Anda di halaman 1dari 6

Notulen Zoom Meeting

Pembahasan Spesialisasi dan Minat Khusus PEH

Hari : Selasa
Tanggal : 7 April 2020
Peserta : 1. Dirjen KSDAE
2. Sekditjen KSDAE
3. Direktur KK
4. Direktur PJLHK
5. Ratna Hendratmoko, S.H., M.Hum
6. Ir. Yayat Surya., M.M
7. Nining Ngudi Purnamaningtyas, S.Hut., M.Si
8. Sapto Aji Prabowo, S.Hut., M.Si
9. Drs. Toto Indraswanto., M.Sc
10. Sri Mina Ginting, S.P., M.P
11. Septi Eka Wardhani, S.Hut., M.P
12. Desi Indriani, S.P., M.P
13. Dani Arief Wahyudi, S.Hut. M.AP, M.Agr.
14. Iskandar, S.Hut
15. Indra Dirhamsyah, S.P., M.Si
16. Mugiharto Hari Priyatno, S.Hut., M.Si
17. Yayat Supriatna, S.IP

Sri Mina Ginting, S.P., M.P (Plh. Kabag KOTL)


1. Sebagai pengantar diskusi ini, saya sampaikan informasi jumlah PEH lingkup Ditjen
KSDAE sebanyak 1.124 orang yang tersebar di 79 Unit Kerja (UPT dan Direktorat)
kemudian jumlah Polhut sebanyak 2.175 orang dan jumlah Penyuluh Kehutanan
sebanyak 306 orang data diperoleh dari Simpeg per 31 Maret 2020.
2. Saat ini Bagian KOTL sedang menyusun kebutuhan formasi untuk pengadaan CPNS
tahun 2020 dan tahun 2021, dari penyusunan tersebut Ditjen KSDAE membutuhkan
sekitar 3000 orang jumlah PEH karena kebutuhan ideal berdasarkan Analisis Beban
Kerja (ABK) yaitu sekitar 4000 orang sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan
Menteri LHK nomor 946 tahun 2019.
3. Khusus untuk spesialisasi PEH, Setditjen KSDAE telah menyampaikan surat edaran ke
setiap UPT pada tahun 2018 agar setiap Balai menetapkan PEH di unit kerjanya
berdasarkan bidang keahliannya dan menembuskannya ke Setditjen KSDAE. Namun
yang kami terima baru dari 16 UPT saja yaitu BTN Bantimurung Bulusaraung, BTN
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti, BTN Sebangau, BTN Gunung
Palung, BTN Meru Betiri, BTN Gunung Ciremai, BBTN Bromo Tengger Semeru, BKSDA
Sulawesi Tengah, BTN Ujung Kulon, BKSDA Sumatera Selatan, BKSDA Bengkulu,
BKSDA Aceh, BKSDA Bali, BKSDA Yogyakarta, BBTN Gunung Leuser dan BTN Siberut.

Ir. Wiratno., M.Sc (Dirjen KSDAE)


1. Terkait spesialisasi PEH, saya minta agar dipelajari dulu peraturannya, kemudian
setiap keahlian yang sudah ditetapkan agar diturunkan menjadi keahlian yang lebih
khusus lagi misalkan pakar Orang Utan, Badak, Harimau dan saya minta harus ada
paling tidak 1-2 orang PEH yang menangani khusus bidang community development di
setiap UPT.
2. Setelah ditetapkan spesialisasi untuk masing-masing PEH saya minta harus ada tindak
lanjut pembinaanya, bentuknya dapat berupa penugasan pilihan sebagai pembelajaran
dan pendalaman sesuai dengan keahliannya paling tidak sebesar 80% dan sisanya
untuk tugas diluar keahliannya. Untuk kendalinya saya kira bisa dibuatkan kontrak
kinerjanya walaupun sifatnya formalitas namun bisa dijadikan panduan dalam
menghitung angka kreditnya.
3. Namun saya ingatkan kembali, apakah ide seperti ini kontradiktif dengan peraturannya
tidak

Septi Eka Wardhani, S.Hut., M.P (Kasubbag Adm. Jabatan Fungsional)


1. Untuk spesialisasi PEH sudah kami tindaklanjuti dengan menyampaikan surat ke UPT
sejak 2018 lalu sesuai arahan Bapak, namun hanya beberapa UPT saja yang sudah
melakukan pendataan ini.
2. Kemudian dari aspek peraturan sama sekali tidak bertentangan dengan ide spesialisasi
ini, hanya saja ketika PEH sudah memilih bidang keahliannya mereka akan terikat
dengan penugasan sesuai kehaliannya dan ini berdampak pada pembatasan perolehan
nilai angka kredit, oleh karena itu walaupun PEH sudah memiliki bidang keahlian
tertentu, dia harus bisa juga mengerjakan kelompok bidang lainnya.

Ir. Wiratno., M.Sc (Dirjen KSDAE)


1. Saya minta laporan UPT yang sudah atau belum menyampaikan spesialisasi PEH
diajukan ke saya.
2. Saya minta juga agar bisa memberdayakan fungsi dan peran setiap koordinator PEH,
manfaatkan juga WAG khusus kelompok PEH untuk menyampaikan informasi-
informasi penting.

Septi Eka Wardhani, S.Hut., M.P (Kasubbag Adm. Jabatan Fungsional)


1. Jumlah PEH lingkup Ditjen KSDAE sebanyak 1.124 orang tersebar di seluruh UPT
dengan jumlah setiap PEH di UPT sangat variatif, yaitu sekira 6 sampai 33 orang.
2. Pada Balai KSDA Jawa Tengah jumlah PEH sebanyak 33 orang.
3. Pada BBTN Gunung Leuser jumlah PEH sebanyak 14 orang.
Ir. Wiratno., M.Sc (Dirjen KSDAE)
1. Jumlah sebaran PEH tidak proporsional, luas kawasan BKSDA Jawa tengah lebih
sedikit dibandingkan jumlah kawasan BBTN Gunung Leuser, tapi jumlah PEH di BKSDA
Jawa Tengah lebih banyak dibandingkan dengan BBTN Gunung Leuser.
2. Analisisnya adalah lihat dulu luas kawasan UPT, lokasinya dimana dan jumlah
keseluruhan pegawai di UPT, kemudian jumlah PEH nya tentukan berapa persen dari
total keseluruhan jumlah pegawai.
3. Siapkan matrik data 74 UPT yang berisi luas kawasan, jumlah keseluruhan pegawai,
jumlah PEH berdasarkan ragam spesialisasi.

Septi Eka Wardhani, S.Hut., M.P (Kasubbag Adm. Jabatan Fungsional)


1. Spesialisasi PEH terdiri dari Konservasi Jenis, Jasa Lingkungan, Pengelolaan Kawasan
Konservasi dan Community Development.
2. Untuk pengelompokkan spesialisasi PEH ini tidak diikat oleh peraturan.
3. Tugas pokok dan fungsi PEH diatur dalam PermenPAN RB 50 tahun 2012 tentang
Jabatan Fungsional PEH dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan tersebut
diklasifikasikan butir-butir kegiatan per eselon 1, seperti butir-butir kegiatan untuk
PEH Planologi, PEH BPDAS, PEH PSKL dan PEH KSDAE, walaupun belum semua eselon
1 terakomodir seperti PEH PPI.
4. Secara umum dalam butir-butir kegiatan untuk PEH KSDAE yang ada pada PermenPAN
RB 50/2012 sudah meliputi spesialisasi PEH ini.

Ratna Hendratmoko, S.H., M.Hum (Kasubdit Perencanaan Pengelolaan KK)


1. Manajemen PNS yang dipahami dimulai dari proses rekruitmen/pengadaaan CPNS,
pengembangan PNS hingga pada pemeberhentian PNS.
2. PEH KSDAE sebagai ujung tombak aspek teknis pada Ditjen KSDAE sebagaimana
tertuang dalam 10 cara baru mengelola kawasan bahwa setiap kebijakan harus
mendapatkan dukungan dan justifikasi ilmiah dan PEH yang menjadi implementator
kebijakannya.
3. Perlu adanya perencanaan SDM yang baik, sejauh mana instrumen Analisis Beban
Kerja dan Anjab itu diterapkan dan mencerminkan kebutuhan organisasi lingkup Ditjen
KSDAE. Pak Dirjen beberapa kali mengatakan, tidak ada yang sempurna dan ideal
termasuk kondisi SDM. Kita perlu memastikan kondisi yang ideal itu seperti apa, itulah
yang perlu dianalisis.
4. Isu tentang PEH, untuk setiap kenaikan jabatan akan di undang ke auditorium untuk
diambil sumpah/janjinya seperti halnya pada struktural, namun hal ini dianggap belum
memberikan jenjang karir yang jelas, sehingga ada yang berminat untuk alih ke
jabatan lain walaupun ada beberapa orang yang konsisten untuk berkarir di jabatan
fungsional PEH seperti Mba Fitri dari BBKSDA Sumut dan Mba Suci dari BTN
Bantimurung Bulusaraung
5. Untuk pengajuan DUPAK masih ada PEH yang malas menyusunnya atau menyusun
Dupak secara manipulatif (tidak apa adanya) yang penting memenuhi nilai angka
kredit yang dipersyaratkan.
6. Untuk penilaian Dupak, sejauh mana fairness pemeriksaannya ini menimbulkan
pertanyaan juga.
7. Banyak PEH di UPT yang ditugaskan diluar tugas dan fungsi jabatannya, sehinga
menimbulkan multitasking bagi PEH itu sendiri.
8. Usulan solusi perencanaan SDM, harus ada roadmap SDM, terutama untuk jabatan
fungsional PEH seperti apa, kejelasan jenjang karirnya, reward, atau semacam
pemutihan/pengampunan bagi PEH yang sudah dibebaskan sementara sehingga
jumlah PEH tetap pada kondisi ideal.
9. Jabatan fungsional PEH tidak bisa disamakan dengan jabatan peneliti di LIPI atau
pada Litbang, yang mendapatkan reward ketika ada inovasi dari spesialisasi
keahliannya, ini bisa dijadikan rujukan bagi PEH KSDAE ketika ada inovasi atau
prestasi dari keahliannya diberikan semacam reward.

Ir. Wiratno., M.Sc (Dirjen KSDAE)


1. Roadmap SDM harus ada namun tentu sambil menunggu perubahan organisasi yang
disusun oleh Biro Kepegawaian, harapan saya semga tidak ada perubahan organisasi
di Ditjen KSDAE karena basic fungsi organisasi kita adalah pemangkuan dan hal ini
sudah saya sampaikan ke Pak Sekdit untuk disampaikan ke Karopeg.
2. Banyak perkembangan-perkembangan menarik sejak menjabat Dirjen selama 2 tahun
terkahir ini, diantaranya di ruang kerja saya dipenuhi banyak produk-produk menarik
ada tulisan-tulisan tentang guide book burung-burung di Taman Nasional, buku-buku
informasi tentang kawasan di Taman Nasional, eksplorasi yang di unggah dalam kanal
youtube dan banyak yang lainnya. Sebetulnya hal tersebut menjadi tugas PEH untuk
mengenalkan potensi di kawasan konservasi, namun kembali ini masalah leadership
untuk mengimplementasikannya.
3. Namun demikian, menurut saya perlu ada roadmap SDM yang tadi ini akan terkait
dengan input pengelolaan kawasan konservasi kedepannya dan arahnya menurut saya
ini sudah benar, ada science-nya, ada kemampuan membangun komunikasi,
kolaborasi, kemitraan dan kerjasama.
4. Sebagai contoh ada PEH di Papua Barat yang menemukan jenis anggrek baru dan
ditulis pada jurnal internasional ini luar biasa bagusnya, kemudian PEH di gunung
palung yang mengikuti researcher-researcher kemudian menemukan inovasi dan
produk pengetahuian baru (new science) ada jamur morel, soft coral. Ini sebenarnya
dapat dijadikan kekuatan bagi kita, sampai saya membuat WA grup khusus kelompok
Doktor agar bisa berkomunikasi lebih lanjut.
5. Terkait gagasan yang disampaikan oleh Pak Moko, saya minta silahkan diskusikan dulu
pada level teknis, kemudian hasilnya sampaikan pada saya.

Ir. Tandya Tjahjana., M.Si (Sekditjen KSDAE)


1. Terkait kelembagaan, pada prinsipnya susunan Ditjen KSDAE dinilai sudah rapi namun
harus dicek kembali konsistensinya, terutama redaksi penulisan pada pasal 13, 14 dan
15.
2. Khusus UPT berlaku secara umum tidak ada perubahan, yang berubah hanya Badan
Litbang dan Inovasi (BLI) menjadi BSI.

Ir. Wiratno., M.Sc (Dirjen KSDAE)


1. Ditjen KSDAE mendapatkan mandat besar untuk memantau kondisi gunung krakatau
yang ini dilakukan oleh staf di level seksi tugasnya menyampaikan progres revegetasi
yang dibantu oleh prof. Tukirin yang memiliki monitoring revegetasi selama 30 tahun.
Jika ini berhasil, maka kita punya contoh perkembangan vegetasi sejak letusan
krakatau tahun 1883 dan tahun 1983
2. PEH ini harus jauh dari pemalsuan data, karena pekerjaan mereka luar biasa
pentingnya. Dengan adanya RBM dan smart patroll, seharusnya sudah tidak ada lagi
hambatan untuk mengumpulkan angka kreditnya.
3. Yang namanya spesialisasi PEH ini adalah minat khususnya apa, contohnya bidang
keahlian konservasi jenis, ini harus ada minat khususnya. Di TN Tanjung Puting
jumlah PEH ada 11 orang tentu harus ada yang memiliki minat khusus ke spesies
Orang utan.
4. Pemikir-pemikir di Jakarta ini sebetulnya banyak sekali, yang ahli/pakar spesies Orang
utan ada Pak Ade Suharso (P3E Kalimantan)
5. Saya minta cari data pegawai Ditjen KSDAE yang telah menyelesaikan program
Doktornya, agar kita dapat memanfaatkan potensi keilmuan pada pegawai tersebut
sesuai prinsip the right man on the right place on the right time, jangan sampai
kehilangan momentum.
6. Spesialisasi dan minat khusus PEH :
a. Konservasi jenis
1) Primata
2) Mamalia
3) Aves
4) Reptilia
5) Tumbuhan
6) Aquatic
7) Marine
8) Bioprospecting
9) Kesehatan satwa
10) Ekologi satwa
11) Penangkaran TSL
12) Managemen LK
13) Konflik satwa
14) Penanganan satwa
b. Jasa Lingkungan
1) Wisata alam
2) Pemanfaatan sumberdaya air
3) Pemanfaatan karbon
4) Pemanfaatan sumberdaya panas bumi
c. Pengelolaan Kawasan Konservasi
1) Ekologi kawasan
2) Restorasi
3) Perpetaan/GIS
d. Community Development
4) Teknik pendampingan masyarakat
5) Motivasi dan penyuluhan kelompok
6) Membentuk kelompok tani hutan

Bogor, 7 April 2020


Notulis,

Yayat Supriatna, S.IP


NIP. 19811128 201012 1 001

Anda mungkin juga menyukai