Anda di halaman 1dari 60

PENGELOLAAN

ADMINISTRASI
KEUANGAN
DAK FISIK 2019 UNTUK PRASARANA

Direktorat Pembinaan SMP


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
URUTAN KEGIATAN
Penutup: 
Kegiatan  Kegiatan  (90 menit)
Penguatan  Refleksi dan
Awal (20 Tambahan 
(50 menit) Evaluasi
menit) (5 menit)
(15 menit)
KEGIATAN AWAL
1. Peserta memahami 
tentang  2. Peserta memahami tata 
pertanggungjawaban    kelola  keuangan
keuangan

TUJUAN SESI

3. Peserta dapat 
4. Peserta dapat 
melaksanakan Pembukuan 
melaksanakan  ketentuan 
Transaksi Keuangan (BPKT, 
perpajakan
BKU, Buku Bank)
• Satu perwakilan Peserta 
bersedia maju kedepan untuk  
bercerita tentang 
pengalamannya terkait dengan :
talkshow • pengalaman pengelolaan 
keuangan. (kendala, aspek yang 
dikelola, Bukti pendukung yang 
harus ada).
PENGUATAN
BESARAN ALOKASI DANA
Besar dana yang dialokasikan bergantung kepada :
1) Pada RENCANA KEGIATAN (RK).

2) Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) yang telah


ditanda‐tangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen
dengan Ketua P2S.
Sebesar 25% dari Keseluruhan Dana Rehab/
Pembangunan Setelah SPPB di Tandatangani oleh kepsek
dan PPK dilengkapi:
1. Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) yang telah di
tandatangani oleh penerima DAK,
2. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh
penerima DAK
3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari Kepala
Sekolah penerima DAK
4. Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja (SPTJB)
5. Pakta Integritas
6. Surat Kuasa akses rekening dari sekolah
7. Dan syarat-syarat lain yang disesuaikan dengan kondisi daerah 8
Sebesar 45% dari Keseluruhan Dana
Rehab/Pembangunan apabila Prestasi
Pekerjaan Telah Mencapai 90% .
1. Kuitansi bukti penerimaan uang yang 
Dokumen Asli No. 1 
dan 2 dikirim ke:
Dinas Pendidikan
telah di tandatangani oleh penerima DAK.
2. Berita Acara Setatus Pelaksanaan 
Pekerjaan (BASP2) yang menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan benar‐
benar telah mencapai 90% dana yang 
telah diterima
3. Melakukan Pelaporan
9
Sebesar 30% dari Keseluruhan Dana
Rehab/Pembangunan apabila Prestasi
Pekerjaan Telah Mencapai 90% .
1. Kuitansi bukti penerimaan uang yang 
Dokumen Asli No. 1 
dan 2 dikirim ke:
Dinas Pendidikan
telah di tandatangani oleh penerima DAK.
2. Berita Acara Setatus Pelaksanaan 
Pekerjaan (BASP2) yang menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan benar‐
benar telah mencapai 90% dana yang 
telah diterima
3. Melakukan Pelaporan
10
MEKANISME PENCAIRAN DANA

Kepsek dan P2S PPK

PEJABAT PENERBIT SPM

Bank KEUANGAN
Rekening Sekolah Penyalur
DAERAH
1. SK Penetapan Kelembagaan Sekolah
atau Surat Keputusan Pendirian/Ijin
operasional sekolah;
2. SK Pengangkatan Kepala Sekolah;
3. SK P2S dari Kepala Sekolah;
4. Identitas diri/KTP Kepala Sekolah,
Bendahara dan P2S untuk melakukan
spesimen tanda tangan;
5. Surat Kuasa Akses Rekening.

12
Umur dana DAK Fisik dalam rekening sekolah
adalah 14 hari kalender sejak diterima.
Jika dalam 14 hari kalender tidak ada transaksi
maka dana tersebut akan menjadi perhatian
khusus oleh pemerintah daerah

13
TATA KELOLA KEUANGAN
DOKUMEN PENDUKUNG 
PEMANFAATAN DANA TRANSAKSI
PEMBAYARAN

PRINSIP PENCATATAN  PENGELOMPOKAN 
PENCATATAN BIAYA 
PADA SAAT UANG  PENGELUARAN 
SESUAI KEJADIANNYA
DITERIMA/DIKELUARKAN BERDASARKAN JENIS

PENGARSIPAN 
PERLAKUAN PERPAJAKAN BUNGA ATAS JASA GIRO
DOKUMEN KEUANGAN
PEMANFAATAN DANA
Dana DAK Untuk Pembangunan ATAU Rehabilitasi Hanya boleh digunakan
sesuai Peruntukannya. TIDAK BOLEH DIGUNAKAN untuk:
1. Memberikan sumbangan, hadiah, uang terima kasih, uang balas jasa, uang
komisi atau yang sejenis kepada pihak manapun baik ditingkat Pusat,
Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, failitator/Sekolah maupun
masyarakat,
2. Disimpan di bank dalam jangka waktu lama guna memperoleh bunga,
3. Dipinjamkan kepada siapapun,
4. Membayar lembur guru, bonus, pakaian ataupun konsumsi para guru
sehari‐hari,
5. Diinvestasikan pada kegiatan produktif, misalnya membeli ternak atau
ikan.

15
Transaksi/Dokumen Pembayaran
1. Setiap transaksi disertai bukti yang syah
2. Bukti transaksi jumlah tertentu harus dibubuhi materai cukup,
3. Bukti transaksi hrs jelas uraian barang /jasa yang dibayar, tanggal
dan nomor urut,
4. Transaksi harus dicatat urut sesuai tanggal kejadiannya
5. Realisasi transaksi tidak boleh lebih kecil dari uang yang
dikeluarkan,
6. Saldo Kas Tunai Harian tidak boleh lebih dari 5Jt
7. Pengambilan Uang Tunai perhari Maksimal 45jt
8. Seluruh transaksi dicatat dalam Buku Kas Umum, Buku Bank dan
Buku Kas Tunai,
9. Setiap akhir bulan Buku Kas Umum di tutup, dihitung dan
dicocokkan saldonya dengan uang yang ada di Bank dan Kas Tunai,
10. Buku harus bersih, penulisan rapih dan lengkap.

16
CONTOH BUKTI PENGELUARAN
No. Jenis Bukti Untuk Membayar Materai Dokumen Pendukung

1 Kwitansi s.d   Pembelian barang (bahan,  Tidak perlu di Kwitansi di lampiri faktur/nota,


Rp.250.000 alat, ATK DLL) bubuhi materai stempel, tanda tangan, nama
terang yang menerima uang dan
nama orang yang menerima barang
Catatan: Disarankan tidak
menggunakan kwitansi yang di
cetak oleh P2S

2 Kwitansi Pembelian barang (bahan,  Materai senilai Kwitansi di lampiri faktur/nota,


>Rp.250.001 s.d alat, ATK DLL) Rp.3.000 stempel, tanda tangan, nama
1.000.000 terang yang menerima uang dan
nama orang yang menerima barang
Catatan: Disaran tidak
menggunakan kwitansi yang di
cetak oleh P2S
BUKTI PENGELUARAN‐Lanjutan

No. Jenis Bukti Untuk Membayar Materai Dokumen Pendukung


5. Kwitansi/Daftar  Pekerja Harian Tidak perlu  Kwitansi/Daftar Upah
Upah Pekerja materai Pekerja: Tandatangan nama
terang penerima upah dan
daftar hadir
6. Pembayaran Kerja Borongan Materai 1. Kwitansi penerimaan
Upah Sistim Rp.6.000 uang dari ketua
borongan kelompok kerja:
2. Progres Pekerjaan dan
daftar penerima serta
tanda terima insentif
pekerja:
3. Surat Perjanjian
borongan bermaterai
Rp.6.000
Prinsip Pencatatan
1. Pencatatan transaksi keuangan dilakukan 
pada saat uang itu di terima atau di 
keluarkan (Cash Basic);
2. Pencatatan transaksi keuangan sesuai 
dengan kejadiannya (Historical Cost). 

19
PENGELOMPOKAN BIAYA
1. Kelompok “Biaya Upah”  kode biaya  U
2. Kelompok “Biaya Bahan” kode biaya B
3. Kelompok “Biaya Alat”  kode biaya A
4. Kelompok “Biaya Operasional” kode 
biaya O

20
PENGARSIPAN DOKUMEN
Seluruh dokumen keuangan harus di
dokumentasikan dengan baik bisa dilakukan
dengan cara:
1. Disusun sesuai kelompok biaya
2. Disusun berdasarkan nomor urutan kejadian

21
DASAR HUKUM PEMBUKUAN
Kepres No. 16 tahun 1994 jo Kepres No. 24 
tahun 1995 pasal 34 ayat 1, 2 dan 5.
1. Bahwa “Orang” atau “Badan” yang 
menerima atau menguasai uang negara
wajib menyelenggarakan pembukuan.
2. Bahwa Departemen/Lembaga yang 
menguasai bagian anggaran harus
menyelenggarakan tata buku anggaran.
3. Penatausahaan pembukuan dimaksud
mengikuti pedoman petunjuk yang  
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
PEMBUKUAN
Pembukuan yang digunakan untuk
mencatat seluruh transaksi adalah
pembukuan sederhana:
1. BUKU KAS UMUM
2. BUKU KAS TUNAI
3. BUKU BANK

23
BKU Tulis Tangan
Dalam BKU tidak boleh :
1. Ada halaman yang kosong/tidak diisi
2. Ada baris yang kosong
3. Ada halaman yang dirobek/hilang
4. Ada coretan/hapusan/tip‐ex  jika ada
5. kesalahan dilakukan dengan “ mencoret” 
dengan dua garis lurus (===) dan tulisan
sebelumnya masih kelihatan (masih terbaca).

27
KETENTUAN PEMBUKUAN

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan 
Nomor Per‐47/PB/2009 tentang Petunjuk 
Pelaksanaan Panatausahaan Dan Penyusunan 
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.

Dalam hal pembukuan yang dilakukan dengan 
menggunakan komputer bendahara wajib mencetak Buku 
Kas Umum dan buku‐buku pembantu sekurang‐kurangnya 
satu kali dalam satu bulan. Penatausahaan hasil cetakan 
BKU dan buku‐buku pembantu bulanan yang telah di 
tandatangani bendahara dan ketua

28
BKU harus ditutup setiap akhir bulan. 
Namun bila diperlukan sewaktu‐waktu
dapat dilakukan.

Kemudian dijumlahkan seluruh


penerimaan dan pengeluaran, sehingga
dapat diketahui saldo/selisihnya

Setelah ditutup diberi penjelasan sebagai


berikut:

29
Pada hari ini …. Tanggal …. Bulan … tahun ….. Buku Kas Umum
ditutup dengan
keadaan/posisi Buku sebagai berikut :

Saldo Buku Kas Umum Rp. ……………….. 


Terdiri dari :
Saldo Buku Bank             :  Rp. ……………..
Saldo Buku Kas Tunai :   Rp………………
Jumlah Rp……..…………… 
Perbedaan Rp…..………………

Perbedaan tersebut disebabkan :


1. Pendapatan Jasa Giro Rp…………………
2. Pajak Jasa Giro Rp…………………
3. Biaya Administrasi Bank   Rp..……………….

30
LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN
Laporan pertanggungjawaban Akhir di lampiri:

1. BAP2 di ttd oleh 2 orang saksi


2. BAST Pekerjaan yang di tandatangani oleh
ketua/pimpinan Penerima DAK;
3. Foto/Film barang yang dihasilkan/di beli;
4. Daftar Perhitungan Dana Awal, Penggunaan
dan Sisa Dana
5. Surat Pernyataan Bahwa Bukti telah disimpan
6. Bukti Setoran Sisa dana dalam hal terdapat
sisa dana (SSPB)
7. Surat Setoran Bunga (SSBP)

** Dan kelengkapan lain sesuai juknis dan petunjuk operasionl DAK Fisik
PERPAJAKAN
1. PPN  Pajak Pertambahan Nilai.
2. PPh 21
3. PPh 22
PPN
Beberapa hal yang perlu dipahami terkait 
dengan PPN :
1. Obyek PPN
2. Pemungut PPN
3. Cara / mekanisme pemungutan PPN
4. Cara Setor PPN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
OBJEK PPN
(menurut UU PPN No. 8 tahun 1983 sebagaimana
telah di ubah dengan UU No. 18 tahun 2000
dan perubahan terakhir UU No.42/2009

Berdasarkan pasal 4 jo Ps 1 angka 13, 14, 15 dinyatakan bahwa


Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas Penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) / Jasa Kena Pajak (JKP) didalam daerah pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).

PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)
PKP adalah Pengusaha yang 
melakukan penyerahan 
BKP/JKP yang dikenai pajak 
berdasarkan UU ini (Ps 1 (15) 
UU No.42/2009)
CONTOH SURAT PENGUKUHAN PKP
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
PEMUNGUT PPN
(UU PPN No. 42/2009 Ps.1 angka 27)
• BENDAHARAWAN PEMERINTAH
• BADAN (Pengusaha yang berbadan hukum = PT, CV, firma )
• INSTANSI PEMERINTAH.

YANG DITUNJUK OLEH MENTERI KEUANGAN

UNTUK:
MEMUNGUT
MENYETOR KE KAS NEGARA 
MELAPOR
BENDAHARAWAN NEGARA
1.Berdasarkan UU Perbendaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004,
BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 18 & No.563/KMK.03/2003
tanggal 24 Desember 2003
Bendahara adalah :
1. orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjabkan uang untuk keperluan belanja
Negara/Daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan
kerja kementerian Negara/lembaga pemerintah daerah. Berdasarkan pasal 10
ayat (3) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran adalah Pejabat
Fungsional
2. Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah baik Provinsi, Kabupaten,
.......atau Kota
3. Bendaharawan pemerintah melakukan pembayaran melalui KPKN, wajib
......melaporkan PPN dan PPN BM yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
......yang telah dipungut oleh KPKN dimaksud
PERPAJAKAN
Pajak Atas Penggunaan Subsidi
Surat Dirjen Pajak Ke Dirjen MPDM Kemdiknas No. S‐566/PJ.32/2006 tanggal 14 Juli 2006 
butir 6 disebutkan sebagai berikut:

a. Atas penyerahan jasa pemborongan pembangunan RKB, Rehab, Ruang Kelas,


Pembangunan USB,Pengadaan ruang perpustakaan, Ruang Lab., Ruang Multimedia,ruang
komputer, bukan merupakan penyerahan jasa yang dikecualikan atau dibebabashan dari
pengenaan PPN, Sehingga atas penyerahan jasa tersebut terutang PPN sebesar Rp.10% dari
nilai penggantian yaitu sebesar nilai kontrak

b. Atas pembelian komputer dan alat‐alat laboratorium terutang PPN karena merupakan
penyerahan barang kena pajak

c. PPN Yang terutang pada huruf a dan b diatas dipungut oleh bendaharawan sekolah dalam
hal sekolah bersangkutan adalah sekolah negeri (karena bendaharawannya adalah
bendaharawan pemerintah), atau dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan kepada pihak sekolah tersebut dalam hal sekolah yang
bersangkutan adalah sekolah swasta (karena bendaharawannya bukan bendaharawan
pemerintah)
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
SISTIM PEMUNGUTAN PPN FAKTUR PAJAK 
ADALAH BUKTI 
MEKANISME FAKTUR PEMUNGUTAN PPN
“penyerahan BKP / JKP yang dikenakan PPN,  (UU PPN No.42/2009 Ps.1 
pemungutannya Wajib Angka 23) Faktur Pajak 
dibuatkan Faktur Pajak” dibuat oleh PKP yang 
menyerahkan BKP atau 
JKP
Pengusaha Kena Pajak
Dipungut oleh Bea Cukai, 
Bendaharawan 
Pemerintah atau 
Innstansi Pemerintah 
yang ditunjuk 
MENKEU

“DILARANG MEMBUAT FAKTUR PAJAK 
BAGI ORANG PRIBADI / BADAN YANG BELUM DIKUKUHKAN 
SEBAGAI PKP”
(UU PPN No.42/2009 Ps. 14 ayat (1), (2))
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak :

Pengusaha Kena Pajak

Nama :
Alamat :
NPWP :
Tanggal Pengukuhan PKP :

Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak

Nama :
Alamat :
NPWP :
No. Nama Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak Harga Jual/Penggantian
Urut
/UangMuka/Termin
(Rp)

Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin

Dikurangi Potongan Harga

Dikurangi Uang Muka Yang Telah Diterima

Dasar Oengenaan Pajak

PP = 10% X Dasar Pengenaan Pajak

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Tarif DPP PPn BM

…..……% Rp……… Rp………


……..…% Rp……… Rp………
………..% Rp……… Rp………

Rp………
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
TARIF PPN
(UU PPN No.42/2009 Ps. 7 dan Ps. 8)

10% X  Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


Jika NILAI TRANSAKSI LEBIH DARI 1 JUTA

DPP adalah HARGA JUAL, TIDAK TERMASUK 
PPN YANG DIPUNGUT MENURUT UU 
PPN No.42/2009 Ps. 1 angka 18.
ALUR Pembayaran PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak
Pabrik Distributor Toko Konsumen akhir
'
Beli Beli Beli
Jual Jual Jual

KETERANGAN

Arus Uang Termasuk PPN


Arus Barang Kena Pajak

1. Pabrik Menyerahkan BKP, Distributor menerima barang dan membayar barang yang dibeli
…..termasuk membayar PPN ( Faktur Pajak dari Pabrik …..sebagai wajib pungut)
2. Distributor Menyerahkan BKP, Toko menerima barang dan membayar barang yang dibeli
…..termasuk membayar PPN (Faktur Pajak Dari Distributor)
3. Toko Menyerahkan BKP, Konsumen menerima barang dan membayar barang yang
…...dibeli …..serta membayar PPN (Faktur Pajak Tidak ada karena toko bukan
…..PKP)
PPN dan PPN BM
DANA HIBAH PINJAMAN LUAR NEGERI

PP No. 42 TH.1995 Tgl. 29 Agustus 1995 sebagaimana telah diubah 3 


kali dengan PP No. 63 TH.1998 Tgl. 23 Juni 1998, PP No. 43 TH 2000 
Tgl 23 Juni 2000 dan PP No. 25 TH 2001 Tgl.18 Mei 2001 

Dalam Pasal 2 dinyatakan bahwa PPN dan PPN BM yang


terutang sejak 1 April 1995 atas import serta penyerahan
Barang dan Jasa dalam rangka pelaksanaan Proyek
Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana
pinjaman luar negeri, tidak dipungut
PPH 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
PPH 21
PP Nomor 80 Tahun 2010 Pasal 4 ayat (2) 
PMK Nomor 262 Tahun 2010 pasal 9 dan 10 
Setiap pembayaran honorarium dan imbalan lainnya kecuali 
biaya perjalanan dinas, dipotong PPh 21 dan bersipat final, 
tarifnya adalah sebagai berikut:

 Tarif 0% dari pengahsilan bruto bagi PNS Gol. I dan II atau Tamtama, 


Bintara dan pensiunannya
 Tarif 5% dari pengahsilan bruto bagi PNS Gol. III atau perwira
pertama dan pensiunannya. Jika tidak punya NPWP 6%
 Tarif 15% dari pengahsilan bruto bagi PNS Gol. IV atau perwira
menengah, perwira tinggi dan pensiunannya, Jika tidak punya
NPWP 18%

Peraturan ini mulai berlaku sejak 1 Januari 2011


Cara Menghitung PPH 21 Pegawai Harian
Lepas (Karyawan Tidak Tetap)
• Cara Menghitung PPH 21 Pegawai Harian Lepas (Karyawan Tidak Tetap)
Dalam melakukan perhitungan PPH 21 atau Pajak Penghasilan 21 cara yang 
dilakukan berbeda‐beda tergantung jenis karyawan, hal ini karena penghasilan
atau upah yang diterima setiap karyawan juga berbeda sehingga mempengaruhi
perhitungan. Misalnya karyawan yang memiliki penghasilan sebesar Rp 4.900.000 
diatas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP 2016) maka akan dikenakan PPH 21.

• Baca juga: Contoh Cara Menghitung PPH 21 Dengan PTKP Terbaru


Biasanya perhitungan PPH 21 dilakukan pada karyawan tetap yang bekerja
disebuah perusahaan. Lalu bagaimana jika perhitungan PPH 21 dilakukan kepada
karyawan tidak tetap atau karyawan harian? Apakah rumus perhitungan PPH 21 
untuk karyawan harian sama dengan karyawan tetap? Berdasarkan Direktorat
Jendral Pajak No 16 tahun 2016, karyawan harian atau pekerja lepas adalah
karyawan yang akan menerima upah jika karyawan tersebut bekerja sesuai dengan
julah hari kerja, jumlah unit pekerjaan yang diselesaikan. Didalam peraturan
tersebut juga dijelaskan jika karyawan tidak tetap yang bekerja dan menghasilkan
penghasilan kumulatif dalam satu bulan melebihi dari PTKP 2016 akan
menggunakan perhitungan PPH 21 yang sama seperti karyawan tetap.
Cara Menghitung PPH 21 Pegawai Harian
Lepas (Karyawan Tidak Tetap)

Sebelum menghitung PPH 21 untuk karyawan harian atau pegawai harian


lepas, ada beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu diantara
pada upah mingguan maka upah mingguan dibagi dengan hari bekerja
selama seminggu, untuk upah perhari maka dikalikan dengan rata‐rata 
yang dihasilkan dalam sehari sementara untuk upah borongan akan dibagi
dengan jumlah hari dalam menyelesaikan pekerjaan borongan. Selain itu
tidak ada PPH 21 yang dipotong apabila upah harian atau rata‐rata upah
harian kurang dari Rp 450.000 dan akan dipotong sebesar upah harian
atau rata‐rata upah harian lalu dikurangi dengan Rp 450.000 dan dikali 5%. 
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah cara menghitung PPH 21 karyawan
harian lepas.
Cara Menghitung PPH 21 Pegawai Harian
Lepas (Karyawan Tidak Tetap)

CONTOH :
Jarwo dengan status belum menikah pada bulan Juli 2019 bekerja sebagai
buruh harian di P2S sekolah. la bekerja selama 10 hari dan menerima upah
harian sebesar Rp200.000,00. Hitung PPh 21!

Pembahasan
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:

Upah sehari Rp 200.000,00


Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan pemotongan PPh Rp 450.000,00(‐)
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 0,00
PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari Rp 0,00
Tata Cara Penghitungan :

PPh 21 = (Penghasilan Bruto – PTKP/BUHTDP) x Tarif Pasal 17


Berlaku Ketentuan :

1. Penghasilan tidak di bayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan
kalender belum melebihi Rp 4.500.000,‐, berlaku Bagian Upah Harian Tidak Dipotong Pajak
(BUHTDP) sebesar Rp.450.000,‐.
Artinya, jika penghasilan harian belum melebihi Rp 450.000,‐, maka tidak dipotong pajak.
Sebaliknya, jika penghasilan harian melebihi Rp 450.000,‐, maka dipotong pajak atas selisihnya.
Rata‐rata penghasilan sehari dimaksud adalah rata‐rata upah mingguan, upah satuan atau upah
borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.
2. Jika Upah Harian/Penghasilan = Rp4.500.000 ≤ penghasilan ≤ Rp13.500.000., berlaku PTKP harian
(kumulatif).
Artinya Penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya (yaitu PTKP Harian dikali jumlah hari
kerja)
PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP per
tahun dibagi 360 hari.
3. Jika Upah Harian/Penghasilan > Rp13.500.000., berlaku PTKP Tahunan.
Continue ……
49
(1)
CONTOH‐CONTOH PERHITUNGAN PPh PASAL 21

Pada Bulan Juli 2019, Dalam rangka pembangunan RKB terdapat pembayaran


honorarium sebagai berikut :
1.Pembayaran Upah Tukang
a. Pengerjaan pengecatan ruang aula dengan sistem borongan sebesar
Rp.5.000.000,‐ untuk 2 tukang. Waktu pengerjaan 5 hari.
b. Perbaikan dinding ruang RKB dengan sistem harian, sebesar
@Rp.250.000,‐ untuk 2 orang tukang, selama 6 hari.

50
CONTOH‐CONTOH PERHITUNGAN PPh PASAL 21 (3)

1. Pembayaran Upah Tukang
a. Pengecatan Ruang Aula (Sistem Borongan).
Penghasilan pertukang = Rp.5.000.000,‐ : 2 orang = Rp.2.500.000,‐ (Jumlah kumulatif < Rp.4.500.000, 
berlaku BUHTDP)
Rata‐rata Penghasilan Sehari /tukang = Rp.2.500.000,‐ : 5 hari = Rp.500.000,‐

Upah Ph Kena PPh 21  Jumlah Jumlah PPh 21 


No Nama NPWP BUHTDP Tarif
Perhari Pajak Terutang Hari Terutang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) =4‐5 (7) (8) (9) (10) = 8 X 9

1. Zuhal ‐ 500.000,‐ 450.000,‐ 50.000,‐ 6% * 3.000,‐ 5 15.000,‐


2. Yanto ‐ 500.000,‐ 450.000,‐ 50.000,‐ 6% * 3.000,‐ 5 15.000,‐

b. Perbaikan Dinding Ruang TU. (Sistem Harian).


Jumlah Kumulatif Sebulan pertukang = @Rp.250.000,‐ X 6 hari = Rp.1.500.000,‐
(Jumlah kumulatif < Rp.4.500.000, berlaku BUHTDP)
Upah Ph Kena PPh 21  Jumlah Jumlah PPh 21 
No Nama NPWP BUHTDP Tarif
Perhari Pajak Terutang Hari Terutang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) =4‐5 (7) (8) (9) (10) = 8 X 9

1. Warno ‐ 250.000,‐ 450.000,‐ 0,‐ 6% * 0,‐ 6 0,‐


2. Victor ‐ 250.000,‐ 450.000,‐ 0,‐ 6% * 0,‐ 6 0,‐

51
CONTOH PENGISIAN SSP



  
  



 
 

PPH 22
Pajak Penghasilan Pasal 22

53
Peraturan Menteri Keuangan
nomor 154/PMK.03/2010 
tentang pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22.

Pembelian barang yang dananya dari APBN/APBD serta


nilainya mulai Rp 2 juta oleh bendahara pemerintah
akan dikenai PPh pasal 22 sebesar 1,5 persen dari nilai
barang.

54
Pendapan Bunga Dana
Pengelolaan
SSBP
Disertor Ke Kas Negara
Jumlahnya sebesar Bunga di kurangi
dengan Pajak atas jasa giro dan biaya
Administrasi

MAK Yang Digunakan sesuai


dengan arahan daerah
(Pendapatan Bunga Lainnya)
55
S S B P

56
P engelolaan Dana
PENGEMBALIAN SISA BELANJA
KE KAS NEGARA

1. TAHUN BERJALAN-SSPB
MAK = mengikuti arahan Dinas
2. TAHUN YANG LALU-SSBP
MAK = mengikuti arahan Dinas

57
S S P B

58
SUKSES Kita adalah Sukses untuk Siswa Indonesia

Sosialisasi DAK FISIK untuk PRASARANA


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai