Anda di halaman 1dari 3

ORDE BARU

1.Latar Belakang Terbentuknya Orde Baru


Akibat adanya pemberontakan Gerakan 30 September timbullah reaksi  dari berbagai Parpol,
Ormas, Mahasiswa dan kalangan pelajar. Pada tanggal 8 Oktober 1965 partai politik seperti
IPTKI, NU, Partai Kristen Indonesia, dan organisasi massa lainnya melakukan apel kebulatan
tekad untuk mengamankan Pancasila dan menuntut pembubaran PKI serta ormas-ormasnya.
Pada tanggal 23 Oktober 1965 parpol yang anti komunis membentuk Front Pancasila dan
diikuti oleh pembentukan KAMI ( Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia ), KAPI ( Ksatuan
Aksi Pelajar Indonesia ), dan lain-lain. Pada tanggal 10 Januari 1966 KAMI mencetuskan
TRITURA ( Tiga Tuntutan Rakyat ) “Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya, Bersihkan kabinet
dari unsur PKI,dan turunkan harga-harga”
Pada tanggal 24 Februari 1966, Presiden Soekarno mengadakan perubahan terhadap kabinet
DWIKORA. Perubahan kabinet yang dijuluki kabinet 100 menteri itu menimbulkan
kemarahan rakyat, terutama mahasiswa, karena susunan menteri-menteri masih terdapat
tokoh-tokoh yang terlibat dalam G 30 S. Pada saat pelantikan kabinet dwikora ini,
demonstrasi meledak. Pada saat demonstrasi inilah Arief Rachman Hakim tertembak dan
gugur. Gugurnya Arief Rachman Hakim ini membuat situasi semakin panas dengan gerakan
massa yang dipelopori oleh mahasiswa semakin hebat, yang pada akhirnya dilkeluarkan
Supersemar sekaligus menjadi titik awal munculnya kepemimpinan Orde Baru. Sejak
Supersemar dilaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara ditata kembali sesuai dengan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

2. Kebijakan Politik Orde Baru


Rezim Orde Baru memiliki kekuasaan penuh mengendalikan kehidupan politik masa itu.
Kebijakan politik yang diterapkan dalam masa Orde Baru dapat dilihat dari awal lahirnya
Orde Baru. Pemberangusan hak-hak berpolitik bagi eks anggota PKI dan keluarganya,
merupakan salah satu kebijakan yang mengundang kontroversi dari masyarakat. Pemerintah
Orde Baru memberikan kesempatan politik hanya kepada golongan tertentu saja. Menjelang
dilaksanakannya pemilu pada tahun 197, jumlah partai yang menjadi peserta, tidak sebanyak
partai politik di tahun 1955. Dari hasil pemilu tersebut para wakil-wakil partai menduduki
360 kursi ditambah 100 kursi lagi yang anggota-anggotanya diangkat oleh Presiden sehingga
anggota DPR berjumlah 460 orang. Dari susunan kursi DPR yang semacam ini maka DPR
selalu mendukung kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Untuk pemiliu-pemilu
selanjutnya tahun 1977,1982,1987,1992, hingga 1997 pemerintah menyederhanakan jumlah
partai politik yang ada. Hal ini dilakukan sesuai dengan Undang-Undang nomor 3 tahun 1975
. Partai Persatuan Pembangunan merupakan fusi dari partai-partai islam seperti NU, Parmusi,
PSSI, dan PERTI. Sedangkan Partai Demokrasi Indonesia adalah fusi dari PNI, Partai
Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo, hanya Golkar yang tidak mempunyai fusi partai
manapun.
Kebijakan Politik lain dalam bidang politik adalah penggunan asas tunggal yaitu pancasila
dalam sidang organisasi. Yaitu berupa pemasyarakatan P4 dengan tujuan untuk membentuk
pemahaman yang sam mengenai Demokrasi.
Ada banyak peran yang diamainnkan oleh kalangan ilmuwan sosial di sini. Sebagaian
memilih terlibat dalam operasi ketertiban yang dilanvarkan militer sebagai interogator
tahanan politik, sementara ahli psikologi yang bekerja sama dengan Universitas Leiden
membuat klasiofikasi para tahanan yang akan menentukan nasib mereka selanjutnya. Ahli
komunikasi Alwi Dahlan dan Hidayat Mukmin sementara itu terlibat dalm operasi
penerangan Kopkamtib akhir 1968 yang antara lain bertugas “menyebarluaskan pengertian
dikalangan masyarakat mengenai bahaya laten dari Gerakan 30 September maupun golongan
ekstrim dan subversif”. Dan sebagian lagi yang lainnya membentuk kelompok studi atau
Think-think seperti Centre For Strategic and Internasional Studies ( CSSI ) .
Selain menata politik dalam negeri pemerintahan Orde Baru juga menata politik luar negeri
Indonesia yaitu kembalinya Indonesia dalam keanggotaan PBB pada tanggal 28 Desember
1974s serta mengadakan normalisasi hubungan dengan Malaysia.

3. Menguatnya Peran Negara dan Dampaknya


Pemegang pemerintahan di Orde Baru adalah kalangan militer. Kekuasaan sentralistik yang
digunakan oleh pemerintah Orde Baru menunjukkan berbagai akibatnya di akhir
pemerintahan Orde Baru. Kekuasaan militer hampir di seluruh bidang pembangunan.
Pemerintah menurut UUD seharusnya memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh
lapisan masyarakat untuk turut memanfaatkan kekayaab alam tersebut. Namun pengaruh
negara yang sangat kuat menyebabkan hanya segelincir orang yang menikmati kesempatan
itu. Umumya negara memberikan kesempatan kroni atau golongan etnis yang dapat
menguntunkan secara timbal balik.

Saat Jenderal Soeharto menguasai pemerintahan sepenuhnya tahun 1967, para para ahli ini
mulai menduduki posisi penting dalam kabinet. Selama lebih dari tiga dasawarsa masa
pemerintahan Orde Baru prakti semua ruang publik dikontrol dan diawasi penuh oleh negara
secara ketat, rakyat dilarang berpolitik, mendirikan organisasi politik, apalagi menjadi oposisi
terhadap pemerintah, semuamya demi menjaga stabilitas keamanan dan jalannya
pembangunan. Negara demokrasi yang menjadi kesepakatan bersama menuju cita-cita rakyat
tidak lebih hanya slogan kosong.  Pemerintah sebagai pengemban amanah rakyat dalam
praktiknya justru menjadi penguasa bagi rakyat. Tidak heran jika kemudian selam rezim Orde
Baru negara begitu berkuasa dan nyaris tanpa kontrol dari rakyat hingga terjadi sangat
banyak praktik pelenggaran HAM di stiap daerah mulai dari Aceh hingga Papua.
Sebagaimana rezim-rezim otoriter pada umumnya, selam pemerintahan Orde Baru negar
telah berhasil dengan berbagai cara membentuk sikap dan keperibadian masyarakat hingga
tunduk dan patuh kepada negara. Akan halnya Aceh, daerah yang sepanjang sejarahnya selalu
diwarnai dengan pergolakan yang banyak menumpahkan darah, negara begitu perkasa
menindas rakyat. Penerapan DOM ( Daerah Operasi Militer ) selama hampir satu dasawarsa
sejak 1989-1998 adalah contoh dimana rakyat tidak berdaya terhadap kebijakan refresif
negara.
Baru pada akhir tahu 90-an dengan runtuhnya rezim Orde Baru dan seiring dengan era
reformasi terbuka kesempatan bagi rakyat untuk menentanng kekuasaan yang otoriter itu .
operasi militer mengerikan yang selam 10 tahun tertutup rapat dari pengetahuan publikpun
terbongkar. Presiden Soeharto dan rezimnya menyadari bahwa, kemenangan mereka dapat
tercapai antara lain berkat dukungan tokoh-tokoh islam termasuk ormas-ormasnya simpatisan
masyumi. Tetapi ketika muncul tuntutan dari tokoh-tokoh masyumi yang baru bebas dari
tahanan rezim Orde Lama, untuk merehabilitasi partainya, Soeharto tegas menolak dengan
alasan ”yuridis, ketatanegaraan, dan psikologi “. Bahkan Soeharto dengan nada yang agak
marah, mengaskan, Ia menolak setiap keagamaan dan akan menindak setiap usaha eksploitasi
masalah agama untuk maksud-maksud kegiatan politik yang tidak pada tempatnya. Dalam
kata lain, pemerintahan Orde Baru yang didominasi militer tidak menyukai kebangkitan
politik islam.

4. Jatuhnya Pemerintahan/ Akhir Orde Baru.


Pemerintah Orde Baru selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen terhadap
tekad awalnyamuncul Orde Baru. Pada awalnya Orde Baru bertekad melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan bermasyarakat, berbangsa, dan
bertanah air. Latar belakang munculnya tuntutan Soeharto agar mundur dari jabatannya atau
yang menjadi titik awal berakhirnya Orde Baru.
- Adanya krisis politik di mana setahun sebelum pemilu 1997, kehidupan politik Indonesia
mulai memanas. Pemerintah yang didukung Golkar berusaha memepertahankan kemenangan
mutlak yang telah dicapai dalam lima pemilu sebelumnya. PPP begitupun PDI ataupun
Golkar dianggapa tidak mampu lagi memenuhi aspirasi politik masyarakat.
-   Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan Juli 1997. Sebenarnya
krisis ini jyga terjadi dibeberapa negara di Asia namun Indonesialah yang merasakan dampak
yang paling buruk.
Hal ini disebabkan karena pondasi perekonomian Indonesia rapuh, praktik KKN, dan
monopoli ekonomi mewarnai pembangunan ekonomi Indonesia.
-  Adanya krisis Sosial, bersamaan dengan krisis ekonomi kekerasan di masyarakat semakin
meningkat. Melonjaknya angka pengangguran. Kesenjangan ekonomi menyebabkan
kecemburuan sosial di tengah masyarakat. Gerakan moral dalam aksi damai menuntut
reformasi mulai ditunggangi berbagai kepentingan individu dan kelompok.
-  Pelaksanaan hukum di masa Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan. Misalnya kekuasaan
kehakiman yang dinyatakan dalam pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memilik
kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintahan. Namun pada
kenyataannya kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif.
Kronologi jatuhnya pemerintahan Orde Baru berawal dari terpilihnya kembali Soeharto
sebagai presiden melalui sidang umum MPR yang berlangsung tanggal 1 – 11  Maret 1998,
ternyata tidak menimbulkan dampak positif yang berarti bagi upaya pemulihan kondisi
ekonomi bangsa justeru memperparah gejolak krisis. Dan gelombang aksi mahasiswa silih
berganti menyuarakan beberapa agenda reformasi.
Pada saat tuntutan gerakan reformasi oleh mahasiswa mencapai puncaknya, aksi mereka
menimbulkan bentrok dengan pihak aparat keamanan hingga terjadi peristiwa tragis yaitu
tragedi trisakti. Peristiwa penembakan terhadap massa mahasiswa di Universitas Trisakti
pada tanggal 12 Mei 1998 mengakibatkan tewasnya 4 orang mahasiswa Trisakti dan puluhan
korban luka parah. Keempat mahasiswa itu adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hartanto,
Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan. Pada tanggal 13- 14 Maret 1998 terjadi kerusuhan dua
hari berturut-turut sebagai buntutu dari peristiwa berdarah trisakti. Pasca peristiwa Trisakti
dan kerusuhan massa memicu gerakan mahasiswa yang berpusat di Jakarta yang mulai
melancarkan aksi yang lebih besar. Mereka mengarahkan perhatian utama kepada wakil-
wakil rakyat di DPR/MPR RI. Mahasiswapun berdatangan ke gedung DPR/MPR untuk
menuntut supaya segera diadakan sidang istimewa MPR dan pencabutan mandat MPR
kepada presiden Soeharto. Sejak 18 mei 1998, kelompok –kelompok  mahasiswa dari
berbagai universitas berdatangan untuk menduduki gedung DPR/MPR RI. Kuatnya tuntutan
Mahasiswab pada tanggal 20 Mei 1998 pimpinan DPR berdasarkan hasil kosultasi
memutuskan agara segera menggelar SI MPR jika presiden tidak menggundurkan diri. Dan
pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.15 pagi di Istana Merdeka Jakarta, Presiden Soeharto
menyatakan barhenti, setelah 32 tahun, 7 bulan dan 3 minggu masa kekuasaannya sebagai
presiden RI dan berakhirlah masa Orde Baru dan lahirlah Orde Reformasi.

Anda mungkin juga menyukai