Anda di halaman 1dari 14

Makalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Kalimat Efektif

BAB I 

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan secara tematik, artinya bahwa tiap kegiatan berbahasa
pastilah berpangkal pada tema tertentu. Implikasinya, secara operasional suatu sajian pembelajaran
bahasa Indonesia di dalam suatu pertemuan haruslah menggunakan suatu tema tertentu. Misalnya, jika
dalam suatu pertemuan dipilih tema teknologi, diskusinya tentang teknologi, begitu pula kosakatanya,
latihan menulisnya, dan sebagainya.

Di samping secara tematik, pembelajaran bahasa Indonesia juga dilakukan secara integratif.
Artinya, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan memadukan empat keterampilan
berbahasa, yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Ini sering disebut
dengan keterpaduan internal. Sementara itu, pembelajaran bahasa Indonesia dapat juga dipadukan
dengan bidang studi lain, seperti: Matematika, IPA, dan IPS (keterpaduan eksternal). Apa yang
disarankan oleh BSNP itu pada hakikatnya sesuai dengan pandangan para pakar bahasa tentang whole
language (Goodman, 1986), suatu konsep yang menyatakan bahwa bahasa bukanlah barang serpih-
serpih yang terpisah, melainkan sebagai suatu keseluruhan utuh. Implikasinya dalam pengajaran ialah
bahasa harus diajarkan secara utuh sebagai suatu sistem yang terpadu. Kedua cara tersebut jelas saling
melengkapi satu sama lain, karena suatu tema akan memadukan seluruh kegiatan berbahasa, baik pada
tingkat perencanaan maupun pada tingkat pelaksanaan di dalam kelas.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Ejaan Yang Disempurnakan dan bagaimana cara penggunaannya?

2. Bagaimana cara membuat kalimat dengan benar dan efektif?

TUJUAN PENULISAN

1. Membantu cara memahami penulisan Bahasa Indonesia menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan.

2. Membuat para pembaca paham tentang penulisan efektif dan bagaimana cara penulisannya.

 
BAB 2 LANDASAN TEORI

Ejaan Van Ophuijsen Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf
Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Thaib Soetan Ibrahim.

Ejaan Soewandi Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya.
Ejaan ini lebih dikenal dengan nama ejaan Republik.

Ejaan Melindo ( Melayu Indonesia ) Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena
perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16
Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,
Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia,
semakin dibakukan.

Sedangkan berdasarkan sumber sumber yang didapat, teori - teori Kalimat Efektif sebagai berikut :

1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal,
dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya
khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)

2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)

3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak
dibaca. (Arifin: 1989)

4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut
mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)

BAB III PEMBAHASAN

A) PENGERTIAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)


Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini
menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan
tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan Ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman
bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna.

SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan. Namun dari segi ejaan,
bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan,
sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :

1. Ejaan Van Ophuysen


Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan
warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasari bahasa Indonesia.

2. Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi.
Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan yang
pernah berlaku di Indonesia.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus
1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian
berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban
dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.

RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)


Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu :
(1) pemakaian huruf,
(2) penulisan huruf,
(3) penulisan kata,
(4) penulisan unsur, dan
(5) pemakaian tanda baca.

1) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad.
Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.

a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf
disertakan disebelahnya.

b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k,
l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

e. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh,
ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

2) Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan huruf
besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :

a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)


Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :\

1. Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.


Misalnya :
Dia menulis surat di kamar.
Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.

2. Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
3. Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti
Tuhan, dan nama kitab suci.

Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
4. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama
orang.

Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.

5. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang,
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.

Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.

6. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.

Misalnya :
Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri

7. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.

Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris

8. Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya :
tahun Hijriyah hari Jumat
bulan Desember hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

9. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.

Misalnya :
Laut Jawa Jazirah Arab
Asia Tenggara Tanjung Harapan
10. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan,
dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.

Misalnya :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat

11. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.

Misalnya :
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.

12. Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?

13. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.

Misalnya :
Dr. = doktor
S.H. = sarjana hukum

14. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

15. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan
ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.

Misalnya :

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.


Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

b. Penulisan Huruf Miring


Huruf miring digunakan untuk :

1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.

2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.

3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.


Misalnya :
Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.

3) Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :

1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.

2. Kata Turunan (Kata berimbuhan)


Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :

· Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.


Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.

· Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika
bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.

· Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.

· Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
· Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki lelaki
· Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya : rumah rumah-rumah
· Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur sayur-mayur
· Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya : main bermain-main

4. Gabungan Kata
· Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya
ditulis terpisah.

Misalnya : mata kuliah, orang tua.

· Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda
hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.

· Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.

5. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)


Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, mu,
nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.

6. Kata Depan (di, ke, dari)


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata
yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di jalan
Saya pergi ke kampung halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.

7. Kata Sandang (si dan sang)


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang kucing.
8. Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil
dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :

· Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apatah gerangan salahku?

· Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.

· Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian
kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.

9. Singkatan dan Akronim


· Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya :
dll = dan lain-lain
yth = yang terhormat

· Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi
IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan

10. Angka dan Lambang Bilangan


Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :

1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 lima belas

2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4 tiga perempat

3) Bilangan tingkat. Misalnya : Abad II Abad ke-2

4) Kata bilangan yang mendapat akhiran –an.


Misalnya : tahun 50-an lima puluhan.

5) Angka yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.

6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya
tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya : – Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
– 55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)

7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali
beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.

4) Penulisan Unsur Serapan


Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia
menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering
begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai
bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah
diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang : (a) konsep yang
terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan
istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan,
diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada
unsur yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.

Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia
ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap
sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa
mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda
anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio”
dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak
mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam
bahasa Inggris.

Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian,
yaitu :
1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun
ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas
academica, de facto, bridge.

2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia,
baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu :
ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
5) Pemakaian Tanda Baca

1. Tanda Titik (.)


Penulisan tanda titik di pakai pada :
· Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
· Akhir singkatan nama orang.
· Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
· Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.

Bila singkatan itu terdiri atas tiga huruf atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
· Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
· Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
· Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
· Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.

2. Tanda koma (,)


Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
· Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
· Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata tetapi atau melainkan.
· Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
· Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada
awal kalimat. Termasuk kata :
(1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
· Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
· Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
· Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan
tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
· Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
· Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
· Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
· Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
· Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
· Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

3. Tanda Titik Tanya ( ? )


Tanda tanya dipakai pada :
· Akhir kalimat tanya.
· Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

4. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.

5. Tanda Titik Koma ( ; )


Tanda titik koma dipakai :
· Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
· Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.

6. Tanda Titik Dua ( : )


Tanda titik dua dipakai :
· Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
· Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
· Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan .
· Di antara jilid atau nomor dan halaman.
· Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
· Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
· Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.

7. Tanda Elipsis (…)


Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu
petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan
titik terakhir diberi jarak atau loncatan.

8. Tanda Garis Miring ( / )


Tanda garis miring ( / ) di pakai :
· Dalam penomoran kode surat.
· Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

9. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘)


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.

10. Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )


Tanda petik tunggal dipakai :
· Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
· Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

11. Tanda Petik Ganda( “…” )


Tanda petik Ganda dipakai :
· Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
· Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
· Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. 

B) PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Pengertian kalimat efektif: adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Ciri-ciri kalimat efektif:

1. Kesepadanan Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek
dan keterangan. Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur
bahasa.

Contoh:
Amara pergi ke sekolah, kemudian Amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (tidak efektif)
Amara pergi ke sekolah, kemudian kerumah temannya untuk belajar. (efektif)

2. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata


Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran
ganda)

Contoh:
Mahasiswi perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (tidak efektif)
Mahasiswi yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah. (efektif)

3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau
bentuk lain yang di anggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama belajar di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)

4. Kelogisan
Bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5.Kesatuan atau Kepaduan


Maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya
tidak terpecah-pecah.

Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.
(efektif)

6. Keparalelan atau Kesejajaran


Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.

Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif).

DAFTAR PUSTAKA

Carolus Bram.  2012. http://carolusbram.wordpress.com/2012/12/21/ejaan-yang-disempurnakan/

Dayinta Phinastika. 2012. http://dayintapinasthika.wordpress.com/2013/01/02/contoh-kalimat-efektif-


dan-kalimat-tidak-efektif/

Bahasa Indonesiasib. 2008. Sejarah Bahasa Indonesia menuju Ejaan Yang Disempurnakan.
http://bahasaindonesiasib.wordpress.com/2008/09/12/sejarah-bahasa-indonesia-menuju-ejaan-yang-
disempurnakan/

Anda mungkin juga menyukai