Anda di halaman 1dari 12

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI

KETERAMPILAN MENJELASKAN GURU SEJARAH SMA N 2


LIMBOTO

PROPOSAL

Diajukan Untuk memenuhi tugas matakuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang di ampuh oleh Ibu Drs. Resiyati Yunus, M.Pd.

Oleh :

Mohamad Zaldy Karmuji

NIM : 231419054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu
institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis,
dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis
waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan
tanggungjawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui
sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab
terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat
berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap
individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses kumunikasi yang di dalamnya
mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-
keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat
(life long process), dari generasi ke generasi. Guru merupakan pelaku utama
dalam pendidikan, selain peserta didik. Guru yang baik adalah yang memiliki
kemampuan atau kompotensi yang bisa diberikan kepada anak didik. Guru
merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi
pengembangan segenap potensi peserta didik, dan menjadi orang yang paling
menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan
pembelajarana di kelas. Selain itu guru juga paling menentukan dalam
pengaturan kelas dan pengendalian siswa, menilai hasil pendidikan dan
pembelajaran yang dicapai siswa.
Untuk menjadi pendidik maka seorang guru dipersyaratkan mempunyai
kriteria yang diinginkan oleh dunia pendidikan. Tidak semua orang bisa
menjadi pendidik kalau yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan bukti
dengan kriteria yang ditetapkan. Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi
Siswoyo (1995) syarat seorang pendidik adalah: (1) mempunya perasaan
terpanggil sebagai tugas suci, (2) mencintai dan mengasih-sayangi peserta
didik, (3) mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan
tugasnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Pada pembelajaran sejarah ditemukan beberapa temuan sebagai berikut.
• Kurangnya Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah.
• Masih Kurangnya Variasi belajar Guru Dalam Pembelajaran Sejarah.
• Minimnya Keterampilan Menjelaskan Guru Yang Di Terapkan Dalam
Pembelajaran Sejarah Di Dalam Kelas.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka dapat diajukan rumusan masalah
sebagai berikut.
• Apakah Keterampilan Menjelaskan Guru bisa Meningkatkan Tingkat
Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Di SMA N 2 LIMBOTO.?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan keterampilan menjelaskan
guru dalam penerapan nya di dalam kelas agar bisa menngkatkan pemahaman
siswa dalam pembelajaran sejarah di sekolah.
b. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa : meningkatkat motivasi dan minat siswa terhadap
pembelajaran sejarah yang di harapkan dapat lebih mendalami/memahahi
materi dalam pembelajar sejarah.
2. Bagi Guru : upaya penelitian ini di harapkan dapat menjadi tolak ukur bagi
guru agar nantinya bisa lebih mengembangkan keterampilan mengajar
terkhususnya keterampilan menjelaskan.
3. Bagi Sekolah : dapat meningkatkan nilai sekolah baik dari mutu dan
kredibilitas sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAKAN

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku terhadap hasil belajar bersifat
continiu, fungsional, positif, aktif, dan terarah. Proses perubahan tingkah laku
dapat terjadi dalam berbagai kondisi berdasarkan penjelasan dari para ahli
pendidikan dan psikologi. Adapun pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik, dengan bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi
pembelajaran, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Kemudian,
keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dilihat melalui tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan tercapainya tujuan
pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar
(Aprida Pane, 2017:1-2).

Belajar sebagai mana yang dikemukana oleh Sardiman (Dalam Muhamad


Afandi Dkk 2013:1), bahwa “belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”. Belajar juga akan lebih baik kalau
subjek belajar mengalami atau melakukannya. Belajar suatu proses interaksi
antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungan yang berwujud pribadi,
fakta, konsep atau teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses
interaksi itu adalah: (1) proses internalisasi ke dalam diri yang belajar, (2)
dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan.

Dalam kegiatan belajar dan mengajar, peserta didik adalah subjek dan
objek dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, makna dari proses pengajaran
adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Tujuan pengajaran akan dicapau apabila peserta didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Keaktifan anak didik tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga
dari segi kejiwaan. Apabila hanya dari segi fisik saja yang aktif dan mentalnya
tidak aktif, maka tujuan dari pembelajaran belum tercapai. Hal ini sama saja
dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan
perubahan dalam dirinya. Belajar pada hakikatnya adalah suatu “perubahan” yang
terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar(Aprida Pane,
2017: 2).

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan


pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik dipandang sebagai individu yang unik dan berbeda
antara satu dengan yang lainnya memiliki kemampuan berbeda seperti
kemampuan akademik, minat, dan latar belakang (Palennari, Dalam Arsad Bahri
2017: 1)

2.1.2 Prinsip-Prinsip Belajar


Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu
saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan prinsip-
prinsip belajar dan pembelajaran tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh
karenanya, Anda sebagai guru perlu mempelajari prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran yang dapat membimbing aktivitas merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Prinsip belajar dan pembelajaran diharapkan
menentukan langkah demi langkah pro bisa memberi arah prioritas-prioritas
dalam tindakan guru. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar
dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran dalam
melaksanakan pengajaran, pengetahuan dan prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat (Andi
Abdul Muis 2013: 29-30).

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja


diciptakan. Guru atau tutorlah yang menciptakannya guna membelajarkan siswa
atau peserta didik. Tutor yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan
dan kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan
bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan
secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum
pangajaran dilaksanakan.Dalam kegiatan belajar mengajar harus terjadi
komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik agar suasana pembelajaran
kondusif. Tidak lagi teacher center melainkan student center sehingga proses
belajar mengajar akan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran (Muhamad
Afandi Dkk 2013: 3-4).

2.1.3 Pengertian Model dan Metode Pembelajaran


Berdasarkan keputusan Menpan No. 26/ MENPAN/ 1989, Tanggal 2 Mei
1989 dijelaskan, bahwa guru terlibat langsung dalam proses pendidikan. Oleh
karena itu guru memegang peranan yang sangat menentukan bagi tujuan
pendidikan. Guru haruslah meningkatkan kemampuan profesinya agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Pada kenyataan di lapangan, banyak dijumpai
masalah berikut:

a. Penampilan (performance) guru di depan kelas dalam KBM belum


memuaskan, padahal kualifikasi keguruannya beragam.
b. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
(IPTEK) mulai menuntut adanya penyesuaian dari guru untuk
mengembangkan pendidikan di sekolah.
Dari kenyataan di lapangan tersebut, dapat dikatakan bahwa seorang
guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran tidak dapat diaplikasikan tanpa adanya guru
(Aprida Pane, 2017:341).

Konsep pembelajaran menurut Corey (DalamMuhamad Afandi Dkk 2013:


15), adalah ”suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan”. Lingkungan belajar hendaknya
dikelola dengan baik karena pembelajaran memiliki peranan penting dalam
pendidikan

Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian


peserta didik yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh peserta didik
dalam belajar atau mengerjakan tugas dan kecepatan peserta didik untuk berhasil
dalam mengerjakan tugas sangat positif. Model Pembelajaran Langsung dirancang
untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada
pencapaian akademik. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam
melakukan tugasnya guru dapat menggunakan berbagai media. Informasi yang
disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan
deklaratif (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi) (Muhamad Afandi Dkk 2013: 17).

2.1.4 Pengertian Keterampilan Menjelaskan Guru

Keterampilan menjelaskan Menurut Rusman (Dalam Yulia Wulandari


Dkk, 2018:1 ) keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan
adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dengan
akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
lanjutnya guru dikatakan memiliki keterampilan menjelaskan yang baik apabila
selalu menjelaskan apa yang harus dijelaskanya, memanfaatkan dari keterampilan
menjelaskan dengan baik, dengan menggunakan cara menjelaskan sesuai dengan
apa yang ingin dijelaskan.
Terkait dengan Kemampuan Guru Menurut Marno (Dalam Yulia
Wulandari Dkk, 2018:1) Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan
membuat permasalahan menjadi lebih jelas. Kegiatan keterampilan menjelaskan
memiliki tiga komponen, yaitu penyampaian pesan (sender), pihak yang dituju
(receiver), dan mesan (massage). Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan
adalah kemampuan guru dalam mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda,
keadaan, ataupun informasi yang diorganisasi secara sistematis untuk memberikan
pengertian kepada anak. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.

2.2 Hipotesis
Berdasarkan pada permasalahan yang diuraikan di atas maka hipotesis
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : “ dalam upaya meningkatkat
pemahaman siswa dalam pembelajaran sejarah di sekolah di butuhkan
ketarampilan menjelaskan guru yang mumpuni”.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan di SMA N 2 LIMBOTO, sekolah ini dijadikan sebagai setting
penilaian sebab peneliti menganggap bahwa masih perlu di adakannya penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah.
3.2 Karakteristik Penilaian
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas SMA N 2
LIMBOTO yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 15 orang wanita dan 15
orang laki-laki adanya jumlah siswa pada mata pelajaran sejarah.
3.3 Waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan di sekolah SMA N 2 LIMBOTO menggunakan
2 siklus selama sampai siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) di atas
standar nilai 75.
3.4 Variabel Penelitian
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini maka
dapat disimpulkan yang variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.5 Variabel Input
Variabel input menyangkut karakteristik siswa, guru, bahan ajar, sumber
belajar, prosedur evaluasi dan lingkungan belajar. Belajar Merupakan tindakan
antara siswa dan guru sebagai subjek dari kegiatan pembelajaran, di mana dalam
proses belajar mengajar usaha guru dalam mendinamisasikan pelajaran yang
berkenaan dengan persiapan siswa menghadapi bahan ajar.
3.6 Variabel Output
Variabel ouput dalam penelitian ini meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi sejarah melalui keterampilan menjelaskan guru, dengan indicator :
1. Tanggung jawab
2. Mengemukakan pendapat
3. Kerjasama
4. Presentase
3.7 Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru
bersama tim di dalam kelas dengan kegiatan berulang-ulang atau bersiklus, dalam
rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu dipecahkan. Tiap siklus
meliputi lima tahap yaitu : Persiapan, pelaksanaan, observasi, pemantauan dan
evaluasi, serta analisis dan repleksi.
3.8 Tahap Pelaksanaan tindakan
pelaksanaan tindakan ini di harapkan guru lebih mempersiapkan diri
dengan perbekalan materi yang memadai dan di sertakan dengan pembobotan
keterampilan menjelaskan yang lebih santai namun serius agar nantinya siswa
tidak tegang dan lebih rileks dalam menerima materi yg akan di sampaikan.
3.9 Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan evaluasi berlangsung dalam setiap siklus yang di laksanakan
di mana dari hasil tersebut dibahas pada tahap analisis dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat. Adapun yang menjadi pedoman dalam
melaksanakan pemantauan dan evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Semua aspek yang menjadi indikator dari hasil belajar.
2. Proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran komperatif.
3. Alat pengumpulan data yang di siapkan meliputi :
a. Lembaran observasi tentang kegiatan pembelajaran.
b. Lembaran observasi tentang hasil belajar dalam sejarah.
3.10 Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis hasil yang diperoleh
pada tahap observasi dan hasil yang digunakan untuk merepleksi diri apakah
siswa sudah dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran sejarah. Hasil
analisis ini akan digunakan untuk merencnakan tindakan pada kegiatan
3.11 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Lembaran observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
2. Lembaran observasi aktivitas guru dalam pembelajaran.
3. Hasil pekerjaan siswa dalam tes akhir yang diberikan.
3.12 Teknik Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi dianalisis
secara deskriptif. Seluruh data, baik dari hasil observasi aktivitas guru dalam
pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif menggunakan keterampilan
menjelaskan guru, maupun data aktivitas siswa, serta data hasil belajar siswa
menggunakan model pembelajaran kooperatif keterampilan menjelaskan. Di mana
siswa belum terlalu memahami dalam pembelajaran sejarah, oleh karena itu
bahwa setiap guru harus memahami apa yang telah di kerjakan setiap siswa.
3.13 Observasi
Kegiatan observasi merupakan upaya mengamati semua peristiwa dan
kegiatan belajar selama tindakan berlangsung terutama yang menyangkut
keaktifan siswa dalam pembelajaran berlangsung. Pedoman dalam observasi akan
menggunakan proses pelaksanaan penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penelitian
a. Proses pembelajaran memperlihat aktivitas guru dalam pemberian
materi pembelajaran
b. Hasil belajar yang akan di capai oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran.
2. Data dan pengumpulannya
a. Data proses pembelajaran melalui peaksanaan tindakan observasi
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi kegiatan siswa.
b. Data dari proses pelaksanaan ulangan harian melalui pelaksanaan
tindakan observasi selama proses ulangan harian berlangsung dengan
menggunakan kolaorasis dengan guru pengajar atau dengan lembar
observasi kegiatan siswa.

DATAR PUSTAKA

Andi Abdul Muis. “Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran” Dalam Jurnal


ISTIQRA. Vol I No 1 September 2013.
Aprida Pane Dkk. ”Belajar Dan Pembelajaran”. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu
Keislaman. Vol. 03, No. 2 Desember 2017.
Arsad Bahri Dkk. “Pembelajaran Efektif: Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Melalui Penggunaan Lembar Kerja Berasis Penemuan
Terbimbing”. Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Vol 20,
No 2, Desember 2017.
Muhamad Afandi Dkk. “Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah” Dalam
Unisula Press. 2013.
Yulia Wulandari Dkk. “Kemampuan Guru Dalam Melaksakan Keterampilan
Menjelaskan” Dalam Jurnal Ilmiah Potensia. Vol 3, No 1. 2018.

Anda mungkin juga menyukai