1. Mandat UU 5/1990 dan UU 41/1999 sangat kuat → Konservasi Kehati
(KK, Species dan Genetik) → 3 P (Perlindungan, Pengawetan, dan Pemanfaatan) → Ini kewenangan pemerintah pusat (selain Tahura) → Satu2nya kewenangan pemerintah pusat dalam pemangkuan Kawasan. 2. Perlu dikuatkan posisi dan tusi pemangkuan Kawasan Konservasi Non TN → Kepala Bidang Wilayah & Kepala Seksi pada BBKSDA / BKSDA → Lebih fokus ke pemangkuan kawasan → Tugas pengawasan pemanfaatan & peredaran TSL ditugaskan langsung dari Balai / Balai Besar. 3. Perlu dikuatkan UPT BKSDA → tugas dan fungsi koordinasi, monitoring, bimtek dsb untuk kawasan dengan nilai kehati tinggi non KK → KEE → taman kehati, koridor, dsb. 4. Usulan Balai TN dan Balai KSDA ditambahkan Seksi Teknis → karena aspek teknis di balai perlu dukungan aspek teknis. 5. Tiga TN diusulkan menjadi Balai → TN Gunung Maras, TN Gandang Dewata dan TN Zamrud → Kalau belum disetujui perlu intervensi / arahan dari Ditjen KSDAE untuk penguatan SDM pada ketiga TN tsb. 6. Merujuk dari penggabungan: TN Berbak & Sembilang, TN Danau Sentarum & TN Betung Kerihun, serta TN Manupeu & TN Wangameti → perlu juga diwacanakan TN Merapi & TN Merbabu, TN Kelimutu, dsb. 7. Beberapa pemekaran provinsi perlu diusulkan UPT Balai KSDA → Prov Babel, Prov. Sulawesi Barat, Provinsi Kaltara. 8. Perubahan nomenklatur BKSDA dengan merujuk BKSDA Bengkulu Lampung → contoh: BBKSDA Jabar Banten. NOTE: Kekawatiran KemenPANRB perlu dijelaskan dengan fakta2 di lapangan dan fakta2 permasalahan → jangan hanya dengan mendasarkan kekawatiran ketidakefektifan dan seakan2 tdk mendukung penyederhanaan birokrasi. =======