Anda di halaman 1dari 49

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.47/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2017
TENTANG
KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA
DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI BIDANG PENGENDALIAN KEBAKARAN
HUTAN DAN LAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Peraturan Presiden


Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia pada setiap sektor
atau bidang profesi ditetapkan oleh Kementerian atau lembaga yang
membidangi sektor atau bidang profesi yang bersangkutan sesuai dengan
kewenangannya;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (2) Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.32/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, setiap instansi
pemerintah maupun swasta wajib memenuhi sumber daya manusia bidang
pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang berkualitas, handal dan profesional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan wajib

1 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


mempunyai kompetensi di bidang pengendalian
kebakaran hutan dan lahan, yang ditunjukkan dengan
sertifikat dari pejabat yang berwenang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan
Sertifikasi Kompetensi Bidang Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 167 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah
dengan Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Kehutanan menjadi
Undang–Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang
Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan
Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4076);

2 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4408);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4453), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004
tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5056);
7. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);
8. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 17);
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2014
tentang Pedoman Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1792);
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 713);
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.32/MENLHK-SETJEN/KUM.1/3/2016 tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 583);

3 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DAN
SERTIFIKASI KOMPETENSI BIDANG PENGENDALIAN KEBAKARAN
HUTAN DAN LAHAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang
selanjutnya disingkat KKNI adalah kerangka penjenjangan
kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan
dan bidang pelatihan kerja, serta pengalaman kerja dalam rangka
pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor.
2. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya
disingkat SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian
serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanan tugas dan
syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
4. Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang
menyatakan kedudukannya dalam KKNI.
5. Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui
uji kompetensi sesuai SKKNI, Standar Internasional, dan/atau
Standar Khusus.

4 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


6. Uji Kompetensi adalah proses penilaian baik teknis maupun non
teknis melalui pengumpulan bukti yang relevan untuk
menentukan seseorang kompeten atau belum kompeten pada
suatu unit kompetensi atau kualifikasi tertentu.
7. Skema Sertifikasi Kompetensi adalah paket kompetensi dan
persyaratan spesifik yang berkaitan dengan kategori jabatan atau
keterampilan tertentu dari seseorang.
8. Registrasi adalah kegiatan pendaftaran dan dokumentasi terhadap
lembaga sertifikasi profesi.
9. Lembaga Sertifikasi Profesi yang selanjutnya disingkat LSP adalah
Lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi kompetensi kerja yang
mendapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi untuk
melaksanakan uji kompetensi dan menerbitkan sertifikat
kompetensi.
10. Badan Nasional Sertifikasi Profesi yang selanjutnya disingkat
BNSP adalah lembaga independen yang bertugas melaksanakan
sertifikasi kompetensi yang dibentuk dengan peraturan
pemerintah.
11. Pelatihan Berbasis Kompetensi yang selanjutnya disingkat PBK
adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan
kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan,
dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan
di tempat kerja.
12. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
13. Kaji Ulang KKNI adalah serangkaian kegiatan yang sistematis
dalam rangka perbaikan dan pengembangan berkelanjutan
terhadap KKNI agar sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan
persyaratan pekerjaan.
14. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan adalah
usaha/kegiatan/tindakan pengorganisasian, pengelolaan sumber
daya manusia dan sarana prasarana serta operasional
pencegahan, pemadaman, penanganan pasca

5 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


kebakaran, dukungan evakuasi dan penyelamatan, dan dukungan
manajemen pengendalian kebakaran hutan dan/atau lahan.
15. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
Pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.
16. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang bertanggung jawab
dibidang penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia
lingkungan hidup dan kehutanan.

Pasal 2
(1) Penetapan KKNI dan sertifikasi kompetensi bidang pengendalian
kebakaran hutan dan lahan dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan dalkarhutla.
(2) Penetapan KKNI dan sertifikasi kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mendukung
profesionalisme tenaga kerja di bidang dalkarhutla.

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. KKNI bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan; dan
b. sertifikasi kompetensi bidang pengendalian kebakaran hutan dan
lahan.

BAB II
KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA
BIDANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Pasal 4
(1) KKNI bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan terdiri
atas:
a. KKNI jenjang kualifikasi 1;
b. KKNI jenjang kualifikasi 2;
c. KKNI jenjang kualifikasi 3;
d. KKNI jenjang kualifikasi 4;
e. KKNI jenjang kualifikasi 5;

6 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


f. KKNI jenjang kualifikasi 6; dan
g. KKNI jenjang kualifikasi 7.
(2) Jenjang kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5
KKNI bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan sebagai:
a. pedoman dalam penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan
berbasis kompetensi;
b. pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi kompetensi;
c. pengembangan sumber daya manusia; dan
d. pengakuan kesetaraan kualifikasi.

BAB III
SERTIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Pasal 6
(1) Sertifikasi kompetensi sumber daya manusia bidang pengendalian
kebakaran hutan dan lahan dilaksanakan berdasarkan skema
sertifikasi yang disusun berpedoman pada KKNI sumber daya
manusia pengendali kebakaran hutan dan lahan.
(2) Skema sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
oleh LSP dengan melibatkan instansi teknis dan pihak terkait.
(3) Instansi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri atas:
a. Instansi yang menangani standar dan sertifikasi sumber
daya manusia lingkungan hidup dan kehutanan; dan
b. Instansi yang menangani pengendalian kebakaran hutan dan
lahan.

7 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


Pasal 7
(1) Sumber daya manusia bidang pengendalian kebakaran hutan dan
lahan yang kompeten dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.
(2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diperoleh melalui sertifikasi kompetensi sumber daya
manusia pengendali kebakaran hutan dan lahan.
(3) Sertifikasi kompetensi sumber daya manusia pengendali
kebakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan oleh LSP yang telah mendapatkan lisensi dari Badan
Nasional Sertifikasi Profesi.

Pasal 8
(1) LSP yang telah mendapatkan lisensi dari BNSP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) wajib diregistrasi oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan cq. Badan
Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
(2) Tata cara registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Badan.

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 9
(1) Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Kepala Badan cq Kepala
Pusat Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
dalam rangka penyempurnaan sistem pengembangan sumber
daya manusia di bidang dalkarhutla.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap:
a. penerapan KKNI; dan
b. sertifikasi sumber daya manusia bidang dalkarhutla.
(3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dalam bentuk kaji ulang.

8 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


(4) Kaji ulang KKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun atau sesuai
dengan kebutuhan.
(5) Monitoring dan evaluasi penerapan KKNI dan sertifikasi
kompetensi sumber daya manusia bidang pengendalian
kebakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan melibatkan instansi teknis yang menangani
pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Pasal 10
(1) Hasil monitoring dan evaluasi disusun dalam bentuk laporan hasil
monitoring dan evaluasi pelaksanaan standar dan sertifikasi
kompetensi pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
(2) Laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan standar dan
sertifikasi kompetensi dalkarhutla sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaporkan kepada Kepala Badan untuk disampaikan
kepada Eselon I teknis terkait lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
(3) Laporan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) digunakan sebagai pertimbangan untuk dilakukan
pembinaan terhadap LSP dan kaji ulang standar dan KKNI bidang
pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

9 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juli 2017

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SITI NURBAYA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 Agustus 2017

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 1061

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

ttd.

KRISNA RYA

10 Kualifikasi Jenjang 2 dan 3| Andri1908


LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.47/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2017
TENTANG
KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG


PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN UNTUK SETIAP JENJANG
A. JENJANG 2
1. Kodifikasi A02PKH01

KUALIFIKASI 2 BIDANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

2. Deskripsi
Kualifikasi ini meliputi kemampuan melaksanakan pencegahan dan pemadaman
karhutla yang spesifik, dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja
yang lazim dilakukan, menunjukan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah
pengawasan langsung atasannya. Memiliki pengetahuan operasional dasar dan
pengetahuan faktual dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga mampu memilih
penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang biasa dihadapi. Bertanggung
jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang
lain.
3. Sikap Kerja
Memiliki sikap disiplin, waspada, tanggap, progresif, dan cepat dalam melaksanakan
tugas.
4. Peran Kerja
Kualifikasi ini menyediakan jalur untuk dapat bekerja pada bidang pencegahan dan
pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang bersifat spesifik dan memiliki peran
kerja untuk mengurangi resiko kebakaran, melaksanakan sistem peringatan dan
deteksi dini melakukan pemadaman, dan melakukan pemeliharaan peralatan
pemadam karhutla.
5. Kemungkinan Jabatan
a. Manggala Agni 2 (Fire Crew 2)
b. Operator SPBK dan Informasi Hotspot/Planning Staf
c. Operator Peralatan Pemadaman (mobil dan alat berat)
d. Mekanik Peralatan Pemadaman (mobil dan alat berat)
6. Aturan Pengemasan
Terdapat 11 (sebelas) unit kompetensi yang harus diselesaikan/dipenuhi, dengan
perincian:
a. Kompetensi inti 5 unit
b. Kompetensi pilihan 6 unit
7. Daftar unit kompetensi:

Daftar Unit Kompetensi Persyaratan


kompetensi*)
Kompetensi Inti
1. A.024092.001.01 Menerapkan Keselamatan dan Tidak ada
Kesehatan Kerja (K3) dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan
dan Lahan.
2. A.024092.033.01 Melakukan Patroli Pengendalian Tidak ada
Kebakaran Hutan dan Lahan.
3. A.024092.034.01 Melakukan Pengecekan Lapangan Tidak ada
(Ground Check) Titik Panas
(Hotspot).
4. A.024092.038.01 Melakukan Pemadaman Tidak ada
Kebakaran Hutan dan Lahan
Secara Langsung.
5. A.024092.040.01 Melakukan Pemadaman Bara Api Tidak ada
(Mopping-Up).
Kompetensi pilihan
Kelompok A:
1. A.024092.002.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
dalam Satu Regu pada Korban
Pingsan dalam Pemadaman
Kebakaran Hutan dan Lahan.
2. A.024092.003.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
pada Korban Luka Bakar dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan
dan Lahan.
3. A.024092.004.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
pada Korban Luka Berdarah
dalam Pemadaman Kebakaran
Hutan dan Lahan.
4. A.024092.005.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
pada Korban Patah Tulang dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan
dan Lahan.
5. A.024092.006.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
pada Korban Gigitan/Sengatan
Binatang Berbisa dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan
dan Lahan.
6. A.024092.020.01 Melakukan Pemeliharaan Tidak ada
Peralatan dan Perlengkapan
Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan.
7. A.024092.022.01 Melakukan Pemeliharaan Sekat Tidak ada
Bakar.
8. A.024092.024.01 Melakukan Pemeliharaan Tidak ada
Tabat/Sekat Kanal di Lahan
Gambut.
9. A.024092.025.01 Membuat Tempat Penampungan Tidak ada
Air (Embung).
10. A.024092.026.01 Melakukan Pengelolaan Bahan Tidak ada
Bakaran.
11. A.024092.032.01 Melakukan Deteksi Dini Melalui Tidak ada
Menara Pengawas Kebakaran.
12. A.024092.039.01 Melakukan Pemadaman Tidak ada
Kebakaran Hutan dan Lahan
Secara Tidak Langsung.
Kelompok B:
1. ADM.PK01.005.01 Mengoperasikan Komputer/ Tidak ada
Perangkat Keras.
2. KHT.AK01.001.01 Mengoperasikan Alat Komunikasi. Tidak ada
3. A.024092.029.01 Melakukan Penilaian Sistem Tidak ada
Peringkat Bahaya Kebakaran
(SPBK).
4. A.024092.030.01 Menyajikan Data Hotspot. Tidak ada

5. A.024092.032.01 Melakukan Deteksi Dini Melalui Tidak ada


Menara Pengawas Kebakaran.
Keterangan
*) Persyaratan kompetensi merupakan kompetensi yang dipersyaratkan sebelum
menguasai kompetensi inti dan/atau kompetensi pilihan (pada kolom 3)

KUALIFIKASI 2
BIDANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

A. Kompetensi Inti

1. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Pemadaman


Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
1) Menyiapkan Perlindungan Diri
a) Perhatikan faktor lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya.
Identifikasi kondisi bahaya sesuai tingkat bahayanya, misalnya kondisi
cuaca (hujan, kecepatan angin, dan arah angin), kondisi lokasi
(aksesibilitas, jenis vegetasi, jenis tanah, topografi, bentang alam, sumber
air) dan perilaku api (tipe kebakaran, tingkat penyalaan api, asap,
intensitas, jarak pandang, kecepatan penjalaran api).
b) Lakukan aktualisasi informasi menyangkut faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi membesarnya api.
c) Perhatikan kesehatan fisik dan mental masing masing personil untuk
menghindari kecelakaan akibat kelalaian manusia (human error ).
d) Berikan briefing/arahan sebelum melakukan pemadaman, informasikan
rute penyelamatan diri bila terjadi hal hal yang membahayakan.
e) Yakinkan bahwa setiap personil dalam regu pemadam mengetahui cara
dan rute menyelamatkan diri.
f) Siapkan peralatan dan perlengkapan perlindungan sesuai dengan
prosedur.
2) Menerapkan Prosedur K3
a) Identifikasi kondisi lokasi kebakaran sesuai jenis kebakarannya
b) Gunakan peralatan dan perlengkapan perlindungan diri sesuai dengan
kondisi lokasi kebakaran.
c) Hindarkan melakukan pemadaman dimalam hari bila belum mengenal
betul lokasi tersebut.
d) Jaga komunikasi dengan sesama personil regu pemadam maupun dengan
personil regu pemadam lainnya bila melakukan pemadaman gabungan.
e) Lakukan pergantian personil yang telah merasa lelah. Hindari bekerja
secara terus menerus untuk menjaga kebugaran.
f) Hindari beristirahat ditempat yang dapat menimbulkan bahaya.
g) Berikan dukungan logistik yang memadai dengan asupan energi yang
seimbang.
h) Lakukan evakuasi dan perawatan dengan segera bila terjadi kecelakaan
kerja.

2. Melakukan Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.


Jawaban
 Lakukan patroli pencegahan setelah menerima penugasan dari pejabat
struktural terkait/Ka. Daops/Ka. Unit Pengendalian Kebakaran Hutan, dengan
jumlah petugas minimal dua orang. Pelaksanakan patroli pencegahan dapat
mengikutsertakan instansi/pihak terkait.
 Siapkan alat dan bahan guna mendukung pelaksanaan patroli pencegahan.
 Dalam pelaksanaan patroli pencegahan darat dengan berjalan kaki maupun
menggunakan sepeda motor, selain alat dan bahan umum, bawalah peralatan
pemadaman jet shooter/impuls gun.
 Dalam pelaksanaan patroli pencegahan melalui darat dengan menggunakan
mobil, selain alat dan bahan umum, bawalah peralatan pemadaman yang lebih
lengkap.
 Tentukan sasaran patroli pencegahan dengan mempertimbangkan hasil
pemantauan hotspot dan peringkat bahaya kebakaran.
 Lakukan inventarisasi lokasi sumber-sumber air.
 Lakukan pemasangan bendera peringkat bahaya kebakaran.
 Dalam pelaksanaan patroli pencegahan darat maupun air, lakukan pemadaman
secara dini apabila ditemukan adanya api atau meminta bantuan apabila api
sudah sulit untuk dikendalikan.
 Dalam pelaksanaan patroli pencegahan udara, lakukan peringatan dengan
pengeras suara kepada pelaku pembakaran yang terpantau, selanjutnya
meminta bantuan untuk penangkapan pelaku dan pemadaman api.
 Lakukan patroli pencegahan dan pergantian regu patroli sesuai kebutuhan
pada kondisi Siaga III dan Siaga II (pada bulan Januari sampai menjelang
musim kemarau).
 Lakukan patroli pencegahan setiap hari dengan jumlah regu yang lebih besar
pada kondisi Siaga I (pada musim kemarau).
 Laporkan tiap kejadian kebakaran dan kondisinya secara berjenjang.
 Laporkan seluruh hasil kegiatan patroli dan daftar kehadiran regu patroli
secara berjenjang.
3. Melakukan Pengecekan Lapangan (Ground Check) Titik Panas (Hotspot).
Jawaban
 Harus adanya laporan dari BMKG bahwa adanya hs pada hari itu
 Menunggu Surat Perintah Tugas dari pejabat struktural
terkait/Ka.Daops/Ka.Unit Pengendalian Kebakaran Hutan, dengan jumlah
petugas minimal dua orang.
 Membawa telaahan hotspot untuk mempermudah kegiatan yang dilakukan
dilapangan dari tim penyaji data posko.
 Siapkan alat dan bahan guna mendukung pelaksanaan pengecekan lapangan
(Ground check) titk panas (hotspot).
 Dalam pelaksanaan pengecekan lapangan (Ground check) titk panas (hotspot)
dengan berjalan kaki maupun menggunakan sepeda motor, selain alat dan
bahan umum, bawalah peralatan pemadaman jet shooter/impuls gun.
 Dalam pelaksanaan pengecekan lapangan (Ground check) titk panas (hotspot)
dengan menggunakan mobil, selain alat dan bahan umum, bawalah peralatan
pemadaman yang lebih lengkap.
 Lakukan koordinasi kepada pihak terkait guna mempermudah pelaksanaan
pengecekan lapangan (Ground check) titk panas (hotspot)
 Lakukan Apel keberangkatan bersama pihak terkait sekaligus membahas
strategi yang akan dilakukan saat dilapangan
 Apabila terdapat kejadian kebakaran hutan dn lahan, lakukan pemadaman dini
dengan menggunakan peralatan seadanya.
 Apabila kebakaran meluas dan tidak bisa dikendalikan, agar bisa meminta
bantuan secara berjenjang.
 Tetap melakukan pemantauan dan melaporkan kejadian kepada atasan.

4. Melakukan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan Secara Langsung.


Jawaban
 Tentukan regu yang akan melakukan pemadaman langsung.
 Siapkan dan mobilisasikan regu pemadaman langsung yang disertai dengan
alat, bahan, dan logistik yang memadai.
 Lakukan Apel Pra Pemadaman
 Lakukan pengamatan secara cepat dan menyeluruh terkait kondisi dan situasi
di lokasi kebakaran.
 Berikan penjelasan dan pembagian tugas kepada masing-masing personil
dalam regu pemadam.
 Lakukan pemadaman langsung dengan menyebarkan tanah secara langsung ke
sumber api atau memendam benda yang terbakar ke dalam tanah, dengan
menggunakan peralataan sekop dan cangkul.
 Semprotkan/siramkan air ke arah api dengan menggunakan pompa punggung
dan atau pompa jinjing dan atau pompa apung.
 Gunakan suntikan gambut (sumbut) untuk pemadaman kebakaran bawah di
areal gambut, dengan memasukannya ke dalam gambut sedalam batas tinggi
muka air.
 Pada kebakaran bawah di areal gambut, semprotkan air hingga gambut jenuh
(menjadi bubur) dan padatkan gambut tersebut.
 Pukul dan tarik sambil menggetarkan bahan bakar yang sedang terbakar
menggunakan kepyok, sekop, atau ranting pohon.
 Apabila api tidak terlalu besar dan keadaan angin tenang (tidak berhembus
kencang), lakukan pemadaman langsung dari bagian kepala apinya terlebih
dahulu.
 Lakukan Mopping up untuk memastikan api benar-benar padam.
 Apabila api telah padam, lakukan evaluasi secara menyeluruh.
 Laporkan kronologis dan hasil kegiatan secara berjenjang.

5. Melakukan Pemadaman Bara Api (Mopping-Up).


Jawaban
 Identifikasi lokasi sasaran
 Pembagian regu untuk melakukan mopping-up
 Mulailah bekerja pada masing-masing posisi ilaran api seketika setelah ilaran
api dan pembakaran mantap telah dikerjakan dengan sempurna. Prioritaskan
perlakuansituasi yang paling mengancam pertamakali.
 Biarkan saja sisa bahan bakarterbakar jika menurut pandangan anda memang
aman dan memberikan manfaat.
 Apabila api kecil, regu segera memadamkan semua bara api yang ada di dalam
lokasi kebakaran, dengan catatan jumlah/volume bahan bakar yang terbakar
tidak terlalu besar, atau cukup praktis jika dipadamkan semua
 Pada kebakaran besar material-material yang masih membara didalam jalur
tidak berbahaya berada di dalam ilaran api, segera untuk dimatikan.
 Lebar dari jalur tersebut bergantung pada ukuran dan sifat dari kebakaran.
 Cari sampai ketemu titik api yang masih terus membara.
 Semua material yang masih membara yang tidak dapat dipadamkan dengan air
atau tanah harus diratakan dengan baik di dalam areal terbakar.
 Tempatkan pada kondisi yang aman semua bahan bakar berat seperti kayu/log
walaupun diluar areal terbakar namun masih dekat dengan ilaran api.
 Cari dan keluarkan akar-akar yang membara dekat dengan ilaran api.
 Pisah-pisahkan tumpukan bahan bakar untuk mengurangi panas dan bahaya
bila terpecik api atau bara.
 Bersihkan semua cabang didalam ilaran api yang kemungkinan dapat tersulut
api dan jatuh pada ilaran api
 Tempatkan bahan bakar yang mudah menggelinding pada posisi yang aman
sehingga tidak menggelinding keluar dari ilaran api.
 Segera galiparit di bawah semua bahan bakar berat yang mudah menggelinding
keluar ilaran api
 Cari indikasi-indikasi api loncat. Gunakan tangan jika memungkinkan untuk
mengetahui bara. Contoh : bara kotoran rusa atau hewan mamalia lainnya yang
terkubur tanah tidak terlalu dalam
 Gunakan air apabila memungkinkandan aplikasikan dalam mop-up. Jika perlu
tambahkan bahan campuran kimiawi Iainnya.
 Tipe bahan bakar, cuaca dan topografi semuannya berpengaruh pada operasi
mop-up.
 Pada kondisi bahan bakar ringan, dimana hampir sernua bahan bakar terbakar,
mop-up relatif lebih mudah dan tidak rumit. Regu pemadam memastikan
bahwa bahan bakar yang masih membara dipisah-pisahkan, dikubur dan
dimatikan sehingga tidak ada bara menyebar.
 Pada lereng yang terjal atau pada situasi dimana bahan bakar rapat sekali,
membusuk, berat atau terbakar secara lambat, maka mop-up memerlukan regu
yang banyak.
 Waspadai kondisi panas. Cuaca berangin kering menambah buruknya situasi
pekerjaan mop-up. Hembusan angin kering dapat membawa oksigen baru dan
menghidupkan kembali bara api, kondisi memungkinkan situasi buruk akan
terjadi kembali.

B. Kompetensi pilihan
 Kelompok A:

1. Melakukan Pertolongan Mandiri dalam Satu Regu pada Korban Pingsan


dalam Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
1) Melakukan pengamanan korban dan tempat kejadian
b. Perhatikan tempat sekitar kejadian korban pingsan.
c. Amankan korban pingsan ke tempat yang datar dan teduh serta tidak
kerumuni orang banyak agar dapat menghirup udara segar.
d. Bila pakaian atau aksesoris yang dipakai di tubuh terlalu ketat, maka buka
baju korban (khususnya di sekitar leher), buka atau longgarkan pengikat
tubuh korban seperti ikat pinggang atau BH pada wanita agar darah dapat
mudah mengalir dan korban mudah bernafas serta udara bisa
menyegarkannya.
e. Pastikan mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang
mungkin menyumbat saluran napas, jika ada maka benda tersebut harus
dikeluarkan secepat mungkin.

2) Melakukan tindakan pertolongan sesaat korban pingsan


a. Siapkan dan gunakan peralatan dan perlengkapan pertolongan (Kotak
P3K)
b. Rebahkan korban, angkat kaki setinggi 15 - 25 cm meskipun ada
kemungkinan kepalanya terluka.
c. Periksa reaksi pupil mata dan denyut nadi serta buka jalan pernapasan.
Untuk membuka saluran udara, angkat rahang keatas dan tarik kepala ke
belakang – lidah akan terletak seperti semula dan saluran udara akan
terbuka.
d. Jika wajah orang pingsan itu pucat fasih maka sebaiknya buat badannya
lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat
mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.
e. Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan
bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya
secara normal.
f. Kompres kepala korban dengan kain basah yang dingin/secara pelan-pelan
usap wajahnya dengan menggunakan air dingin dan jangan disiramkan ke
muka korban
g. Jika korban muntah hendaknya kepala dimiringkan kekanan agar muntah
tidak masuk ke saluran pernafasan dan paru-paru tidak tersedak
muntahan. Untuk menghindari hal tersebut, letakkan korban pada posisi
yang tepat dan memastikan saluran udara terbuka, yaitu dengan cara
posisi miring stabil. Posisi ini berguna agar muntah tidak tertelan oleh
korban dan menjauhkan lidah dari pintu saluran udara.
h. Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan
dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti
minyak wangi, minyak angin, amoniak, durian dan lain-lain.
i. Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti air
hangat.
j. Periksa kembali seluruh tubuh untuk melihat apakah terdapat bengkak
atau perubahan bentuk yang disebabkan karena jatuh.
k. Bila pertolongan tidak berhasil dalam beberapa menit/berangsur-angsur
membaik/pulih maka sebaiknya hubungi ambulan atau dibawa ke pusat
kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb agar
mendapatkan perawatan yang lebih baik. Pada saat korban akan dibawa ke
tenaga medis terdekat, posisi korban harus tetap pada posisi miring.

2. Melakukan Pertolongan Mandiri pada Korban Luka Bakar dalam


Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
1) Menyiapkan tindakan pertolongan sesaat setelah luka bakar
a. Identifikasi jenis luka bakar terlebih dahulu yaitu, luka bakar ringan, luka
bakar sedang, dan luka bakar berat.
b. Siapkan dan gunakan peralatan dan perlengkapan pertolongan (Kotak
P3K)
c. Lepaskan semua benda yang mengganggu/menutupi daerah luka secara
hati-hati (cincin, gelang, arloji dll).
d. Identifikasi sumber mata air disekitar lokasi korban luka bakar.

2) Melakukan pertolongan sesaat setelah luka bakar


a. Semua luka bakar harus dirawat dengan pendinginan segera, untuk
meminimalkan kerusakan jaringan.
b. Arahkan bagian yang terbakar dibawah keran air dingin, pancuran mandi,
penyiram tanaman, dan alirkan air pada bagian itu sekurang-kurangnya
selama 10 menit.Gunakan gel lidah buaya atau krim khusus untuk
membuat luka bakar menjadi dingin
c. Jangan mengoleskan mentega, salep, atau lotion
d. Balut bagian yang terbakar dengan kain yang bersih dan tidak berbulu.
e. Berikan obat pereda nyeri jika luka bakar terasa sakit yang menyebabkan
tidak bisa beristirahat.
f. Pada luka bakar tingkat 1 (luka bakar ringan) dengan gejala kulit
kemerahan, rasa nyeri dan bengkak dilakukan pertolongan dengan
menyiram/direndam dengan air dingin selama 10 – 15 menit.Bila nyeri
beri penawar rasa nyeri.
g. Pada luka bakar tingkat 2 (Luka bakar sedang) dengan gejala kulit sangat
merah, rasa nyeri, bengkak dan gembung berisi cairan kuning, dilakukan
pertolongan dengan merendam di air bersih/steril, beri balutan longgar,
bila ada beri obat anti nyeri dan air minum.
h. Pada luka bakar tingkat 3 (Luka bakar berat) dengan gejala kulit warna
hitam keputih-putihan dan syok,dilakukan pertolongan dengan menutup
bagian yang terbakar dengan kasa steril/kain bersih.
i. Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dan perhatikan keadaan
umum korban. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan
infeksi dan komplikasi lainnya.

3. Melakukan Pertolongan Mandiri pada Korban Luka Berdarah dalam


Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
1) Menyiapkan tindakan pertolongan
a) Identifikasi luka berdarah pada bagian tubuh korban (kepala, leher, ketiak,
bahu, lengan, badan, tangan, dan kaki)
b) Siapkan dan gunakan peralatan dan perlengkapan pertolongan (Kotak
P3K)
2) Melakukan pertolongan sesaat korban luka berdarah
a) Hentikan segera pendarahan dengan menekan langsung pada bagian tubuh
yang terluka, dengan telapak tangan dulu, lalu dengan kassa atau kain
kemudian diikat dan dibalut agar pendarahan berhenti.
b) Jika belum berhasil, tekanlah secara tidak langsung di tiga titik penekanan
(leher, bahu dan paha).
c) Pendarahan harus dihentikan agar fungsi jantung tidak terganggu.
Kehilangan darah yang banyak, biasanya dari suatu arteri, dapat
mengurangi volume darah sampai suatu tingkat dimana darah tidak cukup
untuk mengisi pembuluh darah.
d) Dalam mengikat luka pendarahan, janganlah terlalu kencang agar tidak
mengganggu peredaran darah karena bila bagian tubuh yang tidak dialiri
darah akan mengakibatkan rusaknya sel-sel yang ada pada bagian tubuh.
Dan bila setelah dilakukan pengikatan pendarahan masih berlanjut, maka
tindakan yang dilakukan dengan member bantalan di bawah luka dan tidak
dibenarkan untuk membuka atau mengganti ikatan karena akan membuka
kembali pendarahan.
e) Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan infeksi dan
komplikasi lainnya

4. Melakukan Pertolongan Mandiri pada Korban Patah Tulang dalam


Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
1) Menyiapkan tindakan pertolongan sesaat korban patah tulang
a. Identifikasi patah tulang pada bagian tubuh korban (patah tulang leher,
tulang belakang, tulang rusuk, tangan, dan kaki) serta jenis patah
tulangnya (patah tulang tertutup atau terbuka)
b. Siapkan dan gunakan peralatan dan perlengkapan pertolongan (Kotak
P3K, tandu darurat, tongkat, parang, tali, atau sejenisnya).
2) Melakukan pertolongan sesaat korban patah tulang
a. Lakukan pertolongan dengan hati-hati karena gerakan tulang yang patah
selalu dapat melukai pembuluh darah sekitarnya dan adanya bahaya
infeksi baik pada luka maupun tulang.
b. Khusus korban dengan dugaan patah tulang leher, tulang belakang dan
tulang rusuk, harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena komplikasi
dapat mengancam nyawa atau menyebabkan lumpuh.
c. Pada patah tulang terbuka, sebaiknya luka dan tulang ditutup dengan
kain bersih untuk menghindari infeksi.
d. Bagian patah tulang perlu dibidai/ diikat untukmengurangi pergerakan
dan rasa sakit sehingga tulang patah tidak bisa melukai nadi atau organ
disekitarnya yang menyebabkan pendarahan.
e. Melakukan imobilisasi patah tulang bagian tangan menggunakan kain
segitiga untuk menghentikan gerak dari tulang yang patah.
f. Untuk patah tulang bagian paha harus menggunakan bidai yang panjang
sampai ke tumit, sedangkan untuk tulang bagian betis cukup bidai yang
pendek dan diikat dengan tali kain pembalut atau perban.
g. Dalam mengikat luka patah tulang jangan terlalu kencang agar tidak
mengganggu peredaran darah.
h. Korban dengan patah tulang harus dibawa segera ke fasilitas kesehatan
yang dilengkapi dengan tenaga medis dan bila mungkin fasilitas rontgen
dan gips.
5. Melakukan Pertolongan Mandiri pada Korban Gigitan/Sengatan Binatang
Berbisa dalam Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
1) Gigitan Kelabang :
 Kompres dingin dan diuci dengan obat antiseptik
 Kalau ada, cuci bekas gigitan dengan larutan pekat garam inggris
 Berikan obat pelawan rasa sakit
 Apabila penderita gelisah segera bawa kedokter. 

2) Gigitan Ular
 Segera baringkan penderita, dan letakkan bagian yang tergigit lebih
rendah dari letak jantung.
 Penderita disuruh agar tetap tenang, karena kegelisahan akan
mempercepat penjalaran bisa.
 Kenakan torniket (torniquet) di daerah di atas tempat luka yang digigit.
(Torniket ini dimaksudkan untuk mencegah aliran darah yang sudah
tercemar bisa kearah jantung)
 Denyut nadi di bagian yang terletak lebih rendah dari torniket harus
merasa tetap teraba. khusus untuk gigitan ulars endok (kobra), torniket
dikencangkan seperti para perdarahan nadi.

6. Melakukan Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan Pengendalian


Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
A. Pemeliharaan peralatan pompa, selang, nozzle dan asesori lainnya
1) Pemeliharaan peralatan pompa pemadam, selang, nozzle dan asesori
lainnya merupakan bagian dari sistem kerja rutin kantorDaops/Brigade
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan/Unit Pengelolaan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peralatan menjelang musim kemarau. Hal-
hal yang perlu diperhatikan:
a) Membentuk skill personil, memberikan pembekalan dan pemahaman
tata cara yang baik dan benar mengenai pemeliharaan dan perawatan
alat pemadaman
b) Pemantapan pengenalan peralatan sesuai dengan kegunaan dan
fungsinya
c) Mempersiapkan suku cadang pengganti pada saat operasi untuk spare
part yang gampang rusak

2) Kepala Daops/Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan/Unit


Pengelolaan menunjuk Penanggung Jawab Logistik untuk Identifikasi
kondisi peralatan pompa pemadam pada kondisi Siaga III dengan cara:
a) Memberi label warna biru untuk kondisi peralatan yang baru dan
belum pernah digunakan.
b) Memberi label warna hijau untuk kondisi peralatan yang siap pakai.
c) Memberi label warna kuning untuk kondisi peralatan yang rusak tapi
masih dapat diperbaiki
d) Memberi label warna merah untuk kondisi peralatan yang rusak berat.
e) Melaporkan secara tertulis hasil identifikasi kepada Kepala
Daops/Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan/Unit
Pengelolaan.

3) Setiap regu diberi tanggung jawab terhadap pemeliharaan rutin peralatan


pemadam
4) Pemeliharaan rutin pompa pemadam meliputi:
 Menghidupkan mesin setiap 3 hari sekali, selama 3 menit atau
disesuaikan dengan spesifikasi mesin.
 Mengganti oli yang disesuaikan dengan kondisi pemakaian (diganti
atau ditambah).
 Menservis dan atau mengganti komponen pompa sesuai kebutuhan
 Membersihkan karburator sesuai kebutuhan.
 Pada saat SIAGA II dan I, tangki minyak pompa pemadam diisi
secukupnya
 Memberikan minyak pelumas pada bagian-bagian yang diperkenankan
untuk mencegah karat.

5) Setiap Regu bertanggung jawab terhadap peralatan pemadam setelah


pemakaian, baik untuk pelatihan maupun pemadaman yang meliputi
kegiatan:
 Pembersihan peralatan pemadaman
 Kran minyak, kran pembuangan air dalam konsidi tertutup
 Memberikan catatan pada label hijau tentang lama pemakaian
(dinyatakan dalam jam pemakaian)

6) Pemeliharaan besar dilakukan apabila pompa diberikan label merah


dengan cara membongkar dan mengganti komponen peralatan yang
rusak dan atau memodifikasi komponen peralatan

7) Pemeliharaan selang meliputi perlakuan selang setelah dipakai untuk


pemadaman atau pelatihan, dan perbaikan selang rusak. Setiap anggota
regu bertanggungjawab terhadap keutuhan dan kebersihan selang
setelah pakai, yang meliputi kegiatan: mencuci selang, menjemur,
memberikan minyak pelumas pada coupling, menggulung selang dengan
teknik gulungan 2 atau gulung kerja, disimpan di rak.

8) Perlakuan nozzle setelah pemakaian adalah dicuci dan pemberian minyak


pelumas.

B. Pemeliharaan Peralatan Tangan dan Perlengkapan Pribadi


1) Pemeliharaan peralatan tangan merupakan bagian dari sistem kerja rutin
kantorDaops/Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan/Unit
Pengelolaanuntuk meningkatkan kesiap-siagaan peralatan menjelang
musim kemarau.
2) Kepala Daops/Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan/Unit
Pengelolaan menunjuk Penanggung Jawab Logistik untuk
mengidentifikasi kondisi peralatan tangan pada kondisi Siaga III.
a) Pemberian label hijau untuk kondisi siap pakai
b) Pemberian label kuning untuk kondisi peralatan rusak ringan yang
masih dapat diperbaiki
c) Pemberian label merah untuk kondisi yang rusak berat.
3) Keutuhan dan kebersihan perlengkapan pribadi menjadi tanggung jawab
setiap personil
4) Pemeliharaan peralatan tangan meliputi:
a) Mengikir/mengasah/menggerinda sekop, parang garu tajam, kapak
dan alat potong lainnya.
b) Memberikan minyak pelumas pada bagian logam agar tidak berkarat
c) Mengecek bagian pegangan (kayu) agar tidak membahayakan/melukai
pada saat penggunaan di lapangan
d) Menyimpan berdasarkan kelompoknya yakni: kelompok alat
pemotong, alat garu, alat gali, alat semprot, alat pukul dan alat bakar.
5) Perlakuan peralatan pasca pemakaian meliputi:
a) Pencucian
b) Cek jumlah dan kondisi
c) Perbaikan yang rusak (mengikir/mengasah/menggerinda, mengganti
pegangan)
d) Memberikan pelumas
e) Penyimpanan
6) Penanggung jawab logistik mencatat peralatan dalam buku jurnal
peralatan

7. Melakukan Pemeliharaan Sekat Bakar.


Jawaban
A. Sekat bakar alami
B. Sekat bakar buatan :
 Sekat bakar mekanis dan manual (jalur kuning)
 Jalur yang dibuat dengan menggunakan alat mekanis (khusus) seperti
traktor yang berfungsi untuk menumbangkan pohon dan membersihkan
bahan bakar dari jalur.
 Sekat bakar manual : jalur yang dibuat dengan menggunakan alat-alat
sederhana seperti cangkul, parang, garu untuk membersihkan bahan
bakar dalam jalur tersebut
 Sekat bakar kimia
 Dibuat dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat
membunuh alang-alang atau pohon-pohon, banyak digunakan di kiri
kanan jalan mobil.
 Sekat bakar vegetatif (jalur hijau)
 Dengan cara membuat jalur dengan menanami jenis tanaman yang
dapat menahan api. Jalur ini dapat menjadi jalur permanen dengan
biaya pembuatan dan pemeliharaan yang relatif murah
 Sekat bakar pembakaran
 Pembuatan jalur/sekat dengan jalan membakar bahan bakar yang ada
(menghabiskan bahan bakar yang dapat menimbulkan nyala api baru).
Biasanya dilakukan pada waktu tingkat bahaya kebakaran rendah

C. Pemeliharaan
 Menentukan lokasi untuk penanaman (arboretum, selatan Dishut
prov.Kalsel, dan sepanjang pinggir jalan selatan Mesjid Al-Baythar hingga
kampus Fakultas Kehutanan Unlam
 Mempersiapkan peralatan dan bibit yang akan ditanam
 Menentukan arah Jalur penanaman menggunakan kompas
 Membersihkan jalur dari tanaman pengganggu (gulma)
 Membentangkan tali yang telah dibuat tanda sesuai dengan jarak tanam
yang diinginkan
 Menancapkan ajir sesuai dengan jarak tanam
 Membuat lubang tanam menggunakan cangkul pada setiap titik ajir
 Memasukkan bibit ke dalam lubang tanam
 Menutup lubang dengan tanah dan menyiram bibit yang telah ditanam
 Untuk pemeliharaan tanaman dilakukan pembersihan gulma yang
mengganggu dan memberikan pupuk dengan dosis yang telah ditentukan.
 Khusus untuk tanaman yang baru ditanam selama PKL tahun 2007 maka
dilakukan pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan selama 4 (empat)
bulan ke depan (kegiatan ini dilakukan minimal 1 kali per bulan)
8. Melakukan Pemeliharaan Tabat/Sekat Kanal di Lahan Gambut.
Jawaban
 Pulihkan kembali keadaan gambut agar basah dan lembab.
 Lakukan penataan kembali lahan-lahan gambut yang sudah terlanjur di gali.
 Derasnya aliran air dari kubah gambut kebawah harus bisa ditahan dan
mengarahkan aliran air itu ke samping, tidak hanya satu arah sehingga
memberi efek gambut basah, serta mengurangi terjadinya pengurasan di kubah
tempat sumber air.
 Dengan adanya canal blocking ini akan mempertahankan keadaan gambut yang
sifatnya seperti spon agar tidak mengempis.
 Sebagai upaya pencegahan munculnya atau kembalinya kebakaran lahan
gambut serta tragedi kabut asap.
 Menjamin ketersedian air (sumber air) apabila terjadi kebakaran, untuk
memadamkan api.

9. Membuat Tempat Penampungan Air (Embung).


Jawaban
 Kegiatan pengadaan perlengkapan, alat, dan material untuk:
 Keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja;
 Alat-alat konstruksi;
 Material konstruksi.
 Pekerjaan persiapan, meliputi:
 Mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan alat;
 Pembangunan bangunan sementera;
 Pembuatan papan nama proyek;
 Pengukuran kembali;
 Pembersihan lahan;
 Penentuan lokasi pembuangan galian.
 Pekerjaan konstruksi:
 Pekerjaan galian;
 Pekerjaan timbunan;
 pekerjaan pemadatan tanah;
 pembangunan bangunan pelengkap; dan
 dokumentasi;

10. Melakukan Pengelolaan Bahan Bakaran.


Jawaban
A. Persiapan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
2) Mempersiapkan dokumen administrasi.
3) Mempersiapkan kebutuhan logistik selama tugas.
4) Mengidentifikasi kondisi lapangan terkait dengan karakteristik bahan
bakaran, topografi dan cuaca setempat.
5) Menetapkan metode pengelolaan bahan bakaran.
6) Menyusun Rancangan teknis metode pengelolaan bahan bakaran yang
dipilih.
7) Penetapan Tim kerja beserta uraian tugasnya
8) Penyediaan bahan dan peralatan, jenis dan jumlahnya menyesuaikan
dengan metode yang dipilih.
9) Koordinasi awal

B. Pelaksanaan
a. Umum
 Gunakan perlengkapan diri untuk kenyamanan dan keselamatan
kerja.
 Lakukan pembagian tugas dan briefing
 Lakukan penyesuaian metode pengeloaan bahan bakaran terpilih
dengan situasi dan kondisi aktual di lapangan.
 Melakukan penandaan dilapangan (patok dan sejenisnya)
 Terapkan metode pengelolaan bahan bakaran terpilih (manual,
mekanis atau gabungan).
 Koordinasi lanjutan

b. Spesifik
A. Pengelolaan bahan bakaran secara manual
 Aplikasikan semua peralatan manual untuk kerja pengelolaan
bahan bakaran sepanjang jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Lakukan penjarangan, jika peraturan memperbolehkan.
 Lakukan pemangkasan cabang.
 Lakukan pembersihan liana.
 Lakukan penebasan semak sehingga berkurang volume dan
ketinggian semak/bahan bakaran.

B. Pengelolaan bahan bakaran secara mekanis


 Aplikasikan semua peralatan mekanis untuk kerja pengelolaan
bahan bakaran sepanjang jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Lakukan penjarangan, jika peraturan memperbolehkan.
 Lakukan pemangkasan cabang.
 Lakukan pembersihan liana.
 Lakukan penebasan semak sehingga berkurang volume dan
ketinggian semak/bahan bakaran (fuel break).
 Penebasan semak dapat dilakukan dengan menggunakan alat
berat.

C. Pengelolaan bahan bakaran secara biologis


 Semua pekerjaan dilakukan pada jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Aplikasikan semua peralatan tangan dan mekanis untuk kerja
pengelolaan bahan bakaran secara bilogis.
 Bersihkan semua bahan bakaran yang tidak dikehendaki.
 Tanami dengan tanaman yang berfungsi sebagai tanaman
penutup (cover crop) dan lakukan pemeliharaan rutin.

D. Pengelolaan bahan bakaran secara kimiawi


 Semua pekerjaan dilakukan pada jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Aplikasikan bahan kimia pada vegetasi yang berada dalam
jalur/ruang yang telah diberi penandaan.
 Jika diperlukan, aplikasi peralatan tangan dan mekanis untuk
optimalisasi hasil

C. Pelaporan dan dokumentasi.


 Membuat laporan pelaksanaan
 Dokumentasi pelaksanaan

11. Melakukan Deteksi Dini Melalui Menara Pengawas Kebakaran.


Jawaban
 Lakukan pembagian regu dan jadwal kerja penjagaan di menara pengawasan
api (3 orang/regu).
 Lakukan penjagaan sekali/minggu atau sesuai kebutuhan pada kondisi Siaga II
atau Siaga III.
 Lakukan penjagaan 24 Jam/hari pada kondisi Siaga I.
 Lakukan pencatatan kegiatan dan hasil selama melakukan penjagaan.
 Laporkan segera kepada petugas Posko Daops atau Unit Pengendalian
Kebakaran Hutan, apabila terdeteksi terjadi kebakaran.
 Buatkan laporan setiap selesai melakukan tugas penjagaan.

12. Melakukan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan Secara Tidak


Langsung.
Jawaban
Teknik Pemadaman tidak langsung Padamkan api secara tidak langsung apabila
api tidak dapat dipadamkan secara langsung, dengan cara :
1) Pembuatan ilaran api pada jarak tertentu dari kepala api dan atau sisi api
 Tentukan anchor point dan buat garis kontroll ilaran api.
 Lakukan pembuatan ilaran api selebar 1 s/d 4 meter, dengan
mempertimbangkan kecepatan angin, arah angin, jenis bahan bakaran,
faktor topografi, kuantitas dan kualitas personil dalam regu yang
ditugaskan, dsb.
 Jika dinilai aman, lakukan pembuatan ilaran api pada bagian yang
berhadapan dengan kepala api terlebih dahulu, kemudian ke sisi api.
Apabila tidak memungkin, maka buat ilaran dari ekor api mengelilingi sisi
api menuju kepala api.
 Hubungkan ilaran api dengan batas batas alami yang ada lokasi kebakaran,
seperti sungai dan jalan.
 Hindarkan pembuatan ilaran api dibagian atas lereng, karena penjalaran
api dari bagian bawah ke atas lereng relatif cepat.
 Lakukan pengawasan pada setiap ilaran api yang dibuat untuk mencegah
meloncatnya api ketempat yang belum terbakar.
 Lakukan Mopping up untuk memastikan api telah padam.

2) Lakukan pembakaran balik


 Apabila diperlukan, lakukan pembakaran balik setelah selesainya
pembuatan ilaran api, dengan memperhitungan bahan bakaran yang ada di
kepala dan sisi api, kecepatan angin, arah angin, faktor topografi di lokasi
kebakaran, dsb.
 Lakukan pembakaran balik dengan obor tetes.
 Lakukan penyulutan obor tetes pada jarak pendek, dari satu penyulutan ke
penyulutan berikutnya, untuk menghindari membesarnya api hasil
penyulutan.
 Lakukan penyulutan secara serentak oleh beberapa petugas, dimulai dari
ilaran api yang berhadap langsung dengan kepala api, kemudian menuju
sisi kiri dan kanan api.
 Lakukan pengawasan secara terus-menerus pada setiap ilaran api yang
dibuat untuk menghindari adanya api yang menyeberang ilaran.
 Matikan dengan segera bila dijumpai api menyeberang ilaran.
 Lakukan Mopping up untuk memastikan api telah padam.

 Kelompok B:
1. Mengoperasikan Komputer/ Perangkat Keras.
Jawaban
1) Pastikan Perangkat-Perangkat Komputer Telah Terpasang
2) Memperhatikan Aliran Arus Listrik
3) Stabilizer
4) Menyalakan Komputer
 Tancapkan kabel power yang ada di CPU dan monitor pada stabillizer atau
UPS. Kemudian tancapkan juga kabel power pada stabillizer atau UPS ke
colokan listrik langsung.
 Tekan tombol power yang berwarna merah pada stabillizer untuk
menghidupkannya. Jika Anda menggunakan UPS, langkahnya sama yaitu
dengan menekan tombol power pada UPS dan lampu indikator pun akan
menyala.
 Kemudian tekan tombol power yang terdapat pada CPU. Biasanya ditandai
dengan lampu indikator akan menyala dan juga kipas di dalam CPU akan
berputar.
 Langkah terakhir yaitu menyalakan monitor dengan cara menekan tombol
power, biasanya lampu power pada monitor akan menyala setelah tombol
power dinyalakan.
 Selanjutnya kita tunggu proses booting dan POST komputer yaitu
pengecekan komponen-komponen pada komputer seperti harddisk, DVD
Room, RAM dan yang lainnya. Tunggu beberapa saat hingga muncul
tampilan desktop.

2. Mengoperasikan Alat Komunikasi


Jawaban
A. Sopan santun dalam berkomunikasi
B. Perhatikan cara memanggil :
 Bila panggilan pertama tidak langsung dijawab, tunggu kurang lebih 5
detik baru panggil kembali.
 Pada saat seseorang memanggil dan belum ada jawaban jangan dimasuki
panggilan dari stasion lain yang seolah-olah
 Menyerobot komunikasi orang lain.
 Bila sampai 4 atau 5 kali panggilan tidak menjawab, hentikan panggilan
untuk memberikan kesempatan kepada stasion
 Yang lain berkomunikasi selanjutnya mencari informasi keberadaan
stasion yang dipanggil tersebut dengan menggunakan
 Sarana komunikasi yang lain.
 Bila tidak ada sarana komunikasi yang lain, pemanggilan dapat diulangi
lagi.
C. Cara menjawab :
 Apabila mendengar panggilan sesegera mungkin untuk dijawab.
 Jawaban terhadap panggilan, hendaknya singkat dan sopan dengan tetap
berpegang pada prosedur komunikasi.
D. Contoh menjawab panggilan :
 Panggilan : Cumi Tekapar Monitor
 Jawaban : Masuk Yang Panggil Cumi Tekapar
E. Tata Cara berkomunikasi :
 Saat berbicara jarak HT kira-kira 2,5 cm dari mulut dengan posisi tegak.
 Tekan PTT selama kira-kira 2 detik baru berbicara dan segera lepas tombol PTT
setelah selesai berbicara.
 Lakukan komunikasi dengan tertib secara bergiliran dengan memperhatikan
hierarki dan atau urgensi berita.
 Gunakan kerahasiaan, hindarkan penyebutan nama, jabatan atau senioritas dalam
percakapan, gunakan Callsign yang telah ditentukan.
 Berbicara dengan singkat dan jelas.
 Pada kata-kata yang meragukan perlu diulangi/dieja sesuai dengan ejaan radio
telephonny.
 Berbicara dengan menggunakan kecepatan sedang dengan irama yang baik.
 Biasakan menggunakan sandi percakapan yang berlaku.
 Panggilan maksimal 3x.

3. Melakukan Penilaian Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK).


Jawaban
 Pastikan bahwa AWS berfungsi dengan baik dengan melakukan pengecekan
console dan komputer.
 Pada pukul 12.00, lakukan pengambilan data curah hujan 24 jam terakhir (dari
jam 13.00 hari sebelumnya sampai dengan jam 12.00 hari penghitungan), suhu
udara, kelembaban relatif, kecepatan angin dari computer.
 Lakukan input data cuaca pada komputer dengan aplikasi/program XL FWI
sesuai dengan output yang diharapkan (Kode Kadar Air Serasah, Kode Kadar
Air Humus, Kode Kekeringan, Indeks Jalaran Api, Indeks Pembesaran Api,
Indeks Cuaca Kebakaran).
 Lakukan penyimpanan data yang diperoleh (Kode Kadar Air Serasah, Kode
Kadar Air Humus, Kode Kekeringan, Indeks Jalaran Awal, Indeks Pembesaran
API dan Indeks Cuaca Kebakaran) dalam folder khusus SPBK.
 Integrasikan Indeks Cuaca Kebakaran dengan Peta Bahan Bakaran
 Lakukan pengisian format blanko untuk bahan diseminasi SPBK kepada
Instansi Terkait, untuk selanjutnya diserahkan kepada Ka. Daops/Ka. Unit
Pengendalian Kebakaran Hutan, Ka. Balai Besar/Balai KSDA/Taman Nasional,
dan Instansi terkait lain.
 Lakukan pengisian format blanko untuk bahan desimansi SPBK kepada
Masyarakat, untuk selanjutnya didiseminasikan kepada masyarakat melalui
petugas patroli pencegahan.
 Lakukan pemasangan bendera di lapangan sesuai dengan hasil perhitungan
SPBK melalui petugas patroli pencegahan, dengan ketentuan sebagai berikut :
 Ukuran 60 cm x 40 cm dengan logo Manggala Agni
 Biru untuk nilai ICK rendah dengan tulisan Aman
 Hijau untuk nilai ICK sedang dengan tulisan Waspada
 Kuning untuk nilai ICK Tinggi dengan tulisan Siaga
 Merah untuk nilai ICK ekstrim dengan tulisan Bahaya
 Pemasangan bendera harus mempertimbangkan:
 Lokasi yang strategis dan kondisi bahan bakaran (jenis vegetasi,
tingkat kekeringan, volume, kesinambungan bahan bakaran).
 Kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian/perkebunan oleh
masyarakat.
 Peningkatan kegiatan pengunjung di dalam kawasan hutan.
 Kegiatan ilegal masyarakat di dalam kawasan hutan.

4. Menyajikan Data Hotspot.


Jawaban
 Lakukan pemantauan dan penyimpanan data-informasi monitoring hotspot
dan resiko penyebaran kebaran yang didesiminasi oleh Direktorat
Pengendalian Kebakaran Hutan dalam rangka evaluasi.
 Lakukan overlay data-informasi monitoring hotspot tersebut pada Peta Tata
Guna Lahan wilayah Provinsi.
 Lakukan pemeriksaan/groundcheck lapangan sesuai data-informasi pantauan
hotspot melalui petugas patroli pencegahan). Hasil pemeriksaan lapangan
dilaporkan secara berjenjang sesuai dengan organisasi masing masing. Untuk
UPT Direktorat Jenderal PHKA, hasil pemeriksaan dilaporkan kepada Direktur
Jenderal PHKA cq. Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan.
 Lakukan penyimpanan dan penataan database monitoring hotspot dan resiko
penyebaran kebakaran dalam komputer dengan program/aplikasi GIS.
Database dimaksud dapat digunakan sebagai salah satu indikator pembuatan
peta rawan kebakaran.
 Lakukan analisa hasil pemeriksaan monitoring hotspot untuk merencanakan
pembagian wilayah rawan dan periode patroli terpadu.

5. Melakukan Deteksi Dini Melalui Menara Pengawas Kebakaran.


Jawaban
 Lakukan pembagian regu dan jadwal kerja penjagaan di menara pengawasan
api (3 orang/regu).
 Lakukan penjagaan sekali/minggu atau sesuai kebutuhan pada kondisi Siaga II
atau Siaga III.
 Lakukan penjagaan 24 Jam/hari pada kondisi Siaga I.
 Lakukan pencatatan kegiatan dan hasil selama melakukan penjagaan.
 Laporkan segera kepada petugas Posko Daops atau Unit Pengendalian
Kebakaran Hutan, apabila terdeteksi terjadi kebakaran.
 Buatkan laporan setiap selesai melakukan tugas penjagaan.
C. JENJANG 3
1. Kodifikasi
A02PKH01 KUALIFIKASI 3 BIDANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN
2. Deskripsi
Kualifikasi ini meliputi kemampuan melaksanakan pencegahan, pemadaman, dan
penanganan pasca karhutla yang spesifik, dengan menggunakan alat, informasi, dan
pilihan prosedur kerja yang lazim dilakukan, menunjukan kinerja dengan mutu dan
kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan
pengawasan tidak langsung. Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap,
prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian
tertentu sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan
metode yang sesuai. Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam
lingkup kerjanya. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
3. Sikap Kerja
Memiliki sikap disiplin, komunikatif, waspada, tanggap, progresif, cepat, dan tepat
dalam pelaksanaan tugas.
4. Peran Kerja
Kualifikasi ini menyediakan jalur untuk dapat bekerja pada bidang pencegahan,
pemadaman, penanganan paska karhutla, dan dukungan operasionalnya untuk
meningkatkan kesadartahuan para pihak, mengurangi resiko kebakaran, melakukan
kesiapsiagaan terhadap bahaya karhutla, meningkatkan kapasitas personil,
peralatan, dan perlengkapan, melaksanakan sistem peringatan dan deteksi dini,
melakukan pemadaman, melaksanakan penanganan dampak paska kebakaran dan
penyelamatan korban dampak kebakaran.
5. Kemungkinan Jabatan
a. Manggala Agni 3/Fire Crew 3/SMART
b. Penata Posko/Siaga
c. Penata Logistik dan Pergudangan Manggala Agni
6. Aturan Pengemasan
Terdapat 12 (dua belas) unit kompetensi yang harus diselesaikan/dipenuhi, dengan
perincian:
a. Kompetensi inti 7 unit
b. Kompetensi pilihan 5 uni
7. Daftar unit kompetensi
Daftar Unit Kompetensi Persyaratan
kompetensi*)
Kompetensi Inti
1. A.024092.001.01 Menerapkan Keselamatan dan Tidak ada
Kesehatan Kerja (K3) dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan dan
Lahan.
2. A.024092.015.01 Melakukan Kampanye Pencegahan Tidak ada
Kebakaran Hutan dan Lahan.
3. A.024092.033.01 Melakukan Patroli Pengendalian Tidak ada
Kebakaran Hutan dan Lahan.
4. A.024092.034.01 Melakukan Pengecekan Lapangan Tidak ada
(Ground Check) Titik Panas
(Hotspot).
5. A.024092.037.01 Melakukan Pengukuran Situasi Tidak ada
Kebakaran (Size-Up).
6. A.024092.038.01 Melakukan Pemadaman Kebakaran Tidak ada
Hutan dan Lahan Secara
Langsung.
7. A.024092.040.01 Melakukan Pemadaman Bara Api Tidak ada
(Mopping-Up).
Kompetensi Pilihan
Kelompok A:
1. A.024092.016.01 Melakukan Pendampingan Teknik Tidak ada
Pencegahan Kebakaran Hutan dan
Lahan.
2. A.024092.022.01 Melakukan Pemeliharaan Sekat Tidak ada
Bakar.
3. A.024092.024.01 Melakukan Pemeliharaan Tidak ada
Tabat/Sekat Kanal di Lahan
Gambut.
4. A.024092.025.01 Membuat Tempat Penampungan Tidak ada
Air (Embung).
5. A.024092.026.01 Melakukan Pengelolaan Bahan Tidak ada
Bakaran.
6. A.024092.027.01 Melakukan Pendampingan Tidak ada
Penyiapan Lahan Tanpa Bakar.

7. A.024092.032.01 Melakukan Deteksi Dini Melalui Tidak ada


Menara Pengawas Kebakaran.
8. A.024092.039.01 Melakukan Pemadaman Kebakaran Tidak ada
Hutan dan Lahan Secara Tidak
Langsung.
9. A.024092.042.01 Melakukan Identifikasi Areal Bekas Tidak ada
Kebakaran Hutan dan Lahan.
10. A.024092.043.01 Melakukan Penaksiran Kerugian Tidak ada
pada Areal Bekas Kebakaran Hutan
dan Lahan.
11. A.024092.044.01 Melakukan Evakuasi Satwa Korban Tidak ada
Kebakaran Hutan dan Lahan.
Kelompok B:
1. A.024092.010.01 Menyajikan Data dan Informasi Tidak ada
Sumber daya Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan.
2. A.024092.019.01 Melakukan Analisis Kebutuhan Tidak ada
Peralatan dan Perlengkapan
Pengendalian Karhutla.
Kelompok C:
1. A.024092.029.01 Melakukan Penilaian Sistem Tidak ada
Peringkat Bahaya Kebakaran
(SPBK).
2. A.024092.031.01 Menyajikan Tingkat Kerawanan Tidak ada
Kebakaran Hutan dan Lahan.
3. A.024092.036.01 Mengelola Posko Lapangan Tidak ada
(Poskolap).
Kelompok D:
1. A.024092.002.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
Dalam Satu Regu pada Korban
Pingsan dalam Pemadaman
Kebakaran Hutan dan Lahan.
2. A.024092.003.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
pada Korban Luka Bakar dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan dan
Lahan.
3. A.024092.004.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
pada Korban Luka Berdarah dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan dan
Lahan.
4. A.024092.005.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
pada Korban Patah Tulang dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan dan
Lahan.
5. A.024092.006.01 Melakukan Pertolongan Mandiri Tidak ada
pada Korban Gigitan/Sengatan
Binatang Berbisa dalam
Pemadaman Kebakaran Hutan dan
Lahan.
Keterangan
*) Persyaratan kompetensi merupakan kompetensi yang dipersyaratkan sebelum menguasai
kompetensi inti dan/atau kompetensi pilihan (pada kolom 3)
KUALIFIKASI 3
BIDANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

A. Kompetensi Inti

1. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Pemadaman


Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
1) Menyiapkan Perlindungan Diri
a) Perhatikan faktor lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya.
Identifikasi kondisi bahaya sesuai tingkat bahayanya, misalnya kondisi
cuaca (hujan, kecepatan angin, dan arah angin), kondisi lokasi
(aksesibilitas, jenis vegetasi, jenis tanah, topografi, bentang alam,
sumber air) dan perilaku api (tipe kebakaran, tingkat penyalaan api,
asap, intensitas, jarak pandang, kecepatan penjalaran api).
b) Lakukan aktualisasi informasi menyangkut faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi membesarnya api.
c) Perhatikan kesehatan fisik dan mental masing masing personil untuk
menghindari kecelakaan akibat kelalaian manusia (human error ).
d) Berikan briefing/arahan sebelum melakukan pemadaman,
informasikan rute penyelamatan diri bila terjadi hal hal yang
membahayakan.
e) Yakinkan bahwa setiap personil dalam regu pemadam mengetahui cara
dan rute menyelamatkan diri.
f) Siapkan peralatan dan perlengkapan perlindungan sesuai dengan
prosedur.

2) Menerapkan Prosedur K3
a) Identifikasi kondisi lokasi kebakaran sesuai jenis kebakarannya
b) Gunakan peralatan dan perlengkapan perlindungan diri sesuai dengan
kondisi lokasi kebakaran.
c) Hindarkan melakukan pemadaman dimalam hari bila belum mengenal
betul lokasi tersebut.
d) Jaga komunikasi dengan sesama personil regu pemadam maupun
dengan personil regu pemadam lainnya bila melakukan pemadaman
gabungan.
e) Lakukan pergantian personil yang telah merasa lelah. Hindari bekerja
secara terus menerus untuk menjaga kebugaran.
f) Hindari beristirahat ditempat yang dapat menimbulkan bahaya.
g) Berikan dukungan logistik yang memadai dengan asupan energi yang
seimbang.
h) Lakukan evakuasi dan perawatan dengan segera bila terjadi kecelakaan
kerja.

2. Melakukan Kampanye Pencegahan Karhutla


Jawaban
1) Menentukan model kampanye yang akan disampaikan apakah berupa
Pembuatan Rambu-rambu dan Papan Peringatan, Pembuatan Spanduk,
Pembuatan Brosur, Folder, Leaflet dan Majalah, Pembuatan Poster,
Pembuatan Kalender Kebakaran, Pembuatan Buku Cerita dsb
2) Menentukan alat dan bahan dan sarpras pendukung lainnya
3) Sasaran yang akan dijadikan target kampanye
4) Menyiapkan topik yang sebaik-baiknya
3. Melakukan Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
 Lakukan patroli pencegahan setelah menerima penugasan dari pejabat
struktural terkait/Ka. Daops/Ka. Unit Pengendalian Kebakaran Hutan,
dengan jumlah petugas minimal dua orang. Pelaksanakan patroli pencegahan
dapat mengikutsertakan instansi/pihak terkait.
 Siapkan alat dan bahan guna mendukung pelaksanaan patroli pencegahan.
 Dalam pelaksanaan patroli pencegahan darat dengan berjalan kaki maupun
menggunakan sepeda motor, selain alat dan bahan umum, bawalah peralatan
pemadaman jet shooter/impuls gun.
 Dalam pelaksanaan patroli pencegahan melalui darat dengan menggunakan
mobil, selain alat dan bahan umum, bawalah peralatan pemadaman yang
lebih lengkap.
 Tentukan sasaran patroli pencegahan dengan mempertimbangkan hasil
pemantauan hotspot dan peringkat bahaya kebakaran.
 Lakukan inventarisasi lokasi sumber-sumber air.
 Lakukan pemasangan bendera peringkat bahaya kebakaran.
 Dalam pelaksanaan patroli pencegahan darat maupun air, lakukan
pemadaman secara dini apabila ditemukan adanya api atau meminta bantuan
apabila api sudah sulit untuk dikendalikan.
 Dalam pelaksanaan patroli pencegahan udara, lakukan peringatan dengan
pengeras suara kepada pelaku pembakaran yang terpantau, selanjutnya
meminta bantuan untuk penangkapan pelaku dan pemadaman api.
 Lakukan patroli pencegahan dan pergantian regu patroli sesuai kebutuhan
pada kondisi Siaga III dan Siaga II (pada bulan Januari sampai menjelang
musim kemarau).
 Lakukan patroli pencegahan setiap hari dengan jumlah regu yang lebih besar
pada kondisi Siaga I (pada musim kemarau).
 Laporkan tiap kejadian kebakaran dan kondisinya secara berjenjang.
Laporkan seluruh hasil kegiatan patroli dan daftar kehadiran regu patroli
secara berjenjang

4. Melakukan Pengecekan Lapangan (Ground Check) Titik Panas (Hotspot).


Jawaban
 Harus adanya laporan dari BMKG bahwa adanya hs pada hari itu
 Menunggu Surat Perintah Tugas dari pejabat struktural
terkait/Ka.Daops/Ka.Unit Pengendalian Kebakaran Hutan, dengan jumlah
petugas minimal dua orang.
 Membawa telaahan hotspot untuk mempermudah kegiatan yang dilakukan
dilapangan dari tim penyaji data posko.
 Siapkan alat dan bahan guna mendukung pelaksanaan pengecekan lapangan
(Ground check) titk panas (hotspot).
 Dalam pelaksanaan pengecekan lapangan (Ground check) titk panas
(hotspot) dengan berjalan kaki maupun menggunakan sepeda motor, selain
alat dan bahan umum, bawalah peralatan pemadaman jet shooter/impuls
gun.
 Dalam pelaksanaan pengecekan lapangan (Ground check) titk panas
(hotspot) dengan menggunakan mobil, selain alat dan bahan umum, bawalah
peralatan pemadaman yang lebih lengkap.
 Lakukan koordinasi kepada pihak terkait guna mempermudah pelaksanaan
pengecekan lapangan (Ground check) titk panas (hotspot)
 Lakukan Apel keberangkatan bersama pihak terkait sekaligus membahas
strategi yang akan dilakukan saat dilapangan
 Apabila terdapat kejadian kebakaran hutan dn lahan, lakukan pemadaman
dini dengan menggunakan peralatan seadanya.
 Apabila kebakaran meluas dan tidak bisa dikendalikan, agar bisa meminta
bantuan secara berjenjang.
 Tetap melakukan pemantauan dan melaporkan kejadian kepada atasan

5. Melakukan Pengukuran Situasi Kebakaran (Size-Up).


Jawaban
 Lakukan Size-Up setelah mendapatkan informasi tentang kejadian karhutla
yang didapatkan dari citra satelit maupun laporan dari masyarakat
 Siapkan alat dan bahan guna mendukung dalam melakukan size-up seperti
binokuler, peta kerja, gps berbasis Android, jet shooter/impuls gun maupun
peralatan tangan lainnya
 Perhatikan faktor lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya, misalnya
kondisi cuaca (hujan, kecepatan angin, dan arah angin), kondisi lokasi
(aksesibilitas, jenis vegetasi, jenis tanah, topografi, bentang alam, sumber
air), perilaku api (tipe kebakaran, tingkat penyalaan api, asap, intensitas,
jarak pandang, kecepatan penjalaran api).
 Lakukan aktualisasi informasi menyangkut faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi membesarnya api.
 Lakukan pencataan titik koordinat lokasi kejadian, jarak sumber air ke titik
api
 Lakukan pemadaman dini/awal apabila mendapati kebakaran hutan dan
lahan

6. Melakukan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan Secara Langsung.


Jawaban
 Tentukan regu yang akan melakukan pemadaman langsung.
 Siapkan dan mobilisasikan regu pemadaman langsung yang disertai dengan
alat, bahan, dan logistik yang memadai.
 Lakukan Apel Pra Pemadaman
 Lakukan pengamatan secara cepat dan menyeluruh terkait kondisi dan
situasi di lokasi kebakaran.
 Berikan penjelasan dan pembagian tugas kepada masing-masing personil
dalam regu pemadam.
 Lakukan pemadaman langsung dengan menyebarkan tanah secara langsung
ke sumber api atau memendam benda yang terbakar ke dalam tanah, dengan
menggunakan peralataan sekop dan cangkul.
 Semprotkan/siramkan air ke arah api dengan menggunakan pompa
punggung dan atau pompa jinjing dan atau pompa apung.
 Gunakan suntikan gambut (sumbut) untuk pemadaman kebakaran bawah di
areal gambut, dengan memasukannya ke dalam gambut sedalam batas tinggi
muka air.
 Pada kebakaran bawah di areal gambut, semprotkan air hingga gambut jenuh
(menjadi bubur) dan padatkan gambut tersebut.
 Pukul dan tarik sambil menggetarkan bahan bakar yang sedang terbakar
menggunakan kepyok, sekop, atau ranting pohon.
 Apabila api tidak terlalu besar dan keadaan angin tenang (tidak berhembus
kencang), lakukan pemadaman langsung dari bagian kepala apinya terlebih
dahulu.
 Lakukan Mopping up untuk memastikan api benar-benar padam.
 Apabila api telah padam, lakukan evaluasi secara menyeluruh.
 Laporkan kronologis dan hasil kegiatan secara berjenjang.

7. Melakukan Pemadaman Bara Api (Mopping-Up).


Jawaban
 Identifikasi lokasi sasaran
 Pembagian regu untuk melakukan mopping-up
 Mulailah bekerja pada masing-masing posisi ilaran api seketika setelah ilaran
api dan pembakaran mantap telah dikerjakan dengan sempurna.
Prioritaskan perlakuansituasi yang paling mengancam pertamakali.
 Biarkan saja sisa bahan bakarterbakar jika menurut pandangan anda
memang aman dan memberikan manfaat.
 Apabila api kecil, regu segera memadamkan semua bara api yang ada di
dalam lokasi kebakaran, dengan catatan jumlah/volume bahan bakar yang
terbakar tidak terlalu besar, atau cukup praktis jika dipadamkan semua
 Pada kebakaran besar material-material yang masih membara didalam jalur
tidak berbahaya berada di dalam ilaran api, segera untuk dimatikan.
 Lebar dari jalur tersebut bergantung pada ukuran dan sifat dari kebakaran.
 Cari sampai ketemu titik api yang masih terus membara.
 Semua material yang masih membara yang tidak dapat dipadamkan dengan
air atau tanah harus diratakan dengan baik di dalam areal terbakar.
 Tempatkan pada kondisi yang aman semua bahan bakar berat seperti
kayu/log walaupun diluar areal terbakar namun masih dekat dengan ilaran
api.
 Cari dan keluarkan akar-akar yang membara dekat dengan ilaran api.
 Pisah-pisahkan tumpukan bahan bakar untuk mengurangi panas dan bahaya
bila terpecik api atau bara.
 Bersihkan semua cabang didalam ilaran api yang kemungkinan dapat
tersulut api dan jatuh pada ilaran api
 Tempatkan bahan bakar yang mudah menggelinding pada posisi yang aman
sehingga tidak menggelinding keluar dari ilaran api.
 Segera galiparit di bawah semua bahan bakar berat yang mudah
menggelinding keluar ilaran api
 Cari indikasi-indikasi api loncat. Gunakan tangan jika memungkinkan untuk
mengetahui bara. Contoh : bara kotoran rusa atau hewan mamalia lainnya
yang terkubur tanah tidak terlalu dalam
 Gunakan air apabila memungkinkandan aplikasikan dalam mop-up. Jika perlu
tambahkan bahan campuran kimiawi Iainnya.
 Tipe bahan bakar, cuaca dan topografi semuannya berpengaruh pada operasi
mop-up.
 Pada kondisi bahan bakar ringan, dimana hampir sernua bahan bakar
terbakar, mop-up relatif lebih mudah dan tidak rumit. Regu pemadam
memastikan bahwa bahan bakar yang masih membara dipisah-pisahkan,
dikubur dan dimatikan sehingga tidak ada bara menyebar.
 Pada lereng yang terjal atau pada situasi dimana bahan bakar rapat sekali,
membusuk, berat atau terbakar secara lambat, maka mop-up memerlukan
regu yang banyak.
 Waspadai kondisi panas. Cuaca berangin kering menambah buruknya situasi
pekerjaan mop-up. Hembusan angin kering dapat membawa oksigen baru
dan menghidupkan kembali bara api, kondisi memungkinkan situasi buruk
akan terjadi kembali.

B. Kompetensi pilihan

Kelompok A:
1. Melakukan Pengelolaan Bahan Bakaran.
Jawaban
A. Persiapan
 Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
 Mempersiapkan dokumen administrasi.
 Mempersiapkan kebutuhan logistik selama tugas.
 Mengidentifikasi kondisi lapangan terkait dengan karakteristik bahan
bakaran, topografi dan cuaca setempat.
 Menetapkan metode pengelolaan bahan bakaran.
 Menyusun Rancangan teknis metode pengelolaan bahan bakaran yang
dipilih.
 Penetapan Tim kerja beserta uraian tugasnya
 Penyediaan bahan dan peralatan, jenis dan jumlahnya menyesuaikan
dengan metode yang dipilih.
 Koordinasi awal

B. Pelaksanaan
1. Umum
 Gunakan perlengkapan diri untuk kenyamanan dan keselamatan kerja.
 Lakukan pembagian tugas dan briefing
 Lakukan penyesuaian metode pengeloaan bahan bakaran terpilih
dengan situasi dan kondisi aktual di lapangan.
 Melakukan penandaan dilapangan (patok dan sejenisnya)
 Terapkan metode pengelolaan bahan bakaran terpilih (manual,
mekanis atau gabungan).
 Koordinasi lanjutan

2. Spesifik
A. Pengelolaan bahan bakaran secara manual
 Aplikasikan semua peralatan manual untuk kerja pengelolaan
bahan bakaran sepanjang jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Lakukan penjarangan, jika peraturan memperbolehkan.
 Lakukan pemangkasan cabang.
 Lakukan pembersihan liana.
 Lakukan penebasan semak sehingga berkurang volume dan
ketinggian semak/bahan bakaran.

B. Pengelolaan bahan bakaran secara mekanis


 Aplikasikan semua peralatan mekanis untuk kerja pengelolaan
bahan bakaran sepanjang jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Lakukan penjarangan, jika peraturan memperbolehkan.
 Lakukan pemangkasan cabang.
 Lakukan pembersihan liana.
 Lakukan penebasan semak sehingga berkurang volume dan
ketinggian semak/bahan bakaran (fuel break).
 Penebasan semak dapat dilakukan dengan menggunakan alat
berat.

C. Pengelolaan bahan bakaran secara biologis


 Semua pekerjaan dilakukan pada jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Aplikasikan semua peralatan tangan dan mekanis untuk kerja
pengelolaan bahan bakaran secara bilogis.
 Bersihkan semua bahan bakaran yang tidak dikehendaki.
 Tanami dengan tanaman yang berfungsi sebagai tanaman
penutup (cover crop) dan lakukan pemeliharaan rutin.

D. Pengelolaan bahan bakaran secara kimiawi


 Semua pekerjaan dilakukan pada jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Aplikasikan bahan kimia pada vegetasi yang berada dalam
jalur/ruang yang telah diberi penandaan.
 Jika diperlukan, aplikasi peralatan tangan dan mekanis untuk
optimalisasi hasil

C. Pelaporan dan dokumentasi.


 Membuat laporan pelaksanaan
 Dokumentasi pelaksanaan

2. Melakukan Pendampingan Penyiapan Lahan Tanpa Bakar


Jawaban
 Tentukan target desa-desa sasaran dan kelompok masyarakat yang akan
diberikan pelatihan/inhouse training PLTB. Diprioritaskan bagi anggota
MPA/kelompok masyarakat peduli konservasi lainnya yang aktif
bekerjasama dengan Manggala Agni dalam pengendalian kebakaran hutan.
 Tentukan lokasi/lahan untuk melakukan demonstrasi plot (bila
diperlukan).
 Tentukan PLTB apa yang akan dibuat (Misalnya Pembuatan Cuka Kayu)
Penyiapan bahan baku (drum, bambu, bahan bahan lainnya)

3. Melakukan Pemeliharaan Tabat/Sekat Kanal di Lahan Gambut


Jawaban
 Pulihkan kembali keadaan gambut agar basah dan lembab.
 Lakukan penataan kembali lahan-lahan gambut yang sudah terlanjur di gali.
 Derasnya aliran air dari kubah gambut kebawah harus bisa ditahan dan
mengarahkan aliran air itu ke samping, tidak hanya satu arah sehingga
memberi efek gambut basah, serta mengurangi terjadinya pengurasan di
kubah tempat sumber air.
 Dengan adanya canal blocking ini akan mempertahankan keadaan gambut
yang sifatnya seperti spon agar tidak mengempis.
 Sebagai upaya pencegahan munculnya atau kembalinya kebakaran lahan
gambut serta tragedi kabut asap.
 Menjamin ketersedian air (sumber air) apabila terjadi kebakaran, untuk
memadamkan api.

4. Membuat Tempat Penampungan Air (Embung).


Jawaban
 Kegiatan pengadaan perlengkapan, alat, dan material untuk:
 Keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja;
 Alat-alat konstruksi;
 Material konstruksi.
 Pekerjaan persiapan, meliputi:
 Mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan alat;
 Pembangunan bangunan sementera;
 Pembuatan papan nama proyek;
 Pengukuran kembali;
 Pembersihan lahan;
 Penentuan lokasi pembuangan galian.
 Pekerjaan konstruksi:
 Pekerjaan galian;
 Pekerjaan timbunan;
 pekerjaan pemadatan tanah;
 pembangunan bangunan pelengkap; dan
 dokumentasi;

5. Melakukan Pengelolaan Bahan Bakaran.


Jawaban
1. Persiapan
 Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
 Mempersiapkan dokumen administrasi.
 Mempersiapkan kebutuhan logistik selama tugas.
 Mengidentifikasi kondisi lapangan terkait dengan karakteristik bahan
bakaran, topografi dan cuaca setempat.
 Menetapkan metode pengelolaan bahan bakaran.
 Menyusun Rancangan teknis metode pengelolaan bahan bakaran yang
dipilih.
 Penetapan Tim kerja beserta uraian tugasnya
 Penyediaan bahan dan peralatan, jenis dan jumlahnya menyesuaikan
dengan metode yang dipilih.
 Koordinasi awal

2. Pelaksanaan
1. Umum
 Gunakan perlengkapan diri untuk kenyamanan dan keselamatan
kerja.
 Lakukan pembagian tugas dan briefing
 Lakukan penyesuaian metode pengeloaan bahan bakaran terpilih
dengan situasi dan kondisi aktual di lapangan.
 Melakukan penandaan dilapangan (patok dan sejenisnya)
 Terapkan metode pengelolaan bahan bakaran terpilih (manual,
mekanis atau gabungan).
 Koordinasi lanjutan

2. Spesifik
A. Pengelolaan bahan bakaran secara manual
 Aplikasikan semua peralatan manual untuk kerja pengelolaan
bahan bakaran sepanjang jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Lakukan penjarangan, jika peraturan memperbolehkan.
 Lakukan pemangkasan cabang.
 Lakukan pembersihan liana.
 Lakukan penebasan semak sehingga berkurang volume dan
ketinggian semak/bahan bakaran.

B. Pengelolaan bahan bakaran secara mekanis


 Aplikasikan semua peralatan mekanis untuk kerja pengelolaan
bahan bakaran sepanjang jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Lakukan penjarangan, jika peraturan memperbolehkan.
 Lakukan pemangkasan cabang.
 Lakukan pembersihan liana.
 Lakukan penebasan semak sehingga berkurang volume dan
ketinggian semak/bahan bakaran (fuel break).
 Penebasan semak dapat dilakukan dengan menggunakan alat
berat.

C. Pengelolaan bahan bakaran secara biologis


 Semua pekerjaan dilakukan pada jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Aplikasikan semua peralatan tangan dan mekanis untuk kerja
pengelolaan bahan bakaran secara bilogis.
 Bersihkan semua bahan bakaran yang tidak dikehendaki.
 Tanami dengan tanaman yang berfungsi sebagai tanaman
penutup (cover crop) dan lakukan pemeliharaan rutin.

D. Pengelolaan bahan bakaran secara kimiawi


 Semua pekerjaan dilakukan pada jalur/ruang yang telah diberi
penandaan.
 Aplikasikan bahan kimia pada vegetasi yang berada dalam
jalur/ruang yang telah diberi penandaan.
 Jika diperlukan, aplikasi peralatan tangan dan mekanis untuk
optimalisasi hasil

3. Pelaporan dan dokumentasi.


 Membuat laporan pelaksanaan
 Dokumentasi pelaksanaan

6. Melakukan Pendampingan Penyiapan Lahan Tanpa Bakar


Jawaban
 Tentukan target desa-desa sasaran dan kelompok masyarakat yang akan
diberikan pelatihan/inhouse training PLTB. Diprioritaskan bagi anggota
MPA/kelompok masyarakat peduli konservasi lainnya yang aktif
bekerjasama dengan Manggala Agni dalam pengendalian kebakaran hutan.
 Tentukan lokasi/lahan untuk melakukan demonstrasi plot (bila
diperlukan).
 Tentukan PLTB apa yang akan dibuat (Misalnya Pembuatan Cuka Kayu)
Penyiapan bahan baku (drum, bambu, bahan bahan lainnya)

7. Melakukan Deteksi Dini Melalui Menara Pengawas Kebakaran.


Jawaban
 Lakukan pembagian regu dan jadwal kerja penjagaan di menara pengawasan
api (3 orang/regu).
 Lakukan penjagaan sekali/minggu atau sesuai kebutuhan pada kondisi Siaga
II atau Siaga III.
 Lakukan penjagaan 24 Jam/hari pada kondisi Siaga I.
 Lakukan pencatatan kegiatan dan hasil selama melakukan penjagaan.
 Laporkan segera kepada petugas Posko Daops atau Unit Pengendalian
Kebakaran Hutan, apabila terdeteksi terjadi kebakaran.
Buatkan laporan setiap selesai melakukan tugas penjagaan
8. Melakukan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan Secara Tidak
Langsung.
Jawaban
Teknik Pemadaman tidak langsung Padamkan api secara tidak langsung apabila
api tidak dapat dipadamkan secara langsung, dengan cara :
1. Pembuatan ilaran api pada jarak tertentu dari kepala api dan atau sisi api
 Tentukan anchor point dan buat garis kontroll ilaran api.
 Lakukan pembuatan ilaran api selebar 1 s/d 4 meter, dengan
mempertimbangkan kecepatan angin, arah angin, jenis bahan bakaran,
faktor topografi, kuantitas dan kualitas personil dalam regu yang
ditugaskan, dsb.
 Jika dinilai aman, lakukan pembuatan ilaran api pada bagian yang
berhadapan dengan kepala api terlebih dahulu, kemudian ke sisi api.
Apabila tidak memungkin, maka buat ilaran dari ekor api mengelilingi
sisi api menuju kepala api.
 Hubungkan ilaran api dengan batas batas alami yang ada lokasi
kebakaran, seperti sungai dan jalan.
 Hindarkan pembuatan ilaran api dibagian atas lereng, karena penjalaran
api dari bagian bawah ke atas lereng relatif cepat.
 Lakukan pengawasan pada setiap ilaran api yang dibuat untuk mencegah
meloncatnya api ketempat yang belum terbakar.
 Lakukan Mopping up untuk memastikan api telah padam.

2. Lakukan pembakaran balik


 Apabila diperlukan, lakukan pembakaran balik setelah selesainya
pembuatan ilaran api, dengan memperhitungan bahan bakaran yang ada
di kepala dan sisi api, kecepatan angin, arah angin, faktor topografi di
lokasi kebakaran, dsb.
 Lakukan pembakaran balik dengan obor tetes.
 Lakukan penyulutan obor tetes pada jarak pendek, dari satu penyulutan
ke penyulutan berikutnya, untuk menghindari membesarnya api hasil
penyulutan.
 Lakukan penyulutan secara serentak oleh beberapa petugas, dimulai dari
ilaran api yang berhadap langsung dengan kepala api, kemudian menuju
sisi kiri dan kanan api.
 Lakukan pengawasan secara terus-menerus pada setiap ilaran api yang
dibuat untuk menghindari adanya api yang menyeberang ilaran.
 Matikan dengan segera bila dijumpai api menyeberang ilaran.
 Lakukan Mopping up untuk memastikan api telah padam

9. Melakukan Identifikasi Areal Bekas Kebakaran Hutan dan Lahan


Jawaban
 Lakukan rekapitulasi laporan kejadian terjadinya kebakaran hutan dan lahan
yang bersumber dari Daops, Unit Pengendalian Kebakaran Hutan, Dinas yang
membidangi kehutanan, Dinas yang membidangi perkebunan, LSM, dan
sumber informasi lainnya.
 Lakukan rekapitulasi data hasil pemantauan hotspot.
 Siapkan peta kawasan hutan, IUPHHK-Hutan Alam/Tanaman, Perkebunan
dan lahan yang akan dilakukan identifikasi dan verifikasi.
 Lakukan overlay data koordinat hasil pemantauan hotspot pada peta
kawasan hutan, IUPHHK-Hutan Alam/Tanaman, perkebunan dan lahan yang
diduga telah terjadi kebakaran.
 Apabila sudah diketahui lokasi hasil pemantauan hotspot, lakukan koordinasi
dan pengecekan ke lapangan dengan instansi terkait (Dinas yang
membidangi kehutanan, Dinas yang membidangi perkebunan, Pengelola
Kawasan Hutan, Kepolisian dan Instansi terkait lainnya).
 Lakukan koordinasi dengan pengelola kawasan/pemegang ijin
usaha/pemilik lahan untuk menentukan lokasi yang akan dilegalsampling.
 Sertakan ahli kebakaran hutan dan lahan pada saat melakukan identifikasi
dan verfikasi pada areal diduga telah terjadi kebakaran dalam rangka
mengumpulkan sample yang akan di analisa di laboratorium.
 Lakukan pengambilan sample dibeberapa tempat yang terbakar dan tidak
terbakar (sebagai kontrol) berdasarkan hasil observasi awal pada areal yang
diduga telah terjadi kebakaran.
 Dokumentasikan lokasi lokasi yang telah dilakukan legal sampling. Upayakan
pengambilan dokumentasi tersebut terekam gambar dengan tanda-tanda
khas alam yang tidak dapat dipindahkan.
 Lakukan wawancara dengan pengelola kawasan/pemegang ijin
usaha/pemilik lahan, karyawan, maupun masyarakat di lokasi kebakaran
untuk memperoleh keterangan yang dapat digunakan untuk melengkapi
pengumpulan bahan keterangan sebagai bahan penyusunan surat keterangan
ahli.
 Buatkan Berita Acara Pengambilan Sample untuk analisa laboratorium.
Berita Acara pengambilan Sample ditanda tangani oleh Tim Pengumpul
Bahan Keterangan dan diketahui oleh pengelola kawasan/pemegang ijin
usaha/pemilik lahan.
 Bila pengelola kawasan/pemegang ijin usaha/pemilik lahan tidak bersedia
menandatangani Berita Acara Pengambilan Sample, buatkan Berita Acara
Tidak Bersedia Menandatangi Berita Acara Penutup.
 Buatkan laporan secara lengkap yang dilampiri dengan surat keterangan ahli
dan hasil analisa laboratorium dari sample.
 Laporkan hasil tersebut kepada Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan
atau Kepala Balai Besar/Balai KSDA/Taman Nasional
 Bila hasil pengumpulan data dan informasi tersebut telah memenuhi bukti
hukum, maka Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan atau Kepala Balai
Besar/Balai KSDA/Taman Nasional dapat meneruskannya kepada Tim
Yustisi (PPNS Kehutanan, Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan,
Penyidik Polri).

10. Melakukan Penaksiran Kerugian pada Areal Bekas Kebakaran Hutan dan
Lahan
Jawaban
Penafsiran kerugian bisa dihitung dari kerugian diberbagai aspek :
 Kerugian Aspek Keuangan/Ekonomi
 Kerugian Aspek Sosial dan Budaya
 Kerugian Aspek Kesehatan
 Kerugian Kerusakan Lingkungan Hidup

11. Melakukan Evakuasi Satwa Korban Kebakaran Hutan dan Lahan


Jawaban
 Dirikan posko darurat setelah terlebih dahulu mengkoordinasikan
pendiriannya dengan dengan posko lain yang beroperasi di lokasi bencana
kebakaran hutan.
 Lengkapi posko dengan sarana transportasi (kendaraan roda empat dan roda
dua), peralatan pompa, peralatan pemasok air (slip on unit, mobil tanki air),
peralatan komunikasi, perlengkapan PPPK, obatobatan, bahan makanan,
bahan minuman, dsb.
 Tugaskan personil dengan kewenangan yang jelas, rotasikan petugas dalam
periode tertentu untuk menghindarkan kejenuhan.
 Hidupkan jalur masuk logistik dan lakukan pendistribusian logistik.
 Hidupkan jaringan komunikasi yang terputus dan lakukan penyampaian arus
informasi antar daerah lokasi bencana.
 Lakukan evakuasi korban bencana kebakaran segera mungkin, utamakan
yang masih hidup dan yang memerlukan pertolongan segera.
 Berikan bantuan makanan, minuman dan obat-obatan secepatnya kepada
pengungsi, dan koordinasikan dengan instansi lain yang ada di lokasi.
 Lakukan pencarian orang hilang bersama-sama dengan regu lainnya yang
terlibat di lokasi bencana kebakaran.
 Lakukan penyelamatan dan evakuasi satwa, yang selanjutnya dibawa ke
tempat penampungan sementara (kandang).
 Tugaskan personil untuk melakukan perawatan terhadap satwa yang
diselamatkan.
 Lakukan pengelolaan bantuan dengan baik dan transparan.
 Laporkan pelaksanaan kegiatan penyelamatan korban secara berjenjang.

Kelompok B:
1. Menyajikan Data dan Informasi Sumber daya Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan
Jawaban
Data yang diperlukan adalah :
 Nama Daops
 Alamat lengkap
 Bandara terdekat
 Email
 No Telp
 Koordinat Daops
 Tanah dan Bangunan serta kelengkapan
 Peralatan Navigasi. Komunikasi, Rescue dan Cuaca
 Perlatan Bengkel
 Peralatan Transportasi
 Peralatan Tangan
 Personal Use
 Peralatan Mesin Pompa dan Kelengkapannya
 Peralatan Beregu
 Jumlah Personil

2. Melakukan Analisis Kebutuhan Peralatan dan Perlengkapan Pengendalian


Karhutla.
Jawaban
 Kualitas dapat di analisa dari harga
 Merk / Brand
 Bentuk Fisik
 Masa atau Volume barang
 Nyaman saat digunakan
 Fitur yang lengkap
 Testimonil Narasumber
 Saran dari orang lain

Kelompok C:
1. Melakukan Penilaian Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK).
Jawaban
 Pastikan bahwa AWS berfungsi dengan baik dengan melakukan pengecekan
console dan komputer.
 Pada pukul 12.00, lakukan pengambilan data curah hujan 24 jam terakhir
(dari jam 13.00 hari sebelumnya sampai dengan jam 12.00 hari
penghitungan), suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin dari
computer.
 Lakukan input data cuaca pada komputer dengan aplikasi/program XL FWI
sesuai dengan output yang diharapkan (Kode Kadar Air Serasah, Kode Kadar
Air Humus, Kode Kekeringan, Indeks Jalaran Api, Indeks Pembesaran Api,
Indeks Cuaca Kebakaran).
 Lakukan penyimpanan data yang diperoleh (Kode Kadar Air Serasah, Kode
Kadar Air Humus, Kode Kekeringan, Indeks Jalaran Awal, Indeks Pembesaran
API dan Indeks Cuaca Kebakaran) dalam folder khusus SPBK.
 Integrasikan Indeks Cuaca Kebakaran dengan Peta Bahan Bakaran
 Lakukan pengisian format blanko untuk bahan diseminasi SPBK kepada
Instansi Terkait, untuk selanjutnya diserahkan kepada Ka. Daops/Ka. Unit
Pengendalian Kebakaran Hutan, Ka. Balai Besar/Balai KSDA/Taman
Nasional, dan Instansi terkait lain.
 Lakukan pengisian format blanko untuk bahan desimansi SPBK kepada
Masyarakat, untuk selanjutnya didiseminasikan kepada masyarakat melalui
petugas patroli pencegahan.
 Lakukan pemasangan bendera di lapangan sesuai dengan hasil perhitungan
SPBK melalui petugas patroli pencegahan, dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Ukuran 60 cm x 40 cm dengan logo Manggala Agni
 Biru untuk nilai ICK rendah dengan tulisan Aman
 Hijau untuk nilai ICK sedang dengan tulisan Waspada
 Kuning untuk nilai ICK Tinggi dengan tulisan Siaga
 Merah untuk nilai ICK ekstrim dengan tulisan Bahaya
 Pemasangan bendera harus mempertimbangkan:
 Lokasi yang strategis dan kondisi bahan bakaran (jenis vegetasi,
tingkat kekeringan, volume, kesinambungan bahan bakaran).
 Kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian/perkebunan oleh
masyarakat.
 Peningkatan kegiatan pengunjung di dalam kawasan hutan.
 Kegiatan ilegal masyarakat di dalam kawasan hutan.

2. Menyajikan Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan.


Jawaban
 Monitoring Hotspot di Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan (Pusat)
 Diseminasi data-informasi monitoring Hotspot oleh Direktorat Pengendalian
Kebakaran Hutan (Pusat)
 Pemrosesan Data Monitoring Hotspot di Daerah
 Diseminasi/koordinasi Data-Informasi Monitoring Hotspot di Daerah,
khususnya oleh UPT Direktorat Jenderal PHKA
 Penetapan Peringkat Bahaya Kebakaran Hutan
 Lakukan share data melalui email, IG, Facebook, Twiteer, WhatApp maupun
Telegram ke Instansi terkait lainnya

3. Mengelola Posko Lapangan (Poskolap)


Jawaban
 Siapkan ruangan untuk operasional posko lapangan.
 Tetapkan personil dan jadwal tugas selama posko lapangan berlangsung.
 Buatkan struktur organisasi kendali pemadaman, daftar nama nama pejabat,
dan nomor yang dapat dihubungi untuk pengambilan keputusan pada saat
darurat.
 Siapkan peta rawan kebakaran pada masing-masing wilayah kerja Daops
atau Unit Pengendalian Kebakaran Hutan, dan peta sumber daya
pengendalian kebakaran hutan yang ada (lokasi Daops atau Unit
Pengendalian Kebakaran Hutan, lokasi SDM, lokasi Sarpras, lokasi sumber
air, dsb).
 Lakukan pemasangan surat edaran Direktur pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan maupun Kepala Balai tentang mulai diaktifkan posko lapangan
siaga pengendlain kebakaran hutan.
 Buatkan panduan yang memuat tugas pokok dan kewajiban masing personil
posko siaga.
 Lakukan pengarahan kepada seluruh personil yang akan bertugas di posko
lapangan, dan jelaskan tugas dan kewajiban masing masing petugas sesuai
dengan fungsi dan kedudukannya dalam posko lapangan.
 Lakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukan di posko lapangan, dan
lakukan serah terima tugas bila ada pergantian petugas.
 Buatkan laporan pada setiap akhir pelaksanaan tugas, dan serahkan laporan
kepada petugas pengumpul laporan untuk dianalisa secara berjenjang.
 Lakukan evaluasi secara menyeluruh pada akhir pelaksanaan posko
lapangan.

Kelompok D:
1. Melakukan Pertolongan Mandiri Dalam Satu Regu pada Korban Pingsan
dalam Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
 Melakukan pengamanan korban dan tempat kejadian
a. Perhatikan tempat sekitar kejadian korban pingsan.
b. Amankan korban pingsan ke tempat yang datar dan teduh serta tidak
kerumuni orang banyak agar dapat menghirup udara segar.
c. Bila pakaian atau aksesoris yang dipakai di tubuh terlalu ketat, maka
buka baju korban (khususnya di sekitar leher), buka atau longgarkan
pengikat tubuh korban seperti ikat pinggang atau BH pada wanita agar
darah dapat mudah mengalir dan korban mudah bernafas serta udara
bisa menyegarkannya.
d. Pastikan mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain
yang mungkin menyumbat saluran napas, jika ada maka benda tersebut
harus dikeluarkan secepat mungkin.

 Melakukan tindakan pertolongan sesaat korban pingsan


a. Siapkan dan gunakan peralatan dan perlengkapan pertolongan (Kotak
P3K)
b. Rebahkan korban, angkat kaki setinggi 15 - 25 cm meskipun ada
kemungkinan kepalanya terluka.
c. Periksa reaksi pupil mata dan denyut nadi serta buka jalan pernapasan.
Untuk membuka saluran udara, angkat rahang keatas dan tarik kepala ke
belakang – lidah akan terletak seperti semula dan saluran udara akan
terbuka.
d. Jika wajah orang pingsan itu pucat fasih maka sebaiknya buat badannya
lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat
mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.
e. Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya
dengan bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke
tubuhnya secara normal.
f. Kompres kepala korban dengan kain basah yang dingin/secara pelan-
pelan usap wajahnya dengan menggunakan air dingin dan jangan
disiramkan ke muka korban
g. Jika korban muntah hendaknya kepala dimiringkan kekanan agar
muntah tidak masuk ke saluran pernafasan dan paru-paru tidak tersedak
muntahan. Untuk menghindari hal tersebut, letakkan korban pada posisi
yang tepat dan memastikan saluran udara terbuka, yaitu dengan cara
posisi miring stabil. Posisi ini berguna agar muntah tidak tertelan oleh
korban dan menjauhkan lidah dari pintu saluran udara.
h. Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan
dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti
minyak wangi, minyak angin, amoniak, durian dan lain-lain.
i. Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti
air hangat.
j. Periksa kembali seluruh tubuh untuk melihat apakah terdapat bengkak
atau perubahan bentuk yang disebabkan karena jatuh.

 Bila pertolongan tidak berhasil dalam beberapa menit/berangsur-angsur


membaik/pulih maka sebaiknya hubungi ambulan atau dibawa ke pusat
kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb agar
mendapatkan perawatan yang lebih baik. Pada saat korban akan dibawa ke
tenaga medis terdekat, posisi korban harus tetap pada posisi miring.

2. Melakukan Pertolongan Mandiri pada Korban Luka Bakar dalam


Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan
Jawaban
 Menyiapkan tindakan pertolongan sesaat setelah luka bakar
a. Identifikasi jenis luka bakar terlebih dahulu yaitu, luka bakar ringan, luka
bakar sedang, dan luka bakar berat.
b. Siapkan dan gunakan peralatan dan perlengkapan pertolongan (Kotak
P3K)
c. Lepaskan semua benda yang mengganggu/menutupi daerah luka secara
hati-hati (cincin, gelang, arloji dll).
d. Identifikasi sumber mata air disekitar lokasi korban luka bakar.

 Melakukan pertolongan sesaat setelah luka bakar


a. Semua luka bakar harus dirawat dengan pendinginan segera, untuk
meminimalkan kerusakan jaringan.
b. Arahkan bagian yang terbakar dibawah keran air dingin, pancuran
mandi, penyiram tanaman, dan alirkan air pada bagian itu sekurang-
kurangnya selama 10 menit.Gunakan gel lidah buaya atau krim khusus
untuk membuat luka bakar menjadi dingin
c. Jangan mengoleskan mentega, salep, atau lotion
d. Balut bagian yang terbakar dengan kain yang bersih dan tidak berbulu.
e. Berikan obat pereda nyeri jika luka bakar terasa sakit yang
menyebabkan tidak bisa beristirahat.
f. Pada luka bakar tingkat 1 (luka bakar ringan) dengan gejala kulit
kemerahan, rasa nyeri dan bengkak dilakukan pertolongan dengan
menyiram/direndam dengan air dingin selama 10 – 15 menit.Bila nyeri
beri penawar rasa nyeri.
g. Pada luka bakar tingkat 2 (Luka bakar sedang) dengan gejala kulit sangat
merah, rasa nyeri, bengkak dan gembung berisi cairan kuning, dilakukan
pertolongan dengan merendam di air bersih/steril, beri balutan longgar,
bila ada beri obat anti nyeri dan air minum.
h. Pada luka bakar tingkat 3 (Luka bakar berat) dengan gejala kulit warna
hitam keputih-putihan dan syok,dilakukan pertolongan dengan menutup
bagian yang terbakar dengan kasa steril/kain bersih.
i. Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dan perhatikan keadaan
umum korban. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan
infeksi dan komplikasi lainnya.

3. Melakukan Pertolongan Mandiri pada Korban Luka Berdarah dalam


Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
 Menyiapkan tindakan pertolongan
a. Identifikasi luka berdarah pada bagian tubuh korban (kepala, leher,
ketiak, bahu, lengan, badan, tangan, dan kaki)
b. Siapkan dan gunakan peralatan dan perlengkapan pertolongan (Kotak
P3K)

 Melakukan pertolongan sesaat korban luka berdarah


a. Hentikan segera pendarahan dengan menekan langsung pada bagian
tubuh yang terluka, dengan telapak tangan dulu, lalu dengan kassa atau
kain kemudian diikat dan dibalut agar pendarahan berhenti.
b. Jika belum berhasil, tekanlah secara tidak langsung di tiga titik
penekanan (leher, bahu dan paha).
c. Pendarahan harus dihentikan agar fungsi jantung tidak terganggu.
Kehilangan darah yang banyak, biasanya dari suatu arteri, dapat
mengurangi volume darah sampai suatu tingkat dimana darah tidak
cukup untuk mengisi pembuluh darah.
d. Dalam mengikat luka pendarahan, janganlah terlalu kencang agar tidak
mengganggu peredaran darah karena bila bagian tubuh yang tidak dialiri
darah akan mengakibatkan rusaknya sel-sel yang ada pada bagian tubuh.
Dan bila setelah dilakukan pengikatan pendarahan masih berlanjut, maka
tindakan yang dilakukan dengan member bantalan di bawah luka dan
tidak dibenarkan untuk membuka atau mengganti ikatan karena akan
membuka kembali pendarahan.
e. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan infeksi dan
komplikasi lainnya

4. Melakukan Pertolongan Mandiri pada Korban Patah Tulang dalam


Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
 Menyiapkan tindakan pertolongan sesaat korban patah tulang
a. Identifikasi patah tulang pada bagian tubuh korban (patah tulang leher,
tulang belakang, tulang rusuk, tangan, dan kaki) serta jenis patah
tulangnya (patah tulang tertutup atau terbuka)
b. Siapkan dan gunakan peralatan dan perlengkapan pertolongan (Kotak
P3K, tandu darurat, tongkat, parang, tali, atau sejenisnya).
c. Melakukan pertolongan sesaat korban patah tulang
d. Lakukan pertolongan dengan hati-hati karena gerakan tulang yang patah
selalu dapat melukai pembuluh darah sekitarnya dan adanya bahaya
infeksi baik pada luka maupun tulang.
e. Khusus korban dengan dugaan patah tulang leher, tulang belakang dan
tulang rusuk, harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena komplikasi
dapat mengancam nyawa atau menyebabkan lumpuh.
f. Pada patah tulang terbuka, sebaiknya luka dan tulang ditutup dengan
kain bersih untuk menghindari infeksi.
g. Bagian patah tulang perlu dibidai/ diikat untukmengurangi pergerakan
dan rasa sakit sehingga tulang patah tidak bisa melukai nadi atau organ
disekitarnya yang menyebabkan pendarahan.
h. Melakukan imobilisasi patah tulang bagian tangan menggunakan kain
segitiga untuk menghentikan gerak dari tulang yang patah.
i. Untuk patah tulang bagian paha harus menggunakan bidai yang panjang
sampai ke tumit, sedangkan untuk tulang bagian betis cukup bidai yang
pendek dan diikat dengan tali kain pembalut atau perban.
j. Dalam mengikat luka patah tulang jangan terlalu kencang agar tidak
mengganggu peredaran darah.
k. Korban dengan patah tulang harus dibawa segera ke fasilitas kesehatan
yang dilengkapi dengan tenaga medis dan bila mungkin fasilitas rontgen
dan gips.

5. Melakukan Pertolongan Mandiri pada Korban Gigitan/Sengatan Binatang


Berbisa dalam Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan.
Jawaban
 Gigitan Kelabang :
a. Kompres dingin dan diuci dengan obat antiseptik
b. Kalau ada, cuci bekas gigitan dengan larutan pekat garam inggris
c. Berikan obat pelawan rasa sakit
d. Apabila penderita gelisah segera bawa kedokter. 

 Gigitan Ular
a. Segera baringkan penderita, dan letakkan bagian yang tergigit lebih
rendah dari letak jantung.
b. Penderita disuruh agar tetap tenang, karena kegelisahan akan
mempercepat penjalaran bisa.
c. Kenakan torniket (torniquet) di daerah di atas tempat luka yang digigit.
(Torniket ini dimaksudkan untuk mencegah aliran darah yang sudah
tercemar bisa kearah jantung)
d. Denyut nadi di bagian yang terletak lebih rendah dari torniket harus
merasa tetap teraba. khusus untuk gigitan ulars endok (kobra), torniket
dikencangkan seperti para perdarahan nadi.

Anda mungkin juga menyukai