24
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002),
hlm. 13.
12
Pendekatan penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah
perbandingan hukum.25
2. Data Penelitian
Materi dalam penelitian ini diambil dari data data sekunder yang
Terbatas
elektonik.
25
Ibid, hlm. 14.
26
Bambang Sunggono, Op.Cit., hlm. 113.
13
c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang memberi petunjuk-
skripsi ini, yang bersifat ilmiah yang dapat dipergunakan sebagai dasar
4. Analisis data
14
logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir deduktif-
H. Sistematika Penulisan
diperlukan adanya penguraian dalam bab per bab secara teratur dan berkaitan satu
BAB I PENDAHULUAN
27
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hlm. 14.
28
H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II , (Surakarta: UNS Press, 1998),
hlm. 24.
15
tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi,
PENGADILAN NIAGA
Guarantor
165/PDT.SUS-PKPU/2018/PN.NIAGA.JKT.PST.
16
Berisikan tentang penjelasan Legal Standing dalam
165/PDT.SUS-PKPU/2018/PN.NIAGA.JKT.PST.
17
BAB II
yang diajukan dalam proses kepailitan dan perdamaian dalam proses PKPU.
pailit. Bila Debitor dalam proses PKPU menawarkan perdamaian dan ditolak
oleh Kreditor, maka perdamaian tersebut tidak dapat ditawarkan lagi dalam
proses kepailitan.29
1. Melalui Kepailitan
29
Sunarmi, Hukum Kepailitan, (Medan: USU Press, 2009), hlm. 21
30
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2001), hlm. 101.
18
2. Melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
cara:31
kreditornya
pengadilan
Tahun 2004, debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat
31
Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, Edisi I, (Bandung: Alumni, 2006), hlm. 201-202
32
Fred B. G. Tumbuan, Ciri-Ciri Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Sebagaimana Dimaksud dalam Undang-Undang Tentang Kepailitan, terdapat dalam Rudhy A.
Lontoh, et.al., Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, (Bandung: Alumni, 2001), hlm. 243.
19
melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat
1. Upaya Hukum
a. Kepailitan
b. PKPU
Tidak dapat diajukan upaya hukum (Pasal 235 ayat (1) UUK dan
PKPU).
a. Kepailitan
20
b. PKPU
Pengurus (Pasal 225 ayat (2) dan ayat (3) UUK dan PKPU)
3. Kewenangan Debitor
a. Kepailitan
b. PKPU
PKPU)
a. Kepailitan
Setelah putusan pailit oleh pengadilan niaga tidak ada batas waktu
b. PKPU
putusan PKPU sementara diucapkan (Pasal 228 ayat (5) UUK dan
PKPU).
persyaratan berikut:34
34
Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Prinsip,Norma dan Praktik di Peradilan, (Jakarta:
Kencana, 2015), hlm. 148.
21
1. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada ketua pengadilan
Menurut Rahayu Hartini ada beberapa surat dan dokumen yang harus
Jakarta Pusat;
2. Identitas debitor;
4. Surat kuasa khusus dan penunjukkan kuasa kepada orangnya bukan kepada
law firmnya;
6. Nama serta tempat tinggal atau kedudukan para kreditor konkuren diseretai
35
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan Edisi Revisi Berdasarkan UU No.37 Tahun 2004
tentangKepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Malang: Percetakan
Universitas Muhammadiyah, 2008), hlm. 196.
22
7. Rencana pembukuan terakhir dari debitor;
pembayaran utang (PKPU) tertera dalam UUK dan PKPU pada Pasal 222-226,
meliputi:36
a. PKPU dapat diajukan oleh debitor yang memiliki lebih dari 1 kreditor atau
oleh kreditor
ditagih.
ditagih.
36
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hlm. 170.
23
Pengawas Pasar Modal (sekarang adalah Otoritas Jasa Keuangan)
yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitor beserta surat bukti
secukupnya
melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 hari sebelum
sidang
f. Pada sidang tersebut, Debitor mengajukan daftar yang memuat sifat, jumlah
piutang, dan utang Debitor beserta surat bukti secukupnya dan, bila ada,
rencana perdamaian.
pendaftaran.
24
Bank Indonesia
didaftarkan.
advokatnya.
37
Pasal 224 UUK-PKPU
25
2. Dalam hal pemohon adalah Debitor, permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang,
Debitormelalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 (tujuh)
daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang Debitorbeserta surat
6. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), dan ayat (5) berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara pengajuan
yang dimaksud dalam Pasal 222 harus diajukan kepada pengadilan sebagaimana
26
2. Dalam hal Debitur adalah pesero atau firma, maka pengadilan yang daerah
memutuskan.
Indonesia.
Pasal 224 ayat (2) UUK-PKPU menentukan bahwa dalam hal pemohon
adalah debitur, permohonan PKPU harus disertai daftar yang memuat sifat,
jumlah piutang, dan utang debitur beserta surat bukti secukupnya. Pasal 224
pengadilan wajib memanggil debitur melalui juru sita dengan surat kilat tercatat
paling lambat tujuh hari sebelum sidang. Selanjutnya, Pasal 224 ayat (4) UUK-
PKPU menyatakan, pada saat sidang sebagaimana dimaksud ayat (3), debitur
mengajukan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitur
Daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitur beserta
surat bukti secukupnya sebagaimana yang dikatakan Pasal 224 ayat (2) dan
Pasal 224 ayat (4) harus dipenuhi. Hal ini perlu dilakukan agar dari surat-surat
tersebut dapat diketahui apakah ada harapan bahwa debitur di kemudian hari
27
dapat memuaskan kreditur-krediturnya. Disamping itu informasi mengenai
nama dan tempat kedudukan atau domisili para kreditur diperlukan untuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222. Klausula dapat disini berarti tidak
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5),
menurut Pasal 224 ayat (6) UUK-PKPU berlaku mutatis mutandissebagai tata
pailit diajukan. Hal ini sehubungan dengan ketentuan Pasal 222 joPasal 229
kemungkinan:42
39
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-undang No.37 Tahun
2004 tentang Kepailitan, (Jakarta: Grafiti, 2008), hlm. 341.
40
Ibid. hal . 338
41
Ibid.
42
Ibid.
28
diperiksa, Pengadilan Niaga menerima pula permohonan PKPU dari
debitur atau salah satu kreditur yang bukan pemohon, maka pemeriksaan
1. PKPU Sementara
43
Pasal 225 ayat (2) UUK-PKPU
29
Pengadilan Niaga dan mengangkat hakim pengawas serta seorang
surat tercatat atau melalui kurir, untuk menghadap dalam sidang yang
diselenggarakan paling lama pada hari ke-45 (empat puluh lima) terhitung
diucapkan.45
diucapkan sudah diajukan rencana perdamaian oleh debitor, hal ini harus
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari
dan Pengadilan wajib menyatakan Debitor Pailit dalam sidang yang sama.
44
Pasal 225 ayat (3) UUK-PKPU
45
Pasal 225 ayat (4) UUK-PKPU
46
Pasal 226 ayat (2) UUK-PKPU
30
mengenai rencana perdamaian oleh debitor dan para kreditornya berjalan
efektif.47 Maka dari itu, apabila debitor telah memenuhi persyaratan maka
2. PKPU Tetap
PKPU tetap harus ditetapkan oleh pengadilan niaga dalam waktu 45 hari
yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir dan mewakili
paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan
mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan
PKPU tetap yang disetujui oleh hakim pengadilan niaga berikut beserta
47
Sutan Remy Sjahdaeni, Loc. Cit.
48
Pasal 229 ayat (1) UUK-PKPU
49
Pasal 228 ayat (6) UUK-PKPU
31
membahas rencana perdamaian antara debitor dengan para kreditornya, di
oleh debitor pada waktu mengajukan permohonan PKPU atau setelahnya untuk
32
sebelum hari sidang yang merupakan rapat permusyawaratan hakim atau
hakim pengawas
5. Jangka waktu antara hari terakhir tagihan yang harus disampaikan kepada
33
maka harus segera disampaikan kepada Hakim Pengawas, pengurus, dan
sebagaimana dimaksud dalam Bab II, kecuali Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13,
13. Selain itu apabila terjadi pembatalan perdamaian maka debitor juga harus
dinyatakan pailit dan ketentuan dalam Pasal 170 dan Pasal 171 berlaku
34
1. Berdasarkan waktunya, perdamaian dalam PKPU diajukan pada saat atau
perdamaian harus disetujui lebih dari 1/2 jumlah kreditor konkuren yang
sama dan mewakili 3/4 dari jumlah piutang yang diakui. Sedangkan
dalam kepailitan harus disetujui 2/3 dari kreditor konkuren yang mewakili
debitor.
dengan hak istimewa tidak dapat memberikan suara dalam rencana perdamaian.
adalah kreditor yang memegang jaminan hak gadai, jaminan fidusia, jaminan
hak hipotek, ataupun hak agunan atas kebendaan lainnya. Selain itu juga
harus dibayar dan Hakim Pengawas harus menentukan jumlah tagihan yang
Kepailitan, Ctk. Pertama, (Yogyakarta: NFP Publishing, 2014), hlm. 47.
35
sudah ada dan belum dibayar sebelum PKPU yang bukan merupakan tagihan
dengan hak untuk diistimewakan. Selain itu juga termasuk kreditor yang
disebutkan.
rencana perdamaian. Hal itu dapat terjadi apabila mereka melepaskan haknya
1. Persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang
haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditor
dimaksud dalam Pasal 280, yang bersama- sama mewakili paling sedikit
2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara
diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat
tersebut; dan
2. Persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang piutangnya
dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak
agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3
(dua per tiga) bagian dari seluruh tagihan dari Kreditor tersebut atau
36
jaminan atau nilai aktual pinjaman yang secara langsung dijamin dengan hak
Apabila lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang hadir pada rapat
Kreditor dan mewakili paling sedikit 1/2 (satu perdua) dari jumlah piutang
perdamaian maka dalam jangka waktu paling lambat 8 (delapan) hari setelah
perdamaian.59
menahan benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam
perdamaian;
atau lebih kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan
tanpa menghiraukan apakah debitor atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai hal
ini; dan/atau
4. Imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum
57
Pasal 281 ayat (2) UUK-PKPU
58
Pasal 152 UUK-PKPU
59
Pasal 153 UUK-PKPU
60
Pasal 285 ayat (2) UUK-PKPU
37
dibayar atau tidak diberikan jaminan untuk pembayarannya.
dicicil.61 Disisi lain, menurut Munir Fuady yang di kutip dalam buku Rachmadi
atas:63
tempo
dan bunga
F. Berakhirnya PKPU
61
Jono, Op.Cit., hlm. 46.
62
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Ctk. Pertama, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008). hlm. 1222.
63
Ibid.
38
pengawas, atau atas prakasa pengadillan dengan alasan-alasan sebagai berikut:64
3. Debitor melakukan pelanggaran Pasal 240 ayat (1) UUK dan PKPU
pailit dalam putusan yang sama. Putusan pernyataan pailit sebagai akibat putusan
pengakhiran PKPU harus diumumkan sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (4)
Selama berlangsungnya PKPU, menurut Pasal 242 ayat 1 Pasal 240 ayat 1
UU Kepailitan dan PKPU debitur tidak dapat dipaksa untuk membayar utang-
utangnya. Selain itu, semua tindakan eksekusi yang telah dimulai dalam rangka
baik selama PKPU sementara maupun selama PKPU tetap.66 Ketentuan Pasal 242
64
Jono, Op.Cit., hlm. 181.
65
Ibid.
66
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hlm. 357.
39
ayat 1 dan 2 Pasal 240 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU berlaku juga terhadap
eksekusi dan sita yang telah dimulai atas benda yang tidak dibebani, sekalipun
eksekusi dan sita tersebut berkenaan dengan tagihan kreditur yang dijamin dengan
gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau
Selain itu, akibat-akibat hukum PKPU terhadap harta persatuan. PKPU akan
membawa akibat hukum terhadap segala harta kekayaan debitur. Untuk itu UU
Kepailitan dan PKPU membedakan antara debitur yang telah menikah dengan
persatuan harta dan yang menikah tanpa persatuan harta. Apabila debitur telah
menikah dalam persatuan harta, harta debitur mencakup semua aktiva dan pasiva
persatuan (Pasal 241 UU Kepailitan dan PKPU). Dan penjelasan Pasal 241
1. PKPU dapat diajukan oleh debitor yang memiliki lebih dari 1 kreditor
67
Ibid. hlm. 358
68
Sunarmi, Op.Cit., hlm. 213.
40
dan dapat ditagih.
dapat ditagih.
Keuangan)
daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitor beserta
melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 hari sebelum
sidang
jumlah piutang, dan utang Debitor beserta surat bukti secukupnya dan,
41
7. Pada surat permohonan dapat dilampirkan rencana perdamaian.
Pengadilan.
pendaftaran.
Keuangan.
permohonan didaftarkan.
42
e. Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah tanggal
222.
6. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), ayat (2), ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5) berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara
43
BAB III
44
DAPAT DIMOHONKAN PAILIT
a. Menurut Undang-Undang
utang, yaitu pihak kreditur, debitur, dan pihak ketiga. Kreditur disini
sedangkan debitur adalah orang yang yang mendapat pinjaman uang atau
kredit atau kreditur. Pihak ketiga adalah orang yang akan menjadi
memenuhi prestasinya.70
Tiada penanggungan, jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah.
69
Pasal 1820 KUH Perdata
70
H.Salim Hs, Op.Cit, hlm. 219.
45
bahwa penanggungan itu adalah suatu “perjanjian accesoir” seperti halnya
perjanjian (pokok) yang diadakan oleh seorang yang belum dewasa. Hal itu
batal.71
Istilah jaminan perseorangan berasal dari kata bortgtoch. Ada juga yang
perorangan dapat dilihat dari berbagai pandangan dan pendapat para ahli.
(perorangan) adalah:
71
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit, hlm. 82.
72
H. Salim HS, Op.Cit, hlm. 217.
46
Soebekti mengartikan jaminan perorangan adalah:
kepada kreditur suatu kedudukan yang lebih baik, karena adanya lebih dari
seorang debitur yang dapat ditagih. Lebih baik disini adalah lebih baik
daripada kreditur yang tidak mempunyai hak jaminan (khusus), atau lebih
Adanya lebih dari seorang debitur, bisa karena ada debitur serta tanggung
melebihi aktivanya.76
73
Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 164.
74
Ibid.
75
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan kebendaan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2007), hlm. 13.
76
Ibid.
47
berdasarkan Pasal 1131 semua kreditur akan menerima pelunasan, karena
hutang. Paling-paling dalam hal seperti itu ada kreditur yang lebih muda
untuk terpenuhi.
artinya penjamin baru membayar hutang debitur jika debitur tidak memiliki
kemampuan lagi atau debitur sama sekali tidak mempunyai harta benda
yang dapat disita. Kalau pendapatan lelang sita atas harta benda debitur
dan tidak boleh secara ragu-ragu. Pada perjanjian ini pihak penjamin harus
77
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.
239.
78
M. Bahsan, Op.Cit., hlm. 2.
48
berpiutang.79
rumusan yang diberikan tersebut dapat kita ketahui bahwa suatu penanggungan
penanggungan utang tidak terlepas dari sahnya perjanjian yang diatur dalam
Hal ini berarti tanpa keberadaan utang yang ditanggung tersebut, maka
oleh seorang pihak ketiga (jadi bukan debitor yang berkewajiban untuk memenuhi
79
Wan Sadjaruddin Baros, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, (Medan: USU Press,
1992), hlm. 77.
80
Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, Penanggungan Utang Dan Perikatan Tanggung
Menanggung, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.13.
81
Ibid.
49
suatu perikatan yang telah ada) dengan kreditor (yang berhak atas pemenuhan
harus dibuat sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yang menyatakan
bahwa:
82
Ibid, hlm. 14.
83
Ibid.
50
persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan
unsur esensialia dari suatu penanggungan utang meliputi tiga hal berikut
di bawah ini:
perikatan yang melibatkan lebih dari satu debitor, jadi untuk melindungi
diri sebagai penanggung dengan tidak telah diminta untuk itu oleh yang
itu”.
menjadi penanggung tidak saja untuk pihak debitor utama, tetapi juga
84
Ibid.
85
Pasal 1823 ayat 1 KUH Perdata
86
Pasal 1823 ayat 2 KUH Perdata
51
untuk seorang penanggungnya orang itu”.
kreditor.
Pasal 1821 ayat (1) KUHPerdata menentukan lebih jauh bahwa “tiada
yang diberikan adalah suatu perikatan yang berdiri sendiri dan tidak
ganti rugi terhadap siapa yang telah menanggung pihak ketiga tersebut
52
menguatkan sesuatu, jika pihak ketiga tersebut menolak untuk memenuhi
perikatannya itu”.88
menjamin pihak ketiga bahwa pihak ketiga tersebut akan berbuat sesuatu,
masing debitor).90
jika telah telah terbukti debitor tidak memenuhi kewajiban, prestasi atau
88
Pasal 1316 KUH Perdata
89
Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, Op.Cit, hlm. 18.
90
Ibid.
53
penanggungan utang dari suatu perikatan tangung-menanggung.91
perikatan debitor, jika belum terbukti bahwa debitor telah cidera janji
atau wanprestasi.
diadakan untuk lebih dari utangnya, atau dengan syarat-syarat yang lebih
berat, maka perikatan itu tidak sama sekali batal, melainkan ia adalah sah
sepanjang ketentuan penangungan itu sendiri tidak jauh lebih berat, atau
pokok. Hal ini adalah konsekuensi dari sifat ikutan penanggungan utang
91
Ahmadi Miru, Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai
1456 KUHPerdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 65.
92
Pasal 1822 KUH Perdata
93
Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, Op.Cit, hlm. 70.
54
terhadap perikatan pokok. Tidak mungkin seorang penanggung dapat
menanggung utang yang tidak pernah ada, ataupun untuk sesuatu yang
yang sudah ditentukan, harus terjadi di tempat mana barang itu berada
94
Ibid, hlm. 80
95
Ibid.
96
Pasal 1395 KUH Perdata
55
4. Saat penanggung mulai diwajibkan untuk memenuhi perikatannya
3) Unsur aksidentalia
Bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjiian dalam hal
97
Pasal 1820 KUH Perdata
98
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2001), hlm. 75.
99
Pasal 1329 KUH Perdata
56
2. Unsur Obyektif, unsur yang disebutkan terakhir dalam Pasal 1320
dibuat.
besarnya, serta sampai seberapa jauh ia dapat dan baru diwajibkan untuk
Tentang sebab yang halal, secara umum hal tersebut diatur dalam Pasal
dibuat tersebut merupakan prestasi yang tidak dilarang oleh hukum, dan
dalam perjanjian tersebut. Jadi dalam perjanjian tersebut harus ada pihak
57
harta kekayaan yang dapat dituntut agar perikatan yang terbentuk dari
kesepakatan secara bebas dari para pihak yang berjanji, dan kecakapan dari pihak-
dari pokok persoalan yang merupakan obyek yang diperjanjikan, dan causa dari
obyek yang berupa kewajiban atau prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan
tersebut, yang harus merupakan sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan
menurut hukum. Tidak terpenuhinya salah satu unsur dari keempat unsur tersebut
kebatalan, baik dalam bentuk dapat dibatalkan (dalam hal terdapat pelanggaran
terhadap unsur subyektif), maupun batal demi hukum, dengan pengertian bahwa
perjanjian tersebut tidak dapat dipaksakan pelaksanaanya oleh kreditor (jika unsur
yang dalam hal debitor cidera janji harus dipenuhi oleh penanggung tersebut.
101
Umar Haris Sanjaya, Op.Cit., hlm. 45
102
Ibid.
58
kreditur menjanjikan suatu prestasi hingga prestasi datang dari kedua belah pihak.
subsidair yaitu kewajiban untuk memenuhi prestasi dalam hal debitur tidak dapat
memenuhinya.103
dimana seorang berjanji untuk menanggung kerugian yang akan diderita pihak
accessoir. Perbedaan yang lain bahwa pada perjanjian garansi kewajiban yang
harus dipenuhi guna pihak ketiga itu berwujud kewajiban penggantian kerugian,
perutangan/prestasi.104
ditinjau dari sudut cara pemenuhannya adalah bersifat subsidair. Hal ini demikian
103
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit, hlm. 83.
104
R. Soebekti, Op.Cit., hlm. 221
59
disimpulkan dari ketentuan Pasal 1820 KUHPerdata yang menentukan bahwa
terikat secara subsidair manakala debitur tidak memenuhinya, dan pada tingkat
terakhir hanya debitur yang berkewajiban atas pemenuhan hutang tersebut. Hal
demikian terbukti dari adanya hak regres dari si penanggung kepada debitur,
secara tegas. Jadi perlu adanya pernyataan kehendak secara tegas dari
tidak perlu memberikan persetujuannya secara tegas. Cukup bahwa kreditur itu
perutangan yang timbul dari segala macam hubungan hukum, lazimnya hubungan
hubungan hukum yang bersifat publik, asal prestasi tersebut dapat dinilai dalam
hubungan hukum keperdataan, dapat timbul dari perutangan yang lahir dari
60
orang lain dan pembayaran tak terutang.
diberikan untuk perutangan yang tidak berwujud dalam jumlah uang, maka jika
jumlah uang. Prinsip yang demikian kiranya sesuai dengan asas yang berlaku pada
Suatu jaminan yang yang diberikan oleh pihak ketiga suatu pernyataan
berwajib tidak memenuhi janji, dialah yang akan melaksanakan perjanjian itu.
para pihak berhak (schuldeiser) dan seorang ketiga itu. Maka perjanjian jaminan
itu bersifat “accessoir” atau membuntut pada perjanjian pokok dalam arti bahwa
kalau perjanjian pokok ini sudah dilaksanakan, maka perjanjian jaminan dengan
mengaturnya dalam buku III (Pasal 1820-1850). Pasal 1820 mulai dengan
106
Wan Sadjaruddin Baros, Op.Cit., hlm. 84
107
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan, (Bandung:
Sumur Bandung, 1987), hlm.163.
61
Pasal 1821 ayat 1 menekankan sifat accessoir dari persetujuan jaminan ini
yaitu bahwa syarat mutlak dari kemungkinan adanya suatu persetujuan jaminan
adalah bahwa harus ada perjanjian pokok yang sah (wettige hoofdverbintennis).
dengan kedudukan tertentu dari salah satu pihak, misalnya pihak itu adalah belum
dewasa, maka persetujuan jaminan dianggap tetap berlaku, artinya tidak dengan
sendirinya batal. Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pasal 1847 KUHPerdata
tangkisan (exepties) yang masuk hak pihak berwajib (schuldenaar) dan yang
melekat pada orang perseorangan pihak yang berwajib. Dan dalam belakangan ini
dapat kurang tetapi tidak dapat lebih daripada pengikatan pihak yang ditanggung.
Kalau pengikatan ini ternyata lebih maka pengikatan hanya dianggap berlaku bagi
apa saja yang dijanjikan oleh pihak berwajib yang dijanjikan oleh pihak berwajib
Kalau tentang hal sesuatu yang dijamin ada keragu-raguan, maka jaminan
tentang hal itu harus dianggap tidak ada. Ini dapat disimpulkan dari bunyi Pasal
108
Ibid.
109
Umar Haris Sanjaya, Op.Cit., hlm. 57
62
1824 KUHPerdata, bahwa suatu jaminan tidak dianggap menurut persangkaan
jaminan tidak ditentukan, jadi segala cara dperbolehkan, yaitu secara akta, surat
antara pihak berhak dari persetujuan pokok dan si penjamin, maka adalah layak
apabila dalam Pasal 1823 ayat 1 dikatakan bahwa jaminan ini dapat diadakan
ditanggung lagi oleh orang keempat. Jadi yang ditanggung ini bukanlah
borgtocht) yang berarti, bahwa jaminan itu meliputi semua akibat dari adanya
waktu ia meninggal dunia, adalah beralih pada ahli warisnya, ketentuan mana
sebetulnya tidak perlu, oleh karena yang dikatakan itu, sudah dengan sendirinya
KUHPerdata.111
110
Wan Sadjaruddin Baros, Op.Cit., hlm. 89
111
Ibid.
63
perjanjian pokok mengikat diri untuk menunjuk seorang penjamin, maka ia harus
menunjuk seorang yang mampu untuk mengikat diri, yang cukup kaya untuk
dapat melaksanakan kewajibannya, dan yang berdiam diri di Indonesia. Jika sudah
ada penjamin ditunjuk dan penunjukan ini sudah diterima baik oleh pihak yang
berhak dalam perjanjian pokok, dan kemudian si penjamin menjadi miskin, maka
harus ditunjuk seorang penjamin baru, kecuali menurut perjanjian pokok semula
seorang penjamin tertentu itu sudah ditunjuk oleh pihak berhak sendiri (Pasal
1829).
seorang penjamin, tetapi ternyata tidak mungkin menunjuk seorang penjamin itu,
maka ia dapat memberikan lain jenis jaminan, yaitu yang berwujud barang yang
“Penjamin atau penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak
perikatan si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya”. Maka ada 3
pihak yang terkait dalam perjanjian penanggungan utang, yaitu pihak kreditur,
debitur, dan pihak ketiga. Kreditur disini berkedudukan sebagai pemberi kredit
atau orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang yang mendapat
pinjaman uang atau kredit atau kreditur. Pihak ketiga adalah orang yang akan
memenuhi prestasinya
112
Umar Haris Sanjaya, Op.Cit., hlm. 70
64
Sementara dalam Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
juga badan hukum, yaitu yang merupakan subyek hukum.114 Pada umumnya
hal ternyata bahwa seorang kreditur baru mau mengadakan hubungan perutangan
jika pihak lawannya itu dapat mengajukan penanggung, yang akan menanggung
113
Pasal 141 UUK-PKPU
114
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Hukum Jaminan,
(Yogyakarta: Binacipta, 1978), hlm. 130.
115
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit, hlm. 86.
65
syarat-syarat tertentu, yaitu:116
116
Ibid.
66
1. Si penanggung mempunyai persamaan kepentingan ekonomi di dalam sudah
dalam keadaan-keadaan:
anak cabangnya.
pada bank.
(institutionele borgtoch).117
adalah status sosial dan status ekonomi guarantor itu. Bonafilitas guarantor
secara ekonomi dan status sosialnya di dalam masyarakat, menjadi syarat penentu
dan dapat dijadikan alasan, dapat tidaknya guarantor itu diterima kreditor.
Berkaitan dengan guarantor pribadi ini, apabila perjanjian kredit jatuh tempo, dan
117
Ibid.
67
debitor tidak dapat membayar utang-utangnya, maka debitor dapat dimohonkan
pailit. Setelah debitor dinyatakan pailit, lalu semua hartanya dijual oleh kurator
utang-utangnya.118
bersifat sebagai pengganti dari apa yang seharusnya dipenuhi oleh debitor
utama.
seluruhnya maka penjamin hadir dan melakukan pemenuhan atas utang debitor
seluruhnya sesuai dengan jumlah yang belum dibayarkan oleh debitor utama.
dalam halnya harta benda debitor tidak mencukupi untuk melunasi utangnya
118
Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 140.
119
J. Satrio, Op.Cit., hlm. 122
68
atau debitor sama sekali tidak memiliki harta yang dapat disita.120 Namun ketika
kreditor untuk menyita dan menjual harta benda debitor terlebih dahulu dan
diwajibkan untuk menunjukkan kepada kreditor atas harta benda milik debitor.
yang telah dibebani hak jaminan lain ataupun yang sedang dipersengketakan di
muka hakim.
69
Pasal 1831 KUH Perdata, yakni “penanggung tidak wajib membayar
itupun barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu
70
atas pembayaran utang debitur, karena Personal Guarantor telah
harta debitor tidak mencukupi untuk melunasi utangnya. Namun dalam Pasal
1832 KUH Perdata terdapat pengecualian dari ketentuan Pasal 1831 KUH
utang debitor yang telah dilimpahkan kepadanya secara keseluruhan tanpa harus
BAB IV
dan mengadili perkara PKPU pada tingkat pertama yang diajukan oleh :
Menara BTPN, Lantai 31, Jalan Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Kav. 5.5 – 5.6,
71
Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan 12950 (“Perseroan”) dalam hal ini
Kantor Advokat TEDDY & TITI, beralamat di Jl. Cimandiri No. 1 A, Jakarta
Pemohon PKPU merupakan suatu perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang
Dasar yang termuat dalam Akta Pendirian tanggal 23 Desember 2009, Nomor :
09, yang dibuat dihadapan Sri Hasmiyarti,S.H., Notaris di Jakarta, yang telah
31763, Anggaran Dasar mana telah beberapa kali diubah dan yang terakhir
Saham Nomor 22 tertanggal 9 Agustus 2018, yang dibuat dihadapan Indah Prastiti
Pemohon PKPU selaku Pihak yang berpiutang atas Termohon PKPU I dan
Termohon PKPU II yang masing-masing disebut sebagai pihak yang berutang atas
72
beberapa Perjanjian Sewa Guna Usaha sebagai berikut :
yang dibuat dibawah tangan dan telah diregister (warmerking) oleh Indah
73
yang dibuat dibawah tangan dan telah dilegalisasi oleh Indah Prastiti
TERHADAP
No. L.44/II/IPE/2015.
74
B. Posisi Kasus
1. Duduk Perkara
Perjanjian Sewa Guna Usaha atas seluruh barang modal yang diterima
milyar sembilan puluh tiga juta lima puluh enam ribu enam ratus tujuh
puluh enam rupiah) dan USD 373,120.00 (tiga ratus tujuh puluh tiga
1831, Pasal 1833, Pasal 1837, Pasal 1843, Pasal 1847, Pasal 1848,
75
tunggakan pembayaran uang sewa guna usaha, sisa utang pokok,
76
Termohon PKPU I dan Termohon PKPU II juga mempunyai
PKPU sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 222 ayat 1 dan ayat
2. Pertimbangan Hukum
sebagai berikut :
77
pemeriksaan para Termohon PKPU selain mempunyai utang
78
syarat adanya lebih dari satu Kreditor dalam hal ini juga telah
terpenuhi;
kepada kreditur;
79
Kreditornya ;
sembilan puluh tiga juta lima puluh enam ribu enam ratus
80
puluh tiga ribu seratus dua puluh Dollar Amerika Serikat);
dan USD 443,026.00 (empat ratus empat puluh tiga ribu dua
81
ditanggung oleh Termohon PKPU II selaku Penjamin Pribadi
3. Putusan Hakim
patut dikabulkan karena telah sesuai dengan Pasal 222, Pasal 224,
Pasal 225, Pasal 227 dan Pasal 228 UU Kepailitan dan PKPU.
MENGADILI
hukumnya ;
82
Sementara yaitu selama 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak
b. Mengangkat:
dan
83
dan Pengurus No. AHU.AH.04.03-104 tanggal 19 Agustus
PKPU dan Para Kreditor yang dikenal dengan surat tercatat atau
ditentukan;
PKPU/2018/PN.NIAGA.JKT.PST
Pemohon PKPU telah berdasarkan atas hukum dan patut untuk dikabulkan.
84
Maka akibat hukum terhadap Personal Guarantor yakni IHKWAN ANDI
Pasal 1831 KUH Perdata juga merupakan debitur utama dari Pemohon PKPU
yang wajib melunasi seluruh utang Termohon PKPU I kepada Pemohon PKPU
tanpa adanya keharusan bagi Pemohon PKPU untuk menagih terlebih dahulu
PKPU ini terhadap Termohon PKPU II selaku penjamin pribadi dari Termohon
PKPU I.
kecuali Termohon PKPU II lalai membayar utangnya, dalam hal itu pun barang
kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi
utangnya.
pribadi, maka Pemohon PKPU dapat wajib menyita dan menjual lebih dahulu
barang kepunyaan debitur, kecuali bila pada waktu pertama kalinya dituntut di
pribadi, maka penjamin pribadi tidak dapat menuntut supaya Pemohon PKPU
pribadi, maka penjamin pribadi tidak dapat menuntut Termohon PKPU I untuk
85
diberi ganti rugi atau dibebaskan dari perikatannya, bahkan sebelum ia membayar
utangnya.
pribadi, maka penjamin pribadi tidak dapat menggunakan segala tangkisan yang
dapat dipakai oleh Termohon PKPU I dan mengenai utang yang ditanggungnya
pribadi, maka penjamin pribadi tidak dibebaskan dari kewajibannya bila atas
kesalahan Pemohon PKPU I, ia tidak dapat lagi memperoleh hak hipotek dan hak
pribadi, maka meskipun Pemohon PKPU secara sukarela menerima suatu barang
tak bergerak atau barang lain sebagai pembayaran utang pokok, maka penjamin
harus diserahkan oleh Pemohon PKPU kepada orang lain berdasarkan putusan
pribadi, maka penjamin pribadi tidak dapat memaksakan Termohon PKPU I untuk
86
Berdasarkan pembahasan di atas, akibat hukum terhadap Personal
perjanjian penanggungan yang dibuat oleh kedua belah pihak, yakni Pasal 1832,
Pasal 1831, Pasal 1833, Pasal 1837, Pasal 1850, Pasal 1849, Pasal 1848, Pasal
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
87
disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang Debitor
Pengadilan wajib memanggil Debitor melalui juru sita dengan surat kilat
memuat sifat, jumlah piutang, dan utang Debitor beserta surat bukti
pailit adalah ikut turut serta membayar utang yang diikatkan kepadanya
itu sendiri sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1831, Pasal 1837, Pasal
B. Saran
dilindungi.
88
2. Dalam regulasi sebaiknya Personal Garantor dan Debitur Utama
dari segi eksekusi harta kekayaan kedua belah pihak saja, karena
diikatkan kepadanya.
89