BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan secara tematik, artinya bahwa tiap kegiatan berbahasa
pastilah berpangkal pada tema tertentu. Implikasinya, secara operasional suatu sajian pembelajaran
bahasa Indonesia di dalam suatu pertemuan haruslah menggunakan suatu tema tertentu. Misalnya, jika
dalam suatu pertemuan dipilih tema teknologi, diskusinya tentang teknologi, begitu pula kosakatanya,
latihan menulisnya, dan sebagainya.
Di samping secara tematik, pembelajaran bahasa Indonesia juga dilakukan secara integratif.
Artinya, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan memadukan empat keterampilan
berbahasa, yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Ini sering disebut
dengan keterpaduan internal. Sementara itu, pembelajaran bahasa Indonesia dapat juga dipadukan
dengan bidang studi lain, seperti: Matematika, IPA, dan IPS (keterpaduan eksternal). Apa yang
disarankan oleh BSNP itu pada hakikatnya sesuai dengan pandangan para pakar bahasa tentang whole
language (Goodman, 1986), suatu konsep yang menyatakan bahwa bahasa bukanlah barang serpih-
serpih yang terpisah, melainkan sebagai suatu keseluruhan utuh. Implikasinya dalam pengajaran ialah
bahasa harus diajarkan secara utuh sebagai suatu sistem yang terpadu. Kedua cara tersebut jelas saling
melengkapi satu sama lain, karena suatu tema akan memadukan seluruh kegiatan berbahasa, baik pada
tingkat perencanaan maupun pada tingkat pelaksanaan di dalam kelas.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
1. Membantu cara memahami penulisan Bahasa Indonesia menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan.
2. Membuat para pembaca paham tentang penulisan efektif dan bagaimana cara penulisannya.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Ejaan Van Ophuijsen Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf
Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Thaib Soetan Ibrahim.
Ejaan Soewandi Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya.
Ejaan ini lebih dikenal dengan nama ejaan Republik.
Ejaan Melindo ( Melayu Indonesia ) Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena
perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16
Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,
Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia,
semakin dibakukan.
Sedangkan berdasarkan sumber sumber yang didapat, teori - teori Kalimat Efektif sebagai berikut :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal,
dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya
khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak
dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut
mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan Ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman
bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna.
2. Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi.
Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus
1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian
berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban
dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
1) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad.
Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf
disertakan disebelahnya.
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k,
l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
2) Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan huruf
besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :
Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
4. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama
orang.
Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
5. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang,
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.
Misalnya :
Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri
7. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
8. Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah hari Jumat
bulan Desember hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Misalnya :
Laut Jawa Jazirah Arab
Asia Tenggara Tanjung Harapan
10. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan,
dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
11. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :
Dr. = doktor
S.H. = sarjana hukum
14. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan
ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya :
1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.
3) Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.
· Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika
bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
· Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
· Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
· Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki lelaki
· Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya : rumah rumah-rumah
· Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur sayur-mayur
· Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya : main bermain-main
4. Gabungan Kata
· Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya
ditulis terpisah.
· Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda
hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.
· Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
· Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apatah gerangan salahku?
· Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
· Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian
kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.
· Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi
IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan
5) Angka yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya
tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya : – Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
– 55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali
beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia
ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap
sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa
mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda
anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio”
dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak
mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam
bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian,
yaitu :
1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun
ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas
academica, de facto, bridge.
2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia,
baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu :
ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
5) Pemakaian Tanda Baca
Bila singkatan itu terdiri atas tiga huruf atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
· Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
· Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
· Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
· Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.
4. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
Pengertian kalimat efektif: adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. Kesepadanan Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek
dan keterangan. Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur
bahasa.
Contoh:
Amara pergi ke sekolah, kemudian Amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (tidak efektif)
Amara pergi ke sekolah, kemudian kerumah temannya untuk belajar. (efektif)
Contoh:
Mahasiswi perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (tidak efektif)
Mahasiswi yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah. (efektif)
3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau
bentuk lain yang di anggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama belajar di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
4. Kelogisan
Bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.
(efektif)
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif).
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa Indonesiasib. 2008. Sejarah Bahasa Indonesia menuju Ejaan Yang Disempurnakan.
http://bahasaindonesiasib.wordpress.com/2008/09/12/sejarah-bahasa-indonesia-menuju-ejaan-yang-
disempurnakan/