Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota:

1. Dhebitra Shafa Vietasya 1946071004


3. Ferizka Metrisia A. 1946071003
4. Ghefin Nabilah 1946071009
5. Mohamad Daffa Andira 1946071005
6. Nafisa Rabbani 1946071013
7. Syaifa Nanda P. 1916071031

Mata Kuliah : Asia Timur di HI

Reducing Inequality in FEALAC Member Countries: Inequality in Access to


Information and Communication Technologies (ICTs)
Pengantar, sebagai salah satu cara untuk mengurangi ketidak timpangan masyarakat
maka datanglah sebuah teknologi muntakhir yaitu teknologi informasi dan komunikasi
( TIK ) yang telah mengubah berbagai aspek kehidupan di diri manusia salah satunya yaitu
mengubah cara kita hidup, cara kita bekerja, bahkan cara kita belajar dan juga berkomunikasi
seperti melalui telfon, zoom dan lain sebagainya. TIK mengalamai banyak transformasi yang
berhasil menciptakan akan mudahnya informasi yang berkembang masuk yang tentunya
ditambah dengan mudahnya kita mengakses semua informasi dengan sangat cepat dan
bahkan sangking cepatnya, kecepatan teknologi ini digadang - gadang belum ada di era - era
sebelumnya, selain itu fungsi TIK ini ialah dengan meningkatkan produktivitas
penggunanya , dan mempermudah seseorang untuk berinovatif dalam mencari penemuan
baru yang harus dipecahkan demi menjalankan segala tantangan di dunia saat ini . Kemajuan
TIK pun memberikan banyak manfaat lain yaitu teknologi mampu mengabadikan sebuah
momen dimana sebuah perpecahan terjadi hingga kerjadian ini menciptakan awal mula
mengapa terjadinya ketidaksetaraan .
Namun perlu diketahui bahwa separuh populasi dunia tidak mendapat kebagian akan
akses internet untuk itu dalam sebuah agenda 2030 pada program pembangunan
berkelanjutan akan secara tegas mempromosikan TIK sebagai tujuan pembangunan utama
yang berkelanjutan (SDGs) (PBB, 2015). Pada kenyataannya dengan adanya inovasi TIK
mampu menciptakan peluang dan gangguan, dan segala sesuatu tergantung pada nasional dan
kondisi lingkungan lokal yang terjadi pada hari ini, perkembangan teknologi suatu tempat
dengan tempat lain berbeda yang disesuaikan dari faktor yang berbeda - beda .
Dengan mengurangi ketimpangan yang terjadi pada forum FEALAC yang mana
tujuan organisasi ini yaitu untuk memperkuat punlik dan kualitas diri swasta dengan tujuan
merancang dan menerapkan berbagai kebijakan dan inisiatif yang dilakukan demi
mengurangi ketidaksetaraan atau ketimpangan. Laporan awal dimulai dengan memutuskan
akan penetapan konteks TIK sebagai enabler untuk segera mencapai SDGs dan mencoba
mensorot berbagai macam fenomena dalam mengakses atau menggunakan TIk di negara -
negara yang tergabung dalam FEALAC. Alasan mengapa ketidaksetaraan dalam TIK
merupakan hal yang wajib dibahas ialah karena kemiskinan, gender, pendidikan, pekerja dan
lain sebagainya merupakan hal yang dibawa oleh Covid 19 dengan menggunakan ringkasan
serta berbagai temuan analisis pohoh klasifikasi dan regreasi yang mengidentifikasikan
karakterikstik dari kunci populasi kelompok yang tertinggal akan TIK ataupun tertinggal
dalam hal penggunaan TIK di lingkungannya.

1.1 CTs in the 2030 Agenda for Sustainable Development


Walaupun tidak ada SDG yang secara spesifik ditujukan untuk ICTs, namun teknologi
ini ditekankan dalam seluruh Agenda 2030 karena kemampuannya dalam memungkinkan
pencapaian SDG. ICTs telah berpartisipasi dalam meminimkan ketidaksetaraan dengan
memperluas layanan kesehatan di daerah terpencil, menciptakan kesempatan Pendidikan bagi
wanita dan kelompok terpinggirkan hingga mneyediakan wadah yang lebih terbuka dalam
pembuatan kebijakan bersama. Terdapat empat goals (SDG Nomor 4, 5, 9 dan 17) yang ingin
dicapai dalam SDG dengan enam target dan tujuh idikator;

 SDG nomor 4

A.Target 4.4 : Meningkatkan jumlah pemuda dan orang dewasa memiliki


keterampilan relevan
a) Indicator 4.4.1 Jumlah pemuda dan orang dewasa dengan keterampilan ICTs
B.Target 4.A : Membangun dan meningkatan fasilitas Pendidikan yang responsive
anak, disabilitas dan gender dan menyediakan lingkungan belajar yang aman, tanpa
kekerasan, inklusif dan efektif
a) Indicator 4.A.1b : Jumlah sekolah dengan akses ke internet
b) Indicator 4.A.1c : Jumlah sekolah dengan akses ke komputer

 SDG nomor 5

A.Target 5.B : Meingkatkan penggunaan teknologi yang memungkinkan, khususnya


ICTs dalam mempromosikan pemberdayaan wanita
a)Indikator 5.B.1 : Jumlah Individu yang memiliki telepon seluler menurut jenis
kelamin,

 SDG nomor 9

A.Target 9.C : meningkatkan akses ke ICTs dan berupaya menyediakan akses


universal dan terjangkau ke internet di negara berkembang
a)Indicator 9.C.1 : Jumlah populasi yang dicakup jaringan seluler menurut teknologi

 SDG nomor 17
A.Target 17.6 : meningkatkan kerjasama regional dan internasional dan akses ilmu
pengetahuan, teknologi dan inovasi dan meningkatkan berbagi pengetahuan dengan
persyaratan yang disepakati bersama
a)Indicator 17.6.2 : Langganan broadband internet tetap berdasarkan kecepatan
B.Target 17.8 : mengoperasionalkan bank teknologi, pengembangan sains, teknologi
dan inovasi untuk negara kurang berkembang dan meningkatkan penggunaan teknologi
b)Indicator 17.8.1 : jumlah individu yang menggunakan internet
Kesempatan belajar bagi perempuan dan berbagai kelompok terpinggirkan, dan
menyediakan saluran untuk dialog yang lebih terbuka dan transparan serta pembuatan
kebijakan bersama. TIK juga telah membantu membangun ketahanan masyarakat yang
kurang beruntung terhadap dampak perubahan iklim melalui berbagai inovasi dan aplikasi
lokal yang meningkatkan produktivitas pertanian, sistem logistik dan akses pasar,
menawarkan layanan keuangan seperti uang seluler, dan menyediakan layanan peringatan
dini bencana.
Mereka juga dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mengukur kemajuan menuju
SDG mulai dari pengumpulan data hingga analisis, visualisasi, dan komunikasi.(TIK) juga
memberi informasi kepada orang-orang dan membatasi penyebaran virus, memungkinkan
kerja jarak jauh dan pembelajaran selama penguncian, mempertahankan layanan sosial dan
pembayaran, dan mempercepat penelitian dalam perawatan dan vaksin.Namun, saat
pekerjaan, pendidikan, dan layanan sosial bergerak online, mereka yang tidak memiliki akses
ke Internet yaitu, hampir setengah dari populasi dunia berisiko tertinggal.
Mereka secara tidak proporsional adalah perempuan, dan orang-orang berpenghasilan
rendah dan di daerah pedesaan kelompok yang kemungkinan besar paling terpengaruh oleh
dampak pandemi (Woodhouse, 2020). Pada Juni 2020, Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa mempresentasikan Roadmap for Digital Cooperation 2 yang merupakan hasil
dari upaya global multi-pemangku kepentingan selama bertahun-tahun untuk mengatasi
berbagai masalah terkait . Peta jalan tersebut menyerukan kerja sama di bidang-bidang
berikut:

 Mencapai konektivitas universal pada tahun 2030 – Setiap orang harus


memiliki akses Internet yang aman dan terjangkau;
 Mempromosikan barang publik digital untuk membuka dunia yang lebih adil
Sumber terbuka Internet, sumber publik harus dirangkul dan didukung
 Memastikan inklusi digital untuk semua, termasuk yang paling rentan
Kelompok yang kurang terlayani membutuhkan akses yang sama ke alat
digital untuk mempercepat pembangunan;
 Memperkuat pembangunan kapasitas digital Pengembangan keterampilan dan
pelatihan dibutuhkan di seluruh dunia
 Memastikan perlindungan HAM di era digital HAM berlaku baik online
maupun offline.
 Mendukung kerja sama global AI yang dapat dipercaya, berbasis hak asasi
manusia, aman dan berkelanjutan, serta mempromosikan perdamaian.
 Mempromosikan kepercayaan dan keamanan digital Menyerukan dialog
global untuk memajukan SDG.
 Membangun arsitektur yang lebih efektif untuk kerja sama digital jadikan tata
kelola digital sebagai prioritas dan fokuskan pendekatan PBB

 Trend TIK di negara-negara anggota FEALAC


Dalam dua dekade terakhir, sektor TIK telah berhasil meletakkan infrastruktur
jaringan yang luas, menghasilkan perangkat yang lebih terjangkau dan menawarkan berbagai
layanan inovatif, dan sebagai hasilnya, telah mengalami pertumbuhan dalam akses dan
penggunaan dalam jumlah absolut. Perkiraan menunjukkan bahwa ada 1,1 miliar orang yang
tetap tidak terhubung dan tidak dapat memanfaatkan potensi TIK di negara-negara anggota
FEALAC
Pada bagian asia dan Pasifik, terdapat lebih dari 80 % populasi di Australia, Brunei
Darussalam, Jepang, Malaysia, Republik Korea dan Selandia yang baru menggunakan
internet bandingkan populasi di Republik Demokratik Rakyat Laos dan Mongoli,yang
kurang dari 25% isolasi spasial dan kepadatan penduduk yang rendah yang merupakan salah
satu faktor utama di balik rendah nya pengguna internet dan juga internet yang mahal dan
sulit untuk dikembangkan.
Namun, langganan mobile-broadband tetap tinggi kerena Sebagian besar penduduk
mengandalkan layanan seluler untuk berkomunikasi. contoh pada di Republik Demokratik
Rakyat Laos, yang dimana masih tingginya biaya broadband namun masih rendah kualitas
layanan yang ada pada penggunaan Internet, walaupun pemerintah sudah berupaya untuk
memajukan akses universal.
Hal serupa ini pun di lakukan oleh Amerika Latin dan Karibia. Yang dimana pada
tahun 2019, sebanyak 66,7% sudah memiliki koneksi internet yang baik dengan memperluas
akses Internet ke orang dan kelompok populasi yang sebelumnya tidak memilikinya.
Sementara di negara Argentina, Chili, Kosta Rika dan Venezuela, terdapat 70%
populasi yang menggunakan Internet namun di El Salvador, Honduras dan Nikaragua, hanya
35 % yang melakukannya. Karena biaya layanan nya yang terbatas maka dari itu pengguna
internet di Honduras sedikit. Untuk 40% terbawah dari penerima pendapatan, koneksi
mobile-broadband dasar mewakili 42% dari pendapatan mereka, sementara koneksi fixed-
broadband dasar mewakili 85%
Maka dari itu untuk, negara-negara seperti Brasil dan Chili, lebih dari 60% rumah
tangga dalam kuintil pendapatan I memiliki koneksi Internet, sementara di Paraguay, Peru
dan Negara Plurinasional Bolivia, hanya 3% yang memiliki koneksi internet. demikian di
Nikaragua, karena biaya tinggi dan kerangka hukum yang lemah yang menghambat adanya
Internet secara luas. Selain itu, mayoritas pengguna internet diduduki pada daerah kota dan
negara-negara kaya
Sekitar setengah dari rumah tangga di vpedesaan, menghasilkan perbedaan yang
signifikan dalam investasi TIK antara daerah perkotaan dan pedesaan. Dalam hal kategori
usia, orang muda dan orang tua adalah yang paling sedikit terhubung ke Internet: 42% dari
mereka yang berusia di bawah 25 tahun dan 54% dari mereka yang berusia di atas 66 tahun.
Demikian pula, proporsi orang keturunan afro yang memiliki akses Internet rumah jauh lebih
rendah daripada proporsi orang keturunan non-afro yang perbedaannya berkisar dari 11,5
poin persentase di Ekuador hingga 21 poin persentase di Brasil (ECLAC, 2020a). Menurut
data terbaru dari Global System Mobile Association (GSMA), kesenjangan pedesaan-
perkotaan dan gender dalam penggunaan Internet seluler tetap signifikan di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan 37%
lebih kecil kemungkinannya untuk menggunakan mobile internet dibandingkan mereka yang
tinggal di daerah perkotaan, dan wanita 20% lebih kecil kemungkinannya untuk
menggunakan mobile internet dibandingkan pria.
Wanita 52% lebih kecil kemungkinannya untuk online dibandingkan pria di negara-
negara kurang berkembang (Iglesias, 2020). Data juga mengungkapkan bahwa orang dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung kurang memanfaatkan Internet. Seperti Di
Thailand yang hanya 33,7% orang dengan pendidikan dasar dan menengah yang
menggunakan Internet, dibandingkan dengan 71,5% dari mereka yang sekolah menengah atas
dan 89,7% dari mereka yang berpendidikan tinggi. Dengan data yang tersedia, pola serupa
muncul di seluruh negara anggota FEALAC, dengan pencapaian pendidikan yang lebih tinggi
meningkatkan penggunaan Internet.
Negara-negara membutuhkan akses broadband berkecepatan tinggi untuk sepenuhnya
menyadari potensi teknologi perbatasan. Data resmi menyatakan bahwa terdapat kesenjangan
besar dalam kesiapan untuk menyerap, menyebarluaskan, dan menerapkan teknologi
perbatasan terus berlanjut di antara negara-negara anggota FEALAC. Dengan kurang dari 5
langganan internet per 100 penduduk, sebagian besar negara berpenghasilan rendah dan
menengah, serta negara berpenghasilan menengah tertentu, seperti Kuba, Guatemala, dan
Paraguay, tidak siap untuk mengadopsi teknologi perbatasan. Orang-orang yang
terpinggirkan sering kali dikecualikan bukan hanya karena infrastruktur yang tidak memadai,
tetapi juga karena tingginya biaya perangkat dan paket data, serta kurangnya insentif dan
keterampilan untuk memanfaatkan TIK (ESCAP, 2018).
Sejumlah orang yang bertempat pada negara yang memiliki penghasilan yang rendah
lebih mengarah dalam mempunyai kapabilitas serta dorongan yang cenderung rendah pula
dalam melakukan pengembangan terhadap konten lokal yang signifikan. Survei internasional
atau global mendeteksi bahwasanya sejumlah negara yang kurang dalam perkembangannya
hanya menyokong 0,2% pembentukan seluruh aplikasi seluler yang aktif di tahun 2017. Hal
tersebut menyebabkan rendahnya konten yang relevan dalam bahasa lokal pada negara yang
kurang berkembang tersebut.
Akibat dari mayoritas alasan tersebut, terdapat 3.4 miliar individu yang bertempat di
wilayah yang mencakup adanya jaringan seluler broadband, tidak memanfaatkan adanya
internet seluler. Pemanfaatan serta akses Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) merupakan
sebuah pembuka jalan ke dalam peluang atau kesempatan lainnya, misalnya pengetahuan,
pekerjaan, jaringan, fasilitas publik, dll. Dampak dari rendahnya pemanfaatan serta akses
tersebut mempunyai efek yang lumayan berpengaruh di dalam ketidaksetaraan atau
kesenjangan kesempatan dalam memajukan pemerolehan ekonomi sosial pada khayalak.
Program beserta kebijakan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) secara holistik
dapat menangani beragam halangan, seperti rendahnya infrastruktur atau fasilitas,
penghasilan serta keterjangkauan yang minim, kecakapan Teknologi Informasi Komunikasi
(TIK) yang terbatas, serta minimnya insentif dalam penggunaan Teknologi Informasi
Komunikasi (TIK) dikarenakan oleh norma sosial budaya, minimnya pemahaman serta
kesadaran individu terhadap Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), dan juga konten lokal
yang signifikan tidak mencukupi. Menangani adanya ketidaksetaraan terhadap Teknologi
Informasi Komunikasi (TIK) sambil melakukan pemfokusan di dalam keperluan kelompok
yang paling miskin dan rentan merupakan hal yang sangat krusial dalam melakukan
pemastian bahwasanya masing-masing individu menggunakan digital secara penuh.
Sumber:
United Nations. 2021. “Reducing Inequality in FEALAC Member Countries: Inequality in Access to
Information and Communication Technologies (ICTs)”.

Anda mungkin juga menyukai