Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SANITASI RUMAH SAKIT

PERMASALAHAN AIR LIMBAH

OLEH

URBANUS IGNATIO RELANDO LERING

2B / PO5303330200861

UNIVERSITAS POLITEKES KEMENKES

KUPANG
PEMKOT SOLO TATA PENGELOLAAN LIMBAH UMKM

Persoalan pengelolaan limbah di Solo cukup kompleks.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berencana melakukan penataan


pengelolaan limbah dari produksi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Apalagi baru-
baru ini terjadi kasus pencemaran air perusahaan daerah air minum (PDAM) di Kota Bengawan.
Hal itu menjadi evaluasi bagi Pemkot untuk melakukan penataan dalam pengelolaan limbah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sri Wardhani mengatakan, persoalan pengelolaan
limbah di Solo cukup kompleks. Salah satunya, jumlah industri kecil dan menengah (IKM)
cukup banyak dan tersebar hampir di seluruh wilayah. Kebanyakan lokasi IKM berada di tengah
pemukiman padat penduduk.
Menurutnya, potensi pencemaran lingkungan justru berasal dari usaha kecil. Sebab, lokasinya di
tempat sempit sehingga tidak memungkinkan untuk menyediakan fasilitas Unit Kelola Limbah
(UKL).

"Mungkin ke depan harus ada inovasi. Karena ini kota kan wilayahnya sempit, kepadatannya
tinggi," kata Sri Wardhani kepada wartawan di Solo, Kamis (18/10).

Dia menambahkan, wilayah yang terdapat banyak industri kecil tidak memiliki lahan untuk
pengelolaan limbah. Pemkot juga tidak memiliki ruang untuk membuat instalasi pengelolaan air
limbah (IPAL) komunal. Sebab, IPAL juga memiliki persyaratan luas minimal.

Dia mencontohkan di wilayah Semanggi terdapat beberapa industri batik yang membuang
limbah pewarnanya ke sungai. Sementara di wilayah Laweyan terdapat IPAL yang bisa
digunakan bersama-sama, tetapi sedang diperbaiki.

"Kami tidak bisa membuat IPAL di sana, karena tidak ada lahannya. Kalau di Laweyan beda
kasus, di sana IPAL komunal sedang diperbaiki sehingga tidak berfungsi," imbuhnya.

Karenanya, DLH memiliki gagasan untuk membangun IPAL komunal di bawah jalan. Hal itu
dapat menjadi salah satu strategi agar limbah industri kecil di lingkungan padat bisa teratasi.
"Mungkin juga perlu mobil keliling yang untuk pengolahan limbah yang bisa digunakan
bergantian," imbuhnya.

Kasus pencemaran air PDAM yang warnanya menjadi merah diduga berasal dari limbah pabrik
pewarna di dekat lokasi kejadian. Air PDAM berwarna merah dialami oleh warga RW 12
Banyuanyar Kecamatan Banjarsari. Saat ini, DLH masih melakukan penyelidikan kasus tersebut.
MENGATASI POLUSI LIMBAH AIR DOMESTIK DIMULAI DARI HULU

Limbah Air Domestik yang Tidak Diolah Mencemari Tanah. Foto: Dimas Fauzi/WRI Indonesia
Setiap siang, penduduk Desa Nubahaeraka, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, harus
berjalan kaki sejauh dua kilometer ke sumber air panas di lereng bukit untuk mandi, mencuci
baju dan mengisi kendi dan wadah air. Seperti daerah pedesaan lain di Lembata yang berbukit
dan kering, akses air di Nubahaeraka juga terbatas.
Meskipun sebagian besar rumah di Nubahaeraka memiliki toilet pribadi, ketersediaan fasilitas
pengolahan limbah masih kurang. Akibatnya, polutan kimiawi dari berbagai produk rumah
tangga dan perawatan pribadi yang dikonsumsi penduduk setempat menggenang di mana-mana,
mencemari saluran pembuangan kotoran. Dengan asumsi pemakaian air penduduk desa rata-rata
15 liter per hari, setiap tahunnya Nubahaeraka bisa menghasilkan 1.893 m3 limbah air domestik
atau hampir dua kali lipat volume air Danau Segara Anak di Gunung Rinjani.

Ritual siang penduduk Desa Nubahaeraka. Foto: Dimas Fauzi/ WRI Indonesia

Sampah di sekitar sumber air panas dekat Nubahaeraka. Foto: Dimas Fauzi/ WRI Indonesia

Saluran pembuangan air air yang tidak diolah dapat membahayakan hewan, tanaman pertanian
dan kesehatan manusia. Sebagian besar limbah air domestik mengandung komponen kimia dan
unsur hara berlebih seperti fosfat, nitrat dan amonium yang mengakibatkan penipisan oksigen
(eutrofikasi) dalam badan air, sehingga berpengaruh pada ekosistem perairan. Ditambah lagi
dengan limbah dari kotoran manusia yang mengandung bakteri dan virus dan dapat menularkan
penyakit melalui air.

WARGA KARAWANG PROTES LIMBAH PABRIK KERTAS SINAR MAS

TEMPO.CO, Karawang - Ratusan warga Desa Wanakerta, Kecamatan Teluk Jambe Barat,


Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat, 28 Agustus 2015, berunjuk rasa di depan Kantor
Pemerintah Kabupaten Kararang.

Mereka memprotes ketidakpedulian Pemerintah Kabupaten Karawang terhadap nasib warga


yang menderita akibat tercemarnya air Sungai Cibeet oleh limbah cair yang dibuang oleh
pabrik kertas milik Sinar Mas Grup, PT Pindo Deli Pulp And Paper Mills.

Para pengunjuk rasa menyiram pintu gerbang Kantor Pemerintah Kabupaten Karawang dengan
air limbah yang berbau busuk. Air diambil dari Sungai Cibeet dan dimasukkan ke dalam
puluhan jerigen.

Air berbau busuk dari jerigen dituangkan ke pintu gerbang kantor yang saat itu dalam keadaan
tertutup rapat. Puluhan anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang berjaga di dekat pintu
gerbang lari kocar-kacir menghindari cipratan air berbau busuk itu.
Warga kecewa dan berteriak-teriak karena Pelaksana Tugas Bupati Karawang Cellica
Nurrachadiana tidak menemui warga. Celicca dikabarkan tidak ada di kantornya. Sekretaris
Daerah Kabupaten Karawang Teddi Ruspendi juga tidak muncul. Warga mendapat informasi
Teddi tidak masuk kantor karena sakit.

Kepala Badan Pengawasan Lingkungan Hidu (BPLH) Kabupaten Karawang Setya Dharma,
satu-satunya pejabat yang bersedia menemui warga, hanya berjanji akan memanggil
manajemen PT Pindo Deli untuk dipertemukan dengan warga.

Koordinator aksi, Deden Nurdiansyah, mengatakan air yang digunakan menyiram pintu
gerbang kantor pemerintah itu diduga mengandung limbah beracun yang berasal dari buangan
PT Pindo Deli.

Menurut Deden, warga Desa Wanakerta yang bermukim di dekat sungai Cibeet sudah lama
merasa muak. Warga yang sehari-hari menggunakan air sungai Cibeet untuk mandi dan
mencuci terkena penyakit kulit. “Bau busuk air sungai membuat warga sulit tidur gara-gara
limbah yang dibuang PT Pindo,” katanya.

Kepala Desa Wanakerta, Kanta Kurnia, yang tutut berunjuk rasa menyampaikan orasi secara
bergantian dengan Deden. Kanta mendesak Pemerintah Kabupaten Karawang menghentikan
pencemaran yang ditimbulkan PT Pindo. "Pemkab harus menghentikan izin perusahaan yang
mencemari Sungai Cibeet," ujar Kanta.

Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada laman PT Pindo Deli Pulp And Paper Mills,
perusahaan itu memiliki dua pabrik di Kabupaten Karawang. Salah satu di antaranya berlokasi
di Jalan Prof. Dr. Ir. Soetami Nomor 88 di Kelurahan Adiarsa, Kecamatan Teluk Jambe. Pabrik
yang berdiri di atas lahan 45 hektare itu didirikan pada 1976, yang diberi nama PT Pindo Deli
1 atau Mill 1.

Satu pabrik lagi berlokasi di Desa Kuta Mekar BTB 6-9, Kecamatan Klari. Pabrik itu berdiri di
atas lahan seluas 450 hektare.

Perusahaan itu mengolah bahan baku, yaitu pulp, menjadi beberapa macam jenis kertas, seperti
kertas printing dan kertas non-printing, yang didistribusikan di Indonesia, bahkan sampai ke
luar negeri.
Jenis kertas bervariasi mulai dari art paper, art board, cast coated paper, dan  cast coated
board. Produk andalannya, yaitu Top Quality Paper dengan merek dagang Bola Dunia. PT
Pindo Deli kemudian bergabung dengan Grup Sinar Mas di bawah payung APP (Asia Pulp
And Paper). Saat ini tidak hanya memproduksi kertas, tapi juga tisu (Paseo Tissue).
Perusahaan itu mengklaim telah mendapatkan pengakuan dunia internasional dengan meraih
sertifikat ISO 9002 yang diperoleh pada 12 Juli 1996 karena telah memenuhi Quality
Management Systems yang bertaraf internasional.

Selain itu, ISO 14001 juga diperoleh pada 14 Oktober 2000 atas komitmennya terhadap
lingkungan. Kedua sertifikat ISO itu diberikan oleh SGS-ICS, UK. Saat ini PT Pindo Deli
sedang berusaha meraih sertifikat 14002.

LIMBAH DOMESTIK TURUT CEMARI SUNGAI

Pencemaran sungai di Desa Margomulyo, Kecamatan Watulimo bukan sebatas dampak dari
limbah pemindangan, namun juga dari limbah domestic rumah tanggal yang tinggal dekat
dengan sungai. Karena itu Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Trenggalek mewacanakan untuk
normalisasi sungai.

Kepala Diskan Cusi Kurniawati mengungkapkan, pihaknya sudah memantau air pembuangan
limbah dari pemindangan di Desa Margomulyo, Kecamatan Watulimo Senin (4/8).
Pengamatannya, aliran sungai di dekat pengusaha pindang bersih dan masih terdapat ikan.
Hanya, kata dia, ketika mengamati sepanjang aliran sungai sampai ke sungai Kali Mati.
Ditemukan beberapa limbah yang mencemari sungai. “Semakin kesana (aliran sungai, Red) itu
ada buih - buih berwarna putih, ternyata itu deterjen. Jadi, limbah domestik itu juga berperan
(mencemari sungai, Red),” jelas Cusi.

MASALAH-MASALAH AIR LIMBAH DOMESTIK DI BELTIM

POSBELITUNG.COM, BELITUNG TIMUR - Cakupan akses masyarakat terhadap penggunaan


jamban yang memnuhi syarat masih sangat redah, kelmmbagaan yang menangani sanitasi belum
terbentuk secara tersendiri, serta rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk memakai
jamban yang memenuhi syarat dengan ketersediaan air bersih yang cukup.

Itulah sejumlah persoalan pengelolaan air limbah domestik di Beltim sehingga raperda tentang
Pengelolaan Air Limbah diajukan pada paripurna DPRD Beltim, Senin (27/2/2017).
Permasalahan lainnya adalah belum adanya peraturan yang dibuat Pemda terkait pengelolaan air
limbah secara baik untuk skala rumah tangga maupun industri.
Kemudian, pemda belum menerapkan Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
(IPALD) dan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) terutama di ibukotya kabupaten dan
ibukota kecamatan.
"Ini merupakan tanggung jawab pemda dalam menjamin hak warga masyarakat atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat denga mengelola air limbah domestik yang dihasilkan," ujar Wakil
Bupati Beltim Burhanudin (Aan) saat menyampaikan raperda ini.

Raperda tentang Pengelolaan Limbah Domestik merupakan satu dari tujuh raperda yang
disorongkan Pemkab Beltim pada paripurna DPRD Beltim, Senin (27/2/2017).
Aan menyampaikan, pihaknya berharap perda ini nantinya dapat meningkatkan kesehatan dan
kesadaran masyarakat dan pelaku usaha, melindungi dan meningkatkan kualitas dan pelestarian
lingkungan hidup.

"'Kemudian dapat mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan air
limbah yang tidak memenuhu baku mutu air limbah domestik," beber Aan.

Anda mungkin juga menyukai