Anda di halaman 1dari 165

RANCANGAN RANCANGAN PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA ATAS


NOMOR… TAHUN… RANCANGAN
TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK
HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA
NOMOR… TAHUN…
USUL/MASUKAN
TENTANG
HUKUM ACARA PERDATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA (1) UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Negara Republik Indonesia
Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan
adalah negara hukum berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang
Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menjunjung
Tahun 1945 yang menjunjung tinggi
tinggi hak dan kewajiban asasi
manusia serta menjamin warga hak dan kewajiban asasi manusia
negara bersamaan kedudukannya
serta menjamin warga negara
di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan bersamaan kedudukannya di dalam
pemerintahan itu dengan tidak ada
hukum dan pemerintahan dan
kecualinya;
b. bahwa dalam rangka pembangunan wajib menjunjung hukum dan
di bidang hukum, perlu
pemerintahan itu dengan tidak ada
melanjutkan usaha peningkatan
pembinaan hukum nasional untuk kecualinya. Dalam rangka
pembaharuan hukum dengan
pembangunan di bidang hukum,
memperhatikan kesadaran hukum
yang berkembang dalam perlu melanjutkan usaha
masyarakat, termasuk
peningkatan pembinaan hukum
pembaharuan Hukum Acara
Perdata; nasional untuk pembaharuan
c. bahwa Hukum Acara Perdata yang
hukum dengan memperhatikan
berlaku pada saat ini diatur dalam
berbagai Undang-Undang, sudah kesadaran hukum yang
tidak sesuai dengan keadaan dan
berkembang dalam masyarakat,
kebutuhan hukum yang
berkembang dalam masyarakat termasuk pembaharuan Hukum
sehingga perlu diganti;
Acara Perdata.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam Sesuai dengan urgensi
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
pembentukannya secara filosofis,
membentuk Undang-Undang
tentang Hukum Acara Perdata; sosiologis, yuridis, Undang-undang
tentang Hukum Acara Perdata
Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 24
ayat (1) dan ayat (2), Pasal 24A ayat diarahkan untuk mampu
(5), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D
memberikan kepastian hukum,
ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun keadilan dan kemanfaatan bagi
1945;
semua pihak, melindungi hak asasi
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1986 tentang Peradilan Umum manusia, mampu memberikan
(Lembaran Negara Republik
jaminan kepastian hukum terhadap
Indonesia Tahun 1986 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara pelaksanaan hak asasi dan
Republik Indonesia Nomor 3327)
kewajiban. Mengingat banyak pihak
sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 49 yang berkepentingan didalam
Tahun 2009 tentang Perubahan
Undang-Undang Hukum Acara
Kedua atas Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1986 tentang Peradilan Perdata maka Undang-Undang
Umum (Lembaran Negara Republik
harus mampu membawa misi
Indonesia Tahun 2009 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara keadilan hukum bagi semua pihak
Republik Indonesia Nomor 5077); dan tentu saja tidak bertentangan
3. Undang-Undang Nomor 48 Tahun
dengan norma hukum, agama, adat
2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman (Lembaran Negara yang manapun.
Republik Indonesia Tahun 2009
Asas-asas pada dasarnya
Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor yang berlaku dalam bidang Hukum
5076);
Acara Perdata telah diperkenalkan
Dengan Persetujuan Bersama oleh van Boneval Faure pada tahun
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
1873 dalam bukunya Het
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nederlandse Burgerlijke
Procesrecht. Sejak tahun 1970-an
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG HUKUM dikenal istilah Asas-asas Umum
ACARA PERDATA.
Peradilan yang Baik (Algemene
BAB I beginselen van
KETENTUAN UMUM
beheerlijkrechtspraak) atau Asas-
Pasal 1 asas Hukum Acara yang Baik
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: (Algemene beginsele behoorlijk
1. Orang adalah orang perseorangan atau badan
hukum, baik badan hukum perdata maupun badan procesrecht).
hukum publik. Hukum pada dasarnya harus
2. Gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung
sengketa dan diajukan ke pengadilan untuk sesuai dengan nilai-nilai luhur
mendapat putusan pengadilan. bangsa yang bersangkutan. Sampai
3. Penggugat adalah orang yang mengajukan tuntutan
hak yang mengandung sengketa. saat ini masih banyak peraturan
4. Tergugat adalah orang yang terhadapnya diajukan perundang-undangan yang tidak
tuntutan hak yang mengandung sengketa.
5. Gugatan Perwakilan adalah Gugatan yang diajukan sesuai dengan nilai-nilai luhur
oleh satu atau beberapa orang yang bertindak untuk bangsa Indonesia, khususnya
kepentingan diri sendiri dan sekaligus sebagai wakil
peraturan perundang-undangan
kelompok yang juga merupakan korban.
6. Prorogasi adalah tuntutan hak yang berbentuk peninggalan Pemerintahan Hindia
Gugatan langsung kepada Ketua Pengadilan Tinggi
Belanda.
yang bertindak sebagai Pengadilan Tingkat Pertama.
7. Permohonan adalah tuntutan hak yang tidak Peraturan peninggalan
mengandung sengketa dan diajukan ke pengadilan
Pemerintahan Hindia Belanda salah
untuk mendapat penetapan pengadilan.
8. Pemohon adalah orang yang mengajukan tuntutan satunya adalah Hukum yang
hak yang tidak mengandung sengketa.
mengatur tata cara penyelesaian
9. Kuasa Khusus adalah kuasa yang diberikan oleh
pemberi kuasa kepada seseorang yang berhak sengketa keperdataan, yaitu Hukum
untuk bertindak atas nama pemberi kuasa dalam
Acara Perdata seperti, Herzienne
melakukan perbuatan tertentu dan mengenai hal
tertentu di pengadilan. Indonesisch Reglement ( HIR ) – S.
10. Putusan Pengadilan adalah putusan Hakim dalam
1941 No. 44 untuk Jawa – Madura,
bentuk tertulis yang diucapkan di sidang pengadilan
yang terbuka untuk umum dengan tujuan untuk Rechtsreglement Buitengeweten
menyelesaikan dan/atau mengakhiri Gugatan.
(RBg) – S. 1927 No. 277 untuk luar
11. Penetapan Pengadilan adalah penetapan Hakim
dalam bentuk tertulis yang diucapkan di sidang Jawa – Madura. Hukum Acara
pengadilan yang terbuka untuk umum dengan
Perdata ini sudah tidak sesuai
bertujuan untuk menyelesaikan Permohonan.
12. Upaya Hukum adalah hak para pihak untuk dengan perkembangan dan
mengajukan keberatan terhadap Putusan
kebutuhan masyarakat dewasa ini,
Pengadilan.
13. Upaya Hukum Biasa adalah hak para pihak untuk sehingga tidak dapat menampung
mengajukan perlawanan terhadap putusan verstek,
berbagai perkembangan hukum.
banding, dan/atau kasasi.
14. Upaya Hukum Luar Biasa adalah hak para pihak Perkembangan masyarakat
untuk mengajukan perlawanan pihak ketiga dan
yang sangat cepat dan pengaruh
peninjauan kembali.
15. Hari adalah hari kalender yang dihitung mulai dari globalisasi, menuntut adanya
hari berikutnya dari waktu yang ditentukan dan Hukum Acara Perdata yang dapat
dalam hal hari terakhir adalah hari libur, yang
mengatasi persengketaan di bidang
berlaku adalah hari berikutnya.
16. Alamat Tempat Tinggal adalah tempat tinggal perdata dengan cara yang efektif
seseorang secara resmi menetap dan tercatat
dan efisien sesuai dengan asas
sebagai penduduk.
17. Tempat Kediaman adalah tempat seseorang sederhana, mudah, dan biaya
menurut kenyataannya berdiam.
ringan.
18. Hakim adalah majelis Hakim atau Hakim tunggal
yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara Peraturan perundang-
atau menyelesaikan Permohonan.
undangan Hukum Acara Perdata
19. Putusan yang telah Memperoleh Kekuatan Hukum
Tetap adalah putusan pengadilan yang tidak dapat yang ada dan berlaku sampai saat
diajukan Upaya Hukum Biasa.
ini tersebar dalam berbagai
20. Pejabat Umum adalah pejabat yang diberi
wewenang khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
peraturan perundang-undangan.
baik peraturan perundang-
21. Pengadilan adalah Pengadilan Negeri.
undangan peninggalan Pemerintah
BAB II
Hindia Belanda maupun peraturan
TUNTUTAN HAK
perundang-undangan produk
Bagian Kesatu
Negara Kesatuan Republik
Gugatan
Indonesia yaitu antara lain terdapat
Pasal 2
dalam:
(1) Setiap orang yang berpendapat haknya telah
dilanggar dapat mengajukan Gugatan ke Pengadilan. 1. Het Herziene Indonesisch
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diajukan secara lisan atau tertulis. Reglement (HIR);
2. Het Rechtsreglement voor de
Pasal 3
(1) Gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan. Buitengewesten (RBG);
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
3. Reglement op de Burgelijke
sedikit memuat: Rechtsvordering voor
a. nama lengkap, jenis kelamin, umur,
kewarganegaraan, pekerjaan, Alamat Tempat Europeanen (RV);
Tinggal Penggugat, dan Alamat Tempat Tinggal 4. Buku IV Burgerlijk Wetboek
atau Tempat Kediaman Tergugat;
b. peristiwa yang dijadikan dasar Gugatan dengan (BW) tentang Pembuktian
disertai bukti tertulis, jika ada; dan
c. hal yang dituntut untuk mendapatkan putusan. dan Daluwarsa;
(3) Gugatan harus ditandatangani oleh Penggugat sendiri 5. Reglement op het houden der
atau wakilnya yang sah.
Registers van den
Pasal 4
Burgerlijke stand voor
(1) Dalam hal Penggugat:
a. tidak dapat baca tulis; dan/atau Europeanen;
b. tidak mampu membuat surat Gugatan;
Penggugat dapat mengajukan Gugatan secara lisan 6. Reglement Burgerlijke Stand
langsung kepada Ketua Pengadilan atau Hakim yang Christen Indonesisch;
ditunjuk oleh Ketua Pengadilan untuk itu.
(2) Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk segera 7. Reglement op het houden der
membuat catatan tentang Gugatan lisan atau
memerintahkan kepada Panitera untuk melakukan Register van den Burgerlijke
pencatatan tersebut. stand voor de Chineezen;
(3) Catatan tentang Gugatan lisan harus dibubuhi cap
jari Penggugat. 8. Undang-Undang Nomor 20
(4) Cap jari Penggugat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) harus disahkan oleh Ketua Pengadilan atau Hakim Tahun 1947 tentang
yang ditunjuk untuk itu. Peradilan Ulangan di Jawa

Pasal 5 dan Madura;


(1) Dalam hal sekelompok orang berpendapat haknya 9. Undang-Undang Nomor 1
telah dilanggar, dapat mengajukan Gugatan
Perwakilan. Tahun 1974 tentang
(2) Gugatan Perwakilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditandatangani oleh wakil kelompok atau Perkawinan;
advokat selaku kuasanya. 10. Undang-Undang Nomor 14
(3) Gugatan Perwakilan dapat diajukan, jika:
a. Gugatan dilakukan secara sendiri-sendiri atau Tahun 1985 tentang
secara bersama sebagai Penggugat dalam 1 Mahkamah Agung
(satu) Gugatan tidak efektif dan efisien;
b. terdapat kesamaan fakta atau peristiwa dan sebagaimana telah diubah
kesamaan dasar hukum yang digunakan, serta
terdapat kesamaan jenis tuntutan di antara dengan Undang-Undang
wakil kelompok dengan anggota kelompoknya; Nomor 5 Tahun 2004 dan
dan
c. wakil kelompok memiliki kejujuran dan terakhir Undang Undang
kesungguhan untuk melindungi kepentingan
anggota kelompok yang diwakilinya.
Nomor 3 tahun 2009;
(4) Wakil kelompok berhak untuk melakukan 11. Undang-Undang Nomor 2
penggantian advokat, jika advokat melakukan
tindakan yang bertentangan dengan kewajiban Tahun 1986 tentang
membela dan melindungi kepentingan anggota
Peradilan Umum
kelompoknya.
sebagaimana telah diubah

Pasal 6 dengan Undang Undang


(1) Dalam hal organisasi kemasyarakatan atau lembaga Nomor 8 Tahun 2004 dan
swadaya masyarakat berpendapat telah terjadi
pelanggaran terhadap hak masyarakat, organisasi terakhir Undang-Undang
kemasyarakatan atau lembaga swadaya masyarakat
tersebut dapat mengajukan Gugatan. Nomor 49 Tahun 2009;
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 12. Undang-Undang Nomor 5
terbatas pada tuntutan hak untuk melakukan
tindakan hukum tertentu, pembayaran uang paksa, Tahun 1986 tentang
dan/atau tuntutan biaya perkara.
(3) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peradilan Tata Usaha
ditandatangani oleh orang yang berhak mewakili Negara sebagaimana telah
organisasi kemasyarakatan atau orang yang berhak
mewakili lembaga swadaya masyarakat atau oleh diubah dengan Undang-
kuasanya yang sah. Undang Nomor 9 Tahun
(4) Gugatan dapat diajukan jika organisasi
kemasyarakatan atau lembaga swadaya masyarakat 2004 dan terakhir Undang-
memenuhi persyaratan: Undang Nomor 51 Tahun
a. badan hukum dalam bentuk yayasan atau
perkumpulan; 2009; dan
b. terdaftar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; 13. Undang-Undang Nomor 48
c. anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas Tahun 2009 tentang
bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut
untuk kepentingan tertentu; dan Kekuasaan Kehakiman.
d. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
Peraturan perundang-
anggaran dasarnya.
undangan produk Pemerintah
Pasal 7 Hindia Belanda masih bersifat
Penggugat dapat mengubah atau mencabut Gugatan
sebelum persidangan dimulai. dualistis atau mengandung
dualisme hukum acara yang
Pasal 8
(1) Perubahan Gugatan yang diajukan setelah berlaku untuk Pengadilan di Jawa
persidangan dimulai tetapi sebelum Tergugat dan Madura dan hukum acara yang
memberikan jawaban, dapat dikabulkan oleh
Pengadilan, jika: berlaku untuk pengadilan di luar
a. tidak mengubah peristiwa yang menjadi dasar Jawa dan Madura sebagaimana
Gugatan;
b. tidak mengubah petitum; dan/atau terdapat dalam Het Herziene
c. tidak merugikan Tergugat. Indonesisch Reglement dan
(2) Dalam hal Tergugat telah memberikan jawaban,
perubahan Gugatan hanya dapat dikabulkan setelah Rechtsreglement Buitengewesten
mendapat persetujuan Tergugat. yang masih berlaku sampai saat ini.
Pasal 9 Berdasarkan pertimbangan
(1) Pencabutan Gugatan dapat dilakukan oleh Penggugat tersebut, maka perlu disusun
sebelum Tergugat memberi jawaban.
(2) Hakim wajib mengabulkan pencabutan Gugatan Undang-Undang tentang Hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Acara Perdata Nasional yang
(3) Pencabutan Gugatan yang diajukan setelah Tergugat
memberikan jawaban, hanya dapat dikabulkan komprehensif, bersifat kodifikasi
setelah mendapat persetujuan Tergugat.
maupun unifikasi, sehingga dapat
menampung perkembangan dan
Pasal 10
kebutuhan hukum yang
Beberapa Gugatan yang mempunyai hubungan yang erat
atau koneksitas antara satu Gugatan dengan Gugatan berkembang dalam masyarakat
yang lainnya dapat diajukan secara kumulasi dalam satu
dengan memperhatikan prinsip atau
Gugatan.
asas-asas hukum acara perdata
yang berlaku.
Pasal 11
(1) Dalam hal terdapat beberapa perkara yang
mempunyai hubungan erat antara perkara yang satu
dengan perkara yang lainnya, Ketua Pengadilan atas (2) PASAL DEMI PASAL
Permohonan pihak yang berperkara, berwenang
melakukan penggabungan beberapa perkara untuk Pasal 1
disidangkan oleh Hakim yang sama. Cukup jelas.
(2) Penggabungan beberapa perkara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan, jika: Pasal 2
a. menguntungkan proses; Cukup jelas.
b. memudahkan pemeriksaan; dan/atau
c. mencegah putusan yang bertentangan satu Pasal 3
dengan yang lain. Cukup jelas.
(3) Dalam hal penggabungan perkara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Penggugat, Pasal 4
penggabungan perkara harus diajukan dalam Ayat (1)
Gugatan kedua. Cukup jelas.
(4) Dalam hal penggabungan perkara sebagaimana Ayat (2)
dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Tergugat, Cukup jelas.
penggabungan perkara harus diajukan bersama- Ayat (3)
Yang dimaksud
sama dengan jawaban pertama. dengan “cap jari“
adalah cap dari
Bagian Kedua salah 1 (satu) jari.
Permohonan Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 12
(1) Permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan. Pasal 5
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Cukup jelas.
dapat diajukan secara lisan atau tertulis.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 6
paling sedikit memuat: Ayat (1)
a. nama lengkap, jenis kelamin, umur, Yang dimaksud
kewarganegaraan, pekerjaan, Alamat Tempat dengan ” organisasi
Tinggal Pemohon; kemasyarakatan
b. peristiwa yang dijadikan dasar Permohonan atau lembaga
dengan disertai bukti tertulis, jika ada; dan swadaya
c. hal yang dituntut untuk mendapatkan masyarakat”
penetapan. misalnya Wahana
(4) Dalam hal Pemohon: Lingkungan Hidup
a. tidak dapat baca tulis; dan/atau (WALHI) untuk
b. tidak mampu membuat surat Permohonan, kepentingan
Pemohon dapat mengajukan Permohonan secara lisan pelestarian
langsung kepada Ketua Pengadilan atau Hakim yang lingkungan hidup
ditunjuk oleh Ketua Pengadilan untuk itu. dan Yayasan
(5) Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk segera Lembaga
membuat catatan tentang Permohonan lisan atau Konsumen
memerintahkan kepada Panitera untuk melakukan Indonesia (YLKI)
pencatatan tersebut. untuk kepentingan
(6) Catatan tentang Permohonan lisan harus dibubuhi perlindungan
cap jari Pemohon. konsumen.
(7) Cap jari Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) harus disahkan oleh Ketua Pengadilan atau oleh Ayat (2)
Hakim yang ditunjuk untuk itu. Yang dimaksud
dengan ”tindakan
Bagian Ketiga hukum tertentu”
Pendaftaran, Penetapan Hari Sidang, dan antara lain,
Pemanggilan meminta
penghentian
Pasal 13 kegiatan yang
(1) Gugatan atau Permohonan didaftar oleh panitera menimbulkan
dalam daftar perkara, setelah Penggugat atau kerugian bagi
Pemohon membayar uang muka biaya perkara. masyarakat
(2) Dalam daftar perkara sebagaimana dimaksud pada dan/atau
ayat (1) panitera wajib mencatat: permintaan maaf.
a. nama para pihak yang berperkara atau nama Ayat (3)
Pemohon; Cukup jelas.
b. Gugatan atau Permohonan yang diajukan; Ayat (4)
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun Gugatan Huruf a
atau Permohonan diajukan; Cukup jelas.
d. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun putusan Huruf b
atau penetapan diucapkan; dan Yang dimaksud
e. ringkasan isi putusan atau penetapan. dengan ”terdaftar
(3) Panitera wajib memberikan tanda terima pembayaran sesuai dengan
uang muka biaya perkara. ketentuan
(4) Besaran uang muka biaya perkara ditetapkan oleh peraturan
Ketua Pengadilan menurut keadaan perkara, yang perundang-
mencakup biaya: undangan” antara
a. pemanggilan; lain untuk
b. pemberitahuan kepada pihak yang berperkara Lembaga
atau Pemohon; dan Perlindungan
c. administrasi. Konsumen
(1) Uang muka biaya perkara sebagaimana dimaksud Swadaya
pada ayat (4) diperhitungkan setelah perkara diputus. Masyarakat
(2) Dalam hal menurut perhitungan sebagaimana terdaftar pada
dimaksud pada ayat (5) terdapat kelebihan uang Pemerintah
muka biaya perkara, panitera wajib memberitahukan Kabupaten/Kota.
secara tertulis dan mengembalikan kelebihan uang Huruf c
muka biaya perkara kepada Penggugat atau Cukup jelas.
Pemohon. Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 14 Pasal 7
(1) Dalam hal pemeriksaan perkara harus mengeluarkan Cukup jelas.
biaya selain biaya perkara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (4), Ketua Majelis dapat Pasal 8
memerintahkan kepada salah satu pihak, membayar Ayat (1)
lebih dahulu biaya tersebut. Huruf a
(2) Dalam hal pihak yang berperkara tidak membayar Cukup jelas.
lebih dahulu biaya tersebut, pemeriksaan yang harus Huruf b
mengeluarkan biaya tidak dilaksanakan. Cukup jelas.
(3) Biaya perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Huruf c
diperhitungkan setelah perkara diputus. Yang dimaksud
(4) Dalam hal pihak yang berkepentingan tidak mampu, dengan “tidak
Hakim dapat meminta kepada pihak lawan untuk merugikan
membayar biaya yang diperlukan. Tergugat” adalah
Tergugat diberi
Pasal 15 waktu yang cukup
(1) Panitera menyerahkan Gugatan atau Permohonan untuk menyusun
yang telah didaftar sebagaimana dimaksud dalam jawaban.
Pasal 13 ayat (1) kepada Ketua Pengadilan pada hari Ayat (2)
Gugatan atau Permohonan tersebut didaftar. Cukup jelas.
(2) Ketua Pengadilan menyerahkan Gugatan atau
Permohonan kepada Hakim yang akan memeriksa Pasal 9
perkara atau Permohonan paling lambat 3 (tiga) Hari Cukup jelas.
terhitung setelah tanggal penyerahan Gugatan atau
Permohonan tersebut diterima. Pasal 10
(3) Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling Cukup jelas.
lambat 10 (sepuluh) Hari terhitung setelah tanggal
menerima berkas perkara atau Permohonan, Pasal 11
menetapkan hari persidangan. Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 16 Ayat (2)
(1) Dalam menetapkan hari persidangan, Hakim harus Cukup jelas.
mempertimbangkan jarak antara Alamat Tempat Ayat (3)
Tinggal atau Tempat Kediaman pihak yang berperkara Cukup jelas.
dengan Pengadilan tempat persidangan dilakukan. Ayat (4)
(2) Tenggang waktu antara pemanggilan pihak yang Yang dimaksud dengan
berperkara dan waktu sidang tidak boleh kurang dari “jawaban pertama”
3 (tiga) Hari, kecuali dalam hal sangat perlu dan adalah jawaban
mendesak untuk diperiksa dan hal tersebut terhadap perkara yang
dinyatakan dalam surat panggilan. disidangkan kemudian.

Pasal 17 Pasal 12
(1) Hakim yang memeriksa perkara memerintahkan Cukup jelas.
kepada juru sita untuk memanggil pihak yang
berperkara supaya hadir pada hari persidangan
Pasal 13
yang telah ditentukan.
Ayat (1)
(2) Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Daftar perkara dibuat
dianggap sah, jika disampaikan langsung kepada secara terpisah untuk
pihak yang berperkara di Alamat Tempat Tinggal Gugatan dan untuk
atau Tempat Kediaman pihak yang berperkara. Permohonan, yang
(3) Apabila pada saat pemanggilan pihak yang disesuaikan dengan
berperkara tidak berada di tempat atau tidak dapat kebutuhan masing-
masing Pengadilan.
dijumpai, pemanggilan disampaikan kepada Ayat (2)
istri/suami atau anak yang sudah dewasa. Cukup jelas.
(4) Apabila pada saat pemanggilan pihak yang Ayat (3)
istri/suami atau anak yang sudah dewasa tidak Cukup jelas.
berada di tempat atau tidak dapat dijumpai, Ayat (4)
pemanggilan disampaikan kepada orang lain yang Penetapan besarnya
uang muka biaya
bertempat tinggal tetap bersama/serumah dengan
perkara berdasarkan
pihak yang berperkara. sifat perkara dan jarak
(5) Apabila pada saat pemanggilan, pihak yang antara Alamat Tempat
berperkara, istri/suami atau anak yang sudah Tinggal para pihak yang
dewasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau dipanggil dengan
orang lain yang bertempat tinggal tetap Pengadilan tempat
bersama/serumah dengan pihak yang berperkara persidangan dilakukan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak berada Para pihak yang
dipanggil meliputi
di tempat atau tidak dapat dijumpai, pemanggilan
pihak yang berperkara,
harus disampaikan kepada Lurah atau kepala desa Pemohon, saksi, ahli,
atau yang disebut dengan nama lain yang daerah dan juru bahasa.
hukumnya meliputi Alamat Tempat Tinggal atau Ayat (5)
Tempat Kediaman pihak yang berperkara. Cukup jelas.
(6) Lurah atau kepala desa atau yang disebut dengan Ayat (6)
nama lain sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Cukup jelas.
wajib meneruskan pemanggilan kepada yang Pasal 14
bersangkutan tanpa hal tersebut perlu nyata Ayat (1)
dalam hukum. Yang dimaksud dengan
(7) Pemanggilan lanjutan pihak berperkara dapat ”biaya selain biaya
dilakukan secara elektronik berdasarkan perkara” antara lain,
kesepakatan para pihak. biaya pemeriksaan
setempat dan biaya
pemeriksaan
Pasal 18
daktiloskopi.
Panggilan kepada Tergugat harus disertai salinan Gugatan,
Dalam hal perkara
dengan pemberitahuan bahwa jika Tergugat menghendaki,
disidangkan oleh
dapat menjawab Gugatan tersebut secara tertulis dengan
Hakim tunggal, yang
disertai bukti tertulis.
dimaksud Ketua Majelis
adalah Hakim yang
Pasal 19 menyidangkan perkara
(1) Juru sita yang melakukan pemanggilan harus tersebut.
membuat berita acara pemanggilan yang Ayat (2)
ditandatangani oleh juru sita dan pihak yang Cukup jelas.
berperkara yang dipanggil, istri/suami atau anak yang Ayat (3)
sudah dewasa, atau Lurah atau kepala desa atau yang Cukup jelas.
disebut dengan nama lain yang daerah hukumnya Ayat (4)
meliputi Alamat Tempat Tinggal atau Tempat Kediaman Cukup jelas.
pihak yang berperkara.
(2) Dalam hal Lurah atau kepala desa atau yang disebut
dengan nama lain berhalangan, penandatanganan Pasal 15
berita acara pemanggilan dilakukan oleh pejabat yang Ayat (1)
ditugaskan untuk itu. Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 20 Pengaturan waktu
(1) Dalam hal Tergugat tidak diketahui Alamat Tempat paling lambat 3 (tiga)
Tinggal atau Tempat Kediamannya, pemanggilan Hari dimaksudkan agar
dilakukan dengan cara menempelkan surat panggilan pihak yang berperkara
di papan pengumuman Pengadilan atau melakukan memperoleh kepastian
pemanggilan melalui surat kabar harian yang beredar mengenai waktu
nasional. dimulainya persidangan
(2) Salinan surat panggilan sebagaimana dimaksud pada atas Gugatan atau
ayat (1) disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk Permohonan yang
ditempelkan di papan pengumuman kantor diajukan.
Bupati/Walikota. Ayat (3)
(3) Dalam hal pihak yang dipanggil bertempat tinggal di Cukup jelas.
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
pemanggilan dilakukan dengan perantaraan Pasal 16
Perwakilan Republik Indonesia di negara tempat Cukup jelas.
tinggal pihak yang dipanggil.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
BAB III Cukup jelas.
PEMBERIAN KUASA KHUSUS Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 21
(1) Pihak yang berperkara dapat mewakilkan kepada Ayat (4)
advokat dengan memberikan Kuasa. Cukup jelas.
(2) Pemberian Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat Ayat (5)
(1) dapat dilakukan dalam bentuk Kuasa Khusus Cukup jelas.
atau Kuasa Substitusi. Ayat (6)
(2) Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Yang dimaksud dengan
diberikan untuk setiap tingkat pemeriksaan, kecuali “tanpa hal tersebut
ditentukan lain dalam peraturan perundang- perlu nyata dalam
undangan. hukum” adalah hakim
(3) Kuasa Khusus dapat diberikan sebelum atau selama yang memeriksa
perkara diperiksa. perkara tidak perlu
(4) Kuasa Khusus yang diberikan sebelum perkara bukti bahwa panggilan
diperiksa harus secara tertulis. yang telah disampaikan
(5) Kuasa Khusus yang diberikan selama perkara oleh juru sita melalui
diperiksa dapat dilakukan secara lisan di hadapan Lurah atau kepala desa
Hakim yang memeriksa perkara tersebut. atau yang disebut
(6) Kuasa Khusus lisan sebagaimana dimaksud pada dengan nama lain telah
ayat (5) dibuat secara tertulis dan diserahkan dalam diteruskan atau tidak
persidangan berikutnya. diteruskan kepada
(7) Dalam hal pemberi Kuasa tidak pandai baca pihak yang
tulis, pemberian Kuasa Khusus dilakukan bersangkutan. Hakim
dengan membubuhkan cap jari pada surat hanya mendasarkan
Kuasa, yang disahkan oleh pejabat yang pada bukti
berwenang. penyampaian panggilan
(8) Pemberian surat Kuasa Khusus yang dibuat di luar kepada yang
wilayah Republik Indonesia harus dilakukan sesuai bersangkutan melalui
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Lurah atau kepala desa
dari negara tempat surat Kuasa Khusus tersebut atau yang disebut
dibuat dan disahkan oleh Perwakilan Republik dengan nama lain.
Indonesia. Ayat (7)
(9) Surat Kuasa khusus berakhir jika: Cukup jelas.
a. penerima kuasa khusus meninggal dunia;
b. perbuatan hukumnya telah selesai; dan Pasal 18
c. Surat Kuasa Khusus dicabut. Cukup jelas.

Pasal 22 Pasal 19
(1) Penerima Kuasa berdasarkan Surat Kuasa khusus Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat
Pasal 20
memberikan kuasa Substitusi kepada pihak lain
baik sebagian atau seluruhnya. Cukup jelas.
(2) Kuasa substitusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diberikan jika dalam Surat Kuasa Pasal 21
Khusus terdapat klausula yang membolehkan Ayat (1)
Cukup jelas.
dibuatnya Kuasa Substitusi.
Ayat (2)
(3) Ketentuan mengenai berakhirnya surat kuasa Yang dimaksud dengan
khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 “setiap tingkat
ayat (9) berlaku mutatis mutandis terhadap pemeriksaan” adalah
berakhirnya surat kuasa substitusi. tingkat pertama,
banding, kasasi, dan
Pasal 23 peninjauan kembali.
(1) Aparatur kementerian atau lembaga sesuai dengan Ayat (3)
tugas dan fungsinya yang bertindak untuk dan Cukup jelas.
atas nama kementerian atau lembaga harus Ayat (4)
Cukup jelas.
berdasarkan surat Kuasa Khusus dari pejabat
Ayat (5)
yang berwenang. Cukup jelas.
(2) Jaksa pengacara negara dengan kuasa khusus Ayat (6)
atau dalam kedudukannya atau jabatannya dapat Cukup jelas.
bertindak baik di dalam maupun di luar Ayat (7)
pengadilan untuk dan atas nama negara, Yang dimaksud dengan
pemerintah, dan/atau kepentingan umum. “pejabat yang
berwenang” adalah
Pasal 24 notaris, camat, atau
Pengurus badan hukum yang bertindak untuk Hakim.
mewakili badan hukum tersebut, hanya menunjukkan Ayat (8)
bukti mengenai kedudukannya sebagai pengurus dan Apabila tidak ada
tidak memerlukan surat Kuasa Khusus. Kantor Kedutaan Besar
Republik Indonesia
maka dapat dimintakan
pengesahan di Kantor
Pasal 25
Konsulat Jenderal
(1) Hakim dapat memerintahkan pihak yang berperkara
Republik Indonesia
hadir sendiri di persidangan, walaupun pihak yang
berperkara telah memberikan Kuasa Khusus kepada atau Kantor Perwakilan
orang lain. Republik Indonesia
(2) Dalam hal pihak yang berperkara telah dipanggil terdekat.
secara sah tidak hadir, sidang tetap dilaksanakan. Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 26 Pasal 22
(1) Pemberi Kuasa Khusus dapat menyangkal tindakan Cukup jelas.
yang dilakukan oleh penerima Kuasa Khusus. Pasal 23
(2) Penyangkalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ayat (1)
dapat dilakukan jika pihak penerima Kuasa Khusus Yang dimaksud dengan
telah menawarkan janji atau mengutarakan “pejabat yang
pernyataan kebenaran atau persetujuan yang berwenang” adalah
diterima oleh pihak lawan tanpa mendapat izin secara pimpinan
tertulis dari pemberi Kuasa Khusus. kementerian/lembaga
(3) Penyangkalan dilakukan secara tertulis disertai atau pihak lain yang
tuntutan agar semua tindakan yang disangkal dan mengemban
akibatnya yang dapat dijadikan dasar putusan dalam kepentingan negara.
perkara tersebut, dinyatakan batal oleh Hakim. Ayat (2)
(4) Dalam hal pemberi Kuasa Khusus yang mengajukan Cukup jelas.
penyangkalan tidak dapat baca tulis, yang
bersangkutan dapat memohon bantuan kepada Pasal 24
Hakim yang memeriksa perkaranya untuk membuat Yang dimaksud dengan
surat pernyataan tentang penyangkalan yang “bukti mengenai
dimaksud. kedudukannya sebagai
pengurus“ antara lain, Surat
Pasal 27 Keputusan sebagai pengurus
(1) Dalam hal terdapat penyangkalan sebagaimana dari badan hukum yang
dimaksud dalam Pasal 26, untuk mencegah suatu bersangkutan sesuai dengan
Putusan Pengadilan dinyatakan batal, Hakim anggaran dasar dan/atau
menghentikan pemeriksaan pokok perkara dan segera ketentuan peraturan
mulai melakukan pemeriksaan tuntutan dalam surat perundang-undangan.
pernyataan penyangkalan.
(2) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti Pasal 25
kebenaran tuntutan penyangkalan tersebut, tindakan Ayat (1)
yang dilakukan oleh penerima Kuasa Khusus yang Pihak yang berperkara
disangkal dengan semua akibatnya, dinyatakan batal diperintahkan untuk
dengan Putusan Pengadilan. hadir sendiri di
persidangan, supaya
Pasal 28 Hakim mendapatkan
Dalam hal penyangkalan beserta tuntutan pemberi Kuasa kejelasan mengenai
Khusus dikabulkan, pemberi Kuasa Khusus dapat suatu hal atas perkara
menggugat penerima Kuasa Khusus untuk membayar yang sedang diperiksa.
ganti kerugian yang dideritanya. Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 29
(1) Dalam hal penyangkalan beserta tuntutan pemberi Pasal 26
Kuasa Khusus ditolak, pemberi Kuasa Khusus dapat Cukup jelas.
mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi.
(2) Dalam hal Permohonan banding ditolak, pemeriksaan Pasal 27
perkara dilanjutkan dan pihak penerima Kuasa Ayat (1)
Khusus dapat menggugat pemberi Kuasa Khusus Penghentian
untuk membayar ganti kerugian yang dideritanya. pemeriksaan pokok
perkara dimaksudkan
Pasal 30 agar dapat diselesaikan
Dalam hal penyangkalan beserta tuntutan pemberi Kuasa terlebih dahulu
Khusus dikabulkan, penerima Kuasa Khusus dapat masalah penyangkalan
mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi. sehingga Hakim dapat
bekerja secara efektif
dan efisien serta dapat
Pasal 31 dicegah adanya
Dalam hal perkara sudah diputus dan dimohonkan pembatalan suatu
pemeriksaan banding, penyangkalan sebagaimana Putusan Pengadilan.
dimaksud dalam Pasal 26 harus diajukan dalam tenggang Ayat (2)
waktu banding dan diputus bersama-sama dengan perkara Cukup jelas.
bandingnya.
Pasal 28
Pasal 32 Cukup jelas.
Terhadap putusan Pengadilan Tinggi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 31 tidak
terbuka upaya hukum apapun. Pasal 29
Cukup jelas.

BAB IV Pasal 30
KEWENANGAN PENGADILAN Cukup jelas.

Bagian Kesatu Pasal 31


Wewenang Relatif Cukup jelas.

Pasal 33 Pasal 32
(1) Pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, Yang dimaksud dengan
dan memutus perkara di tingkat pertama adalah “tidak terbuka upaya hukum
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi Alamat apapun” adalah tidak
Tempat Tinggal Tergugat. terbuka upaya hukum biasa
(1) Dalam hal tempat tinggal Tergugat tidak diketahui, atau upaya hukum luar
Gugatan diajukan ke Pengadilan tempat kediaman biasa untuk memberikan
Tergugat. suatu penegasan bahwa
(2) Dalam hal Tergugat lebih dari seorang, yang putusan Pengadilan Tinggi
berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus merupakan putusan yang
adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi bersifat final.
Alamat Tempat Tinggal salah seorang Tergugat.
(3) Dalam hal ada pihak debitor bersama penjaminnya, Pasal 33
yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus Cukup jelas.
adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
Alamat Tempat Tinggal Tergugat debitor. Pasal 34
(4) Dalam hal sengketa tentang barang tetap maka Dalam hal terdapat pilihan
Gugatan dapat diajukan ke Pengadilan pada wilayah Alamat Tempat Tinggal,
hukum dimana barang tetap itu berada. Gugatan diajukan ke
(5) Dalam hal Alamat Tempat Tinggal dan Tempat Pengadilan yang daerah
Kediaman Tergugat tidak diketahui atau Tergugat hukumnya meliputi Alamat
bertempat tinggal di luar wilayah Negara Kesatuan Tempat Tinggal pilihan,
Republik Indonesia, yang berwenang memeriksa, Alamat Tempat Tinggal, atau
mengadili, dan memutus adalah Pengadilan yang Tempat Kediaman Tergugat.
daerah hukumnya meliputi Alamat Tempat Tinggal
Penggugat. Pasal 35
Ayat (1)
Pasal 34 Yang dimaksud dengan
Dalam hal telah dipilih Alamat Tempat Tinggal dalam “alamat tempat
suatu perjanjian tertulis antarpihak yang berperkara, kedudukan” adalah
Gugatan dapat diajukan ke Pengadilan yang daerah alamat kedudukan
hukumnya meliputi Alamat Tempat Tinggal yang dipilih. kantor pusat atau
kantor perwakilan
Pasal 35 badan hukum tersebut
(1) Dalam hal badan hukum sebagai Tergugat, sesuai yang tercatat
Pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, dalam anggaran dasar.
dan memutus adalah Pengadilan yang daerah Ayat (2)
hukumnya meliputi alamat tempat kedudukan kantor Cukup jelas.
pusat atau kantor perwakilan Tergugat.
(2) Dalam hal suatu badan hukum telah dibubarkan, Pasal 36
Pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, Cukup jelas.
dan memutus adalah Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi alamat tempat kedudukan badan Pasal 37
hukum tersebut. Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 36 Ayat (2)
Dalam hal Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah Pemanggilan ahli waris
sebagai Tergugat, Pengadilan yang berwenang memeriksa, dari Tergugat yang
mengadili, dan memutus adalah Pengadilan yang daerah meninggal dunia tanpa
hukumnya meliputi alamat tempat kedudukan Tergugat. menyebutkan identitas
ahli waris yang
Pasal 37 bersangkutan.
(1) Dalam tenggang waktu 1 (satu) tahun setelah Ayat (3)
pewaris meninggal dunia terdapat Gugatan Cukup jelas.
kepada ahli waris, Pengadilan yang berwenang
memeriksa, mengadili dan memutus adalah Pasal 38
Cukup jelas.
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
Alamat Tempat Tinggal atau Tempat Kediaman
terakhir pewaris. Pasal 39
(2) Dalam hal Tergugat meninggal dunia dalam Yang dimaksud dengan
proses pemeriksaan perkara, ahli waris dari “Undang-Undang
Tergugat dipanggil di Tempat Kediaman terakhir menentukan lain”, misalnya,
perkara kepailitan dan
Tergugat yang meninggal untuk menggantikan
penundaan kewajiban
kedudukan Tergugat. pembayaran utang diajukan
(3) Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ke Pengadilan Niaga.
dilakukan dalam waktu sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 16 ayat (2). Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 38
(1) Pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, Pasal 41
dan memutus suatu Permohonan adalah Pengadilan Cukup jelas.
yang daerah hukumnya meliputi Alamat Tempat
Tinggal Pemohon, kecuali Undang-Undang Pasal 42
menentukan lain. Cukup jelas.
(2) Dalam hal Pemohon lebih dari seorang, Pengadilan
yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus Pasal 43
adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi Cukup jelas.
Alamat Tempat Tinggal salah seorang Pemohon.
(3) Dalam hal Permohonan mengenai pengangkatan Pasal 44
anak, Pengadilan yang berwenang memeriksa, Cukup jelas.
mengadili, dan memutus adalah Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi Alamat Tempat Tinggal Pasal 45
anak yang akan diangkat. Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.
Bagian Kedua
Wewenang Absolut Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 39
Pengadilan berwenang memeriksa, mengadili, dan Pasal 48
memutus perkara perdata di tingkat pertama, kecuali Cukup jelas.
Undang-Undang menentukan lain.
Pasal 49
Pasal 40 Cukup jelas.
Pengadilan Tinggi berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara: Pasal 50
a. di tingkat banding, mengenai perkara perdata yang Ayat (1)
telah diputus oleh Pengadilan, kecuali Undang- Cukup jelas.
Undang menentukan lain; Ayat (2)
b. di tingkat pertama, mengenai perkara Prorogasi; dan Penetapan sita jaminan
c. di tingkat pertama dan terakhir, mengenai perkara oleh Pengadilan Tinggi
wewenang mengadili antar Pengadilan yang berada di dilaksanakan oleh
daerah hukumnya. Pengadilan Negeri.

Pasal 51
BAB V Cukup jelas.
PENGUNDURAN DIRI DAN HAK INGKAR
Pasal 52
Bagian Kesatu Cukup jelas.
Pengunduran Diri
Pasal 53
Pasal 41 Cukup jelas.
(1) Hakim wajib mengundurkan diri dalam memeriksa
perkara, jika Hakim: Pasal 54
a. mempunyai kepentingan pribadi dalam perkara Ayat (1)
yang diperiksanya; Cukup jelas.
b. merupakan keluarga sedarah atau semenda Ayat (2)
sampai derajat ketiga dari salah satu pihak yang Cukup jelas.
berperkara atau dengan penerima Kuasa; Ayat (3)
c. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum Yang dimaksud
memeriksa perkara, yang bersangkutan dengan “benda yang
mengadukan pihak yang berperkara, istri, disita mudah rusak”,
suami, atau keluarga sedarah atau semenda misalnya, buah-
sampai derajat ketiga dari pihak yang buahan, makanan,
berperkara, karena telah terlibat dalam perkara obat-obatan, atau
pidana; barang yang
d. mempunyai istri, suami, bekas isteri atau bekas mempunyai batas
suami, atau keluarga sedarah atau semenda kadaluarsa untuk
sampai derajat ketiga, yang mempunyai perkara dikonsumsi.
serupa dengan pokok perkara dalam perkara
yang diperiksanya; Pasal 55
e. mempunyai istri, suami, bekas istri atau bekas Ayat (1)
suami, atau keluarga sedarah atau semenda Cukup jelas.
sampai derajat ketiga, yang mempunyai perkara Ayat (2)
sendiri yang diperiksa dengan salah satu pihak Dalam hal tanah
yang berperkara; tersebut telah
f. menjadi wali, pengampu, atau mungkin menjadi bersertifikat,
ahli waris, penerima bagian dari salah satu pendaftaran dilakukan
pihak yang berperkara, atau salah satu pihak di instansi yang tugas
yang berperkara mungkin akan menjadi ahli dan wewenangnya di
warisnya; bidang pertanahan,
g. menjadi pengurus dari badan hukum yang sedangkan tanah yang
menjadi pihak dalam perkara yang belum bersertifikat
bersangkutan; dan/atau pendaftaran dilakukan
h. yang memutus perkara di tingkat pertama di Kantor Kelurahan,
kemudian telah menjadi Hakim Tinggi atau Kantor Desa, atau yang
Hakim Agung. disebut dengan nama
(2) Ketentuan mengenai kewajiban pengunduran diri lain.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga Ayat (3)
bagi panitera persidangan. Cukup jelas.
Ayat (4)
Pasal 42 Cukup jelas.
(1) Hakim atau panitera yang mengundurkan diri
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
Pasal 41 harus diganti dan perkara yang Cukup jelas.
bersangkutan diperiksa ulang.
(2) Dalam hal Hakim atau panitera tidak mengundurkan Pasal 57
diri atau tidak diganti dan perkara tersebut sudah Cukup jelas.
diputus, putusan tersebut batal demi hukum.
Pasal 58
Pasal 43 Ayat (1)
Ketentuan mengenai pengunduran diri sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42 berlaku juga bagi Ayat (2)
Hakim dan panitera di tingkat banding, tingkat kasasi, dan Cukup jelas.
peninjauan kembali. Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Bagian Kedua Cukup jelas.
Hak Ingkar Ayat (5)
Dalam hal tersita tidak
Pasal 44 hadir atau menolak
(1) Pihak yang berperkara mempunyai hak ingkar untuk menandatangani
terhadap Hakim yang sedang memeriksa perkaranya. berita acara penyitaan,
(2) Hak ingkar terhadap Hakim hanya dapat diajukan maka ketidakhadiran
atas dasar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam atau penolakan
Pasal 41 ayat (1). tersebut dimuat dalam
(3) Ketentuan mengenai hak ingkar terhadap Hakim berita acara.
berlaku juga bagi panitera persidangan.
Pasal 59
Pasal 45 Cukup jelas.
(1) Tuntutan hak ingkar terhadap Hakim dan/atau
Panitera diajukan secara tertulis atau lisan kepada Pasal 60
Ketua Pengadilan disertai alasan dan ditandatangani Ayat (1)
oleh pihak yang mengajukan tuntutan atau kuasanya Pemegang hak
yang mendapat Kuasa Khusus. tanggungan dan
(2) Tuntutan hak ingkar sebagaimana dimaksud pada hipotek tidak dapat
ayat (1) segera diberitahukan oleh Ketua Pengadilan melakukan perlawanan
kepada Hakim dan/atau Panitera yang sedang pihak ketiga karena
memeriksa perkara tersebut dan tembusannya bukan pemilik benda.
disampaikan kepada Ketua Pengadilan Tinggi. Dalam hal tanah yang
disita, bukti
Pasal 46 kepemilikan harus
(1) Ketua Pengadilan memeriksa kebenaran alasan berupa sertifikat hak
mengenai tuntutan hak ingkar yang diajukan oleh milik atas namanya,
pihak yang berperkara. sertifikat hak guna
(2) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan alasan usaha, hak guna
yang diajukan pihak yang berperkara terbukti, bangunan, sertifikat
tuntutan hak ingkar dikabulkan dengan memberikan hak pakai atas tanah
perintah kepada Hakim dan/atau Panitera yang negara atas namanya.
bersangkutan untuk mengundurkan diri dari Tidak termasuk
pemeriksaan perkara, dengan suatu penetapan. didalamnya hak sewa.
(3) Hakim dan/atau Panitera yang mengundurkan diri Ayat (2)
harus diganti oleh Hakim dan/atau Panitera lain Cukup jelas.
untuk melanjutkan pemeriksaan perkara dengan Ayat (3)
suatu penetapan. Cukup jelas.
Ayat (4)
Pasal 47 Cukup jelas.
(1) Dalam hal tuntutan hak ingkar ditujukan kepada Ayat (5)
Ketua Pengadilan yang bersangkutan, tuntutan hak Cukup jelas.
ingkar diajukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi.
(2) Dalam hal Ketua Pengadilan Tinggi berhalangan, Pasal 61
tuntutan hak ingkar diajukan kepada Wakil Ketua Cukup jelas.
Pengadilan Tinggi.
(3) Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan Pasal 62
Tinggi berhalangan, yang memeriksa dan Ayat (1)
menetapkan adalah Hakim yang pangkatnya Cukup jelas.
tertinggi di Pengadilan Tinggi tersebut. Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pasal 48
Semua orang
Ketentuan mengenai hak ingkar sebagaimana dimaksud
mempunyai kedudukan
dalam Pasal 44, sampai dengan Pasal 47 berlaku juga bagi
yang sama di hadapan
Hakim dan panitera di tingkat banding, tingkat kasasi, dan
pengadilan dan badan
peninjauan kembali.
peradilan. Dalam
menentukan tuduhan
Pasal 49
pidana terhadapnya,
(1) Terhadap penetapan Pengadilan atau Pengadilan
Tinggi mengenai tuntutan hak ingkar tidak atau dalam
terbuka upaya hukum apapun. menentukan segala hak
(2) Penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud dan kewajibannya
pada ayat (1) mengikat dan bersifat final. dalam suatu Gugatan,
setiap orang berhak
BAB VI atas pemeriksaan yang
UPAYA MENJAMIN HAK adil dan terbuka untuk
umum, oleh suatu
Pasal 50 badan peradilan yang
(1) Dalam Gugatan, Penggugat dapat mengajukan berwenang, bebas, dan
Permohonan sita jaminan atas: tidak berpihak dan
a. tanah, benda tetap lain, dan benda bergerak dibentuk menurut
milik Tergugat; hukum. Media dan
b. tanah, benda tetap lain, dan benda bergerak masyarakat dapat
milik Penggugat yang dikuasai oleh Tergugat; dilarang untuk
c. tanah, benda tetap lain, dan benda bergerak mengikuti seluruh atau
milik Tergugat yang dikuasai oleh pihak ketiga; sebagian sidang karena
(2) Dalam hal Pengadilan tidak mengabulkan sita alasan moral,
jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketertiban umum, atau
Pengadilan Tinggi dapat mengabulkan sita jaminan keamanan nasional,
yang diajukan Penggugat, dengan suatu penetapan. dalam suatu
masyarakat yang
Pasal 51 demokratis atau
(1) Permohonan sita jaminan dapat juga diajukan apabila benar-benar
sebelum pengajuan Gugatan dengan syarat Gugatan diperlukan menurut
harus sudah diterima dalam waktu paling lambat 8 pendapat Pengadilan
(delapan) hari terhitung setelah sita jaminan dalam keadaan khusus,
dilaksanakan. dimana publikasi justru
(2) Apabila batas waktu sebagaimana dimaksud pada akan merugikan
ayat (1) tidak dipergunakan, Pengadilan wajib dengan kepentingan keadilan
penetapan menyatakan sita jaminan yang telah sendiri; namun setiap
dilaksanakan batal karena hukum. keputusan yang
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diambil dalam perkara
harus dikeluarkan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) pidana maupun
hari terhitung setelah batas waktu sebagaimana perdata harus
dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi. diucapkan dalam
sidang yang terbuka,
Pasal 52 kecuali kepentingan
Permohonan sita jaminan hanya dikabulkan, jika ada anak-anak menentukan
persangkaan bahwa Tergugat berusaha untuk sebaliknya, atau jika
memindahtangankan atau menyembunyikan benda persidangan tersebut
miliknya dan/atau benda milik Penggugat yang dikuasai berkenaan dengan
Tergugat dengan maksud merugikan pihak Penggugat. perselisihan
perkawinan atau
Pasal 53 perwalian anak-anak.
(1) Dalam hal Permohonan sita jaminan dikabulkan, Ayat (4)
penyitaan terhadap benda milik Tergugat dapat Cukup jelas.
dilakukan baik terhadap benda bergerak maupun
terhadap tanah dan benda tetap lainnya dengan nilai Pasal 63
yang sepadan dengan nilai Gugatan. Ayat (1)
(2) Tanah, benda tetap lain, dan benda bergerak milik Cukup jelas.
Tergugat yang telah disita, tidak dapat disita lagi. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan
Pasal 54 “penggeledahan”
(1) Benda yang disita harus tetap berada pada pihak mencakup
tersita untuk disimpan, dipelihara, dan dijaga. penggeledahan badan
(2) Atas Permohonan dan tanggung jawab Penggugat, dan barang yang
benda bergerak yang disita dapat dipindahkan dibawa oleh yang
sebagian atau seluruhnya ke alamat tempat lain bersangkutan.
untuk disimpan secara sah dan aman dengan Ayat (3)
menunjuk seorang penjaga yang bertanggung jawab Cukup jelas.
atas benda tersebut. Ayat (4)
(3) Dalam hal benda yang disita mudah rusak, atas Cukup jelas.
Permohonan Penggugat, dengan penetapan Ketua Ayat (5)
Pengadilan barang tersebut dapat dilelang dan Cukup jelas.
hasilnya disimpan di kas kepaniteraan Pengadilan.
Pasal 64
Pasal 55 Cukup jelas.
(1) Penyitaan atas tanah harus dilakukan di tempat
tanah tersebut terletak dengan mencocokkan batas- Pasal 65
batasnya. Cukup jelas.
(2) Petugas yang melakukan penyitaan harus
mendaftarkan penyitaan atas tanah sebagaimana Pasal 66
dimaksud pada ayat (1) dengan disertai salinan berita Cukup jelas.
acara penyitaan pada hari penyitaan dilakukan
kepada: Pasal 67
a. pejabat yang berwenang melakukan pendaftaran Cukup jelas.
tanah yang daerah hukumnya meliputi daerah
tempat tanah yang telah terdaftar terletak; Pasal 68
b. Lurah atau kepala desa atau yang disebut Cukup jelas.
dengan nama lain yang daerah hukumnya
meliputi tempat tanah yang belum terdaftar; dan Pasal 69
c. Pengadilan yang melakukan penyitaan tersebut. Cukup jelas.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b, seketika setelah menerima salinan berita Pasal 70
acara penyitaan wajib mencatat penyitaan tersebut Cukup jelas.
dalam buku tanah dan mengumumkan menurut
kebiasaan setempat. Pasal 71
(4) Penyitaan atas benda tetap atau benda lain yang Cukup jelas.
disamakan dengan benda tetap yang tidak berupa
tanah juga harus didaftarkan di Pengadilan. Pasal 72
Cukup jelas.

Pasal 56 Pasal 73
(1) Tanah, benda tetap lain, dan benda bergerak yang Cukup jelas.
telah disita, dilarang dipindahtangankan, disewakan,
atau digunakan sebagai tanggungan utang. Pasal 74
(2) Dalam hal Tanah, benda tetap lain, dan benda Cukup jelas.
bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipindahtangankan, disewakan, atau digunakan Pasal 75
sebagai tanggungan utang oleh tersita, batal karena Cukup jelas.
hukum.
Pasal 76
Pasal 57 Cukup jelas.
Sebelum Putusan Pengadilan dijatuhkan, sita jaminan
dapat diangkat atas Permohonan Tergugat dan/atau Pasal 77
Penggugat berdasarkan alasan hukum. Cukup jelas.

Pasal 58 Pasal 78
(1) Sita jaminan dilakukan oleh juru sita yang telah Cukup jelas.
ditunjuk untuk itu.
(2) Penyitaan dilakukan dengan dihadiri oleh 2 (dua) Pasal 79
orang saksi dari: Ayat (1)
a. Pengadilan; dan Gugatan rekonvensi
b. Lurah atau kepala desa atau yang disebut merupakan Gugatan
dengan nama lain atau seorang pegawai balik yang diajukan
kelurahan atau pemerintah desa atau yang oleh Tergugat konvensi
hanya terhadap
disebut dengan nama lain dari tempat
Penggugat konvensi.
penyitaan dilakukan, Dalam perkara
serta dapat dihadiri oleh pihak Tergugat sendiri atau
bantahan atau
anggota keluarganya.
perlawanan tidak dapat
(3) Sita jaminan atas benda milik Tergugat yang dikuasai
diajukan Gugatan
pihak ketiga dilakukan oleh juru sita dengan
rekovensi oleh
memberitahukan secara tertulis kepada pihak ketiga
terbantah atau
tersebut dalam waktu paling lambat 3 (tiga) Hari
terlawan.
terhitung sebelum dilakukan penyitaan.
Ayat (2)
(4) Dalam pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
Antara Gugatan
ayat (3) harus dilampirkan salinan penetapan atau
rekonvensi dan
alas hak lainnya yang menjadi dasar dilakukan
Gugatan konvensi tidak
penyitaan.
harus ada hubungan
(5) Juru sita wajib membuat berita acara penyitaan yang
dan merupakan
ditandatangani oleh juru sita, para saksi, dan tersita,
Gugatan yang berdiri
jika hadir.
sendiri. Oleh karena itu
dalam hal Gugatan
Pasal 59
konvensi dinyatakan
(1) Sita jaminan bersifat sementara.
(2) Dalam hal Gugatan dikabulkan, penyitaan tidak dapat diterima,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus Gugatan rekonvensi
dinyatakan sah dan berharga. tetap diperiksa dan
(3) Dalam hal Gugatan dinyatakan tidak dapat diterima tidak dengan sendirinya
atau ditolak, penyitaan sebagaimana dimaksud pada dinyatakan tidak
ayat (1) harus diperintahkan untuk diangkat. diterima. Terhadap
putusan konvensi dan
Pasal 60 rekonvensi dapat
(1) Pihak ketiga dapat mengajukan perlawanan kepada diajukan banding
Pengadilan yang melaksanakan penyitaan terhadap secara bersama-sama
benda miliknya. atau sendiri-sendiri.
(2) Cara pengajuan dan pemeriksaan perkara perlawanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku acara Pasal 80
pemeriksaan biasa. Cukup jelas.
(3) Pemeriksaan perkara perlawanan tidak menghentikan
pemeriksaan pokok perkara. Pasal 81
(4) Dalam hal perlawanan pihak ketiga dikabulkan dan Cukup jelas.
pelawan dinyatakan sebagai pelawan yang benar,
penyitaan terhadap benda pihak ketiga tersebut Pasal 82
diperintahkan untuk diangkat. Cukup jelas.
(5) Dalam hal pihak ketiga tidak dapat membuktikan
bahwa benda yang disita adalah miliknya, maka Pasal 83
pelawan dinyatakan sebagai pelawan yang tidak benar Cukup jelas.
dan penyitaan dipertahankan.
Pasal 84
Cukup jelas.
BAB VII
PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN Pasal 85
Cukup jelas.
Bagian Kesatu
Umum Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 61
(1) Hakim ketua sidang memimpin pemeriksaan dan Pasal 87
memelihara tata tertib di persidangan. Cukup jelas.
(2) Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Hakim ketua
sidang untuk memelihara tata tertib di persidangan Pasal 88
wajib dilaksanakan dengan segera dan cermat. Cukup jelas.

Pasal 62 Pasal 89
(1) Dalam ruang sidang, setiap orang wajib menunjukkan Cukup jelas.
sikap sopan, hormat, dan menaati tata tertib di
persidangan. Pasal 90
(2) Setiap orang yang berada di dalam ruang sidang Cukup jelas.
pengadilan tidak bersikap sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah
mendapat peringatan dari Hakim ketua sidang, atas Pasal 91
perintah Hakim ketua sidang, yang bersangkutan Ayat (1)
dikeluarkan dari ruang sidang. Cukup jelas.
(3) Pengadilan dapat melarang setiap orang untuk Ayat (2)
mengikuti seluruh atau sebagian sidang dengan Untuk menghitung
alasan tertentu. tenggang waktu 14
(4) Dalam hal pelanggaran tata tertib sebagaimana (empat belas) Hari, Hari
dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana pengucapan atau
yang ditentukan dalam suatu Undang-Undang, yang pemberitahuan
bersangkutan dapat dituntut berdasarkan Undang- putusan tidak dihitung
Undang tersebut. dan apabila hari
terakhir tenggang
Pasal 63 waktu tersebut adalah
(1) Dalam ruang sidang, setiap orang dilarang membawa hari libur, maka
senjata api, senjata tajam, bahan peledak, alat, atau dihitung hari
benda yang dapat membahayakan keamanan sidang, berikutnya.
kecuali petugas keamanan. Ayat (3)
(2) Tanpa surat perintah, petugas keamanan Pengadilan Cukup jelas.
karena tugas jabatannya dapat melakukan
penggeledahan untuk menjamin bahwa kehadiran Pasal 92
seseorang di ruang sidang tidak membawa senjata, Cukup jelas.
bahan peledak, alat, atau benda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1). Pasal 93
(3) Jika pada saat penggeledahan, seseorang ditemukan Cukup jelas.
membawa senjata api, senjata tajam, bahan peledak,
alat, atau benda sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 94
(1), yang bersangkutan harus menitipkan barang Ayat (1)
tersebut kepada petugas keamanan. Cukup jelas.
(4) Jika orang yang menitipkan barang sebagaimana Ayat (2)
dimaksud pada ayat (3) bermaksud meninggalkan Huruf a
ruang sidang untuk seterusnya, petugas keamanan Yang dimaksud
wajib menyerahkan kembali barang yang dititipkan dengan “utang
kepadanya. piutang yang
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan timbul
ayat (2) tidak menghalangi untuk dilakukan berdasarkan
penuntutan terhadap seseorang yang membawa perjanjian”
senjata, bahan peledak, alat, atau benda tersebut jika misalnya, dalam
ternyata bahwa penguasaan atas barang tersebut perjanjian jual
merupakan tindak pidana. beli pembeli tidak
membayar harga
barang yang
Bagian Kedua disepakati atau
Pemeriksaan dengan Acara Biasa penjual tidak
menyerahkan
Pasal 64 barang yang
(1) Pihak yang berperkara wajib hadir pada hari sidang sudah disepakati.
yang telah ditentukan setelah dipanggil secara sah. Huruf b
(2) Dalam hal pada hari persidangan yang telah Yang dimaksud
ditentukan Tergugat hadir namun Penggugat atau dengan
wakilnya yang mendapat Kuasa Khusus tidak hadir “kerusakan
meskipun sudah dipanggil secara sah, Gugatannya barang yang
dapat dinyatakan gugur dan Penggugat dihukum timbul
membayar biaya perkara. berdasarkan
(3) Gugatan yang sudah dinyatakan gugur dapat perjanjian”
diajukan sebagai Gugatan baru setelah Penggugat misalnya, dalam
membayar uang muka biaya perkara. perjanjian sewa
menyewa mobil,
Pasal 65 mobil
(1) Dalam hal pada hari persidangan yang telah dikembalikan
ditentukan Penggugat hadir namun Tergugat atau dalam keadaan
wakilnya yang mendapat surat Kuasa Khusus tidak rusak, tidak
hadir meskipun sudah dipanggil secara sah, Gugatan seperti dalam
Penggugat dapat dikabulkan dengan putusan verstek, keadaan ketika
kecuali jika Gugatan tidak beralasan atau tidak diserahkan oleh
berdasarkan hukum. pemilik kepada
(2) Dalam hal Tergugat atau wakilnya yang sah tidak penyewa.
hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi Huruf c
telah mengirimkan surat yang berisikan tangkisan Yang dimaksud
bahwa Pengadilan tidak berwenang memeriksa dengan “cedera
perkaranya, Hakim harus menjatuhkan putusan lebih badan pribadi
dahulu mengenai tangkisan tersebut. yang timbul
(3) Dalam hal tangkisan sebagaimana dimaksud pada berdasarkan
ayat (2) ditolak, Hakim menjatuhkan putusan verstek perjanjian”
terhadap pokok perkara. misalnya,
penyewa kamar
Pasal 66 hotel mengalami
(1) Dalam persidangan sebagaimana dimaksud dalam kecelakaan dalam
Pasal 64 dan Pasal 65, sebelum menjatuhkan penggunaan
putusan, Pengadilan dapat memanggil sekali lagi fasilitas hotel
pihak yang tidak hadir. sebagai akibat
(2) Kepada pihak yang hadir, tanggal sidang berikutnya kelalaian pihak
cukup diberitahukan di persidangan yang berlaku hotel tersebut.
sebagai panggilan yang sah. Huruf d
Yang dimaksud
Pasal 67 dengan
(1) Dalam hal dijatuhkan putusan verstek, Hakim segera “pembatalan
memerintahkan untuk memberitahukan putusan perjanjian”
tersebut kepada Tergugat, disertai keterangan bahwa adalah
Tergugat dapat mengajukan perlawanan jika Tergugat pembatalan
tidak menerima putusan tersebut. perjanjian secara
(2) Dalam hal Penggugat mengajukan banding terhadap sepihak yang
putusan verstek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertentangan
sebelum Tergugat mengajukan perlawanan, maka dengan syarat
Tergugat tidak dapat mengajukan perlawanan sahnya suatu
terhadap putusan verstek tersebut, melainkan dapat perjanjian atau
mengajukan banding. berdasarkan
(3) Perlawanan harus diajukan dalam jangka waktu cedera janji.
paling lambat 14 (empat belas) Hari terhitung setelah
putusan verstek diberitahukan langsung kepada Pasal 95
Tergugat yang bersangkutan. Cukup jelas.
(4) Dalam hal pemberitahuan tidak diterima sendiri oleh
Tergugat, perlawanan harus diajukan dalam waktu Pasal 96
paling lambat 8 (delapan) Hari terhitung setelah Cukup jelas.
Tergugat ditegur untuk melaksanakan putusan.
(5) Dalam hal Tergugat tidak hadir pada waktu ditegur, Pasal 97
perlawanan diajukan dalam waktu paling lambat 8 Cukup jelas.
(delapan) Hari terhitung setelah sita eksekutorial
dilaksanakan. Pasal 98
(6) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan dan Cukup jelas.
pemeriksaan Gugatan berlaku juga bagi pengajuan
dan pemeriksaan perlawanan. Pasal 99
(7) Dalam hal diajukan perlawanan, banding, atau Cukup jelas.
kasasi, putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat dilaksanakan, kecuali jika putusan Pasal 100
verstek tersebut bersifat serta merta. Cukup jelas.
(8) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang dijatuhkan untuk kedua kalinya, tidak dapat Pasal 101
diajukan perlawanan tetapi dapat diajukan upaya Cukup jelas.
banding.
Pasal 102
Pasal 68 Ayat (1)
(1) Dalam hal salah satu atau lebih Tergugat tidak hadir Cukup jelas.
pada sidang pertama dan tidak mewakilkan kepada
orang lain karena belum dipanggil secara sah, Ayat (2)
persidangan harus ditunda sampai pada hari yang Yang dimaksud
ditentukan. dengan “bukti yang
(2) Tergugat yang tidak hadir sebagaimana dimaksud bersifat memaksa”
pada ayat (1) harus dipanggil sekali lagi secara sah. adalah bukti yang
(3) Tergugat yang hadir cukup diberitahukan di
mengikat kecuali
persidangan tanggal sidang berikutnya dan berlaku
dapat dibuktikan
sebagai panggilan yang sah.
(4) Dalam hal pada hari persidangan yang kedua, sebaliknya.
Tergugat yang telah dipanggil secara sah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetap tidak hadir, Hakim Pasal 103
melanjutkan pemeriksaan perkara tersebut. Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 69 Ayat (2)
(1) Dalam hal pihak yang berperkara hadir pada hari Yang dimaksud
persidangan yang telah ditentukan, Hakim wajib dengan “kecuali
berusaha mendamaikan pihak yang berperkara. Undang-Undang
(2) Usaha perdamaian sebagaimana dimaksud pada ayat menentukan lain”,
(1) dapat dilaksanakan setiap saat sebelum perkara misalnya, ketentuan
diputus. dalam Undang-Undang
(3) Usaha perdamaian yang dilakukan Hakim yang mengatur
mengikutsertakan semua pihak yang berperkara. mengenai informasi
(4) Dalam hal kewajiban Hakim sebagaimana dimaksud dan transaksi
pada ayat (1) tidak dilaksanakan, putusan batal elektronik.
karena hukum.
(5) Dalam hal usaha perdamaian berhasil, perdamaian Pasal 104
tersebut dibuatkan akta dalam bentuk putusan Cukup jelas.
perdamaian yang diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum dan kedua belah pihak dihukum untuk Pasal 105
menaati putusan tersebut. Cukup jelas.
(6) Putusan perdamaian mempunyai kekuatan hukum
sebagai putusan Pengadilan yang telah memperoleh Pasal 106
kekuatan hukum tetap dan terhadap putusan Ayat (1)
tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum apapun. Yang dimaksud
dengan “salinan surat
milik kedua belah
Pasal 70 pihak” adalah salinan
(1) Para pihak yang dengan atau tanpa bantuan surat yang telah
mediator bersertifikat berhasil menyelesaikan disesuaikan dengan
sengketa di luar Pengadilan dengan kesepakatan aslinya di
perdamaian dapat mengajukan kesepakatan persidangan.
Ayat (2)
perdamaian kepada Pengadilan yang berwenang
Cukup jelas.
dengan cara mengajukan Gugatan untuk
memperoleh Akta Perdamaian. Pasal 107
(2) Pengajuan Gugatan sebagaimana dimaksud pada Cukup jelas.
ayat (1) harus dilampiri dengan kesepakatan
perdamaian dan dokumen sebagai alat bukti Pasal 108
yang menunjukkan hubungan hukum para pihak Apabila yang bersangkutan
dengan objek sengketa. tidak memiliki tangan, maka
(3) Hakim pemeriksa perkara di hadapan para pihak cap jari yang dimaksud
hanya menguatkan kesepakatan perdamaian adalah cap jari kaki.
menjadi Akta Perdamaian, jika:
Pasal 109
a. tidak bertentangan dengan ketertiban
Cukup jelas.
umum, kesusilaan, dan/atau hukum;
b. tidak merugikan pihak ketiga; dan Pasal 110
c. dapat dilaksanakan. Cukup jelas.
(4) Akta Perdamaian atas Gugatan untuk
menguatkan kesepakatan perdamaian Pasal 111
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus Cukup jelas.
diucapkan oleh Hakim pemeriksa perkara dalam
sidang yang terbuka untuk umum paling lambat
14 (empat belas) Hari terhitung sejak Gugatan Pasal 112
didaftarkan. Cukup jelas.
(5) Salinan putusan perdamaian wajib disampaikan
Pasal 113
kepada para pihak pada hari diucapkan Akta Akta yang diperlakukan
Perdamaian. sebagai akta otentik,
misalnya, akta yang dibuat
Pasal 71
Dalam hal upaya perdamaian sebagaimana dimaksud tidak oleh atau tidak di
dalam Pasal 69 tidak berhasil, Hakim mulai memeriksa hadapan Pejabat Umum
perkara. sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
Pasal 72 undangan.
(1) Pemeriksaan di sidang Pengadilan dilakukan secara
lisan atau tertulis. Pasal 114
(2) Dalam hal Penggugat atau Tergugat tidak mengerti Ayat (1)
bahasa Indonesia, Hakim menunjuk seseorang yang Cukup jelas.
akan bertindak sebagai penerjemah. Ayat (2)
(3) Penerjemah yang ditunjuk, sebelum melakukan Cukup jelas.
tugasnya harus bersumpah lebih dahulu Ayat (3)
dipersidangan, bahwa yang bersangkutan akan Yang dimaksud dengan
menerjemahkan secara benar bahasa yang digunakan “di muka pengadilan”
oleh pihak yang berperkara ke dalam bahasa adalah dalam
Indonesia dan sebaliknya. persidangan perkara
(4) Orang yang tidak dapat didengar sebagai saksi yang bersangkutan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129, tidak dapat
ditunjuk sebagai penerjemah. Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 73
Jawaban Tergugat terhadap pokok perkara dapat berupa Pasal 116
pengakuan, sangkalan, atau menyerahkan putusan Cukup jelas.
perkara kepada Hakim.
Pasal 117
Pasal 74 Cukup jelas.
(1) Dalam hal jawaban Tergugat berupa menyerahkan
putusan perkaranya kepada Hakim, jawaban tersebut Pasal 118
tidak dapat disamakan dengan pengakuan Tergugat. Cukup jelas.
(2) Dalam hal Gugatan dikabulkan oleh Hakim dan
terhadap putusan diajukan Permohonan banding, Pasal 119
Tergugat masih berhak mengajukan sangkalan di Ayat (1)
Pengadilan Tinggi. Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 75 Dalam hal akta otentik
(1) Dalam hal Tergugat dipanggil untuk menghadap ke tersebut berkaitan
sidang Pengadilan karena perkaranya akan diperiksa, dengan dokumen
sedang Pengadilan tersebut menurut Tergugat tidak perusahaan yang wajib
berwenang untuk memeriksa perkaranya, Tergugat disimpan oleh pimpinan
dapat mengajukan eksepsi bahwa Pengadilan tidak perusahaan telah
berwenang secara relatif. dialihkan ke dalam
(2) Eksepsi kewenangan relatif Pengadilan sebagaimana mikrofilm atau media
dimaksud pada ayat (1) harus diajukan Tergugat lainnya, maka untuk
dalam jawaban pertama yang dimuat sebelum menyatakan bahwa
jawaban terhadap pokok perkara. salinan pertama dan
(3) Eksepsi kewenangan relatif yang diajukan sesudah salinan lengkap dari
jawaban terhadap pokok perkara harus ditolak oleh suatu akta otentik yang
Pengadilan. wajib disimpan tersebut
telah sesuai dengan
Pasal 76 aslinya, cukup
(1) Dalam hal pokok perkara tidak termasuk dalam berdasarkan berita
kewenangan Pengadilan maka eksepsi kewenangan acara pengalihan
absolut dapat diajukan setiap saat selama dokumen perusahaan
pemeriksaan perkara berlangsung. yang ditandatangani
(2) Hakim karena jabatannya harus menyatakan dirinya oleh pimpinan
tidak berwenang, jika pokok perkara yang perusahaan yang
bersangkutan tidak termasuk kewenangan Pengadilan bersangkutan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Ayat (3)
Yang dimaksud dengan
Pasal 77 “salinan lain dari suatu
Semua eksepsi yang diajukan Tergugat harus diperiksa akta”, antara lain,
dan diputus bersama dengan pokok perkara, kecuali “hasil cetak” dari
eksepsi tentang ketidakwenangan Pengadilan. dokumen perusahaan
yang telah dialihkan ke
Pasal 78 dalam mikrofilm atau
(1) Tergugat berhak mengajukan Gugatan rekonvensi, media lainnya. Dalam
kecuali jika: hal dokumen asli telah
a. Tergugat digugat dalam Gugatan konvensi dimusnahkan
karena kedudukannya dan dalam Gugatan berdasarkan ketentuan
rekonvensi bertindak untuk diri pribadi atau Undang-Undang Nomor
sebaliknya; 8 Tahun 1997 tentang
b. Pengadilan yang memeriksa Gugatan konvensi Dokumen Perusahaan,
tidak berwenang secara absolut untuk maka Hakim
memeriksa pokok perkara dalam Gugatan memerintahkan supaya
rekonvensi; atau berita acara pengalihan
c. pokok perkara Gugatan konvensi mengenai dokumen sebagai
pelaksanaan putusan pengadilan. legalisasi terhadap
(2) Gugatan rekonvensi tidak dapat diajukan dalam dokumen tersebut
pemeriksaan tingkat banding, jika Tergugat tidak diajukan ke
mengajukan Gugatan rekonvensi dalam pemeriksaan persidangan.
tingkat pertama.
Pasal 120
Pasal 79 Cukup jelas.
(1) Gugatan rekonvensi hanya dapat diajukan bersama
dengan jawaban pertama Tergugat terhadap Gugatan
konvensi.
(2) Gugatan rekonvensi diputus bersama dengan Pasal 121
Gugatan konvensi dalam satu putusan. Ayat (1)
Jauhnya Alamat
Pasal 80 Tempat Tinggal pejabat
Berita acara persidangan sebelumnya harus sudah tersebut ditentukan
diselesaikan dan ditandatangani oleh Hakim dan panitera oleh fakta mengenai
pada saat persidangan berikutnya. jarak tempuh
perjalanan dan
Bagian Ketiga kesulitan transportasi.
Keikutsertaan Pihak Ketiga Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 81 Ayat (3)
Setiap orang yang mempunyai kepentingan dalam suatu Cukup jelas.
perkara pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan, Ayat (4)
selama perkara belum diputus dapat mengajukan Cukup jelas.
Permohonan kepada majelis Hakim yang memeriksa Ayat (5)
perkara yang bersangkutan untuk: Cukup jelas.
a. diizinkan masuk dalam perkara untuk membela Ayat (6)
kepentingan salah satu pihak yang berperkara; Cukup jelas.
dan/atau
b. diizinkan masuk dalam perkara tersebut sebagai Pasal 122
pihak yang hendak membela haknya sendiri. Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 82 Ayat (2)
(1) Tergugat dapat mengajukan Permohonan kepada Penetapan Hakim
majelis Hakim yang memeriksa perkara yang mengenai jumlah biaya
bersangkutan supaya diizinkan menarik pihak ketiga pemeriksaan yang
sebagai penanggung untuk membebaskan Tergugat dibayar kepada pejabat
dari tanggung jawabnya. yang berwenang
(2) Pihak ketiga sebagai penanggung dalam perkara memeriksa surat
tersebut mengambil alih kedudukan pihak yang sebagaimana dimaksud
menariknya. dalam Pasal 121
(3) Dalam hal Permohonan penarikan pihak penanggung tentang kesesuaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari pihak surat dengan aslinya
Tergugat, Permohonan tersebut harus diajukan atau tidak, berpedoman
sebelum mengajukan jawaban dalam pokok perkara. kepada asas
(4) Dalam hal Permohonan penarikan pihak penanggung penyelenggaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh peradilan dengan biaya
Tergugat rekonvensi, Permohonan tersebut harus murah.
diajukan sebelum jawaban dalam rekonvensi.
Pasal 123
Pasal 83 Ayat (1)
(1) Permohonan keikutsertaan pihak ketiga sebagaimana Pemeriksaan tentang
dimaksud dalam Pasal 81 dan Pasal 82 dapat keaslian surat
diajukan secara lisan atau tertulis kepada majelis dimintakan kepada
Hakim yang memeriksa perkara tersebut dalam Kepala Kepolisian yang
persidangan. daerah hukumnya
(2) Majelis Hakim dapat mengabulkan atau menolak meliputi yurisdiksi
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengadilan tersebut.
dengan putusan sela. Ayat (2)
(3) Terhadap putusan sela sebagaimana dimaksud pada Cukup jelas.
ayat (2) tidak dapat diajukan upaya hukum apapun.
Pasal 124
Pasal 84 Ayat (1)
(1) Dalam hal pemeriksaan suatu perkara tidak dapat Yang dimaksud dengan
diselesaikan pada hari sidang yang telah ditentukan, “telah terjadi peristiwa”,
pemeriksaan perkara ditunda sampai pada hari yang misalnya, telah terjadi
ditentukan. jual beli, perjanjian,
(2) Penundaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud atau meninggal dunia.
pada ayat (1) diumumkan dalam sidang terbuka Ayat (2)
untuk umum. Cukup jelas.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berlaku sebagai panggilan yang sah untuk Pasal 125
persidangan berikutnya bagi pihak yang hadir. Cukup jelas.
(4) Dalam hal pihak yang berperkara tidak hadir dalam
persidangan, yang bersangkutan harus dipanggil Pasal 126
secara sah. Ayat (1)
(5) Dalam hal pada hari sidang berikutnya salah satu Yang dimaksud dengan
pihak tidak hadir, pemeriksaan perkara dilanjutkan. “peristiwa yang saksi
alami” adalah segala
Bagian Keempat fakta, peristiwa, atau
Pemeriksaan Perkara dengan Acara Singkat hal-hal yang dilihat,
didengar, dirasa atau
Pasal 85 diraba sendiri oleh
(1) Pada Hari tertentu menurut keperluan, Ketua saksi.
Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Apa yang bersangkutan
Pengadilan, mengadakan sidang Pengadilan sebagai dengar atau yang
Hakim tunggal untuk memeriksa, mengadili, dan bersangkutan ketahui
memutus perkara dengan acara singkat yang dari orang lain yang
menurut sifat sengketanya memerlukan pemeriksaan merupakan penyaksian
dan putusan dengan segera. dengan pendengaran
(2) Panitera mencatat perkara yang diajukan untuk (testimonium de auditu)
diperiksa dengan acara singkat dalam daftar perkara yaitu keterangan yang
tersendiri. bersangkutan dengar
dari orang lain, tidaklah
Pasal 86 berharga sebagai
(1) Perkara yang dapat diperiksa, diadili, dan diputus kesaksian, melainkan
dengan acara singkat meliputi perkara: hanya sebagai bahan
a. pelaksanaan Putusan Pengadilan atau produk menyusun persangkaan
hukum lain yang mempunyai kekuatan atau untuk melengkapi
eksekutorial; keterangan dari saksi
b. kewajiban notaris untuk membuat akta yang yang dapat dipercayai
menurut keadaannya tidak dapat ditunda; oleh Hakim.
c. penyegelan barang atau pembukaan penyegelan Ayat (2)
barang; atau Cukup jelas.
d. perdata lainnya yang menurut kepentingan para Ayat (3)
pihak memerlukan tindakan segera, dan akan Cukup jelas.
menimbulkan kerugian bagi pihak yang
berperkara jika diperiksa dengan acara biasa. Pasal 127
(2) Putusan Pengadilan dengan acara singkat Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap Pasal 128
putusan tersebut diajukan upaya hukum. Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 87 Ayat (2)
(1) Penentuan hari sidang dan penundaan ditetapkan Jika saksi bertempat
oleh Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk tinggal di luar daerah
olehnya dengan segera dan acara pemeriksaanya hukum Pengadilan
tidak terikat pada ketentuan tentang pemeriksaan yang memeriksa
dengan acara biasa sebagaimana diatur dalam perkara, maka
Undang-Undang ini. Pengadilan di Alamat
(2) Pemeriksaan dilakukan langsung dengan mendengar Tempat Tinggal saksi
keterangan pihak yang berperkara secara lisan tanpa dapat diminta untuk
mengurangi hak mereka masing-masing untuk memaksa saksi datang
dibantu oleh kuasanya. menghadap kepadanya
(3) Berita acara persidangan harus segera diselesaikan untuk diadakan
sebelum persidangan berikutnya. pemeriksaan. Berita
acara hasil
Pasal 88 pemeriksaan
Dalam hal pemeriksaan dalam sidang perkara dikirimkan kepada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 tidak Hakim semula yang
menimbulkan kerugian bagi pihak yang berperkara jika memeriksa perkara
dilakukan pemeriksaan dengan acara biasa, Pengadilan tersebut untuk
dalam penetapannya: dibacakan dalam
a. menolak Permohonan untuk memeriksa Gugatan sidang berikutnya.
dengan acara singkat; dan Ayat (3)
b. memerintahkan kepada panitera untuk memasukkan Cukup jelas.
perkara tersebut dalam daftar perkara biasa. Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 89 Ayat (5)
(1) Putusan Pengadilan dengan acara singkat yang Cukup jelas.
mengabulkan Gugatan dapat dilaksanakan terlebih Ayat (6)
dahulu meskipun ada perlawanan atau kasasi. Cukup jelas.
(2) Putusan Pengadilan dengan acara singkat tidak
membawa kerugian pada pokok perkaranya. Pasal 129
Huruf a
Pasal 90 Ketentuan tidak boleh
Perlawanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat memberi kesaksian
(1) diajukan ke Pengadilan yang memutus dengan acara dimaksudkan untuk
singkat, dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) Hari mencegah mereka
terhitung setelah Putusan Pengadilan diberitahukan memberikan
kepada Tergugat. keterangan palsu di
persidangan atau
Pasal 91 terpaksa memberikan
(1) Terhadap Putusan Pengadilan di tingkat pertama keterangan yang tidak
dengan acara singkat tidak dapat diajukan benar disebabkan
Permohonan banding. hubungan keluarga
(2) Terhadap Putusan Pengadilan di tingkat pertama yang dekat.
dengan acara singkat dapat diajukan Permohonan Huruf b
kasasi kepada panitera Pengadilan yang memutus Cukup jelas.
perkara dengan acara singkat dalam waktu paling Huruf c
lambat 14 (empat belas) Hari terhitung setelah Cukup jelas.
Putusan Pengadilan diucapkan bagi yang hadir atau Huruf d
setelah diberitahukan bagi yang tidak hadir. Cukup jelas.
(3) Terhadap Putusan kasasi sebagaimana dimaksud Huruf e
pada ayat (2) tidak dapat diajukan Permohonan Cukup jelas.
peninjauan kembali.
Pasal 130
Pasal 92 Huruf a
Ketentuan mengenai Permohonan kasasi dengan acara Yang dimaksud dengan
biasa berlaku juga bagi Permohonan kasasi dengan acara “kedudukan perdata”
singkat. adalah perkara yang
menyangkut
kedudukan sipil
Bagian Kelima (statuta personalia) dari
Pemeriksaan Perkara dengan Acara Cepat pihak yang
bersangkutan, antara
Pasal 93 lain, perkara tentang
(1) Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk oleh kelahiran, asal usul
Ketua Pengadilan dapat mengadakan sidang keturunan,
Pengadilan dengan acara cepat melalui penunjukan perkawinan,
Hakim tunggal untuk memeriksa, mengadili, dan perceraian, dan
memutus perkara. kematian.Berdasarkan
(1) Panitera mencatat perkara yang diajukan untuk ketentuan ini maka
diperiksa dengan acara cepat dalam daftar perkara bagi orang yang disebut
tersendiri. dalam Pasal 125 huruf
a dapat didengar
Pasal 94 sebagai saksi dalam
(1) Suatu perkara dapat diperiksa, diadili, dan diputus persidangan mengenai
dengan acara cepat, jika nilai Gugatannya paling perkara kedudukan
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). perdata.
(2) Perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Huruf b
meliputi perkara: Cukup jelas
a. utang piutang yang timbul berdasarkan Huruf c
perjanjian; Cukup jelas
b. kerusakan barang yang timbul berdasarkan
perjanjian;
c. cedera badan pribadi yang timbul berdasarkan Pasal 131
perjanjian; dan Cukup jelas.
d. pembatalan perjanjian.
Pasal 132
Pasal 95 Cukup jelas.
(1) Para pihak dalam gugatan dengan acara cepat
terdiri dari penggugat dan tergugat yag masing- Pasal 133
masing tidak boleh lebih dari satu, kecuali Cukup jelas.
memiliki kepentingan hukum yang sama.
Pasal 134
(2) Terhadap tergugat yang tidak diketahui tempat
Cukup jelas.
tinggalnya, tidak dapat diajukan gugatan dengan
acara cepat. Pasal 135
(3) Penggugat dan tergugat dalam gugatan dengan Cukup jelas.
acara cepat, berdomisili di daerah hukum
Pengadilan yang sama. Pasal 136
(4) Dalam hal penggugat berada di luar wilayah Cukup jelas.
hukum tempat tinggal atau domisili tergugat,
penggugat dalam mengajukan gugatan menunjuk Pasal 137
kuasa, kuasa insidentil atau wakil yang beralamat Cukup jelas.
di wilayah hukum atau domisili tergugat.
Pasal 138
(5) Penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara
Cukup jelas.
langsung setiap persidangan dengan atau tanpa
didampingi oleh kuasa, kuasa insidentil atau Pasal 139
wakil. Ayat (1)
Saksi yang
Pasal 96 dikenakan paksa
(1) Dalam hal penggugat tidak hadir pada hari sidang badan ditempatkan
pertama tanpa alasan yang sah, maka gugatan di Rumah Tahanan
dinyatakan gugur. Negara.
(2) Dalam hal tergugat tidak hadir pada hari sidang Ayat (2)
pertama, maka dilakukan pemanggilan kedua. Cukup jelas.
(3) Dalam hal tergugat tidak hadir pada sidang hari kedua
setelah dipanggil kedua kalinya maka hakim memutus
perkara tersebut secara verstek. Pasal 140
(4) Dalam hal tergugat pada hari sidang pertama hadir dan Saksi yang ”sedang sakit”
pada hari sidang berikutnya tidak hadir tanpa alasan dalam ketentuan ini dapat
yang sah, maka gugatan diperiksa dan diputus secara diminta memberikan
contradictoir. keterangan di tempat yang
bersangkutan berada jika
Pasal 97 menurut keterangan dokter
Dalam proses pemeriksaan perkara hakim dapat diperbolehkan untuk
memerintahkan peletakan sita jaminan terhadap benda memberikan keterangan
milik tergugat dan atau milik penggugat yang ada dalam tersebut.
penguasaan tergugat. Yang dimaksud dengan
“karena hal lain dengan
Pasal 98 alasan yang sah”, antara
(1) Dalam pemeriksaan perkara dengan acara cepat, lain, saksi dalam tahanan
pembuktiannya dilakukan dengan cara pembuktian atau sedang menjalani
sederhana. hukuman.
(2) Dalam pembuktian sederhana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), terhadap dalil gugatan yang diakui Pasal 141
dan/atau tidak dibantah oleh tergugat, tidak perlu Cukup jelas.
dilakukan pembuktian.
(3) Terhadap dalil gugatan yang dibantah, hakim Pasal 142
melakukan pemeriksaan pembuktian. Cukup jelas.

Pasal 99 Pasal 143


(1) Pengadilan memutus perkara dengan acara cepat Ayat (1)
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak Cukup jelas.
tanggal perkara didaftarkan. Ayat (2)
(2) Dalam hal pihak yang dipanggil bertempat di luar Cukup jelas.
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Ayat (3)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) yang Yang dimaksud dengan
mengakibatkan tidak terpenuhinya ketentuan waktu “pertanyaan yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim bersifat menjerat dan
menetapkan pemeriksaan perkara dengan acara mengarahkan” adalah,
biasa. antara lain, pertanyaan
(3) Putusan Pengadilan dengan acara cepat tidak dapat yang disusun
diajukan upaya hukum apapun. sedemikian rupa
sehingga saksi cukup
disuruh menjawab “ya”
BAB VIII atau “tidak” saja.
PEMBUKTIAN Ayat (4)
Cukup jelas.
Bagian Kesatu
Umum Pasal 144
Cukup jelas.
Pasal 100
(1) Hakim hanya dapat mendasarkan putusannya pada Pasal 145
peristiwa dan hak yang telah menjadi jelas baginya Ayat (1)
dalam persidangan atau peristiwa dan hak yang Yang dimaksud dengan
dikemukakan oleh para pihak dan menurut “perantara” adalah
persyaratan dalam Undang-Undang ini telah menjadi penerjemah keterangan
tetap, kecuali Undang-Undang menentukan lain. mengenai kesaksian
(2) Peristiwa atau hak yang didalilkan oleh salah satu dari saksi yang bisu tuli
pihak dan tidak disangkal atau disangkal tanpa dan tidak dapat baca
alasan yang cukup oleh pihak lawan, wajib dianggap tulis.
telah menjadi tetap, kecuali jika peristiwa tersebut Ayat (2)
menimbulkan suatu akibat hukum yang bertentangan Yang dimaksud dengan
dengan aturan hukum yang bersifat memaksa. “sehat” adalah sehat
(3) Hakim dapat mendasarkan putusannya pada secara jasmani dan
peristiwa atau keadaan yang telah menjadi rohani.
pengetahuan umum. Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 101
Pihak yang menuntut akibat hukum dari peristiwa atau Pasal 146
hak yang didalilkannya dan disangkal oleh pihak lawan Cukup jelas.
wajib membuktikannya, kecuali Undang-Undang
menentukan lain. Pasal 147
Ketentuan ini dimaksudkan
Pasal 102 untuk mengingatkan hakim
(1) Bukti yang bersifat memaksa mewajibkan Hakim agar memperhatikan bahwa
untuk membenarkan isi alat bukti tersebut atau keterangan saksi harus
mengakui kekuatan pembuktian yang diberikan benar-benar diberikan
oleh Undang-Undang terhadap alat bukti secara bebas, jujur dan
obyektif.
tersebut.
(2) Bukti lawan selalu dapat diajukan, juga terhadap
Pasal 148
bukti memaksa, kecuali Undang-Undang menentukan
Cukup jelas.
lain.
Pasal 149
Yang dimaksud dengan
Pasal 103
“persangkaan berdasarkan
Undang-Undang” adalah
(1) Alat bukti yang digunakan dalam persidangan kesimpulan berdasarkan
perkara perdata, meliputi: Undang-Undang dan
a. surat; kejadian yang nyata atau
b. kesaksian; telah terbukti kebenarannya
c. persangkaan; untuk menentukan suatu
d. pengakuan; kejadian lain yang belum
e. sumpah; terbukti, misalnya, dengan
telah adanya 3 (tiga) kuitansi
f. pemeriksaan setempat; terakhir, maka dianggap
g. keterangan ahli; atau pembayaran sebelumnya
h. alat bukti lain yang ditentukan oleh undang- sudah dilunasi.
undang. Yang dimaksud dengan
(2) Penilaian terhadap pembuktian diserahkan ”persangkaan Hakim” adalah
kepada Hakim, kecuali Undang-Undang kesimpulan yang ditarik oleh
Hakim berdasarkan kejadian
menentukan lain.
yang nyata atau telah
terbukti kebenarannya
Pasal 104
untuk menentukan suatu
Perjanjian pembuktian yang menyimpang dari hukum
kejadian lain yang belum
pembuktian, tidak sah jika bertentangan dengan Undang-
terbukti, misalnya, seorang
Undang yang bersifat memaksa.
laki-laki dan seorang wanita
Pasal 105 yang bukan suami isteri
Jika dalam perkara Permohonan diperlukan keterangan telah terbukti kebenarannya
saksi, ahli, pemeriksaan atau peninjauan setempat, menginap dalam satu kamar
berlaku ketentuan mengenai perkara Gugatan, kecuali satu tempat tidur maka
Undang-Undang menentukan lain. mereka dianggap telah
melakukan perzinahan.
Pasal 106
(1) Pada setiap tingkat perkara, masing-masing pihak Pasal 150
dapat meminta kepada Hakim supaya pihak lawannya Cukup jelas.
diperintahkan menyerahkan salinan surat milik
kedua belah pihak yang menyangkut hal yang sedang Pasal 151
dipersengketakan dan berada di tangan pihak lawan. Ketentuan ini untuk menjaga
(2) Atas permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat kebebasan Hakim agar tetap
(1), Hakim wajib memerintahkan masing-masing obyektif dalam melakukan
pihak untuk memberikan salinan surat milik kedua penilaian suatu
belah pihak yang menyangkut hal yang sedang persangkaan.
dipersengketakan dan berada di tangan pihak lawan.
Pasal 152
Cukup jelas
Bagian Kedua
Surat Pasal 153
Cukup jelas.
Pasal 107
(1) Pihak yang berperkara dapat mengajukan bukti Pasal 154
berupa surat untuk menguatkan peristiwa sebagai Cukup jelas.
dasar haknya atau sebagai dasar sangkalan terhadap
dalil lawannya. Pasal 155
(2) Pihak yang berperkara secara timbal balik berhak Cukup jelas.
untuk meminta diperlihatkan bukti berupa surat yang
diserahkan dalam sidang dan memperoleh salinan Pasal 156
bukti berupa surat tersebut. Cukup jelas.

Pasal 157
Pasal 108 Ayat (1)
Surat merupakan segala sesuatu yang berisi tulisan Cukup jelas.
yang ditandatangani atau dibubuhi cap jari. Ayat (2)
Dalam hal perkara
Pasal 109 diperiksa oleh Hakim
Akta merupakan surat yang ditandatangani atau tunggal, maka Hakim
dibubuhi cap jari yang dibuat dengan tujuan untuk tersebut dibantu oleh
membuktikan terjadinya suatu peristiwa atau panitera persidangan
perbuatan. mendatangi pihak yang
bersangkutan untuk
Pasal 110 mengambil sumpahnya.
(1) Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 Ayat (3)
terdiri atas akta otentik dan akta di bawah Cukup jelas.
tangan.
(2) Akta otentik merupakan akta yang dibuat dalam Pasal 158
bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang dan Ayat (1)
dibuat oleh atau di hadapan Pejabat Umum yang Dalam hal perkara
berwenang di tempat akta tersebut dibuat. diperiksa oleh Hakim
(3) Akta di bawah tangan merupakan akta yang tunggal maka Hakim
dibuat tidak oleh atau tidak di hadapan Pejabat yang bersangkutan
Umum. dengan dibantu oleh
panitera persidangan
Pasal 111 melakukan
Akta otentik memberikan pembuktian yang bersifat pemeriksaan setempat.
memaksa terhadap setiap orang tentang apa yang Ayat (2)
disaksikan dan diperbuat oleh Pejabat Umum dalam Cukup jelas.
lingkup kewenangannya.
Pasal 159
Pasal 112 Cukup jelas.
(1) Perjanjian yang dibuat kemudian yang isinya
bertentangan dengan isi akta otentik terdahulu, Pasal 160
hanya mempunyai kekuatan bukti terhadap para Cukup jelas.
pihak pembuat perjanjian, para ahli waris, dan semua
orang yang mendapat hak dari perjanjian tersebut. Pasal 161
(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak Cukup jelas.
mempunyai kekuatan bukti terhadap pihak ketiga
yang tidak mempunyai kaitan dengan akta otentik Pasal 162
tersebut. Cukup jelas.

Pasal 113 Pasal 163


Surat yang mempunyai bentuk seperti akta otentik Ayat (1)
diperlakukan sebagai akta otentik, kecuali dibuktikan Ketentuan ini tidak
sebaliknya. menutup kemungkinan
para pihak mengajukan
Pasal 114 kesimpulan sebelum
(1) Akta di bawah tangan yang diakui oleh orang Hakim menutup
terhadap siapa akta tersebut dipakai, atau yang persidangan.
berdasarkan Undang-Undang dianggap sebagai Ayat (2)
diakui, memberikan terhadap orang yang Cukup jelas.
menandatanganinya serta para ahli warisnya dan Ayat (3)
orang yang mendapat hak darinya bukti yang Cukup jelas.
sempurna seperti suatu akta otentik. Ayat (4)
(2) Setiap orang yang terhadapnya diajukan akta di Cukup jelas.
bawah tangan, diwajibkan secara tegas mengakui Ayat (5)
atau menyangkal tanda tangannya tetapi bagi para Cukup jelas.
ahli warisnya atau orang yang mendapat hak dari Ayat (6)
padanya adalah cukup jika mereka menerangkan Cukup jelas.
tidak mengakui tulisan atau tanda tangan tersebut
sebagai tulisan atau tanda tangan dari pewaris atau
orang yang memberikan hak kepadanya. Pasal 164
(3) Dalam hal seseorang menyangkal tulisan atau tanda Cukup jelas.
tangannya atau jika para ahli warisnya atau orang
yang mendapat hak dari padanya menerangkan tidak Pasal 165
mengakuinya maka Hakim harus memerintahkan Cukup jelas.
supaya kebenaran dari tulisan atau tanda tangan
tersebut diperiksa di muka Pengadilan. Pasal 166
Ayat (1)
Pasal 115 Huruf a
(1) Akta di bawah tangan dapat dibubuhi cap jari sebagai Cukup jelas.
pengganti tandatangan.
(2) Akta di bawah tangan sebagaimana dimaksud pada Huruf b
ayat (1) wajib diperkuat dengan keterangan dari Cukup jelas.
notaris atau Pejabat Umum lainnya yang berwenang,
yang menyatakan bahwa: Huruf c
a. orang yang membubuhkan cap jari tersebut Cukup jelas.
dikenal atau diperkenalkan oleh 2 (dua) orang
yang dikenalnya; dan Huruf d
b. isi akta tersebut sebelum dibubuhi cap jari telah Cukup jelas.
diterangkan dengan jelas dan telah disetujui oleh
orang yang membubuhkan cap jari tersebut. Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 116 Huruf f
Dalam hal pihak yang bersangkutan menghendaki, tanda Cukup jelas.
tangan dalam akta di bawah tangan dapat diperkuat
dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 ayat Huruf g
(2). Cukup jelas.

Pasal 117 Huruf h


(1) Tanggal yang dicantumkan dalam akta di bawah Cukup jelas.
tangan sebagai keterangan waktu dibuatnya akta oleh
para pihak yang bersangkutan, tidak mempunyai Huruf i
kekuatan bukti terhadap pihak ketiga. Cukup jelas.
(2) Tanggal yang mempunyai kekuatan bukti terhadap Huruf j
pihak ketiga sebagai keterangan waktu dibuatnya Cukup jelas
akta di bawah tangan terdiri atas: Huruf k
a. tanggal pada saat tanda tangan dalam akta di Yang dimaksud
bawah tangan tersebut dikuatkan oleh dengan “diputus”
keterangan notaris atau Pejabat Umum lainnya adalah diputus
yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam dalam
Pasal 115 ayat (2); musyawarah
b. tanggal meninggalnya para pihak atau salah satu majelis Hakim.
pihak yang menandatangani akta di bawah Ayat (2)
tangan tersebut; Cukup jelas.
c. tanggal pada saat notaris atau Pejabat Umum Ayat (3)
lainnya yang berwenang, mengakui adanya akta Cukup jelas
di bawah tangan tersebut; atau Ayat (4)
d. tanggal surat pengakuan pihak ketiga terhadap Yang dimaksud dengan
pemilik akta di bawah tangan tersebut “anggota yang
dipergunakan sebagai bukti. pangkatnya paling
tinggi” adalah anggota
Pasal 118 Hakim yang
(1) Akta di bawah tangan tentang perikatan utang yang mempunyai pangkat
dibuat sepihak untuk membayar tunai sejumlah uang golongan/ruang paling
atau memberikan suatu barang yang dapat tinggi.
ditetapkan harganya, harus: Ayat (5)
a. seluruhnya ditulis dengan tangan dan Cukup jelas.
ditandatangani oleh penulis sendiri; atau Ayat (6)
b. paling sedikit ditulis dengan tangan pada Cukup jelas.
pernyataan persetujuan yang memuat jumlah Ayat (7)
uang dan besarnya nilai barang yang harus Cukup jelas.
dibayar oleh penulis sendiri dan ditandatangani.
(2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 167
ayat (1) tidak dipenuhi dan akta tersebut disangkal, Ayat (1)
akta tersebut hanya dapat diterima sebagai bukti Cukup jelas.
permulaan tertulis. Ayat (2)
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Cukup jelas.
ayat (2) tidak berlaku terhadap: Ayat (3)
a. surat saham; Yang dimaksud dengan
b. obligasi; “berkepentingan”,
c. perikatan yang dibuat oleh debitor dalam antara lain, untuk
menjalankan perusahaannya; dan kepentingan ilmu
d. akta di bawah tangan sebagaimana dimaksud pengetahuan.
dalam Pasal 115 ayat (2) dan Pasal 116.

Pasal 119 Pasal 168


(1) Kekuatan pembuktian dari bukti surat terletak pada Pasal ini dimaksudkan
akta aslinya. untuk memberikan jaminan
(2) Grosse dan salinan lengkap dari suatu akta otentik terhadap isi suatu Putusan
yang aslinya menurut peraturan perundang- Pengadilan, agar pihak yang
undangan harus disimpan, yang dikeluarkan oleh dimenangkan perkaranya
Pejabat Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal tidak dirugikan oleh pihak
110 ayat (2) yang berwenang untuk itu mempunyai lawan dengan cara
kekuatan pembuktian yang sama dengan aslinya. mengulur-ulur waktu.
(3) Tindasan, fotokopi, dan salinan lain dari suatu akta
yang aslinya masih ada, hanya dapat diterima sebagai Pasal 169
bukti jika sesuai dengan aslinya yang oleh Hakim Cukup jelas.
diperintahkan supaya diajukan di persidangan.
Pasal 170
Ayat (1)
Pasal 120 Huruf a
(1) Dalam hal salah satu pihak yang berperkara Yang dimaksud
membantah keaslian bukti surat yang diajukan oleh dengan “biaya
pihak lawan, Hakim dapat melakukan pemeriksaan kepaniteraan”
terhadap bantahan tersebut dan mempertimbangkan adalah biaya
dalam putusan akhir mengenai nilai pembuktiannya. administrasi
(2) Dalam hal diperlukan surat yang berada dalam kepaniteraan yang
simpanan Pejabat Umum, Hakim memerintahkan diperlukan dalam
supaya pejabat tersebut menyerahkan surat yang penyelesaian
diperlukan dalam sidang dengan memperhatikan perkara yang
ketentuan peraturan perundang-undangan. bersangkutan.
(3) Dalam hal pejabat tersebut tanpa alasan yang sah Huruf b
tidak memenuhi kewajibannya, atas Permohonan Cukup jelas.
pihak yang berperkara yang berkepentingan, Hakim Huruf c
dapat memerintahkan supaya pejabat tersebut Yang dimaksud
memenuhi kewajibannya. dengan “biaya
tindakan
Pasal 121 pengadilan
(1) Dalam hal ada keberatan untuk menyerahkan surat lainnya” antara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 ayat (2) lain, biaya
karena jauhnya Alamat Tempat Tinggal pejabat delegasi, biaya
tersebut, Pengadilan melimpahkan pemeriksaan pemeriksaan surat
kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi di laboratorium
tempat surat tersebut disimpan. kriminal
(2) Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat Kepolisian.
surat tersebut disimpan, sesudah melakukan Huruf d
pemeriksaan wajib membuat berita acara. Cukup jelas.
(3) Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Huruf e
wajib mengirimkan salinan dari surat sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (1) dan berita acara pemeriksaan Ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Cukup jelas.
Pengadilan yang melimpahkannya.
(4) Atas Permohonan pihak yang berperkara, jika pejabat Pasal 171
tersebut tanpa alasan yang dapat diterima oleh Hakim Cukup jelas.
tidak memenuhi perintah Pengadilan untuk
menyerahkan surat tersebut, Ketua Pengadilan yang Pasal 172
menerima pelimpahan pemeriksaan dapat Cukup jelas
memerintahkan pejabat tersebut memenuhi
kewajibannya. Pasal 173
(5) Dalam hal surat yang diperlukan tersebut tidak Ayat (1)
merupakan bagian dari suatu register, salinan atau Cukup jelas.
fotokopi yang telah bermaterai secukupnya Ayat (2)
disesuaikan dengan surat aslinya. Cukup jelas.
(6) Surat asli sebagaimana dimaksud pada ayat (5) segera Ayat (3)
dikembalikan kepada yang berhak. Tanda tangan
saksi yang
Pasal 122 bersangkutan
(1) Biaya yang dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan tercantum dalam
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 berita acara
dan Pasal 121 ditanggung oleh pihak yang memohon sidang pada Hari
pemeriksaan alat bukti tertulis. yang
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersangkutan
jumlahnya ditentukan dengan penetapan Hakim yang memberikan
memeriksa perkara tersebut. kesaksian dan
dilakukan
Pasal 123 setelah berita
(1) Dalam hal pemeriksaan tentang keaslian surat acara sidang
tersebut timbul dugaan bahwa surat tersebut palsu tersebut
atau dipalsukan, Hakim atas permintaan dan biaya dibacakan
dari pihak yang berkepentingan dapat mengirim surat dihadapan saksi.
yang diduga palsu untuk dibandingkan dengan Ayat (4)
aslinya kepada laboratorium kriminal untuk diteliti Cukup jelas.
keaslian tulisan tersebut. Ayat (5)
(2) Pemeriksaan perkara dapat dilanjutkan tanpa Cukup jelas.
menunggu hasil penelitian surat sebagaimana Ayat (6)
dimaksud pada ayat (1) diterima kembali. Cukup jelas.
Ayat (7)
Pasal 124 Cukup jelas.
(1) Bukti permulaan tertulis dianggap ada, jika:
a. dari surat Tergugat atau kuasanya dapat Pasal 174
diperkirakan telah terjadi peristiwa yang oleh Penggantian ketua majelis
Penggugat digunakan sebagai dasar Gugatannya; karena sesuatu hal pada
dan/atau saat pemeriksaan suatu
b. dari surat Penggugat atau kuasanya dapat perkara dapat terjadi
diperkirakan telah terjadi peristiwa yang oleh dalam persidangan.
Tergugat digunakan sebagai dasar bantahannya. Dalam hal demikian ketua
(2) Bukti permulaan tertulis dapat dilengkapi dengan majelis digantikan oleh
keterangan saksi. yang lain. Jika terjadi
pergantian ketua sidang,
Pasal 125 agar pemeriksaan
Putusan perkara pidana yang diputus oleh Pengadilan tersebut tidak terputus
yang terdakwanya hadir atau tidak hadir dan telah dan merupakan satu
memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyatakan pemeriksaan
seseorang telah terbukti melakukan suatu perbuatan, berkesinambungan, maka
memberikan bukti yang cukup tentang hal tersebut. sebelum sidang dimulai
isi berita acara
Bagian Ketiga persidangan harus
Kesaksian dibacakan terlebih dahulu
oleh ketua majelis yang
Pasal 126 baru.
(1) Keterangan saksi hanya berlaku sebagai bukti
terhadap peristiwa yang saksi alami. Pasal 175
(2) Dalam memberikan keterangan tentang peristiwa, Cukup jelas.
seorang saksi harus menjelaskan sumber
pengetahuannya waktu dan tempat terjadinya, dan Pasal 176
menerangkan sejelas mungkin duduk peristiwanya. Putusan dan penetapan
(3) Kesimpulan atau pendapat sebagai hasil pemikiran Pengadilan yang bertujuan
dari saksi sendiri tidak merupakan kesaksian. mengatur jalannya
pemeriksaan atau membagi
Pasal 127 beban pembuktian dapat
(1) Pihak yang berperkara dapat juga didengar sebagai dimohonkan banding, tetapi
saksi. berkas perkara banding
(2) Keterangan pihak yang berperkara sebagai saksi tersebut harus dikirim
tentang hal yang harus dibuktikan, tidak dapat bersama-sama dengan
menguntungkan pihak yang memberi keterangan, berkas putusan akhir dalam
kecuali keterangan tersebut adalah untuk menambah perkara tersebut, karena
kesaksian yang tidak sempurna. pada dasarnya merupakan
satu perkara secara
Pasal 128 keseluruhan.
(1) Setiap orang yang dipanggil secara sah sebagai saksi
wajib memberikan kesaksian. Pasal 177
(2) Tidak seorangpun boleh dipaksa hadir ke persidangan Ayat (1)
untuk memberikan kesaksiannya, jika yang Cukup jelas.
bersangkutan bertempat tinggal di luar daerah Ayat (2)
hukum Pengadilan yang sedang memeriksa perkara. Penghitungan tenggang
(3) Jika seorang saksi berada dalam keadaan waktu dalam hal para
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak memenuhi pihak tidak hadir dalam
panggilan Pengadilan, maka yang bersangkutan tidak sidang pada waktu
boleh dihukum. putusan diucapkan,
(4) Jika keterangan saksi tersebut diperlukan, maka dimulai pada hari
untuk mendengarkan keterangannya, Pengadilan berikut setelah
dapat melimpahkan kepada Pengadilan yang daerah pemberitahuan
hukumnya meliputi Alamat Tempat Tinggal saksi putusan tersebut
tersebut. disampaikan
(5) Pengadilan yang menerima pelimpahan tersebut kepadanya.
sesudah mendengar keterangan saksi wajib Ayat (3)
menyampaikan berita acara pendengaran saksi Cukup jelas
tersebut kepada Pengadilan yang melimpahkannya. Ayat (4)
(6) Pelimpahan pendengaran saksi dapat dilakukan Cukup jelas.
tanpa lebih dahulu memanggil saksi yang
bersangkutan. Pasal 178
Cukup jelas.
Pasal 129
Orang yang tidak boleh didengar sebagai saksi adalah: Pasal 179
a. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke Cukup jelas.
atas dan ke bawah;
b. istri atau suami dari salah satu pihak; Pasal 180
c. bekas istri atau bekas suami dari salah satu pihak; Ayat (1)
d. anak yang belum berumur 15 (lima belas) tahun; dan Pencabutan
e. orang gila, walaupun kadang-kadang dapat berfikir Permohonan banding
sehat. tidak perlu mendapat
persetujuan pihak
Pasal 130 lawan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 huruf Ayat (2)
a, tidak berlaku dalam persidangan mengenai perkara: Pemberian waktu paling
a. kedudukan perdata; lambat 7 (tujuh) Hari
b. nafkah yang harus dibayar sesuai dengan Undang- adalah dalam rangka
Undang tentang Perkawinan; dan lebih mempercepat
c. pemeriksaan alasan yang dapat menyebabkan proses perkara
pembebasan dan pemecatan dari kekuasaan orang tersebut. Sedangkan
tua atau perwalian. pengiriman surat
pencabutan kepada
Pasal 131 Ketua Pengadilan atau
Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 huruf a Hakim yang ditunjuk
tidak dapat mengundurkan diri sebagai saksi dalam karena Pengadilan yang
perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130. mengadili perkara
masih terkait sampai
Pasal 132 perkara tersebut sudah
(1) Orang yang berhak mengundurkan diri sebagai saksi selesai.
adalah: Ayat (3)
a. saudara laki-laki, saudara perempuan, ipar laki- Surat pencabutan
laki, atau ipar perempuan dari salah satu pihak; Permohonan banding
atau tersebut harus resmi
b. orang yang karena jabatan, profesi, atau dan Permohonan
pekerjaannya wajib untuk merahasiakan yang tersebut harus dibuat
mereka ketahui karena dipercayakan kepada surat penetapannya
mereka dalam kedudukan tersebut. oleh Ketua Pengadilan
(2) Pengadilan mempertimbangkan benar atau tidak atau Hakim yang
benar keterangan orang sebagaimana dimaksud pada ditunjuk untuk itu.
ayat (1) huruf b bahwa yang bersangkutan diwajibkan Ayat (4)
menyimpan rahasia tersebut. Cukup jelas.
Ayat (5)
Pasal 133 Cukup jelas.
Saksi dapat dibebaskan menjawab pertanyaan yang
diajukan kepadanya jika hal tersebut dapat Pasal 181
membahayakan dirinya atau salah satu keluarganya, baik Cukup jelas.
sedarah maupun semenda dalam garis lurus atau garis
samping sampai derajat ketiga, suami, istri, bekas suami Pasal 182
atau bekas istri terhadap pemidanaan karena melakukan Cukup jelas.
tindak pidana.
Pasal 183
Pasal 134 Cukup jelas.
(1) Hakim dapat memerintahkan para pihak untuk hadir
sendiri dalam persidangan untuk mendengarkan Pasal 184
keterangan saksi. Ayat (1)
(2) Dalam hal para pihak yang diperintahkan tidak hadir, Biaya perkara yang
sidang tetap dilaksanakan. diputus dalam
pemeriksaan banding
Pasal 135 meliputi pula biaya
(1) Penggugat yang berdasarkan putusan sela perkara pada tingkat
diperintahkan untuk membuktikan kebenaran pertama.
dalilnya atau Tergugat yang diperintahkan Ayat (2)
membuktikan kebenaran bantahannya dapat Cukup jelas.
mengajukan saksi di persidangan.
(2) Dalam hal saksi yang akan diajukan tidak bersedia Pasal 185
atau karena alasan lain tidak dapat dihadapkan ke Cukup jelas.
persidangan oleh pihak yang berperkara, pihak yang
berkepentingan dapat mengajukan Permohonan Pasal 186
kepada Hakim agar saksi tersebut dipanggil Cukup jelas.
menghadap ke persidangan.
Pasal 187
Ayat (1)
Pasal 136 Yang dimaksud dengan
Dalam hal saksi yang telah dipanggil secara sah tidak “kepentingan hukum”
hadir tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dihukum adalah dalam putusan
untuk membayar biaya pemanggilan yang telah yang dimohonkan
dikeluarkan dan Hakim memberitahukan kepada panitera kasasi terdapat
supaya saksi tersebut dipanggil lagi untuk kedua kalinya kesalahan penerapan
atas biaya saksi. hukum yang merugikan
kepentingan negara
Pasal 137 akan tetapi para pihak
(1) Dalam hal saksi tidak hadir tanpa alasan yang tidak mengajukan
sah setelah dipanggil untuk kedua kalinya, yang kasasi.
bersangkutan dihukum untuk kedua kalinya Ayat (2)
membayar biaya pemanggilan yang telah Cukup jelas.
dikeluarkan, ditambah membayar kerugian yang Ayat (3)
Yang dimaksud dengan
telah diderita oleh pihak yang berperkara sebagai
“tidak boleh merugikan
akibat tidak hadirnya saksi. pihak yang berperkara”
(2) Hakim dapat meminta bantuan Kepolisian untuk ialah tidak menunda
membawa saksi ke persidangan agar memenuhi pelaksanaan dan tidak
kewajibannya. mengubah Putusan
Pengadilan yang telah
Pasal 138 memperoleh kekuatan
Dalam hal saksi tidak hadir dipersidangan sebagaimana hukum tetap untuk
dimaksud dalam Pasal 136 dan Pasal 137 dan pada hari
sidang kemudian dapat membuktikan bahwa para pihak.
ketidakhadirannya disebabkan alasan yang sah, Hakim Ayat (4)
wajib membebaskan dari semua hukuman yang telah Cukup jelas.
dijatuhkan.
Pasal 188
Pasal 139 Cukup jelas.
(1) Dalam hal saksi yang telah datang di persidangan
menolak untuk didengar keterangannya, atas Pasal 189
permintaan pihak yang berkepentingan, Hakim Cukup jelas.
dapat memerintahkan agar saksi dipaksa badan
Pasal 190
atas biaya dari pihak yang berkepentingan
Cukup jelas.
tersebut sampai saksi memenuhi kewajibannya.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
Pasal 191
berlaku dalam hal pihak yang akan didengar sebagai
Ayat (1)
saksi adalah pihak yang berperkara.
Yang dimaksud dengan
“dalam waktu paling
Pasal 140
lambat 7 (tujuh) Hari”
Dalam hal saksi tidak dapat hadir di persidangan karena
adalah dihitung setelah
sakit atau karena hal lain dengan alasan yang sah, Hakim
kontra memori kasasi
dapat mendengar saksi tersebut dari tempat saksi berada.
yang terakhir diterima.
Ayat (2)
Pasal 141
Cukup jelas
(1) Saksi yang datang pada hari sidang yang telah
ditentukan, dipanggil satu persatu masuk ke
Pasal 192
persidangan untuk didengar keterangannya.
Cukup jelas.
(2) Hakim menanyakan kepada saksi mengenai:
a. nama lengkap;
Pasal 193
b. jenis kelamin;
Cukup jelas.
c. agama;
d. pekerjaan;
Pasal 194
e. umur;
Cukup jelas.
f. Alamat Tempat Tinggal atau Tempat
Kediamannya;
Pasal 195
g. status hubungan keluarga dengan para pihak
yang berperkara; dan Cukup jelas.
h. hubungan pekerjaan antara saksi dengan para
pihak yang berperkara. Pasal 196
Ayat (1)
Pasal 142 Huruf a
Dalam hal Permohonan pengunduran diri sebagai saksi Cukup jelas.
tidak diajukan atau Permohonan diajukan tetapi ditolak Huruf b
oleh Hakim, saksi sebelum memberikan keterangan harus Yang dimaksud
bersumpah menurut agamanya atau berjanji. dengan ”2 (dua)
pengadilan yang
Pasal 143 berbeda dalam 1
(1) Hakim mendengar setiap saksi tanpa hadirnya saksi (satu) lingkungan
lainnya yang belum didengar, kecuali saksi tersebut peradilan yang
merupakan pihak. sama” misalnya,
(2) Pertanyaan dari pihak yang berperkara kepada saksi pengadilan niaga
diajukan melalui Hakim atau secara langsung setelah dan pengadilan
mendapat izin Hakim yang memimpin persidangan. hubungan
(3) Pertanyaan yang menurut Hakim bersifat menjerat, industrial yang
mengarahkan, atau tidak ada sangkut pautnya sama-sama berada
dengan perkara, tidak dapat diajukan kepada saksi. di bawah
(4) Hakim karena jabatan dapat mengajukan pertanyaan lingkungan
kepada saksi yang berguna untuk kejelasan perkara. Pengadilan Negeri.
Huruf c
Pasal 144 Cukup jelas.
(1) Dalam hal saksi tidak mengerti bahasa Indonesia, Huruf d
Hakim akan menunjuk seseorang yang bertindak Cukup jelas.
sebagai penerjemah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2)
Pasal 72 ayat (2). Yang dimaksud dengan
(2) Ketentuan dalam Pasal 72 ayat (3) dan ayat (4) “kapal” adalah kapal
berlaku mutatis mutandis bagi penerjemah laut dan pesawat
sebagaimana dimasud pada ayat (1). terbang.

Pasal 145 Pasal 197


(1) Dalam hal saksi bisu tuli dan tidak dapat baca tulis, Cukup jelas.
Hakim dapat menunjuk seorang yang sudah biasa
bergaul dengan saksi sebagai perantara. Pasal 198
(2) Perantara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling Ayat (1)
sedikit berumur 15 (lima belas) tahun, sehat, dan Huruf a
harus disumpah terlebih dahulu. Cukup jelas.
(3) Dalam hal seorang saksi buta dan bisu tetapi dapat
baca tulis, pemeriksaan dilakukan secara tertulis Huruf b
dengan perantara seorang ahli tulisan Braille yang Yang dimaksud
harus disumpah lebih dahulu. dengan “surat
bukti baru yang
Pasal 146 bersifat
Dalam hal beberapa orang saksi masing-masing menentukan”
memberikan keterangan tentang peristiwa yang berdiri adalah surat bukti
sendiri, tetapi keterangan tersebut dapat saling yang telah ada
berhubungan sedemikian rupa sehingga dapat pada waktu
disimpulkan mengenai terjadinya suatu peristiwa, perkara diperiksa
peristiwa tersebut dianggap terbukti. di pengadilan
tingkat pertama
Pasal 147 tetapi pada waktu
Dalam menilai kesaksian, Hakim harus memperhatikan: itu tidak atau
a. alasan saksi untuk memberikan keterangan; belum dapat
b. perikehidupan, kedudukan, dan martabat saksi ditemukan dan jika
dalam masyarakat dan segala sesuatu yang dapat surat bukti
mempengaruhi saksi dalam memberikan tersebut diajukan
keterangannya; pada pengadilan
c. persesuaian antara kesaksian yang satu dengan tingkat pertama,
lainnya; dan putusan
d. persesuaian kesaksian dengan suatu alat bukti pengadilan tersebut
lainnya yang diajukan dalam perkara tersebut. akan berbeda.
Surat bukti yang
Pasal 148 dibuat setelah
Keterangan seorang saksi dengan tidak ada alat bukti lain, dijatuhkan
tidak merupakan alat bukti. putusan pada
pengadilan tingkat
pertama tidak
Bagian Keempat termasuk
Persangkaan pengertian “bukti
baru yang bersifat
Pasal 149 menentukan”
Persangkaan merupakan kesimpulan berdasarkan dalam Pasal ini.
Undang-Undang atau kesimpulan yang ditarik oleh Hakim
dari kejadian yang telah nyata atau terbukti kebenarannya Huruf c
untuk menentukan adanya kejadian lain yang belum Cukup jelas.
terbukti.
Huruf d
Pasal 150 Cukup jelas.
Persangkaan berdasarkan Undang-Undang membebaskan
mereka yang mendapatkan manfaat dari padanya dari Huruf e
pembuktian lebih lanjut. Cukup jelas.

Pasal 151 Huruf f


(1) Penilaian kekuatan pembuktian dari persangkaan Cukup jelas.
yang tidak berdasarkan Undang-Undang, diserahkan
kepada pertimbangan Hakim. Ayat (2)
(2) Pertimbangan Hakim sebagaimana dimaksud pada Cukup jelas.
ayat (1) wajib memperhatikan keadaan yang jelas dan Ayat (3)
penting serta mempunyai hubungan langsung dengan Cukup jelas.
pokok sengketa dalam perkara yang sedang diperiksa.
Pasal 199
Bagian Kelima Cukup jelas.
Pengakuan
Pasal 200
Pasal 152 Cukup jelas.
(1) Pengakuan dilakukan dengan mengakui
secara tegas kebenaran dari satu atau lebih Pasal 201
dalil pihak lawan dalam persidangan. Cukup jelas.
(2) Pengakuan hanya dapat ditarik kembali, jika
Pasal 202
dapat dibuktikan bahwa pengakuan tersebut
telah diberikan karena kekhilafan atau tidak Cukup jelas.
berdasarkan kehendak yang bebas.
Pasal 203
Bagian Keenam Ayat (1)
Sumpah Ketentuan ini
dimaksudkan agar
Pasal 153 termohon
(1) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan mempunyai
sumpah pelengkap kepada pihak yang dianggap kesempatan untuk
kedudukannya lebih kuat untuk menggantungkan mengajukan jawaban
putusan perkara pada penyumpahan tersebut. atau tanggapan atas
(2) Hakim memerintahkan sumpah pelengkap Permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika bukti yang Peninjauan Kembali
diajukan Penggugat dan Tergugat belum cukup untuk yang diajukan oleh
menolak atau mengabulkan Gugatan. Pemohon.
(3) Dalam hal yang bersangkutan menurut agama tidak Ayat (2)
boleh bersumpah maka yang bersangkutan Cukup jelas.
mengucapkan janji. Ayat (3)
(4) Sumpah pelengkap sebagaimana dimaksud pada ayat Cukup jelas.
(1) harus diucapkan oleh pihak yang dibebani Ayat (4)
sumpah sendiri. Cukup jelas.
Ayat (5)
Pasal 154 Jika Permohonan
(1) Hakim tidak dapat memerintahkan Penggugat Peninjauan Kembali
melakukan sumpah pelengkap untuk menetapkan tersebut masih kurang
besarnya ganti kerugian atau harga barang yang lengkap atau tidak
dituntut, kecuali tidak ada cara lain untuk jelas, hal tersebut tidak
menetapkan besarnya ganti kerugian atau harga dapat dilengkapi atau
barang yang dituntut. dijelaskan lebih lanjut
(2) Sumpah pelengkap sebagaimana dimaksud pada ayat dengan surat menyurat
(1) berbunyi sebagai berikut: atau dengan cara
“Demi Tuhan, saya bersumpah bahwa jumlah apapun kepada
kerugian yang saya derita atau harga barang yang Mahkamah Agung.
saya tuntut tidak lebih dari Rp ...(...).”
Pasal 204
Pasal 155 Cukup jelas.
Sumpah pelengkap yang oleh Hakim diperintahkan kepada
salah satu pihak yang berperkara, tidak dapat Pasal 205
dikembalikan kepada pihak lawannya. Cukup jelas.

Pasal 156 Pasal 206


(1) Dalam hal tidak ada alat bukti lain dalam perkara yang Cukup jelas.
bersangkutan, maka penggugat dapat memohon kepada
hakim agar lawannya bersedia untuk mengangkat Pasal 207
sumpah pemutus. Cukup jelas.
(2) Hakim mempertimbangkan dasar dan alasan
permohonan pengangkatan sumpah pemutus, Hakim Pasal 208
berwenang mengabulkan atau menolak permohonan Cukup jelas.
tersebut.
(3) Dalam hal hakim mengabulkan permohonan, maka Pasal 209
hakim memerintahkan kepada Tergugat untuk Yang dimaksud dengan
mengangkat sumpah pemutus yang lafalnya sesuai “pelaksanaan putusan”
dengan agama dan kepercayaan pihak yang adalah eksekusi.
mengangkat sumpah.
(4) Dalam hal Tergugat menolak mengangkat sumpah Pasal 210
pemutus, maka Tergugat dapat mengembalikan Cukup jelas
sumpah dan meminta Penggugat yang mengangkat
sumpah pemutus. Pasal 211
(5) Dalam hal sumpah pemutus dikembalikan kepada Cukup jelas.
Penggugat, maka Penggugat wajib mengangkat sumpah
pemutus tersebut. Pasal 212
(6) Hakim menetapkan sebagai pihak yang benar dalam Cukup jelas.
perkara yang bersangkutan terhadap pihak yang
bersedia mengangkat sumpah pemutus. Pasal 213
Ayat (1)
Pasal 157 Cukup jelas.
(1) Setiap sumpah harus diucapkan dalam persidangan Ayat (2)
baik dihadiri maupun tidak dihadiri oleh pihak lawan, Cukup jelas.
sepanjang pihak lawan tersebut telah dipanggil secara Ayat (3)
sah untuk hadir pada waktu persidangan pengucapan Yang dimaksud dengan
sumpah. “sita pelaksanaan
(2) Dalam hal pihak yang harus mengucapkan sumpah putusan” adalah sita
tidak dapat hadir di persidangan karena alasan yang eksekusi.
sah, Ketua Majelis dapat menunjuk seorang anggota Ayat (4)
majelis yang dibantu oleh panitera pengganti yang Cukup jelas.
harus membuat berita acara pengambilan sumpah Ayat (5)
datang ke tempat pihak yang bersangkutan berada, Cukup jelas.
untuk mengambil sumpahnya. Ayat (6)
(3) Dalam hal ada alasan yang dapat dibenarkan, atas Cukup jelas.
permintaan pihak yang berperkara, Hakim dapat Ayat (7)
memberi izin agar sumpah sebagaimana dimaksud Dalam hal tersita
pada ayat (1) diucapkan di tempat ibadah sesuai menolak
dengan agamanya. menandatangani berita
acara penyitaan, berita
acara tersebut
Bagian Ketujuh ditandatangani oleh
Pemeriksaan Setempat pegawai kelurahan/
pemerintahan desa,
Pasal 158 atau yang disebut
(1) Dalam hal Hakim memandang perlu mengadakan dengan nama lain.
pemeriksaan setempat supaya duduk perkara menjadi Ayat (8)
lebih jelas, Ketua Majelis dapat menunjuk 1 (satu) Jika sebelumnya dalam
atau 2 (dua) orang anggota majelis dengan dibantu perkara tersebut
oleh panitera pengganti untuk melakukan diletakkan sita jaminan
pemeriksaan setempat tersebut. yang dinyatakan sah
(2) Hasil pemeriksaan setempat sebagaimana dimaksud dan berharga maka sita
pada ayat (1) dibuatkan berita acara yang jaminan tersebut
ditandatangani oleh Hakim dan panitera yang karena hukum menjadi
bersangkutan. sita pelaksanaan
putusan.
Bagian Kedelapan Ayat (9)
Keterangan Ahli Cukup jelas.
Pasal 159 Pasal 214
(1) Hakim atas permintaan pihak yang berperkara atau Cukup jelas.
karena jabatannya dapat mendengar keterangan atau
pendapat seorang ahli atau lebih dalam bidang Pasal 215
keahliannya. Cukup jelas.
(2) Keterangan atau pendapat ahli yang telah diangkat
dan diambil sumpahnya disampaikan secara lisan Pasal 216
atau tertulis di persidangan. Cukup jelas.
(3) Seseorang yang tidak dapat didengar sebagai saksi
dalam perkara tersebut tidak dapat didengar Pasal 217
keterangan atau pendapatnya sebagai ahli. Ayat (1)
(4) Penilaian kekuatan bukti keterangan ahli diserahkan Larangan ini
kepada pertimbangan Hakim. dimaksudkan untuk
melindungi pihak
Pemohon atau yang
BAB IX dimenangkan agar
PUTUSAN tidak dirugikan oleh
pihak tersita.
Pasal 160 Ayat (2)
Putusan Hakim dapat terdiri atas: Cukup jelas.
a. Putusan sela;
b. Putusan akhir. Pasal 218
Cukup jelas.
Pasal 161
(1) Hakim dapat menjatuhkan putusan sela untuk Pasal 219
mempersiapkan putusan akhir. Pengumuman lelang
(2) Putusan sela sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Kantor Lelang
adalah putusan tentang: Negara atau Pengadilan
a. eksepsi mengenai kewenangan untuk mengadili; sebelum lelang
b. provisi; dan dilakukan,
c. pembebanan pembuktian. dimaksudkan agar
(3) Putusan sela sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lelang dilaksanakan di
tidak dibuat secara terpisah tetapi merupakan bagian muka umum secara
dari berita acara sidang. jujur dan adil serta
untuk melindungi
Pasal 162 kepentingan pihak
(1) Setelah duplik, Hakim memberikan putusan sela ketiga atau pihak lain
tentang beban pembuktian kecuali perkara tersebut apabila di antara
sudah siap untuk diberikan putusan akhir. barang yang akan
(2) Putusan sela tentang beban pembuktian sebagaimana dilelang adalah
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: miliknya sehingga
a. dalil yang harus dibuktikan; dalam kesempatan
b. pihak yang harus membuktikan; dan tersebut yang
c. tempat dan waktu sidang pembuktian. berkepentingan dapat
(3) Pihak lawan dapat mengajukan bukti perlawanan. mengajukan
perlawanan atau verzet
Pasal 163 ke Pengadilan.
(1) Segera setelah Hakim berkesimpulan bahwa Tenggang waktu 8
pemeriksaan telah cukup dan pihak yang berperkara (delapan) Hari dianggap
menyatakan tidak akan mengajukan sesuatu lagi, cukup untuk
Hakim menunda sidangnya sampai pada hari dan memberikan
tanggal tertentu untuk menjatuhkan putusan. kesempatan kepada
(2) Hakim bermusyawarah untuk mengambil putusan yang berkepentingan
dan karena jabatannya wajib melengkapi dasar untuk mengetahui isi
hukum yang dipandang perlu tetapi belum diajukan pengumuman tersebut.
oleh pihak yang berperkara.
(3) Dalam hal musyawarah tidak terdapat kesatuan Pasal 220
pendapat, putusan diambil dengan suara terbanyak Cukup jelas.
dengan mencantumkan pendapat Hakim yang
berbeda dalam pertimbangan putusan. Pasal 221
(4) Dalam hal anggota majelis masing-masing Ayat (1)
mempunyai pendapat yang berbeda, maka pendapat Yang dimaksud dengan
Ketua Majelis yang menentukan putusan. “surat bukti
(5) Hakim wajib memberi putusan terhadap setiap penunjukan sebagai
tuntutan Penggugat. pembeli lelang” adalah
(6) Hakim dilarang memberi putusan tentang hal yang berita acara lelang.
tidak dituntut atau memberi putusan melebihi Pembeli lelang yang
tuntutan Penggugat. telah memenuhi
kewajibannya dengan
Pasal 164 menunjukkan bukti
(1) Sesudah dibuat putusan sebagaimana dimaksud pembayaran lunas atas
dalam Pasal 163, putusan diucapkan oleh Hakim pembelian barang
dalam sidang yang terbuka untuk umum. sitaan melalui Kantor
(2) Dalam hal pihak yang berperkara atau salah satu dari Lelang Negara atau
mereka tidak hadir pada waktu putusan diucapkan, melalui Pengadilan
atas perintah Hakim isi putusan harus diberitahukan berupa berita acara
kepada yang bersangkutan oleh juru sita yang lelang.
ditunjuk. Ayat (2)
(3) Panitera Pengadilan mencatat di bawah putusan Cukup jelas.
tersebut nama juru sita atau juru sita pengganti yang Ayat (3)
diperintahkan menjalankan pekerjaan. Cukup jelas.
Ayat (4)
Pasal 165 Yang dimaksud dengan
(1) Putusan Pengadilan sah dan mempunyai kekuatan “pihak ketiga” adalah
hukum jika diucapkan dalam sidang terbuka untuk semua orang yang
umum. menempati atau
(2) Putusan Pengadilan yang tidak memenuhi syarat menguasai barang yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) batal karena disita atas izin tersita.
hukum. Ayat (5)
Yang dimaksud dengan
Pasal 166 “pembeli yang sah”
(1) Setiap Putusan Pengadilan memuat: adalah pihak yang
a. kepala putusan yang berbunyi “DEMI KEADILAN membeli sebelum
barang, tanah,
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”; bagunan, atau tanah
b. nama, pekerjaan, dan alamat masing-masing beserta segala sesuatu
pihak yang berperkara; yang terdapat diatas
c. Gugatan dan jawaban masing-masing pihak yang tanah tersebut disita.
berperkara dan hal yang terjadi dalam Yang dimaksud dengan
persidangan selama perkara diperiksa; “penyewa yang sah”
d. pertimbangan dan penilaian alat bukti yang adalah pihak yang
diajukan; menyewa sebelum
barang, tanah,
e. alasan hukum yang digunakan oleh Hakim bagunan, atau tanah
sebagai dasar putusan perkara; beserta segala sesuatu
f. pasal tertentu dari peraturan perundang- yang terdapat diatas
undangan yang bersangkutan atau sumber tanah tersebut disita.
hukum tidak tertulis yang dijadikan dasar untuk
Pasal 222
mengadili;
Ayat (1)
g. pendapat Hakim yang berbeda;
Penyatuan berita acara
h. pertimbangan bahwa biaya perkara dibebankan
atas 2 (dua) atau lebih
kepada pihak yang dikalahkan;
Permohonan
i. amar putusan secara lengkap;
pelaksanaan putusan
j. catatan mengenai hadir tidaknya pihak yang
terhadap orang atau
berperkara pada waktu Putusan Pengadilan
badan hukum
tersebut diucapkan; dan
dimaksudkan agar di
k. hari, tanggal, bulan, dan tahun saat perkara
antara para kreditor
diputus dan diucapkan dalam sidang terbuka
tidak ada yang
untuk umum.
dirugikan jika
(2) Setiap Putusan Pengadilan harus ditandatangani oleh
seandainya dari hasil
Ketua Majelis, anggota majelis, dan panitera
penjualan barang yang
pengganti yang bersidang.
tersita tidak mencukupi
(3) Dalam hal perkara diperiksa oleh Hakim tunggal,
untuk pelunasan utang
maka Putusan Pengadilan harus ditandatangani oleh
tersita.
Hakim yang bersangkutan dan panitera persidangan.
Ayat (2)
(4) Dalam hal Ketua Majelis tidak dapat menandatangani
Penetapan cara
putusan, yang menandatangani adalah anggota yang
pembagian uang hasil
pangkatnya paling tinggi.
lelang di antara para
(5) Dalam hal Ketua Majelis maupun anggota majelis
kreditor harus
tidak dapat menandatangani putusan, yang
didasarkan atas
menandatangani adalah ketua Pengadilan.
perbandingan jumlah
(6) Dalam hal panitera pengganti yang bersidang tidak
piutang yang menjadi
dapat menandatangani putusan, hal tersebut cukup
hak para kreditor.
disebutkan dalam berita acara sidang.
Ayat (3)
(7) Tidak dipenuhinya ketentuan pada ayat (1) huruf a,
Cukup jelas.
huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g mengakibatkan
putusan batal karena hukum.
Pasal 223
Ayat (1)
Pasal 167 Yang dimaksud dengan
(1) Asli Putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud “pihak ketiga yang
dalam Pasal 166 ayat (1) harus disimpan di bagian mendapat izin” dalam
arsip Pengadilan dan tidak boleh dipindahkan kecuali ketentuan ayat ini tidak
Undang-Undang menentukan lain. termasuk penyewa atau
(2) Salinan Putusan Pengadilan wajib diberikan kepada pembeli yang sah.
pihak yang berperkara. Ayat (2)
(3) Salinan atau petikan Putusan Pengadilan tidak boleh Cukup jelas.
diberikan kepada orang yang bukan pihak yang Ayat (3)
berperkara, kecuali kepada yang berkepentingan atas Cukup jelas.
izin Ketua Pengadilan. Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 168
Hakim dapat menyatakan bahwa putusan dapat Pasal 224
dilaksanakan lebih dahulu meskipun terhadap putusan Ayat (1)
tersebut diajukan perlawanan, banding, atau kasasi, jika: Yang dimaksud dengan
a. putusan tersebut berdasarkan suatu akta otentik “pihak ketiga” adalah
atau akta di bawah tangan yang menurut ketentuan pemilik sebagaimana
peraturan perundang-undangan mempunyai dimaksud dalam
kekuatan bukti sempurna; penjelasan Pasal 59
b. putusan tersebut didasarkan pada Putusan ayat (1).
Pengadilan terdahulu yang telah memperoleh Perlawanan atau verzet
kekuatan hukum tetap; atau oleh Tergugat tersita
c. telah dikabulkan tuntutan provisi atau juga dalam atau pihak ketiga dapat
sengketa penguasaan hak. dilakukan selama masa
penyitaan berlangsung
Pasal 169 dan jika barang yang
(1) Pihak yang dikalahkan dibebani membayar biaya disita telah dilelang
perkara. atau diserahkan kepada
(2) Biaya perkara dalam putusan verstek harus kreditor maka
dibebankan kepada pihak yang dikalahkan, meskipun perlawanan tersebut
kemudian dimenangkan dalam perkara perlawanan tidak dapat diterima.
atau perkara banding terhadap putusan tersebut. Ayat (2)
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak Yang dimaksud dengan
berlaku, jika dari pemeriksaan perkara perlawanan “Pengadilan yang
atau banding ternyata tidak mendapat panggilan diminta bantuannya”
secara sah untuk hadir pada hari sidang pertama dari adalah Pengadilan yang
pokok perkara tersebut. melaksanakan
(4) Biaya perkara dalam Putusan Pengadilan yang bukan penyitaan dan bukan
merupakan putusan akhir, akan diperhitungkan yang memerintahkan.
dalam putusan akhir perkara yang bersangkutan. Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 170 Ayat (4)
(1) Biaya perkara yang oleh Hakim dibebankan kepada Cukup jelas.
pihak yang dikalahkan meliputi biaya:
a. kepaniteraan dan biaya materai yang diperlukan Pasal 225
untuk perkara tersebut; Ayat (1)
b. pemanggilan saksi, ahli, dan juru bahasa yang Jika Permohonan
diperlukan dalam perkara termasuk biaya tersebut diajukan
penyumpahannya; secara lisan maka
c. yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan Permohonan tersebut
setempat dan tindakan pengadilan lainnya yang harus dicatat.
diperlukan dalam perkara tersebut; Ayat (2)
d. biaya yang dikeluarkan dalam rangka Ketua Pengadilan
pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud menetapkan besarnya
dalam Pasal 120 dan Pasal 121; dan nilai perbuatan sebesar
e. petugas yang ditugaskan untuk melakukan jumlah yang dimohon
pemanggilan, pemberitahuan, dan lain-lain atau kurang daripada
perintah pengadilan berkenaan dengan perkara. itu.
(2) Jumlah saksi yang biayanya dibebankan pada pihak
yang dikalahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 226
huruf b dibatasi paling banyak 5 (lima) orang untuk Cukup jelas.
setiap peristiwa.
Pasal 227
Pasal 171 Ayat (1)
(1) Jumlah biaya perkara yang dibebankan kepada pihak Asli akta pengakuan
yang dikalahkan harus dimuat dalam amar putusan. utang yang dibuat
(2) Perincian dari jumlah biaya perkara sebagaimana (minuta akta), disimpan
dimaksud dalam Pasal 170 ayat (1) dimuat dalam oleh notaris sebagai
putusan yang dicantumkan di bawah tanda tangan arsip, dan salinan akta
majelis Hakim dan panitera. pengakuan utang yang
dipegang oleh debitor
Pasal 172 tidak memuat irah-irah
(1) Biaya advokat tidak dapat dibebankan dalam biaya “DEMI KEADILAN
perkara. BERDASARKAN
(2) Biaya advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) KETUHANAN YANG
menjadi tanggungan pihak yang menggunakan jasa MAHA ESA”. Hanya
advokat tersebut. salinan pertama akta
pengakuan utang yang
Pasal 173 dipegang oleh kreditor
(1) Panitera pengganti membuat berita acara yang yang memuat irah-irah
memuat segala sesuatu tentang jalannya persidangan “DEMI KEADILAN
dari perkara yang diperiksa, diadili, dan diputus. BERDASARKAN
(2) Berita acara persidangan sebagaimana dimaksud KETUHANAN YANG
pada ayat (1) harus ditandatangani oleh ketua majelis MAHA ESA” yang
dan panitera pengganti. mempunyai kekuatan
(3) Berita acara tentang pemeriksaan saksi harus juga eksekutorial .
ditandatangani oleh saksi yang bersangkutan. Ayat (2)
(4) Dalam hal ketua majelis berhalangan, berita acara Cukup jelas.
ditandatangani salah seorang Hakim anggota majelis Ayat (3)
dan panitera pengganti. Cukup jelas.
(5) Dalam hal perkara diperiksa oleh Hakim tunggal dan Ayat (4)
berhalangan, berita acara cukup ditandatangani oleh Cukup jelas.
panitera pengganti yang bersidang dan dilampirkan
surat keterangan dari Ketua Pengadilan. Pasal 228
(6) Dalam hal panitera pengganti berhalangan, berita Cukup jelas.
acara cukup ditandatangani oleh ketua majelis
dengan mencantumkan alasannya. Pasal 229
(7) Dalam hal ketua majelis dan panitera pengganti Cukup jelas.
berhalangan, berita acara cukup dilampirkan surat
keterangan dari ketua pengadilan bahwa ketua
majelis dan panitera pengganti berhalangan untuk
menandatangani berita acara. Pasal 230
Ayat (1)
Pasal 174 Ditentukannya
Dalam hal terjadi penggantian ketua majelis selama tuntutan hak dengan
pemeriksan berjalan, maka sebelum pemeriksaan dimulai, nilai Rp100.000.000,00
semua berita acara persidangan yang terdahulu harus (seratus juta rupiah)
lebih dahulu dibacakan oleh ketua majelis yang baru. merupakan nilai
minimum yang pada
umumnya diperjanjikan
BAB X oleh para pihak.
UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN Ayat (2)
Yang dimaksud dengan
Bagian Kesatu “pemeriksaan perkara
Pemeriksaan Banding biasa di Pengadilan”
adalah bahwa proses
Pasal 175 atau acaranya berlaku
(1) Permohonan banding hanya dapat diajukan oleh ketentuan acara seperti
pihak yang berperkara atau ahli warisnya atau pemeriksaan perkara di
wakilnya yang mendapat Kuasa Khusus untuk itu. Pengadilan Negeri.
(2) Apabila selama proses banding Pemohon meninggal Ayat (3)
dunia, Permohonan tersebut dapat dilanjutkan oleh Cukup jelas.
ahli warisnya.
(3) Permohonan banding hanya dapat diajukan satu kali. Pasal 231
Cukup jelas.
Pasal 176
Berkas Permohonan banding terhadap Putusan Pengadilan Pasal 232
yang bukan merupakan putusan akhir harus dikirim Ayat (1)
bersama-sama dengan berkas perkara banding terhadap Yang dimaksud dengan
putusan akhir ke Pengadilan Tinggi. “biaya perkara” adalah:
a. biaya
Pasal 177 kepaniteraan dan
(1) Permohonan banding harus disampaikan secara materai yang
tertulis atau lisan oleh para pihak atau ahli warisnya diperlukan;
atau wakilnya yang mendapat Kuasa Khusus untuk b. biaya saksi, biaya
itu kepada panitera Pengadilan, dalam tenggang ahli, dan biaya
waktu 14 (empat belas) Hari setelah diucapkan ahli bahasa yang
putusan tersebut. diperlukan
(2) Dalam hal Pemohon banding tidak hadir pada waktu termasuk biaya
putusan diucapkan, maka tenggang waktu 14 (empat penyumpahan;
belas) Hari dihitung setelah tanggal pemberitahuan c. biaya pemeriksaan
putusan oleh juru sita kepada yang bersangkutan. di tempat lain,
(3) Permohonan banding yang diajukan, diterima oleh selain
panitera setelah yang bersangkutan membayar lunas pemeriksaan di
uang muka biaya perkara banding dan dicatat serta ruang sidang dan
diberi tanggal didaftarkannya Permohonan banding. biaya lain yang
(4) Besarnya uang muka biaya perkara banding diperlukan bagi
ditetapkan oleh masing-masing Ketua Pengadilan pemutusan
Tinggi. perkara atas
perintah Hakim
Pasal 178 atau Hakim ketua
(1) Pengadilan harus memberikan kesempatan kepada sidang; dan
Pemohon banding untuk mempelajari berkas perkara d. biaya petugas
paling lama 14 (empat belas) Hari setelah yang ditugaskan
Permohonan banding didaftar. untuk melakukan
(2) Pemohon banding dapat mengajukan memori banding panggilan,
kepada panitera Pengadilan yang bersangkutan paling pemberitahuan,
lambat 14 (empat belas) Hari terhitung setelah dan lain-lain
Pemohon banding mempelajari berkas perkara perintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). pengadilan
(3) Juru sita wajib menyampaikan salinan memori berkenaan dengan
banding kepada pihak lawan paling lambat 14 (empat perkara.
belas) Hari terhitung setelah memori banding diberi Ayat (2)
tanggal penerimaan dan dicatat dalam daftar Cukup jelas.
Permohonan banding. Ayat (3)
(4) Pihak terbanding dapat mengajukan kontra memori Cukup jelas.
banding secara tertulis kepada panitera Pengadilan Ayat (4)
paling lambat 14 (empat belas) Hari terhitung setelah Cukup jelas.
menerima salinan memori banding. Ayat (5)
(5) Setelah tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada Cukup jelas.
ayat (2) dan ayat (3) berakhir, apabila: Ayat (6)
a. terdapat memori banding baik disertai maupun Cukup jelas.
tidak disertai kontra memori banding, maka
panitera Pengadilan harus mengirimkan berkas Pasal 233
perkara beserta biaya perkaranya kepada Cukup jelas.
Pengadilan Tinggi yang berwenang dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) Hari; Pasal 234
b. tidak terdapat memori banding, panitera Cukup jelas.
Pengadilan tetap meneruskan Permohonan
banding tersebut ke Pengadilan Tinggi disertai Pasal 235
biaya perkara dan catatan tidak diajukan Cukup jelas.
memori banding dan Pengadilan Tinggi tetap
harus memeriksa ulang perkara yang Pasal 236
dimohonkan banding. Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 179 Ayat (2)
(1) Selama perkara belum diputus Pengadilan Tinggi, Yang dimaksud dengan
pihak Pemohon banding atau wakilnya yang “daftar ringkas
mendapat Kuasa Khusus dapat mencabut kembali mengenai harta
Permohonan banding tersebut. kekayaan” adalah
(2) Apabila Permohonan banding telah dicabut, Pemohon catatan mengenai jenis
tidak dapat lagi mengajukan Permohonan banding dan jumlah harta
dalam perkara yang sama meskipun tenggang waktu kekayaan dari
banding belum lampau. seseorang disertai
(3) Dalam hal pencabutan kembali sebagaimana taksiran harganya,
dimaksud pada ayat (2) dilakukan sebelum berkas yang berada dalam
perkaranya dikirimkan kepada Pengadilan Tinggi, penguasaan Balai Harta
berkas perkara tersebut tidak diteruskan kepada Peninggalan.
Pengadilan Tinggi.
(4) Panitera mencatat pencabutan dalam buku daftar Pasal 237
banding dan pada putusan perkara yang dimohonkan Cukup jelas.
banding.
(5) Surat Permohonan pencabutan banding harus dikirim Pasal 238
kepada Pengadilan Tinggi dalam waktu paling lambat Cukup jelas.
5 (lima) Hari terhitung setelah pencabutan
Permohonan banding didaftar di Pengadilan. Pasal 239
Ayat (1)
Pasal 180 Cukup jelas.
(1) Permohonan pencabutan Permohonan banding Ayat (2)
disampaikan kepada panitera Pengadilan yang Hal ini dimaksudkan
memutus perkara tersebut. untuk mempermudah
(2) Panitera meneruskan Permohonan sebagaimana saksi dalam
dimaksud pada ayat (1) kepada Ketua Pengadilan memberikan kesaksian.
paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung setelah surat Ayat (3)
Permohonan pencabutan kembali diterima. Cukup jelas.
(3) Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat Ayat (4)
(2), meneliti kebenaran Permohonan tersebut dan Cukup jelas.
membuat penetapan yang menyatakan bahwa Ayat (5)
Pemohon banding telah mencabut kembali Permohonan tetap
Permohonan bandingnya. diputus walaupun
(4) Dalam hal berkas perkara telah dikirim ke Pengadilan pihak lawan tidak hadir
Tinggi, pencabutan Permohonan banding tersebut asal telah dipanggil
dapat langsung diajukan kepada panitera Pengadilan secara sah. Hal ini di
Tinggi atau melalui Pengadilan. samping untuk
(5) Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memenuhi prosedur
wajib mengirimkan pencabutan Permohonan banding acara perdata dan
kepada Pengadilan Tinggi dalam jangka waktu 5 (lima) administrasi, juga
Hari setelah Permohonan pencabutan didaftar. untuk menjaga
autentisitas kesaksian.
Pasal 181 Ayat (6)
Pemeriksaan perkara dalam tingkat banding dilakukan Cukup jelas.
oleh majelis Hakim yang jumlahnya paling sedikit 3 (tiga) Ayat (7)
orang Hakim. Cukup jelas.

Pasal 182 Pasal 240


(1) Pengadilan Tinggi dalam pemeriksaan perkara di Cukup jelas.
tingkat banding wajib memperhatikan dan
mempertimbangkan segala sesuatu yang Pasal 241
dikemukakan oleh pihak yang berperkara. Cukup jelas.
(2) Pengadilan Tinggi memeriksa berdasarkan surat-surat
dan hanya jika dipandang perlu mendengar sendiri Pasal 242
para pihak atau saksi dan dapat mengadakan Cukup jelas.
pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh
Pengadilan Tinggi sendiri atau dapat memerintahkan Pasal 243
kepada Pengadilan yang memutus perkara tersebut di Ayat (1)
tingkat pertama untuk melaksanakannya. Ketentuan mengenai
(3) Dalam hal Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan kehadiran atau
tambahan sendiri, baginya berlaku ketentuan seperti keterwakilan para
yang berlaku bagi Pengadilan dalam memeriksa suatu pihak dimaksudkan
perkara. untuk menentukan
nilai/tingkat kesaksian
Pasal 183 dalam suatu
(1) Putusan Pengadilan Tinggi diucapkan dalam sidang pembuktian.
terbuka untuk umum. Ayat (2)
(2) Panitera Pengadilan Tinggi paling lambat 14 (empat Cukup jelas.
belas) Hari terhitung setelah putusan diucapkan
harus mengirim salinan putusan beserta berkas Pasal 244
perkara dan sisa biaya perkara kepada Pengadilan Yang dimaksud dengan
yang bersangkutan. “saksi pihak” adalah saksi
(3) Pengadilan wajib memberitahukan putusan yang akan menjadi pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pihak atau lawan dalam suatu
yang berperkara paling lambat 14 (empat belas) Hari perkara.
terhitung setelah tanggal putusan tersebut diterima.
Pasal 245
Pasal 184 Cukup jelas.
(1) Pihak yang dikalahkan dibebani membayar biaya
perkara. Pasal 246
(2) Biaya perkara banding sebagaimana dimaksud pada Cukup jelas.
ayat (1) ditetapkan dengan penetapan Ketua
Pengadilan Tinggi.
Pasal 247
Ayat (1)
Bagian Kedua Cukup jelas.
Pemeriksaan Kasasi Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 185 Ayat (3)
(1) Permohonan kasasi hanya dapat diajukan jika Yang dimaksud
Pemohon terhadap perkaranya telah menggunakan dengan “warisan lain
upaya hukum banding kecuali ditentukan lain oleh yang jatuh padanya”
Undang-Undang. adalah dapat berupa
(2) Permohonan kasasi hanya dapat diajukan 1 (satu) warisan yang didapat
kali. dari beberapa pewaris.

Pasal 186 Pasal 248


(1) Permohonan kasasi hanya dapat diajukan oleh pihak Cukup jelas.
yang berperkara atau ahli warisnya atau advokat
yang mendapat Kuasa Khusus untuk itu. Pasal 249
(2) Apabila selama proses kasasi Pemohon meninggal Cukup jelas.
dunia, Permohonan tersebut dapat dilanjutkan oleh
ahli warisnya. Pasal 250
Cukup jelas.
Pasal 187
(1) Permohonan kasasi karena kepentingan hukum Pasal 251
terhadap putusan Pengadilan Tingkat Pertama Cukup jelas.
atau Pengadilan Tingkat Banding dapat diajukan
oleh Jaksa Agung karena jabatannya yang Pasal 252
diwakili jaksa pengacara negara. Ayat (1)
(2) Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat Cukup jelas.
(1) hanya dapat diajukan 1 (satu) kali. Ayat (2)
(3) Putusan kasasi karena kepentingan hukum tidak Cukup jelas.
boleh merugikan pihak yang berperkara. Ayat (3)
(4) Biaya kasasi karena kepentingan hukum dibebankan Yang dimaksud
kepada negara. dengan “barang”
meliputi baik barang
yang berada di dalam
Pasal 188 rumah maupun di
(1) Permohonan kasasi diajukan secara tertulis melalui luar rumah.
Panitera Pengadilan Tingkat Pertama yang memutus Ayat (4)
perkaranya dalam waktu paling lambat 14 (empat Cukup jelas.
belas) Hari terhitung setelah putusan atau penetapan
pengadilan yang dimaksudkan tersebut diberitahukan Pasal 253
kepada Pemohon. Cukup jelas.
(2) Dalam hal tenggang waktu 14 (empat belas) Hari
tersebut telah lewat tanpa ada Permohonan kasasi, Pasal 254
pihak yang berperkara dianggap telah menerima Cukup jelas.
putusan dan putusan tersebut telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Pasal 255
(3) Setelah Pemohon membayar biaya perkara, Panitera Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencatat
Permohonan kasasi dalam daftar dan pada hari Pasal 256
tersebut juga membuat akta Permohonan kasasi yang Setelah adanya putusan
dilampirkan pada berkas perkara. ketua Pengadilan maka
(4) Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung ketua Pengadilan menunjuk
setelah Permohonan kasasi terdaftar, Panitera juru sita untuk
Pengadilan Tingkat Pertama yang memutus perkara melaksanakan
tersebut memberitahukan secara tertulis mengenai pengangkatan.
Permohonan tersebut kepada pihak lawan.
(5) Biaya perkara kasasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 257
ayat (3) ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung. Cukup jelas.

Pasal 189 Pasal 258


(1) Dalam mengajukan Permohonan kasasi, Pemohon Cukup jelas.
wajib menyampaikan memori kasasi yang memuat
alasan kasasi, dalam waktu paling lambat 14 (empat Pasal 259
belas) hari terhitung setelah Permohonan Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat (1).
(2) Panitera dari Pengadilan yang memutuskan perkara
di Tingkat Pertama memberikan tanda terima atas Pasal 260
penerimaan memori kasasi dan menyampaikan Cukup jelas.
salinan memori kasasi tersebut kepada pihak lawan
dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak Pasal 261
diterimanya memori kasasi. Cukup jelas.
(3) Pihak lawan berhak mengajukan kontra memori
kasasi kepada Panitera sebagaimana dimaksud pada Pasal 262
ayat (1) dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) Cukup jelas.
Hari terhitung setelah diterimanya salinan memori
kasasi tersebut. Pasal 263
Cukup jelas.

Pasal 190 Pasal 264


Permohonan kasasi yang tidak memenuhi syarat formal Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 dan Pasal 189,
dinyatakan tidak dapat diterima dengan penetapan Ketua Pasal 265
Pengadilan Tingkat Pertama dan berkas perkaranya tidak Cukup jelas.
dikirim ke Mahkamah Agung.
Pasal 266
Pasal 191 Cukup jelas.
(1) Setelah menerima memori kasasi dan kontra
memori kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 267
Pasal 189, Panitera Pengadilan Tingkat Pertama, Cukup jelas.
mengirimkan Permohonan kasasi, memori kasasi,
Pasal 268
kontra memori kasasi, beserta berkas perkaranya
Cukup jelas.
kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling
lambat 7 (tujuh) Hari. Pasal 269
(2) Panitera Mahkamah Agung mencatat Permohonan Cukup jelas.
kasasi tersebut dalam daftar dengan membubuhkan
nomor urut menurut tanggal, bulan, dan tahun Pasal 270
penerimaannya, membuat catatan singkat tentang Cukup jelas.
isinya, dan melaporkan semua itu kepada Ketua
Mahkamah Agung. Pasal 271
Cukup jelas.
Pasal 192
(1) Sebelum Permohonan kasasi diputus oleh Mahkamah
Agung, Permohonan tersebut dapat dicabut oleh Pasal 272
Pemohon. Cukup jelas.
(2) Dalam hal Permohonan kasasi telah dicabut,
Pemohon tidak dapat lagi mengajukan Permohonan Pasal 273
kasasi dalam perkara yang sama meskipun tenggang Cukup jelas.
waktu kasasi belum terlampaui.
(3) Dalam hal Permohonan kasasi dicabut sebelum Pasal 274
berkas perkara disampaikan kepada Mahkamah Cukup jelas.
Agung, berkas perkara tersebut tidak diteruskan oleh
Panitera kepada Mahkamah Agung. Pasal 275
(4) Panitera mencatat pencabutan Permohonan kasasi Yang dimaksud dengan
dalam buku daftar kasasi dan pada putusan perkara ”tanah” adalah tanah saja
yang dimohonkan kasasi. dan/atau tanah berikut
(5) Surat Permohonan pencabutan kasasi harus dikirim benda yang berkaitan
kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lambat dengan tanah.
5 (lima) Hari terhitung setelah pencabutan Yang dimaksud dengan
Permohonan kasasi didaftar di Pengadilan. ”tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan
Pasal 193 perundang-undangan”
(1) Pemeriksaan kasasi dilakukan oleh Mahkamah adalah penjualan yang
Agung, berdasarkan surat dan jika dipandang perlu dilakukan di bawah tangan
untuk menentukan ada tidaknya salah penerapan melalui Pejabat Pembuat
hukum, Mahkamah Agung mendengar sendiri para Akta Tanah atau penjualan
pihak atau para saksi atau memerintahkan umum melalui lelang.
Pengadilan Tingkat Pertama yang memutus perkara
tersebut mendengar para pihak atau para saksi. Pasal 276
(2) Dalam hal Mahkamah Agung membatalkan putusan Cukup jelas.
Pengadilan dan mengadili sendiri perkara tersebut
maka dipakai hukum pembuktian yang berlaku bagi Pasal 277
pengadilan tingkat pertama. Ayat (1)
Yang dimaksud
Pasal 194 dengan “dalam hal
(1) Dalam hal Mahkamah Agung mengabulkan tertentu” misalnya
Permohonan kasasi karena pengadilan tidak terdapat kebutuhan
berwenang atau melampaui batas wewenang, yang mendesak untuk
Mahkamah Agung menyerahkan perkara tersebut memenuhi biaya
kepada Pengadilan lain yang berwenang memeriksa, hidup, biaya
mengadili, dan memutus. kesehatan, atau biaya
(2) Dalam hal Permohonan kasasi dikabulkan karena: pendidikan.
a. pengadilan salah menerapkan atau melanggar Ayat (2)
hukum yang berlaku; atau Cukup jelas.
b. pengadilan lalai memenuhi syarat yang Ayat (3)
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan Cukup jelas.
yang mengancam kelalaian tersebut dengan Ayat (4)
batalnya putusan yang bersangkutan, Cukup jelas.
Mahkamah Agung memutus sendiri perkara yang
dimohonkan kasasi. Pasal 278
Cukup jelas.
Pasal 195
(1) Salinan putusan Mahkamah Agung dikirim kepada Pasal 279
Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang memutus Cukup jelas.
perkara tersebut dalam waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) Hari terhitung setelah putusan diucapkan. Pasal 280
(2) Putusan Mahkamah Agung oleh Pengadilan Tingkat Cukup jelas.
Pertama diberitahukan kepada kedua belah pihak
dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung Pasal 281
setelah putusan dan berkas perkara diterima oleh Cukup jelas.
Pengadilan Tingkat Pertama tersebut.
Pasal 282
Bagian Ketiga Cukup jelas.
Pemeriksaan Sengketa Tentang Kewenangan Mengadili
Pasal 283
Pasal 196 Dalam ketentuan ini seluruh
(1) Mahkamah Agung memutus pada tingkat pertama ahli waris harus dibuktikan
dan terakhir semua sengketa tentang kewenangan dengan surat keterangan
mengadili: ahli waris yang dibuat oleh
a. antara Pengadilan di lingkungan peradilan yang ahli waris yang
1 (satu) dengan pengadilan di lingkungan bersangkutan dan
peradilan yang lain; disaksikan oleh Lurah atau
b. antara 2 (dua) pengadilan yang berbeda dalam 1 Kepala Desa atau yang
(satu) lingkungan peradilan yang sama; disebut dengan nama lain
c. antara 2 (dua) Pengadilan yang ada dalam serta diketahui Camat dari
daerah hukum pengadilan tingkat banding yang Kelurahan/Desa dan
berlainan dari lingkungan peradilan yang sama; kecamatan tempat tinggal
dan yang meninggal.
d. antara 2 (dua) pengadilan tingkat banding di Bagi ahli waris yang berlaku
lingkungan peradilan yang sama atau antara hukum waris lainnya,
lingkungan peradilan yang berlainan. misalnya Warga Negara
(2) Mahkamah Agung berwenang memutus dalam tingkat Indonesia yang dahulu
pertama dan terakhir, semua sengketa yang timbul disebut golongan timur
karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh asing bukan Tionghoa,
kapal perang Republik Indonesia sesuai dengan harus dibuktikan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. surat keterangan ahli waris
yang dibuat oleh Balai Harta
Pasal 197 Pengadilan.
(1) Permohonan untuk memeriksa dan memutus Surat keterangan ahli waris
sengketa kewenangan mengadili, diajukan secara harus menyebutkan
tertulis kepada Mahkamah Agung disertai pendapat kedudukan masing-masing
dan alasannya oleh: ahli waris dalam hubungan
a. pihak yang berperkara; atau keluarga dengan yang telah
b. Ketua Pengadilan yang memeriksa perkara meninggal dan dimintakan
tersebut. penetapan Pengadilan.
(2) Panitera Mahkamah Agung atas perintah Ketua
Mahkamah Agung mengirimkan salinan perkara Pasal 284
sengketa tentang kewenangan mengadili kepada Cukup jelas.
pihak lawan yang berperkara dengan pemberitahuan
bahwa pihak lawan yang berperkara dalam waktu Pasal 285
paling lambat 30 (tiga puluh) Hari terhitung setelah Cukup jelas.
menerima salinan Permohonan tersebut berhak
mengajukan jawaban tertulis kepada Mahkamah Pasal 286
Agung disertai pendapat dan alasannya. Cukup jelas.
(3) Salinan putusan Mahkamah Agung disampaikan
kepada para pihak melalui Ketua Pengadilan yang Pasal 287
daerah hukumnya meliputi Alamat Tempat Tinggal Ayat (1)
para pihak yang berperkara. Cukup jelas.
Ayat (2)
Bagian Keempat Yang dimaksud
Pemeriksaan Peninjauan Kembali dengan “tempat harta
peninggalan terbuka”
Pasal 198 adalah domisili
(1) Permohonan peninjauan kembali putusan perkara terakhir dari pewaris.
perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan- Pasal 288
Terhadap penjualan saham
alasan sebagai berikut:
yang dicatat di bursa efek
a. apabila putusan didasarkan pada suatu berlaku ketentuan dalam
kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan peraturan perundang-
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau undangan di bidang Pasar
didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian Modal.
oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan Pasal 289
Pengadilan memerintahkan
surat-surat bukti yang bersifat menentukan Balai Harta Peninggalan
yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat dengan penetapan
ditemukan; pengadilan.
c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak
dituntut atau lebih dari pada yang dituntut; Pasal 290
d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan Cukup jelas.
belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-
Pasal 291
sebabnya; Cukup jelas.
e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai
suatu soal yang sama, atas dasar yang sama Pasal 292
oleh Pengadilan yang sama atau sama Cukup jelas.
tingkatnya telah diberikan putusan yang
bertentangan satu dengan yang lain; dan Pasal 293
f. apabila dalam suatu putusan terdapat Cukup jelas.
kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang
Pasal 294
nyata.
Cukup jelas.
(2) Permohonan Peninjauan Kembali tidak
menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan Pasal 295
Putusan Pengadilan. Cukup jelas.
(3) Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat
diajukan 1 (satu) kali. Pasal 296
Cukup jelas.
Pasal 199
(1) Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat Pasal 297
Cukup jelas.
diajukan oleh pihak yang berperkara, ahli
warisnya, atau advokat yang mendapat Kuasa Pasal 298
Khusus untuk itu dari pihak yang berperkara Cukup jelas.
atau ahli warisnya.
(2) Apabila selama proses Peninjauan Kembali Pemohon Pasal 299
meninggal dunia, Permohonan tersebut dapat Yang dimaksud dengan “pos”
dilanjutkan oleh ahli warisnya. adalah jenis penerimaan
atau pengeluaran dalam
pembukuan.
Pasal 200
Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan Pasal 300
kembali yang didasarkan atas alasan sebagaimana Ayat (1)
dimaksudkan dalam Pasal 193 ayat (1) adalah 180 (seratus Cukup jelas.
delapan puluh) hari untuk: Ayat (2)
a. yang disebut pada huruf a sejak diketahui Yang dimaksud
kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan dengan
Hakim pidana memperoleh kekuatan hukum tetap, “menitipkan uang
dan telah diberitahukan kepada para pihak yang dan/atau
barangnya kepada
berperkara;
Pengadilan”
b. yang disebut pada huruf b sejak ditemukan surat-
surat bukti, yang hari serta tanggal ditemukannya adalah konsinyasi.
harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan Ayat (3)
oleh pejabat yang berwenang; Cukup jelas.
Ayat (4)
c. yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak putusan
Cukup jelas.
memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara; Pasal 301
d. yang tersebut pada huruf e sejak putusan yang Huruf a
terakhir dan bertentangan itu memperoleh Cukup jelas.
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada pihak yang berperkara. Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 201
Huruf d
(1) Permohonan Peninjauan Kembali diajukan kepada
Cukup jelas.
Mahkamah Agung melalui ketua pengadilan yang
Huruf e
memutus perkara di tingkat pertama.
Ketentuan ini
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan suatu
dikenakan biaya perkara.
utang yang
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya perkara
digantungkan pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
suatu syarat.
dengan Keputusan Mahkamah Agung.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 202
Huruf g
(1) Permohonan Peninjauan Kembali sebagaimana
Cukup jelas.
dimaksud dalam Pasal 201 diajukan secara tertulis
dengan menyebutkan secara jelas alasan yang
Pasal 302
dijadikan dasar Permohonan tersebut.
Cukup jelas.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan yang
Pasal 303
memutus perkara di tingkat pertama.
Cukup jelas.
(3) Panitera Pengadilan yang memutus perkara dalam
tingkat pertama mencatat Permohonan Peninjauan
Pasal 304
Kembali dalam daftar perkara tersendiri.
Cukup jelas.
Pasal 203
(1) Panitera Pengadilan wajib mengirimkan salinan Pasal 305
Permohonan Peninjauan Kembali kepada termohon Cukup jelas.
dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) Hari
terhitung setelah ketua pengadilan yang memutus Pasal 306
perkara di tingkat pertama menerima Permohonan Cukup jelas.
tersebut.
(2) Termohon dapat mengajukan jawaban atau Pasal 307
tanggapan atas Permohonan Peninjauan Kembali Cukup jelas.
kepada pengadilan yang memutus perkara di tingkat
pertama dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Pasal 308
Hari terhitung setelah tanggal salinan Permohonan Cukup jelas.
Peninjauan Kembali diterima.
(3) Panitera Pengadilan wajib: Pasal 309
a. membubuhi cap dan mencantumkan keterangan Pemohon sita sering disebut
mengenai hari, tanggal, bulan, dan tahun pada juga orang yang meletakkan
jawaban atau tanggapan yang diterima; dan sita.
b. menyampaikan salinan jawaban atau tanggapan
kepada Pemohon. Pasal 310
(4) Berkas Permohonan dan biaya Permohonan Cukup jelas.
Peninjauan Kembali disampaikan oleh Panitera
pengadilan yang memutus perkara di tingkat pertama Pasal 311
kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lambat Cukup jelas.
7 (tujuh) Hari terhitung setelah tanggal jawaban atau
tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf Pasal 312
b diterima. Cukup jelas.
(5) Dalam pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali
tidak diadakan surat menyurat antara Pemohon, Pasal 313
termohon, dan/atau pihak lain dengan Mahkamah Cukup jelas.
Agung.
Pasal 314
Pasal 204 Cukup jelas.
(1) Mahkamah Agung berwenang memerintahkan
pengadilan yang memeriksa perkara di tingkat Pasal 315
pertama atau di tingkat banding untuk melakukan Cukup jelas.
pemeriksaan tambahan atau meminta keterangan dan
pertimbangan dari pengadilan yang dimaksud. Pasal 316
(2) Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Cukup jelas.
segera mengirimkan berita acara pemeriksaan
tambahan atau keterangan dan pertimbangan Pasal 317
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Cukup jelas.
Mahkamah Agung.
Pasal 318
Pasal 205 Ayat (1)
(1) Sebelum Permohonan Peninjauan Kembali Yang dimaksud dengan
diputus oleh Mahkamah Agung, Permohonan “barang bernilai
tersebut dapat dicabut oleh Pemohon. lainnya” antara lain,
(2) Dalam hal Permohonan Peninjauan Kembali tentiem (keuntungan
tahunan).
dicabut:
Ayat (2)
a. Pemohon tidak dapat lagi mengajukan Cukup jelas.
Permohonan Peninjauan Kembali dalam Ayat (3)
perkara yang sama meskipun tenggang waktu Cukup jelas.
Peninjauan Kembali belum terlampaui;
b. pihak yang belum mengajukan Peninjauan Pasal 319
Kembali dapat mengajukan Permohonan Cukup jelas.
Peninjauan Kembali.
(3) Dalam hal Permohonan Peninjauan Kembali dicabut Pasal 320
sebelum berkas perkara disampaikan kepada Cukup jelas.
Mahkamah Agung, berkas perkara tersebut tidak
diteruskan oleh Panitera kepada Mahkamah Agung. Pasal 321
(4) Panitera mencatat pencabutan Permohonan Cukup jelas.
Peninjauan Kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dalam daftar perkara Peninjauan Kembali dan Pasal 322
pada putusan perkara yang dimohonkan Peninjauan Cukup jelas.
Kembali.
(5) Pencabutan Permohonan Peninjauan Kembali Pasal 323
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan Cukup jelas.
kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lambat
5 (lima) Hari terhitung setelah pencabutan Pasal 324
Permohonan Peninjauan Kembali dicatat dalam daftar Cukup jelas
perkara Peninjauan Kembali.
Pasal 325
Pasal 206 Cukup jelas.
(1) Dalam hal Mahkamah Agung mengabulkan
Permohonan Peninjauan Kembali, Mahkamah Agung Pasal 326
membatalkan putusan yang dimohonkan Peninjauan Ayat (1)
Kembali dan memeriksa serta memutus sendiri Cukup jelas.
perkaranya. Ayat (2)
(2) Dalam hal Permohonan Peninjauan Kembali diajukan Cukup jelas.
melampaui waktu yang telah ditentukan sebagaimana Ayat (3)
dimaksud dalam Pasal 200, Mahkamah Agung Cukup jelas.
menyatakan Permohonan Peninjauan Kembali tidak Ayat (4)
dapat diterima. Cukup jelas.
(3) Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat Ayat (5)
Permohonan Peninjauan Kembali tidak beralasan, Panggilan ini dilakukan
Mahkamah Agung menolak Permohonan tersebut. oleh juru sita dengan
cara penyampaian
Pasal 207 surat panggilan yang
(1) Mahkamah Agung mengirimkan salinan putusan atas tanda terimanya
Permohonan Peninjauan Kembali kepada Pengadilan ditandatangani oleh
yang memutus perkara di tingkat pertama dalam yang dipanggil.
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari terhitung
setelah Permohonan Peninjauan Kembali diputus. Pasal 327
(2) Panitera pengadilan sebagaimana dimaksud pada Cukup jelas.
ayat (1) menyampaikan salinan putusan atas
Permohonan Peninjauan Kembali kepada Pemohon Pasal 328
dan termohon dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) Cukup jelas.
Hari terhitung setelah tanggal putusan tersebut
diterima. Pasal 329
Cukup jelas.
BAB XI
PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN Pasal 330
Cukup jelas.
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Putusan Pasal 331
Cukup jelas.
Pasal 208
(1) Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan Pasal 332
hukum tetap dan putusan serta merta, dapat Cukup jelas.
dilaksanakan jika pihak yang kalah tidak dengan
sukarela memenuhi isi putusan dan pihak yang Pasal 333
menang mengajukan Permohonan pelaksanaan Cukup jelas.
putusan tersebut.
(2) Putusan Pengadilan di luar wilayah negara Republik Pasal 334
Indonesia tidak dapat dilaksanakan di Indonesia, Cukup jelas.
kecuali Putusan Pengadilan tersebut dijatuhkan di
negara yang terikat perjanjian secara bilateral atau Pasal 335
multilateral dengan negara Indonesia mengenai Cukup jelas.
pengakuan dan pelaksanaan Putusan Pengadilan di
luar wilayah negara Republik Indonesia. Pasal 336
Cukup jelas.
Pasal 209
(1) Pelaksanaan putusan dilakukan atas perintah dan di Pasal 337
bawah pimpinan Ketua Pengadilan yang menjatuhkan Cukup jelas.
putusan di tingkat pertama.
(2) Pelaksanaan putusan dilakukan setelah Pemohon Pasal 338
membayar biaya pelaksanaan putusan, yang besarnya Ayat (1)
ditetapkan oleh Ketua Pengadilan dan Permohonan Penggunaan kata
pelaksanaan putusan telah dicatat di register “wajib” pada ayat ini
Pengadilan. dimaksudkan untuk
memberikan penekanan
Pasal 210 bahwa pembeli
Dalam hal Ketua Pengadilan menolak atau menunda diwajibkan untuk
pelaksanaan putusan yang diajukan oleh Pemohon maka melakukan pembayaran
Ketua Pengadilan harus membuat penetapan dengan harga pembelian atau
menyebutkan alasan penolakan atau penundaan konsinyasi.
pelaksanaan putusan tersebut. Pembayaran harga
pembelian tidak boleh
Pasal 211 melebihi waktu 8
(1) Dalam hal pelaksanaan putusan sebagian atau (delapan) Hari.
seluruhnya harus dilaksanakan dalam daerah hukum Ayat (2)
Pengadilan yang lain, maka Ketua Pengadilan Cukup jelas.
meminta dengan surat kepada Ketua Pengadilan yang Ayat (3)
daerah hukumnya meliputi tempat putusan tersebut Cukup jelas.
harus dilaksanakan untuk melaksanakannya. Ayat (4)
(2) Ketua Pengadilan yang diminta bantuannya Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
menyampaikan laporan secara tertulis dengan cermat Pasal 339
segala sesuatu yang terjadi dan perkembangannya Cukup jelas.
mengenai pelaksanaan putusan tersebut kepada
Ketua Pengadilan yang telah meminta bantuannya, Pasal 340
dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung Ayat (1)
setelah tanggal Permohonan tersebut diterima. Mengenai penentuan
”keterbelakangan
Pasal 212 mental atau sakit jiwa”
Ketua Pengadilan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) Hari didasarkan atas
terhitung setelah Pemohon membayar kewajiban keterangan ahli ilmu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209 ayat (2) jiwa atau dokter yang
mengeluarkan surat panggilan agar pihak yang kalah berwenang.
menghadap kepadanya pada hari yang telah ditetapkan Ayat (2)
untuk diberikan peringatan dan melaksanakan isi putusan Jaksa mengajukan
dengan sukarela dalam waktu paling lambat 8 (delapan) Permohonan
Hari terhitung setelah peringatan diberikan. berdasarkan surat
Kuasa Khusus,
Pasal 213 bertindak untuk dan
(1) Dalam hal pihak yang kalah setelah dipanggil dengan atas nama negara
sah untuk diberi peringatan tidak datang dan tidak sesuai dengan
mengirim kuasanya serta tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal
putusan pengadilan dalam waktu paling lambat 8 30 ayat (2) Undang-
(delapan) Hari terhitung setelah panggilan, Ketua Undang Nomor 16
Pengadilan atas Permohonan pihak yang menang, Tahun 2004 tentang
dengan surat penetapan, memerintahkan juru sita Kejaksaan Republik
untuk menyita barang milik pihak yang kalah dan Indonesia.
hasil penjualannya dipergunakan untuk memenuhi isi
putusan dan biaya pelaksanaan putusan.
(2) Dalam hal pihak yang kalah atau kuasanya datang Pasal 341
memenuhi panggilan tetapi dalam waktu paling Yang dimaksud dengan
lambat 8 (delapan) Hari tidak melaksanakan Putusan “orang yang akan
Pengadilan, Ketua Pengadilan memerintahkan juru ditempatkan di bawah
sita untuk menyita barang sebagaimana dimaksud pengampuan” adalah Alamat
pada ayat (1). Tempat Tinggal, alamat
(3) Sita pelaksanaan putusan dilakukan oleh juru sita Tempat Kediaman, atau
yang telah ditunjuk untuk itu. tempat yang bersangkutan
(4) Penyitaan dilakukan dengan dihadiri oleh 2 (dua) dirawat.
orang saksi dari Pengadilan dan Lurah atau kepala
desa atau yang disebut dengan nama lain, atau Pasal 342
seorang pegawai kelurahan/pemerintahan desa atau Cukup jelas.
yang disebut dengan nama lain dari tempat penyitaan
dilakukan serta dapat dihadiri oleh pihak tersita Pasal 343
sendiri atau seorang anggota keluarganya. Cukup jelas.
(5) Sita pelaksanaan putusan atas benda milik pihak
yang kalah yang dikuasai pihak ketiga dilakukan oleh Pasal 344
juru sita dengan memberitahukan secara tertulis Cukup jelas.
kepada pihak ketiga tersebut dalam jangka waktu
tidak boleh kurang dari 3 (tiga) Hari sebelum Pasal 345
dilakukan penyitaan. Ayat (1)
(6) Pada pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Yang dimaksud dengan
ayat (5) harus dilampirkan salinan penetapan yang “orang yang
menjadi dasar dilakukan penyitaan. berkepentingan” adalah
(7) Juru sita wajib membuat berita acara penyitaan yang istri, suami, atau
ditandatangani oleh juru sita, para saksi, dan tersita anggota keluarga
jika hadir. sedarah dalam garis
(8) Dalam hal telah dilakukan sita jaminan yang telah lurus atau garis
dinyatakan sah dan berharga, penyitaan sebagaimana samping sampai derajat
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak diperlukan. ketiga dari orang yang
(9) Barang atau hewan yang benar-benar dibutuhkan meninggalkan Alamat
oleh tersita sehubungan dengan pekerjaannya, tempat Tempat Tinggalnya
tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh tersebut.
tersita dan keluarganya, bahan makanan untuk 10 Yang dimaksud dengan
(sepuluh) Hari bagi tersita dan keluarganya, tidak “Pengadilan yang
dapat disita. berwenang” adalah
Pengadilan yang daerah
Pasal 214 hukumnya meliputi
(1) Dalam hal juru sita akan melakukan penyitaan Alamat Tempat Tinggal
terhadap barang bergerak dan ternyata barang terakhir dari orang
bergerak tersebut telah disita, juru sita dilarang yang meninggalkan
melakukan penyitaan ulang terhadap barang bergerak Alamat Tempat
tersebut tetapi berwenang mencocokkan barang Tinggalnya.
bergerak yang telah disita dengan berita acara Ayat (2)
penyitaan yang harus ditunjukkan oleh penyimpan. Pembuatan berita acara
(2) Dalam hal masih terdapat barang bergerak yang penyegelan dan daftar
belum disita, juru sita berwenang menyita barang harta kekayaan
bergerak yang belum tercantum dalam berita acara dimaksudkan untuk
penyitaan. mencegah agar harta
(3) Ketua Pengadilan dapat membuat penetapan untuk kekayaan orang yang
melelang secara bersama-sama barang bergerak yang meninggalkan Alamat
telah disita sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Tempat Tinggalnya
barang bergerak yang disita sebagaimana dimaksud tersebut tidak dikuasai
pada ayat (2). oleh orang yang tidak
(4) Hasil lelang digunakan untuk memenuhi putusan 2 berkepentingan.
(dua) perkara yang menjadi dasar telah dilakukannya Ayat (3)
penyitaan, dengan ketentuan pembagian hasil lelang Cukup jelas.
tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal Ayat (4)
1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Cukup jelas.
Perdata. Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 215 Ayat (6)
(1) Barang bergerak yang disita tetap dikuasai dan dapat Cukup jelas.
dipergunakan oleh tersita sampai pelaksanaan
putusan dilaksanakan. Pasal 346
(2) Juru sita harus memberitahukan kepada tersita Ayat (1)
tentang kewajibannya untuk merawat barang Cukup jelas.
bergerak yang disita dan tidak boleh mengalihkan, Ayat (2)
menyewakan, atau menjaminkan barang yang disita Pengumuman melalui
tersebut. surat kabar harian
dilakukan dalam surat
Pasal 216 kabar harian yang
(1) Penyitaan atas tanah harus dilakukan di tempat terbit di wilayah Alamat
tanah tersebut terletak dengan mencocokkan batas- Tempat Tinggal terakhir
batasnya. orang yang
(2) Juru sita yang melakukan penyitaan harus meninggalkan Alamat
mendaftarkan penyitaan atas tanah sebagaimana Tempat Tinggalnya.
dimaksud pada ayat (1) dengan disertai salinan berita Ayat (3)
acara penyitaan pada hari penyitaan dilakukan Cukup jelas.
kepada: Ayat (4)
a. pejabat yang berwenang melakukan pendaftaran Cukup jelas.
tanah yang daerah hukumnya meliputi daerah
tempat tanah yang telah terdaftar terletak; dan Cukup jelas.
b. Lurah atau kepala desa atau yang disebut
dengan nama lain yang daerah hukumnya Pasal 347
meliputi tempat tanah yang belum terdaftar. Cukup jelas.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
seketika setelah menerima salinan berita acara
penyitaan wajib mencatat penyitaan tersebut dalam Pasal 348
buku tanah dan mengumumkan menurut kebiasaan Cukup jelas.
setempat.
(4) Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib Pasal 349
dicatatkan dalam daftar penyitaan di Pengadilan Cukup jelas.
yang mengeluarkan penetapan dan yang melakukan
penyitaan tersebut dengan menyebutkan jam, hari, Pasal 350
Cukup jelas.
tanggal, bulan, dan tahun pencatatan dilakukan.
(5) Penyitaan atas benda tetap atau benda lain yang Pasal 351
disamakan dengan benda tetap yang tidak berupa Cukup jelas.
tanah harus juga didaftarkan di Pengadilan.
(6) Berita acara penyitaan wajib ditandatangani oleh Pasal 352
pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada Cukup jelas.
saat berita acara tersebut diterima dengan
menyebutkan jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun Pasal 353
berita acara diterima. Cukup jelas.

Pasal 217 Pasal 354


(1) Terhitung setelah hari pendaftaran penyitaan di Cukup jelas.
Kantor Badan Pertanahan atau di kantor kelurahan
atau kantor desa atau yang disebut dengan nama lain Pasal 355
yang bersangkutan, tersita dilarang untuk Yang dimaksud dengan
mengalihkan, menjaminkan, atau menyewakan tanah, ”Hukum Acara Perdata”
bangunan, atau tanah beserta segala sesuatu yang adalah Het Herziene
terdapat di atas tanah tersebut. Indonesische Reglement
(2) Semua perjanjian yang dilakukan oleh tersita yang (Staatsblad 1941:44) yang
bertentangan dengan larangan tersebut sebagaimana berlaku untuk Jawa dan
dimaksud pada ayat (1) batal karena hukum. Madura, Het
Rechtsreglement
Pasal 218 Buitengewesten (Staatsblad
(1) Penjualan barang yang disita dilakukan oleh Kantor 1927:227) yang berlaku
Lelang Negara atau Pengadilan yang berwenang untuk luar Jawa dan
berdasarkan urutan yang dikehendaki oleh tersita. Madura, Reglement op de
(2) Setelah hasil penjualan cukup untuk membayar Burgerlijke Rechtsvordering
jumlah uang yang harus dibayar menurut putusan (Staatsblad 1847:52 jo
ditambah dengan biaya pelaksanaannya, seketika itu Staatsblad 1849:63), dan
juga lelang dihentikan. Buku IV BW yang mengatur
(3) Dalam hal hasil penjualan sebagaimana dimaksud tentang pembuktian.
pada ayat (2) telah terpenuhi, penyitaan atas barang
yang belum dilelang, diperintahkan untuk diangkat Pasal 356
dan barang tersebut dikembalikan kepada tersita. Cukup jelas.
Pasal 357
Pasal 219 Cukup jelas.
Penjualan barang milik tersita yang tidak berupa hak atas
tanah, dilakukan oleh Kantor Lelang Negara atau Pasal 358
Pengadilan setelah dilakukan pengumuman lelang Cukup jelas.
menurut kebiasaan setempat dan dilaksanakan paling
cepat 8 (delapan) Hari setelah pengumuman lelang.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
Pasal 220 REPUBLIK INDONESIA NOMOR…
(1) Dalam hal penjualan dilakukan secara sekaligus
terhadap barang milik tersita berupa hak atas tanah
dan barang lainnya, penjualan dilaksanakan setelah
dilakukan pengumuman dalam surat kabar yang
terbit di kota tersebut atau kota yang paling
berdekatan dengan kota tersebut, atau surat kabar
harian yang beredar nasional 2 (dua) kali berturut-
turut, dengan tenggang waktu 14 (empat belas) Hari
antara pengumuman pertama dan kedua.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan paling lama 14 (empat belas) Hari
sebelum lelang dilaksanakan.

Pasal 221
(1) Semua hak tersita atas barang, tanah, bangunan,
atau tanah beserta segala sesuatu yang terdapat di
atas tanah tersebut beralih kepada pembeli lelang
yang telah memenuhi kewajibannya dan dapat
memperlihatkan surat bukti penunjukan sebagai
pembeli lelang dari Kantor Lelang Negara atau
Pengadilan.
(2) Surat bukti penunjukan sebagai pembeli lelang dan
surat bukti pelunasan untuk objek berupa tanah
atau tanah beserta bangunan di atasnya merupakan
pengganti akta jual beli.
(3) Berdasarkan surat bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pembeli lelang langsung dapat meminta
kepada Ketua Pengadilan yang bersangkutan agar
barang, tanah, bangunan, atau tanah beserta segala
sesuatu yang terdapat di atas tanah tersebut
diserahkan oleh tersita dalam keadaan kosong
kepadanya.
(4) Dalam hal tersita dan sanak saudaranya serta pihak
ketiga yang mendapat izin dari tersita atau terlelang
menolak perintah Ketua Pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), pengosongan dilakukan
secara paksa dengan bantuan alat negara.
(5) Hak pihak pembeli dan penyewa yang sah tetap
dilindungi.

Pasal 222
(1) Dalam hal secara bersamaan diajukan 2 (dua) atau
lebih Permohonan pelaksanaan putusan terhadap
orang atau badan hukum yang sama, dengan satu
berita acara dilakukan penyitaan terhadap barang
milik tersita, sampai hasil lelang dianggap cukup
untuk memenuhi jumlah yang harus dibayar,
termasuk biaya pelaksanaannya.
(2) Ketua Pengadilan yang bersangkutan menetapkan
cara pembagian uang hasil lelang di antara para
kreditor, dengan memperhatikan piutang yang harus
didahulukan pembayarannya, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Terhadap penetapan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), pihak yang tidak puas dapat mengajukan
Permohonan banding kepada Pengadilan Tinggi
sebagai pengadilan tingkat terakhir.

Pasal 223
(1) Apabila terdapat Putusan Pengadilan yang
memerintahkan untuk pengosongan benda tidak
bergerak dan tidak dilaksanakan dengan
sukarela oleh pihak yang kalah berperkara
meskipun telah diberi peringatan untuk
melaksanakan dalam waktu paling lambat 8
(delapan) hari terhitung setelah peringatan
diberikan, Ketua Pengadilan mengeluarkan surat
perintah kepada juru sita untuk memaksa pihak
yang kalah, keluarganya, dan/atau pihak ketiga
yang mendapat izin menempati benda tidak
bergerak tersebut dari pihak yang kalah, untuk
mengosongkan benda tidak bergerak tersebut.
(2) Dalam melaksanakan surat perintah
pengosongan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), juru sita dibantu oleh 2 (dua) orang saksi
dari pengadilan dan Lurah atau kepala desa atau
yang disebut dengan nama lain atau pegawai
kelurahan atau pemerintahan desa atau yang
disebut dengan nama lain tempat benda tidak
bergerak berada.
(3) Dalam hal diperlukan untuk melaksanakan surat
perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
juru sita dapat dibantu oleh alat negara.
(4) Pihak yang kalah berperkara dan/atau salah
seorang anggota keluarganya dapat menghadiri
pelaksanaan pengosongan benda tidak bergerak
tersebut.

Pasal 224
(1) Perlawanan yang diajukan oleh Tergugat tersita
dengan alasan bahwa yang bersangkutan sudah tidak
berutang lagi karena sudah membayar, atau
perlawanan yang diajukan oleh pihak ketiga dengan
alasan bahwa barang yang telah disita dengan sita
jaminan dan/atau sita pelaksanaan putusan tersebut
adalah miliknya dan bukan milik Tergugat tersita,
harus diajukan selama penyitaan masih berlangsung
kepada Ketua Pengadilan yang memerintahkan
penyitaan tersebut.
(2) Dalam hal penyitaan dilakukan oleh Ketua Pengadilan
untuk memenuhi permintaan Ketua Pengadilan yang
lain, perlawanan diajukan kepada Ketua Pengadilan
yang diminta bantuannya.
(3) Dalam waktu 2 (dua) hari Ketua Pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memberitahukan secara tertulis adanya perlawanan
dan putusannya kepada Ketua Pengadilan yang
meminta bantuannya untuk melaksanakan putusan.
(4) Dalam hal barang yang disita telah dilelang atau telah
diserahkan kepada pihak lawan maka perlawanan
tersebut tidak dapat diterima.

Pasal 225
(1) Apabila seseorang dihukum untuk melakukan
perbuatan dan perbuatan tersebut tidak dilakukan
dalam waktu yang telah ditentukan dalam Putusan
Pengadilan, pihak yang dimenangkan dapat
mengajukan Permohonan kepada Ketua Pengadilan
yang menjatuhkan putusan dalam tingkat pertama
secara tertulis atau lisan supaya kepentingan yang
akan diperolehnya jika putusan tersebut
dilaksanakan, dinilai dengan uang yang besarnya
harus diberitahukan kepada Ketua Pengadilan.
(2) Setelah Ketua Pengadilan memanggil secara sah pihak
yang kalah dan mendengar keterangannya, Ketua
Pengadilan menentukan besarnya nilai perbuatan
yang tidak dilakukan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan menghukum pihak yang kalah untuk
membayar jumlah tersebut.

Pasal 226
(1) Perlawanan terhadap sita pelaksanaan putusan,
sebagai upaya hukum luar biasa, pada asasnya tidak
menangguhkan pelaksanaan putusan.
(2) Dalam hal dari surat bukti yang dilampirkan pada
surat perlawanannya jelas terbukti bahwa barang
yang disita pelaksanaan putusan milik pelawan atau
pelawan seketika dapat membuktikan yang
bersangkutan telah memenuhi isi putusan, Ketua
Pengadilan harus memerintahkan agar eksekusi
ditangguhkan.
(3) Terhadap putusan mengenai perlawanan dapat
diajukan banding, kasasi, dan peninjauan kembali.

Bagian Kedua
Pengakuan Utang

Pasal 227
(1) Salinan pertama yang diberi irah-irah “DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA” dari akta pengakuan utang yang
dibuat di hadapan notaris,
berkekuatan sama dengan Putusan Pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Permohonan eksekusi akta pengakuan utang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Ketua Pengadilan di daerah hukum dari
debitor bertempat tinggal, berdiam, atau memilih
domisili hukum.
(3) Pelaksanaan eksekusi akta pengakuan utang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan
Putusan Pengadilan.
(4) Dalam hal pelaksanaan eksekusi untuk seluruh
atau sebagian harus dilaksanakan di luar
daerah hukum Pengadilan, maka berlaku
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
211.

Bagian Ketiga
Penyanderaan

Pasal 228
(1) Ketua Pengadilan memerintahkan penyanderaan atas
Permohonan pihak kreditor atau Penggugat yang
menang.
(2) Dalam Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), kreditor atau Penggugat yang menang harus
mengemukakan secara lengkap dan rinci dasar
Permohonan penyanderaan dan jangka waktu debitor
disandera.
(3) Ketua Pengadilan dapat mengabulkan Permohonan
penyanderaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
jika terdapat alasan yang berdasar bahwa debitor
dengan sengaja ingkar untuk membayar utangnya,
sedangkan yang bersangkutan mampu dan sengaja
tidak membayar utangnya kepada kreditor.

Pasal 229
(1) Permohonan penyanderaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 228 ayat (3) dapat dikabulkan oleh Ketua
Pengadilan jika kreditor atau Penggugat yang menang
dapat membuktikan bahwa debitor atau Tergugat
yang kalah wajib membayar uang kepadanya paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Debitor atau Tergugat yang kalah yang sudah
berumur 65 (enam puluh lima) tahun, yang belum
dewasa, yang berada di bawah pengampuan, atau
wanita yang sedang hamil atau menyusui anaknya
dilarang untuk disandera.
(3) Penyanderaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan menitipkan tersandera di Rumah
Tahanan Negara dengan meminta bantuan alat
negara.
(4) Biaya penyanderaan ditanggung oleh kreditor atau
Penggugat yang menang dan harus dibayar lebih
dahulu tiap kali untuk waktu 3 (tiga) bulan.
(5) Penyanderaan dilakukan untuk jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang untuk
waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
(6) Penyanderaan dan perpanjangan penyanderaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak boleh
lebih dari 6 (enam) bulan.

BAB XII
ACARA KHUSUS

Bagian Kesatu
Prorogasi

Pasal 230
(1) Tuntutan hak yang berbentuk Gugatan senilai
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih
dapat diajukan langsung kepada Ketua Pengadilan
Tinggi yang berwenang memeriksa perkara tersebut
dalam tingkat banding, jika oleh pihak yang
berperkara telah disetujui untuk itu dalam satu akta
yang dilampirkan dalam surat Gugatan yang
memenuhi syarat untuk Permohonan banding.
(2) Pengadilan Tinggi yang memeriksa perkara prorogasi
bertindak sebagai peradilan tingkat pertama dan
hukum acaranya berlaku seperti pemeriksaan perkara
biasa di Pengadilan.
(3) Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi dalam prorogasi
dapat dimohonkan kasasi dan/atau peninjauan
kembali.

Pasal 231
Dalam Gugatan perceraian dapat diajukan Gugatan
pembagian harta perkawinan dan Permohonan perwalian.

Bagian Kedua
Berperkara secara Cuma-cuma

Pasal 232
(1) Pihak yang akan berperkara, tetapi tidak mampu
membayar biaya perkara, dapat mengajukan
Permohonan supaya diizinkan untuk berperkara
secara cuma-cuma.
(2) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diajukan oleh Penggugat atau Pemohon
kepada Ketua Pengadilan ketika mengajukan
Gugatan.
(3) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diajukan oleh Tergugat, Permohonan tersebut
harus diajukan bersama dengan jawaban terhadap
Gugatan kepada Ketua Majelis Hakim.
(4) Permohonan untuk berperkara secara cuma-cuma
harus disertai dengan surat keterangan tidak mampu
dari Lurah atau kepala desa atau yang disebut
dengan nama lain di daerah alamat tempat
tinggalnya.
(5) Majelis Hakim memeriksa Permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) sebelum memeriksa pokok
perkara.
(6) Dalam hal Permohonan dikabulkan, biaya perkara
dimaksud dibebankan kepada negara.

Pasal 233
(1) Permohonan untuk berperkara secara cuma-cuma
dalam pemeriksaan banding harus disampaikan
dengan lisan atau dengan surat kepada Panitera
Pengadilan yang menjatuhkan putusan beserta surat
keterangan tidak mampu membayar biaya dari Lurah
atau kepala desa atau yang disebut dengan nama lain
di daerah Alamat Tempat Tinggalnya, paling lama
diajukan bersama-sama dengan Permohonan
banding.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dicatat oleh Panitera Pengadilan dalam daftar yang
tersedia untuk itu.
(3) Dalam waktu 14 (empat belas) Hari setelah
Permohonan dicatat, Ketua Pengadilan
memberitahukan Permohonan tersebut kepada para
pihak dan memanggil para pihak untuk datang ke
Pengadilan tersebut.
(4) Dalam hal Pemohon tidak datang, Permohonan
dianggap gugur.
(5) Dalam hal Pemohon datang, yang bersangkutan
diperiksa oleh Ketua Pengadilan begitu juga pihak
lawan jika yang bersangkutan datang.
(6) Permohonan untuk berperkara secara cuma-cuma
dalam pemeriksaan banding diperiksa dan diputus
oleh Pengadilan.
(7) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) tidak terbuka upaya hukum apapun.

Pasal 234
Berkas Permohonan untuk berperkara secara cuma-cuma
dan Permohonan pemeriksaan banding sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 233 ayat (6) setelah diputus oleh
Pengadilan harus dikirim kepada Pengadilan Tinggi paling
lambat 7 (tujuh) Hari.

Pasal 230/235
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 233 dan
Pasal 234 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
Permohonan berperkara secara cuma-cuma pada:
a. tingkat kasasi;
b. tingkat peninjauan kembali;
c. perlawanan; dan
d. Prorogasi.

Pasal 236
(1) Balai Harta Peninggalan diizinkan berperkara sebagai
Penggugat atau Tergugat secara cuma-cuma jika
harta kekayaan yang dipertahankannya atau uang
dari orang yang diwakilinya tidak cukup untuk
membayar biaya perkara.
(2) Pada waktu mengajukan Permohonan, Balai Harta
Peninggalan harus menyerahkan kepada Ketua
Pengadilan daftar ringkas mengenai harta kekayaan.

Pasal 237
Terhadap Penetapan Pengadilan tentang izin berperkara
secara cuma-cuma tidak terbuka upaya hukum apapun.
Bagian Ketiga
Pendengaran Saksi Sementara

Pasal 238
(1) Dalam hal Undang-Undang menentukan pembuktian
boleh dengan saksi, atas Permohonan orang yang
berkepentingan, Hakim dapat memerintahkan untuk
mendengarkan keterangan saksi sementara sebelum
perkara diajukan.
(2) Selama pemeriksaan perkara sedang berjalan, atas
Permohonan salah satu pihak yang berperkara,
Hakim dapat memerintahkan saksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipanggil kembali.

Pasal 239
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 238
ayat (1) diajukan kepada Ketua Pengadilan yang
berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara tersebut, jika perkara diajukan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat juga diajukan kepada Ketua Pengadilan dalam
daerah hukum orang yang didengar sebagai saksi
atau sebagian besar dari mereka bertempat tinggal
atau berdiam.
(3) Dalam hal perkara sedang dalam proses pemeriksaan,
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan kepada Hakim yang menyidangkan perkara
tersebut.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memuat:
a. perihal Gugatan;
b. peristiwa dan hak yang ingin dibuktikan;
c. nama dan Alamat Tempat Tinggal orang yang
akan didengar sebagai saksi; dan
d. nama dan Alamat Tempat Tinggal pihak lawan
(5) Dalam hal pihak lawan tidak dikenal dan perkara
tidak memerlukan penanganan segera, surat
Permohonan tidak diputus sebelum sidang yang
dihadiri Pemohon dengan pemanggilan pihak lawan.
(6) Dalam hal pihak lawan tidak dikenal dan perkara
tersebut memerlukan penanganan segera, surat
Permohonan diputus dalam sidang yang dihadiri
Pemohon tanpa pemanggilan pihak lawan.
(7) Dalam hal pihak lawan dikenal dan perkara tersebut
tidak memerlukan penanganan segera, surat
Permohonan diputus dalam sidang yang dihadiri
Pemohon dengan pemanggilan pihak lawan.

Pasal 240
(1) Dalam hal Permohonan dikabulkan, Hakim:
a. menentukan jam, hari, tanggal, bulan, dan
tahun untuk mendengarkan keterangan saksi;
dan
b. memerintahkan juru sita untuk menyampaikan
kepada saksi salinan surat Permohonan disertai
dengan penetapan Hakim yang mengabulkan
Permohonan tersebut.
(2) Dalam hal Permohonan dikabulkan, tidak terbuka
upaya hukum apapun.

Pasal 241
Ketentuan mengenai kesaksian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 126 sampai dengan Pasal 148 berlaku juga
bagi saksi sementara.

Pasal 242
Dalam hal pihak lawan hadir pada saat saksi didengar
keterangannya, Hakim yang melakukan pemeriksaan
saksi, atas Permohonan pihak lawan, menentukan tempat
dan waktu saksi lawan akan memberikan keterangan.

Pasal 243
(1) Dalam hal para pihak hadir atau diwakili pada saat
saksi memberikan keterangan, keterangan saksi yang
diberikan dalam pendengaran saksi sementara
mempunyai kekuatan pembuktian yang sama dengan
keterangan saksi yang diberikan dalam sidang biasa.
(2) Dalam hal tidak semua pihak hadir atau tidak
diwakili pada pendengaran saksi sementara,
keterangan saksi tersebut merupakan bukti bebas.

Pasal 244
Dalam hal keterangan saksi sementara digunakan untuk
mengajukan Gugatan terhadap saksi sementara tersebut,
Hakim melakukan pendengaran saksi sementara sesuai
dengan ketentuan yang berlaku bagi pendengaran saksi
pihak.

Bagian Keempat
Penyegelan terhadap Harta Peninggalan

Pasal 245
(1) Dalam hal setelah seseorang meninggal dunia
harus dilakukan penyegelan atas harta
peninggalannya, penyegelan dilakukan oleh juru
sita.
(2) Juru sita sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan penyegelan atas perintah Ketua
Pengadilan tempat penyegelan dilakukan.
(3) Juru sita menggunakan segel yang
diperuntukkan bagi keperluan tersebut.
(4) Ketua Pengadilan tempat penyegelan dilakukan,
mengangkat seorang penyimpan barang yang
disegel yang diajukan oleh orang yang
berkepentingan, jika orang tersebut memenuhi
syarat untuk itu.
(5) Dalam hal orang yang berkepentingan tidak
mengajukan seseorang sebagai penyimpan
barang yang disegel, Ketua Pengadilan menunjuk
seorang penyimpan barang yang disegel.

Pasal 246
Penyegelan dapat dimohonkan oleh:
a. suami atau istri yang ditinggalkan dan mereka yang
mengaku mempunyai suatu hak atas warisan atau
harta bersama;
b. sanak saudara terdekat dari:
1)anak yang belum cukup umur dan tidak
mempunyai wali atau walinya tidak hadir; atau
2)orang yang seharusnya berada di bawah
pengampuan tetapi tidak mempunyai pengampu
atau pengampunya tidak hadir.
c. kreditor yang memiliki alas hak pelaksanaan
terhadap harta warisan;
d. kreditor lain yang setelah dilakukan pemeriksaan
secara singkat mengenai kebenaran permohonan dan
kepentingannya terhadap penyegelan berdasarkan
izin dari Ketua Pengadilan;
e. mereka yang bekerja pada orang yang telah
meninggal dunia atau bertempat tinggal bersama
dengan orang yang telah meninggal dunia dalam hal
orang sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak
hadir; atau
f. pelaksana surat wasiat.

Pasal 247
(1) Penyegelan dilakukan karena jabatan oleh Ketua
Pengadilan dalam hal:
a. anak yang belum cukup umur dan tidak
mempunyai wali atau walinya tidak hadir;
b. orang yang seharusnya berada di bawah
pengampuan tetapi tidak mempunyai pengampu
atau pengampunya tidak hadir;
c. suami atau istri dari orang yang meninggal
dunia atau salah satu dari para ahli waris tidak
hadir; atau
d. orang yang meninggal dunia adalah penyimpan
umum dari beberapa barang.
(2) Dalam hal orang yang meninggal dunia adalah
penyimpan umum beberapa barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, penyegelan hanya
dilakukan terhadap barang yang termasuk dalam
penyimpanannya.
(3) Penyegelan berdasarkan ketidakhadiran tidak
dilakukan jika orang yang tidak hadir telah menunjuk
kuasa dengan surat kuasa autentik, untuk mewakili
dalam warisan atau warisan lain yang jatuh padanya
dan kuasa ini mengajukan perlawanan terhadap
penyegelan tersebut.

Pasal 248
(1) Berita acara penyegelan harus memuat:
a. hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam penyegelan;
b. alasan penyegelan;
c. nama dan Alamat Tempat Tinggal orang yang
meminta dilakukan penyegelan dan dalam hal
yang bersangkutan tidak bertempat tinggal di
daerah tempat penyegelan dilakukan maka
tempat tinggal yang dipilih adalah kepaniteraan
pengadilan yang melakukan penyegelan;
d. Penetapan ketua Pengadilan atau penyebutan
alas hak eksekutorial yang menjadi dasar
tuntutan dilakukan penyegelan;
e. keterangan tentang kehadiran para pihak;
f. tuntutan para pihak;
g. uraian tentang tempat dan barang yang disegel
dan uraian singkat tentang barang yang tidak
disegel;
h. nama, Alamat Tempat Tinggal, dan pekerjaan
penyimpan; dan
i. sumpah pada penutupan segel yang diucapkan
oleh orang yang menempati rumah tempat
penyegelan.
(2) Sumpah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf i dilakukan di hadapan juru sita.
(3) Sumpah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berisi pernyataan bahwa mereka tidak
menggelapkan juga tidak melihat dan tidak
mengetahui, bahwa ada sesuatu yang digelapkan
baik langsung maupun tidak langsung.

Pasal 249
(1) Dalam hal pada penyegelan ditemukan wasiat yang
tidak disegel, hal tersebut harus disebut dalam berita
acara.
(2) Dalam hal pada penyegelan ditemukan penetapan di
bawah tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
935 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, berlaku
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 936
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 250
(1) Dalam hal pada penyegelan terdapat surat yang
bersegel, juru sita harus menerangkan keadaan luar
surat tersebut.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku pula terhadap segel dan judul surat jika ada.
(3) Juru sita dan pihak yang hadir dalam penyegelan
wajib menandatangani sampul surat dan
mencantumkan Hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam
surat tersebut dibuka.
(4) Juru sita menyebutkan segala sesuatu dalam berita
acara penyegelan yang ditandatangani oleh para
pihak.
(5) Jika para pihak menolak atau tidak mampu
menandatangani, hal tersebut harus diterangkan
dalam berita acara.
(6) Jika dari judul surat atau hal lain ternyata surat
tersebut tidak termasuk dalam warisan, surat
tersebut dilarang dibuka.
(3) Jika dari judul surat atau hal lain ternyata orang
yang meninggal dunia menunjuk pada tujuan
tertentu, setelah memanggil pihak yang
berkepentingan juru sita menyerahkan surat tersebut
dalam keadaan tertutup kepada:
a. pihak yang berkepentingan tersebut, jika tidak
ada seorangpun mengajukan perlawanan
terhadap hal tersebut; atau
b. kantor kepaniteraan pengadilan yang
melakukan penyegelan untuk kemudian
diserahkan pada orang yang berhak.

Pasal 251
(1) Pada hari yang telah ditentukan dan tanpa
pemberitahuan, juru sita yang bertugas melakukan
penyegelan:
a. membuka surat yang tidak ditujukan kepada
orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 250
ayat (7);
b. menerangkan keadaan surat tersebut; dan
c. menyimpan sementara surat tersebut di kantor
kepaniteraan untuk kemudian diserahkan kepada
pihak yang berkepentingan.
(2) Mengenai pembukaan surat wasiat yang bersifat
rahasia berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 942 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.

Pasal 252
(1) Dalam hal:
a. terdapat seseorang yang mengajukan perlawanan
terhadap penyegelan;
b. ditemukan halangan pada saat penyegelan; atau
c. diajukan keberatan baik sebelum maupun pada
saat penyegelan,
Ketua Pengadilan dalam pemeriksaan perkara dengan
acara singkat memutuskan pelaksanaan penyegelan
jika penyegelan dilakukan di daerah hukum
Pengadilan tersebut.
(2) Dalam hal penyegelan dilakukan di daerah lain,
juru sita yang ditugaskan untuk itu segera
mengirimkan turunan autentik dari berita
acaranya kepada Ketua Pengadilan setempat
untuk dimohonkan putusan.
(3) Dalam hal penyegelan dihentikan oleh juru sita
berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan, juru sita
menunjuk penyimpan barang.
(4) Dalam hal penyegelan tidak dapat dihentikan, juru
sita dapat menguasai terlebih dahulu barang yang
disegel dengan tidak mengurangi kewajibannya untuk
segera menyerahkan barang yang disegel untuk
mendapatkan penetapan Ketua Pengadilan.

Pasal 253
(1) Dalam hal pada harta peninggalan tidak
ditemukan barang bergerak apapun, juru sita
yang bertugas melakukan penyegelan
menyatakan hal tersebut dalam berita acara.
(2) Dalam hal pada harta peninggalan terdapat barang
bergerak yang pemakaiannya diperlukan oleh
penghuni rumah atau yang tidak dapat bersama-
sama disegel, juru sita membuat berita acara yang
memuat uraian singkat mengenai barang yang tidak
disegel.
(3) Dalam hal pada harta peninggalan terdapat surat
berharga yang mengakibatkan kerugian jika
dilakukan penyegelan, juru sita membuat berita
acara yang memuat uraian singkat mengenai hal
tersebut dan menyerahkan surat tersebut kepada
pihak yang berkepentingan.

Bagian Kelima
Perlawanan Terhadap Pengangkatan Segel

Pasal 254
Orang yang berhak hadir pada waktu dibuat daftar barang
dapat mengajukan perlawanan terhadap pengangkatan
segel yang dilakukan di luar kehadiran yang bersangkutan.

Pasal 255
(1) Permohonan perlawanan terhadap pengangkatan
segel diajukan secara tertulis atau lisan oleh
pelawan dan dicatat dalam buku register yang
mencatat berita acara penyegelan.
(2) Permohonan perlawanan terhadap pengangkatan
segel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
ke Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat penyegelan dilakukan.
(3) Permohonan perlawanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berisi alasan dari perlawanan
dan pilihan Alamat Tempat Tinggal pelawan atau
alamat kantor panitera Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat penyegelan
dilakukan.

Bagian Keenam
Pengangkatan Segel

Pasal 256
Pengangkatan segel hanya dapat dilakukan paling cepat 3
(tiga) Hari setelah penyegelan dilakukan, kecuali dalam hal
ada keharusan yang mendesak berdasarkan putusan
ketua Pengadilan yang melakukan penyegelan.

Pasal 257
Dalam hal para ahli waris atau beberapa di antaranya
belum cukup umur dan tidak mempunyai wali,
pengangkatan segel tidak boleh dilakukan sebelum
diadakan perwalian.

Pasal 258
Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 246 yang
berhak untuk menyuruh melakukan penyegelan juga
dapat menuntut pengangkatan segel, kecuali orang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 246 huruf e.
Pasal 259
(1) Pengangkatan segel dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan:
a. permohonan diajukan ke Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat penyegelan, dalam hal
pemohon tidak bertempat tinggal di daerah
hukum Pengadilan tersebut dilakukan pemilihan
domisili di kepaniteraan Pengadilan tersebut;
b. permohonan pengangkatan segel dicatat dalam
buku register yang mencatat permohonan
penyegelan;
c. perintah atas pengangkatan segel oleh ketua
Pengadilan kepada juru sita harus memuat jam,
Hari, tanggal, bulan, dan tahun;
d. pemberitahuan untuk hadir pada waktu
pengangkatan segel harus disampaikan paling
lambat 1 (satu) Hari sebelum pengangkatan segel
kepada:
1. suami atau istri yang masih hidup;
2. ahli waris yang diperkirakan dan diketahui;
3. pelaksana wasiat;
4. kreditor yang telah mengajukan Permohonan
penyegelan; atau
5. pihak yang mengajukan keberatan terhadap
pengangkatan segel di luar kehadirannya.
(2) Pemberitahuan kepada kreditor dan pihak yang
mengajukan keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d disampaikan di tempat
yang mereka pilih.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak perlu disampaikan kepada pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
angka 1, angka 2, dan angka 3, dalam hal
mereka bertempat tinggal di luar daerah hukum
Pengadilan tempat segel harus diangkat.
(4) Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tidak hadir, juru sita yang
ditugaskan melakukan penyegelan
menunjuk, atas biaya mereka, seorang
notaris atau orang yang dipercaya yang
akan mewakili mereka pada waktu
pengangkatan segel dan pada waktu
dilakukan pendaftaran harta peninggalan.

Pasal 260
Suami, istri, dan ahli waris yang masih hidup atau orang
yang mewakili mereka dan pelaksana wasiat dapat hadir
pada sidang pengangkatan segel dan pada pendaftaran
harta peninggalan.

Pasal 261
Berita acara pengangkatan segel memuat:
a. jam, Hari, tanggal, bulan, dan tahun pengangkatan
segel;
b. nama dan Alamat Tempat Tinggal atau Alamat
Tempat Tinggal yang dipilih dari orang yang menuntut
pengangkatan segel;
c. perintah pengangkatan segel;
d. pemberitahuan mengenai hal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 253 ayat (3);
e. keterangan tentang kehadiran dan semua tuntutan
dari para pihak;
f. uraian hasil pemeriksaan barang yang disegel;
g. tindakan yang dianggap perlu dan telah diambil oleh
juru sita yang bertugas melakukan penyegelan, dalam
hal barang yang disegel rusak atau tidak utuh.
h. penunjukan notaris dan penaksir oleh:
1. orang yang berkepentingan, jika diperlukan;
atau
2. ketua Pengadilan, jika ada perselisihan.
i. pengajuan keberatan dan perselisihan yang timbul di
antara para pihak yang berkepentingan pada
pengangkatan segel yang memerlukan suatu
keputusan.

Pasal 262
Apabila pada pengangkatan segel, alasan untuk
melakukan penyegelan tidak gugur, dan pada
pengangkatan tersebut harus dilakukan pendaftaran harta
peninggalan, maka segel tersebut diangkat, tergantung dari
pendaftaran yang dilakukan pada akhir tiap sidang
dilakukan, maka penyegelan dilakukan lagi atas barang
yang belum didaftar tetapi telah diangkat segelnya.

Pasal 263
Dalam hal alasan penyegelan gugur:
a. sebelum pengangkatan segel dilakukan; atau
b. pada saat pengangkatan segel dilakukan,
seluruh segel terangkat dan kehadiran juru sita tidak
diperlukan.

Bagian Ketujuh
Inventarisasi Harta Peninggalan

Pasal 264
(1) Inventarisasi harta peninggalan setelah
pengangkatan segel sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 263, dapat dilakukan dengan akta di
bawah tangan dengan ketentuan:
a. berdasarkan kesepakatan pihak yang
berkepentingan; dan
b. tidak terdapat larangan dalam Undang-
Undang.
(2) Akta inventarisasi harta peninggalan yang
ditandatangani oleh para pihak diserahkan kepada
kantor Balai Harta Peninggalan yang wilayah kerjanya
meliputi Alamat Tempat Tinggal terakhir orang yang
meninggal dunia.
(3) Penyerahan akta inventarisasi harta peninggalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan di
bawah sumpah oleh para pihak menurut cara yang
sama seperti ditentukan bagi anak yang belum
dewasa.

Pasal 265
Semua orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 246
mempunyai hak untuk meminta dilakukan penyegelan,
dalam pengangkatan segel berhak untuk meminta
inventarisasi harta peninggalan, kecuali mereka yang
meminta dilakukan penyegelan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 246 huruf e.

Pasal 266
Jika pada pengangkatan segel langsung diikuti dengan
inventarisasi harta peninggalan, pihak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1) huruf d harus hadir
pada saat pengangkatan segel sampai dengan dilakukan
inventarisasi harta peninggalan.

Pasal 267
(1) Dalam hal di luar penyegelan dalam Undang-Undang
juga ditentukan inventarisasi harta peninggalan atau
setelah penyegelan diangkat dilakukan inventarisasi
harta peninggalan, inventarisasi harta peninggalan
tersebut selain memuat formalitas dari semua akta
umum atau akta di bawah tangan, juga memuat:
a. nama dan Alamat Tempat Tinggal:
1. orang yang hadir;
2. orang yang diwakili dan wakil mereka;
3. orang yang diketahui dan dipanggil tetapi
tidak hadir; dan
4. para penaksir.
b. tempat inventarisasi dilakukan dan tempat barang
berada;
c. uraian singkat tentang barang dengan penyebutan
nilai dari barang bergerak;
d. penyebutan tentang nilai dan jumlah mata uang;
e. penyebutan tentang keadaan dan berat barang
emas dan/atau perak;
f. penyebutan tentang buku catatan atau daftar, jika
barang tersebut ada;
g. penyebutan alas hak yang ditemukan dan
perikatan tertulis yang merugikan atau
menguntungkan harta peninggalan;
h. penyebutan sumpah pada penutupan
pendaftaran harta peninggalan, yang
dilakukan oleh mereka yang sebelumnya
menguasai barang atau yang menghuni rumah
di tempat barang tersebut berada, yang
dilakukan di hadapan notaris atau di
hadapan juru sita yang ditugaskan
melakukan penyegelan bahwa mereka tidak
menggelapkan sesuatu apa pun, dan juga
tidak melihat atau mengetahui ada sesuatu
yang digelapkan;
i. keterangan bahwa surat wasiat dan surat yang
tidak termasuk harta peninggalan ditemukan
dalam harta peninggalan tersebut, telah berlaku
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
249, Pasal 250, dan Pasal 251 dan penyebutan
kepada siapa efek dan surat dari harta
peninggalan tersebut diserahkan, baik
berdasarkan Undang-Undang maupun
berdasarkan persetujuan para pihak yang
berkepentingan.
(2) Dalam hal pendaftaran dilakukan secara
notariil, buku atau daftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f, pada setiap
halaman oleh notaris diberi tanda pengesahan.
(3) Dalam hal inventarisasi dilakukan di bawah tangan
maka buku atau daftar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f pengesahannya dilakukan oleh salah
seorang dari pihak yang berkepentingan berdasarkan
kesepakatan mereka.

Pasal 268
(1) Dalam hal pada waktu inventarisasi harta
peninggalan terdapat keberatan atau sengketa,
para pihak atau notaris yang melakukan
inventarisasi mengajukan Permohonan kepada
ketua Pengadilan di daerah hukum inventarisasi
harta peninggalan dilakukan, untuk
memutuskan sengketa tersebut terlebih dahulu
dengan acara singkat.
(2) Dalam hal inventarisasi harta peninggalan
dilakukan di luar daerah hukum
pengadilan, notaris membuat berita acara
yang memuat uraian tentang keberatan dan
sengketa yang ditandatangani oleh para
pihak setelah berita acara dibacakan.
(3) Dalam hal para pihak tidak dapat menulis atau tidak
mau menandatangani berita acara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), hal tersebut harus dicatat
dalam berita acara.
(4) Notaris mengajukan berita acara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada ketua
Pengadilan dengan Permohonan agar segera
menjatuhkan putusan dengan acara singkat.

Bagian Kedelapan
Penjualan Harta Peninggalan Berupa Benda

Pasal 269
Dalam hal semua ahli waris sudah dewasa dan bebas
menguasai benda mereka, penjualan benda yang termasuk
warisan dapat dilakukan di tempat dan dengan cara yang
disepakati oleh para pihak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 270
Dalam hal harus dilakukan penjualan harta peninggalan
berupa benda dan diantara mereka yang berkepentingan
terdapat:
a. anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun
atau belum kawin;
b. orang yang berada di bawah pengampuan;
c. orang yang tidak hadir; atau
d. tidak terdapat kesepakatan di antara para ahli waris,
penjualan dilakukan di depan umum dengan perantara
Kantor Lelang Negara menurut kebiasaan setempat.

Pasal 271
Dalam hal semua orang yang berkepentingan sepakat
tetapi di antara mereka yang berkepentingan terdapat:
a. anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun
atau belum kawin; atau
b. orang yang berada di bawah pengampuan,
pengadilan dapat memberikan izin untuk melaksanakan
penjualan harta peninggalan berupa benda dengan cara
selain yang ditentukan dalam Pasal 389 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.

Pasal 272
(1) Dalam hal penjualan harta peninggalan berupa benda
harus dilakukan di depan umum, ketua Pengadilan
atas Permohonan salah satu pihak dapat
memerintahkan agar penjualan segera dilaksanakan.
(2) Dalam hal para pihak tidak mencapai kesepakatan
tentang waktu penjualan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ketua Pengadilan:
a. menetapkan waktu pelaksanaan penjualan;
dan
b. memerintahkan agar penjualan tersebut
diberitahukan kepada pihak yang
berkepentingan lainnya dengan cara dan
dalam waktu yang layak sesuai dengan
keadaan.

Pasal 273
Penjualan harta peninggalan berupa benda dengan
perantara Kantor Lelang Negara dapat dilakukan baik
dihadiri maupun tidak dihadiri oleh pihak yang
berkepentingan.
Pasal 274
Dalam hal terdapat keberatan penjualan harta peninggalan
berupa benda, hal tersebut diputus terlebih dahulu oleh
ketua Pengadilan melalui pemeriksaan dengan acara
singkat.

Bagian Kesembilan
Penjualan Harta Peninggalan Berupa Tanah

Pasal 275
Dalam hal tanah hanya merupakan kepunyaan orang
dewasa yang menguasai dengan bebas tanah tersebut,
tanah tersebut dapat dijual dengan cara sesuai dengan
kesepakatan mereka, dengan ketentuan kesepakatan
tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 276
(1) Dalam hal harus dilakukan penjualan tanah yang
seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan
anak yang belum berumur 18 (delapan belas)
tahun atau belum kawin, penjualan harus
dilakukan di muka umum oleh pejabat yang
berwenang di hadapan wali anak tersebut.
(2) Dalam hal harus dilakukan penjualan tanah yang
seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan
orang yang berada di bawah pengampuan,
penjualan harus dilakukan di muka umum oleh
pejabat yang berwenang di hadapan pengampu
orang tersebut.
(3) Dalam hal harus dilakukan penjualan tanah yang
seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan
orang yang tidak diketahui keberadaannya,
penjualan harus dilakukan di muka umum oleh
pejabat yang berwenang di hadapan pejabat Balai
Harta Peninggalan.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) berlaku juga jika di antara para ahli
waris tidak mencapai kata sepakat.
(5) Ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
harus cakap dan mampu melakukan perbuatan
hukum.

Pasal 277
(1) Dalam hal setiap orang yang berkepentingan
mencapai kata sepakat, tetapi di antara orang yang
berkepentingan tersebut terdapat anak yang belum
berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin,
atau orang berada di bawah pengampuan, Pengadilan
dalam hal tertentu dapat mengizinkan penjualan
tanah tersebut.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
atas permintaan wali atau pengampu yang harus
disertai dengan alasan dan dengan persetujuan
bersama dari keluarga sedarah dan semenda.
(3) Dalam hal tidak semua keluarga sedarah atau
semenda hadir setelah dipanggil dengan sah,
persetujuan mereka yang datang dianggap cukup.
(4) Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
boleh dijual dengan harga lebih rendah daripada
harga sebelum pemberian izin yang telah ditaksir oleh
3 (tiga) orang ahli berdasarkan penetapan Pengadilan.

Pasal 278
(1) Dalam hal penjualan harus dilakukan di depan
umum, atas Permohonan salah satu pihak,
Pengadilan dapat memerintahkan agar penjualan
tersebut segera dilaksanakan.
(2) Dalam hal para pihak tidak mencapai kesepakatan
tentang waktu penjualan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ketua Pengadilan:
a. menetapkan waktu pelaksanaan penjualan;
dan
b. memerintahkan agar penjualan tersebut
diberitahukan kepada pihak yang
berkepentingan lainnya dengan cara dan
dalam waktu yang layak sesuai dengan
keadaan.

Pasal 279
Penjualan tanah dapat dilakukan dengan dihadiri atau
tidak dihadiri oleh pihak yang berkepentingan.

Pasal 280
Dalam hal terdapat keberatan atas penjualan tanah,
keberatan tersebut diputus oleh Pengadilan melalui
pemeriksaan dengan acara singkat.

Bagian Kesepuluh
Pemisahan Harta Peninggalan

Pasal 281
Gugatan pemisahan harta peninggalan diajukan kepada
Pengadilan.

Pasal 282
(1) Putusan Pengadilan atas Gugatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 281 yang memerintahkan
pemisahan harta peninggalan, memuat pengangkatan
notaris dan/atau pejabat pembuat akta tanah untuk
melakukan pemisahan harta peninggalan.
(2) Pengangkatan notaris dan/atau pejabat pembuat
akta tanah oleh Pengadilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan jika para
pihak yang berkepentingan tidak mencapai kata
sepakat mengenai pilihan notaris dan/atau
pejabat pembuat akta tanah.
(3) Dalam Putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat ditentukan jam, Hari, tanggal,
bulan, dan tahun para pihak harus hadir, tanpa
diperlukan pemanggilan.

Pasal 283
(1) Bagi ahli waris yang tidak berlaku
ketentuan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, atas Permohonan seluruh
ahli waris, Pengadilan membuat penetapan
tentang pemisahan harta peninggalan.
(2) Dalam membuat penetapan pemisahan harta
peninggalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pengadilan harus memanggil dan
mendengar keterangan seluruh ahli waris.

Pasal 284
(1) Dalam hal selama pelaksanaan pemisahan harta
peninggalan terdapat keberatan, notaris
dan/atau pejabat pembuat akta tanah membuat
berita acara tersendiri tentang keberatan
tersebut yang memuat keterangan dari para
pihak.
(2) Salinan berita acara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dikirimkan kepada panitera.
(3) Pihak yang berkeberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengajukan gugatan ke Pengadilan.

Pasal 285
(1) Dalam hal diperlukan penjualan barang bergerak
untuk melaksanakan pemisahan harta peninggalan
maka berlaku ketentuan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
(2) Dalam hal diperlukan penjualan tanah untuk
melaksanakan pemisahan harta peninggalan maka
berlaku ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan di bidang pertanahan.

Pasal 286
Notaris dan/atau pejabat pembuat akta tanah wajib
memberikan salinan atau kutipan dari akta
pemisahan harta peninggalan kepada para pihak,
jika para pihak yang berkepentingan memintanya.
.

Bagian Kesebelas
Hak Istimewa Pendaftaran Harta Peninggalan

Pasal 287
(1) Ahli waris dapat mempertimbangkan untuk
menolak, menerima warisan secara murni, atau
menerima dengan hak istimewa untuk
mengadakan pendaftaran harta peninggalan.
(2) Ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat meminta izin kepada Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat harta
peninggalan terbuka, untuk diberi kuasa menjual
barang bergerak yang termasuk harta peninggalan
yang tidak dapat disimpan.

Pasal 288
Dalam hal harus dilaksanakan penjualan barang bergerak
atau tanah dari harta peninggalan, ahli waris yang
menerima warisan dengan hak istimewa untuk
pendaftaran harta peninggalan wajib melaksanakan
ketentuan:
a. ahli waris tidak boleh menjual benda warisan, baik
yang berupa tanah maupun benda bergerak, kecuali
dengan cara menjual lelang;
b. dalam hal penjualan tanah yang dibebani dengan hak
tanggungan, ahli waris melunasi utangnya kepada
pemegang hak tanggungan dan menyerahkan bukti
pelunasan kepada pembeli tanah.

Pasal 289
(1) Dalam hal diminta oleh para kreditor atau orang
lain yang berkepentingan, ahli waris yang
menerima warisan dengan hak istimewa untuk
pendaftaran harta peninggalan wajib memberikan
jaminan secukupnya untuk harga benda
bergerak yang termasuk dalam pendaftaran harta
peninggalan dan untuk bagian harga tanah yang
tidak diserahkan kepada para kreditor pemegang
hak tanggungan.
(2) Dalam hal ahli waris tidak memberikan jaminan
dalam waktu setelah 8 (delapan) Hari sejak
permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan, Pengadilan dapat memanggil ahli waris
tersebut.
(3) Dalam hal ahli waris sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tetap menolak atau tidak hadir,
Pengadilan memerintahkan kepada Balai Harta
Peninggalan untuk menjual warisan melalui
Kantor Lelang Negara dengan penetapan
Pengadilan.
(4) Balai Harta Peninggalan setelah memperoleh
hasil penjualan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) menggunakan hasil penjualan tersebut
untuk melunasi utang dan beban warisan.

Pasal 290
(1) Ahli waris yang menerima warisan dengan hak
istimewa untuk pendaftaran harta peninggalan dapat
mengajukan Gugatan atas beban dari harta warisan
terhadap para ahli waris yang lain.
(2) Dalam hal tidak terdapat ahli waris yang lain atau
Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan oleh seluruh ahli waris, Gugatan harus
diajukan terhadap Balai Harta Peninggalan.
(3) Atas permohonan mereka yang berkepentingan atau
atas usul dari kejaksaan, Pengadilan memerintahkan
Balai Harta Peninggalan untuk menjadi kurator
terhadap harta warisan yang telah diterima dengan
hak istimewa untuk pendaftaran harta peninggalan.

Bagian Keduabelas
Penjualan Benda Bergerak dan Tanah yang Termasuk
Dalam Benda Tak
Terurus

Pasal 291
Terhadap Penjualan benda bergerak dan tanah yang
termasuk dalam benda tak terurus, Balai Harta
Peninggalan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 270, Pasal 271, dan Pasal 276
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Bagian Ketigabelas
Perhitungan dan Pertanggungjawaban
Pasal 292
Orang yang wajib mengadakan perhitungan tetapi lalai
mengadakan perhitungan, dipanggil ke persidangan
dengan cara biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
sampai dengan Pasal 20 dan perkaranya diperiksa dengan
acara biasa.

Pasal 293
(1) Dalam hal putusan Hakim memerintahkan untuk
diadakan perhitungan, diangkat seorang Hakim
Pengawas dan dihadapannya dilakukan perhitungan.
(2) Hakim Pengawas menetapkan hari perhitungan paling
lambat 14 (empat belas) Hari setelah diangkat.
(3) Jika Orang yang berkewajiban mengadakan
perhitungan tidak datang menghadap pada hari yang
telah ditetapkan atau tidak mengadakan perhitungan
maka atas permintaan pihak Penggugat diadakan
penyitaan dan penjualan barang pihak Tergugat
sampai sejumlah yang akan ditetapkan dalam
putusan Pengadilan.
(4) Atas perintah Hakim, terhadap Tergugat dapat juga
dikenakan hukuman paksaan badan.

Pasal 294
Dalam hal suatu putusan Hakim yang menolak tuntutan
dibatalkan dalam tingkat banding, perhitungan dan
pertanggungjawaban dilakukan di hadapan Hakim yang
telah memeriksa pada tingkat pertama atau di hadapan
Hakim yang ditunjuk pada tingkat banding.

Pasal 295
(1) Perhitungan memuat penerimaan dan pengeluaran
yang sebenarnya.
(2) Dalam hal penerimaan melebihi pengeluaran maka
pihak yang meminta perhitungan dapat menuntut
kepada Hakim pengawas untuk mengeluarkan surat
perintah agar membayar kelebihan tersebut, tanpa
menganggap bahwa yang bersangkutan telah
membenarkan perhitungan.
(3) Surat perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikeluarkan dalam bentuk putusan.

Pasal 296
(1) Dalam hal Penggugat tidak hadir pada waktu
dilakukan perhitungan maka berita acara
perhitungan berikut bukti pendukungnya
disampaikan kepada Penggugat melalui Pengadilan.
(2) Berita acara perhitungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diberitahukan paling lambat 14 (empat
belas) Hari setelah diadakan perhitungan yang
ditetapkan oleh Hakim pengawas.

Pasal 297
(1) Dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari sesudah
pemberitahuan maka pihak Penggugat harus
membenarkan perhitungan tersebut, atau jika
menolak Penggugat mengajukan bantahan atau
perlawanan ke Pengadilan.
(2) Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari
setelah perlawanan atau bantahan diterima oleh
Pengadilan, Hakim pengawas memanggil para pihak
untuk datang menghadap pada jam, Hari, tanggal,
bulan, dan tahun yang ditetapkan dalam surat
panggilan, untuk menjelaskan tentang hal yang
disengketakan, dan jika mungkin, untuk mencapai
kesepakatan tentang hal tersebut.
(3) Dalam hal para pihak tidak memperoleh kata
sepakat, Hakim pengawas membuat berita acara dan
menyampaikan laporan kepada sidang Pengadilan.
(4) Pada Hari sidang Pengadilan yang ditetapkan, para
pihak harus hadir untuk menyampaikan kepentingan
mereka secara lisan.

Pasal 298
Dalam putusan terhadap perkara bantahan atau
perlawanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 297 ayat
(1), seluruh jumlah penerimaan dan pengeluaran dicatat
serta ditetapkan saldonya.

Pasal 299
Pembantah atau pelawan tidak dapat meminta
penghitungan ulang atas dasar terjadi kekeliruan
penghapusan, pos palsu atau rangkap, kecuali perbaikan
perhitungan.

Bagian Keempatbelas
Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti Penitipan
di Pengadilan

Pasal 300
(1) Dalam hal kreditor menolak pembayaran, debitor
dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas
utang.
(2) Dalam hal kreditor menolak penawaran pembayaran
tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), debitor
menitipkan uang dan/atau barangnya kepada
Pengadilan.
(3) Penawaran yang diikuti dengan penitipan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membebaskan
debitor dan berlaku baginya sebagai pembayaran,
dengan ketentuan penawaran dilakukan dengan cara
menurut Undang-Undang ini.
(4) Uang dan/atau barang yang dititipkan tetap atas
tanggungan kreditor.

Pasal 301
Syarat sahnya penawaran pembayaran tunai:
a. dilakukan kepada kreditor atau kepada orang yang
berkuasa menerimanya;
b. dilakukan oleh orang yang berkuasa membayar;
c. semua uang pokok dan bunga yang dapat ditagih
beserta biaya yang telah ditetapkan dan sejumlah
uang untuk biaya yang belum ditetapkan, dengan
tidak mengurangi penetapan kemudian;
d. piutang telah jatuh tempo;
e. syarat timbulnya utang telah dipenuhi;
f. penawaran dilakukan di tempat, dimana menurut
perjanjian pembayaran harus dilakukan dan jika
tiada suatu perjanjian khusus mengenai hal tersebut,
kepada kreditor pribadi atau di Alamat Tempat
Tinggal yang sungguh-sungguh atau di tempat tinggal
yang telah dipilihnya; dan
g. penawaran tersebut dilakukan oleh seorang jurusita
dengan dihadiri 2 (dua) orang saksi.

Pasal 302
(1) Juru sita yang melakukan penawaran wajib membuat
berita acara yang memuat:
a. uang dan/atau barang yang ditawarkan;
b. jam, Hari, tanggal, bulan, dan tahun penawaran
dilakukan;
c. jawaban kreditor atau jika yang bersangkutan
tidak ada dari orang yang menerima penawaran.
Jika jawaban berupa penolakan, juru sita
memberitahukan kreditor bahwa apa yang
ditawarkan akan dititipkan sesuai dengan Pasal
303;
d. tanda tangan Notaris atau juru sita, saksi
dan kreditor, atau jika kreditor tidak ada,
atau orang yang menerima penawaran; dan
e. jika kreditor atau orang kepada siapa penawaran
dilakukan menolak untuk menandatangani atau
menerangkan tidak dapat menandatangani berita
acara penawaran, hal tersebut harus dimuat
dalam berita acara.
(2) Dalam hal pada waktu penawaran pihak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berada ditempat atau
tidak dapat dijumpai, surat penawaran harus
disampaikan kepada Lurah atau kepada kepala desa
atau nama lain yang sejenis yang daerah hukumnya
meliputi Alamat Tempat Tinggal pihak kreditor.
(3) Jurusita wajib membuat salinan berita acara
penawaran dan salinan tersebut wajib diserahkan
kepada kreditor sendiri atau di alamat tempat
tinggalnya.
(4) Berita acara penawaran yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) batal
demi hukum.

Pasal 303
Suatu penyimpanan sah dan tidak perlu penetapan Ketua
Pengadilan, jika:
a. sebelum penyimpanan tersebut kepada kreditor
disampaikan suatu keterangan yang memuat
penunjukan jam, Hari, tanggal, bulan, tahun, dan
tempat penyimpanan barang yang ditawarkan;
b. debitor telah melepaskan barang yang ditawarkan
tersebut dengan menitipkannya pada kas
penyimpanan atau penitipan di kepaniteraan pada
pengadilan yang akan mengadilinya jika ada
perselisihan beserta bunga sampai pada saat
penitipan;
c. oleh juru sita yang disertai 2 (dua) orang saksi dibuat
berita acara yang menerangkan jenis barang
dan/atau mata uang yang disampaikan, penolakan
kreditor, atau untuk menerima barang dan/atau
mata uang tersebut, dan akhirnya pelaksanaan
penyimpanan tersebut sendiri;
d. kreditor tidak datang untuk menerima barang
dan/atau mata uang maka berita acara penitipan
diberitahukan kepadanya dengan peringatan untuk
mengambil yang dititipkan tersebut.

Pasal 304
(1) Selama barang dan/atau mata uang yang dititipkan
tidak diambil oleh kreditor, debitor dapat mengambil
kembali.
(2) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), orang yang turut berutang dan para
penanggung utang tidak dibebaskan.

Pasal 305
(1) Dalam hal pembayaran berupa suatu barang yang
harus diserahkan di tempat barang tersebut berada,
debitor harus memberitahukan kreditor melalui
perantara pengadilan untuk mengambil barang
tersebut dengan surat pemberitahuan.
(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada kreditor pribadi atau ke
Alamat Tempat Tinggal kreditor, atau ke Alamat
Tempat Tinggal yang dipilih untuk pelaksanaan
perjanjian.
(3) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) telah disampaikan dan
kreditor tidak mengambil barangnya paling lambat 14
(empat belas) Hari terhitung setelah pengadilan
memberitahukan, debitor dapat diizinkan oleh Hakim
untuk menitipkan barang dan/atau mata uang
tersebut di tempat lain.

Pasal 306
Dalam hal debitor telah mendapatkan putusan Hakim
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan
dengan putusan tersebut penawaran yang dilakukannya
telah dinyatakan sah dan berharga, debitor tidak dapat
mengambil kembali apa yang dititipkan untuk kerugian
debitor lainnya dan para penanggung utang meskipun
dengan izin debitor.

Pasal 307
Gugatan untuk pernyataan sah dan berharga atau
pernyataan batal dari penawaran yang diajukan atau dari
penitipan, diperiksa sebagai Gugatan biasa.

Pasal 308
Penawaran atau penitipan terhadap perkara yang sedang
dalam proses pemeriksaan, diperiksa sebagai Gugatan
insidentil.

Pasal 309
Penitipan sukarela atau penitipan di Pengadilan tidak
mengurangi hak yang timbul dari penyitaan yang telah
dilakukan jika hal tersebut telah terjadi, dan
diberitahukan oleh juru sita kepada Pemohon dan
pelawan.
Bagian Kelimabelas
Pelepasan Harta Kekayaan

Pasal 310
Pelepasan harta kekayaan terjadi jika debitor yang tidak
mampu untuk membayar utangnya, menyerahkan semua
barang miliknya kepada para kreditor.

Pasal 311
(1) Pelepasan harta kekayaan memerlukan penerimaan
secara sukarela oleh para kreditor.
(2) Pelepasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mempunyai akibat lain terhadap ketentuan dalam
perjanjian yang dibuat antara kreditor dan debitor.
(3) Pelepasan harta kekayaan tidak memindahkan hak
milik pada para kreditor.
(4) Pelepasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
hanya memberi hak kepada kreditor untuk menjual
benda yang memberi keuntungan bagi kreditor, dan
untuk menarik hasil sampai terjadinya penjualan.
(5) Sisa hasil penjualan sesudah pemenuhan
pembayaran kepada kreditor, dibayarkan kepada
debitor.

Bagian Keenambelas
Uang Paksa

Pasal 312
(1) Atas tuntutan salah satu pihak, Hakim dapat
menghukum pihak yang kalah untuk membayar uang
paksa, dalam hal pihak tersebut tidak memenuhi
hukuman pokok, dengan tidak mengurangi hak pihak
yang bersangkutan atas ganti rugi apabila ada dasar
hukumnya.
(2) Uang paksa hanya dapat dijatuhkan dalam hal
hukuman pokok yang tidak merupakan hukuman
menyerahkan sejumlah uang.
(3) Tuntutan uang paksa dapat juga diajukan dalam
perkara perlawanan.
(4) Uang paksa tidak dapat ditagih sebelum putusan
penghukuman uang paksa diberitahukan kepada
pihak yang bersangkutan.
(5) Uang paksa berlaku paling lama 6 (enam) bulan
terhitung setelah tanggal putusan tersebut
diberitahukan kepada terhukum.

Pasal 313
Hakim dalam putusannya wajib menentukan besarnya
uang paksa yang harus dibayar sekaligus untuk waktu
tertentu atau untuk setiap hari keterlambatan
melaksanakan kewajiban atau setiap kali melakukan
pelanggaran.

Pasal 314
Uang paksa yang sudah dapat ditagih menjadi hak penuh
dari pihak yang menang dan pihak tersebut dapat
meminta pelaksanaan putusan uang paksa.

Pasal 315
Atas Permohonan pihak yang dihukum untuk membayar
uang paksa, ketua Pengadilan yang menjatuhkan
hukuman pembayaran uang paksa dapat membatalkan
hukuman, memperpendek masa berlaku, atau mengurangi
jumlah uang paksa, dalam hal:
a. pihak yang dihukum untuk membayar uang paksa
untuk sementara atau untuk waktu yang tetap
berada dalam keadaan tidak mampu memenuhi sama
sekali seluruh atau sebagian hukuman pokok; dan
b. keadaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
harus terjadi setelah uang paksa dapat ditagih.

Pasal 316
(1) Selama kepailitan dari terhukum, uang paksa tidak
dapat dimintakan pelaksanaannya.
(2) Uang paksa yang sudah dapat ditagih sebelum
terhukum dinyatakan pailit, tagihan pembayaran
uang paksa tersebut diajukan kepada kurator.
(3) Dalam hal terhukum meninggal dunia, uang paksa
yang sudah dapat ditagih sebelum terhukum
meninggal, dapat dimintakan pelaksanaan
penagihannya kepada ahli waris terhukum melalui
penetapan pengadilan.
(4) Atas Permohonan ahli waris terhukum, Ketua
Pengadilan dapat membatalkan, mengurangi, atau
mengubah syarat mengenai uang paksa tersebut.

Bagian Ketujuhbelas
Sita Jaminan Terhadap Saham dan Surat Berharga
Lainnya

Pasal 317
(1) Ketentuan mengenai upaya menjamin hak
sebagaimana dimaksud dalam Bab VI berlaku
terhadap:
a. sita surat berharga atas tunjuk;
b. saham atas nama orang pada perseroan
terbatas; dan
c. surat berharga atas nama yang bukan saham.
(2) Surat tanda bukti keanggotaan dari suatu
perkumpulan dianggap sebagai surat berharga atas
nama jika surat tersebut dapat dipindahtangankan.

Pasal 318
(1) Keuntungan saham dan surat berharga yang bukan
saham berupa uang dan barang bernilai lainnya
termasuk dalam sitaan.
(2) Hak suara dan kewenangan lain yang melekat pada
saham atau surat berharga yang bukan saham yang
disita dan tidak termasuk dalam ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap menjadi
hak pihak tersita.
(3) Dalam hal diminta oleh tersita, penyimpan wajib
memberikan surat bukti dan selanjutnya melakukan
tindakan yang diperlukan agar pemilik saham dan
surat berharga yang bukan saham dapat
menggunakan haknya.

Pasal 319
(1) Sita terhadap saham atas nama orang pada Perseroan
Terbatas dilakukan oleh juru sita dengan
memberitahukan 3 (tiga) Hari sebelumnya tentang
akan dilaksanakannya sita tersebut pada perseroan
yang bersangkutan.
(2) Dalam berita acara sita disebutkan jumlah dan
nomor saham yang disita.
(3) Salinan surat pemberitahuan harus diberikan kepada
perseroan disertai dengan penetapan sita atas saham.
(4) Dalam buku register atau daftar pemegang saham
segera dibuat catatan sita tersebut yang
ditandatangani oleh wakil perseroan yang sah dan
juru sita dengan menyebutkan jam, Hari, tanggal,
bulan, dan tahun, saat sita diletakkan, nama dari
Pemohon sita dan jumlah serta nomor dari saham
yang disita.
(5) Perseroan dan setiap orang yang bekerja pada
perseroan tersebut yang mempunyai wewenang untuk
masuk ke ruang penyimpanan buku daftar pemegang
saham, wajib memberikan bantuan agar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terlaksana.
(6) Dalam hal sebelum sita dilaksanakan terhadap
saham dan perseroan telah mengeluarkan surat
saham, wakil perseroan wajib memberitahukan hal
tersebut pada waktu sita dilakukan.
(7) Dalam hal tidak didapat bantuan dari orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5), dan
ayat (6) maka orang tersebut dihukum untuk
membayar sejumlah uang yang ditetapkan oleh
Hakim.
(8) Dalam hal anggaran dasar perseroan menentukan
bahwa pengalihan atau penyerahan saham atas nama
selalu atau dalam keadaan tertentu harus terjadi
dengan penyerahan surat saham pada pihak yang
berhak menerima penyerahan saham atau pada
pembeli saham maka penyerahan tetap dilakukan
dengan pemberitahuan dan pencatatan pada daftar
pemegang saham perseroan yang menerbitkan saham
atas nama tersebut.

Pasal 320
(1) Juru sita harus segera, pada hari yang sama
memberitahukan secara tertulis mengenai sita yang
dilakukan pada pihak tersita.
(2) Dengan ancaman batalnya sita yang telah dilakukan,
juru sita dalam waktu paling lambat 8 (delapan) Hari
terhitung setelah dilakukan sita harus memberikan
salinan resmi berita acara sita pada pihak tersita.

Pasal 321
Saham yang telah disita tidak dapat dipindahtangankan
atau dijaminkan.

Pasal 322
Dalam waktu paling lambat 8 (delapan) Hari terhitung
setelah sita dilakukan, perseroan harus memberitahukan
secara tertulis kepada pengadilan yang melakukan sita
mengenai hak yang telah didapat oleh saham sebelum
disita, dengan menyebutkan nama dan tempat tinggal
orang yang berhak.

Pasal 323
(1) Ketua Pengadilan sebelum mengeluarkan penetapan
menjual lelang, terlebih dahulu memanggil Pemohon
sita, termohon eksekusi, pengurus perseroan, dan
jika diperlukan orang lain yang berkepentingan untuk
didengar.
(2) Ketua Pengadilan dalam penetapannya menentukan
dengan cara dan syarat penjualan dan penyerahan
harus dilakukan.

Bagian kedelapanbelas
Sita Atas Pesawat Terbang

Pasal 324
Kecuali ditentukan lain sebagaimana dimaksud dalam
Bagian Ketujuh Belas, penyitaan terhadap pesawat terbang
berlaku ketentuan mengenai upaya menjamin hak
sebagaimana dimaksud dalam Bab VI.

Pasal 325
(1) Penyitaan terhadap pesawat terbang tidak dapat
dilaksanakan terhadap:
a. pesawat terbang yang khusus digunakan untuk
keperluan negara asing, termasuk di dalamnya
angkutan pos, kecuali angkutan perdagangan;
b. pesawat terbang yang digunakan pada lalu lintas
udara secara teratur untuk angkutan umum dan
pesawat terbang cadangan yang mutlak harus
disediakan untuk itu; dan
c. pesawat terbang lain yang digunakan untuk
mengangkut orang atau barang dengan
pembayaran, jika pesawat telah siap berangkat
untuk pengangkutan tersebut, kecuali:
1. dalam hal sita diletakkan untuk suatu
utang yang dibuat untuk keperluan
perjalanan yang segera akan dilakukan oleh
pesawat terbang tersebut; atau
2. untuk suatu utang yang timbul selama
penerbangan tersebut.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku terhadap sita yang diletakkan berkenaan
dengan tuntutan kembali atas suatu pesawat terbang
yang diambil secara tidak sah.

Pasal 326
(1) Sita tidak dapat diletakkan atas pesawat terbang, jika
untuk menghindarinya telah diberi jaminan yang
cukup.
(2) Pengangkatan sita segera diperintahkan atas sita
yang telah diletakkan jika diberi jaminan yang cukup.
(3) Jaminan yang cukup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas:
a. jaminan yang menutup jumlah dari tuntutan
utang dan biaya lain untuk dibayarkan kepada
kreditor; atau
b. jaminan yang menutup nilai atau harga dari
pesawat terbang tersebut.
(4) Dalam hal pada waktu menawarkan jaminan untuk
menghindarkan penyitaan, terjadi perbedaan
pendapat tentang jumlah atau jenis jaminan maka
ketua Pengadilan dalam daerah mana pesawat
terbang tersebut berada atas Permohonan dari pihak
yang paling siap, memutuskan sesudah mendengar
atau memanggil dengan cukup pihak lawan atau
wakilnya.
(5) Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan surat tercatat atau oleh juru sita.

Pasal 327
(1) Penjualan lelang pesawat terbang dilakukan setelah
diumumkan 2 (dua) kali dalam jangka waktu 8
(delapan) Hari berturut-turut dalam surat kabar
harian yang terbit di kota tempat penjualan lelang
akan dilakukan.
(2) Dalam hal di kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak ada surat kabar harian yang diterbitkan
maka pengumuman dilakukan dalam harian yang
terbit di kota terdekat tempat pesawat terbang akan
dijual lelang.
(3) Pelaksanaan penjualan lelang pesawat terbang
dilakukan sesuai dengan ketentuan penjualan lelang
tanah.

Bagian Kesembilanbelas
Sita Eksekusi dan Penjualan Terhadap Kapal
Pasal 328
(1) Kapal laut yang siap untuk berlayar tidak dapat disita
kecuali untuk utang yang dibuat bagi keperluan
perjalanan yang akan dilakukan kapal tersebut.
(2) Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dihalangi dengan memberikan jaminan untuk utang
tersebut.

Pasal 329
(1) Kreditor dari peserta pengusaha kapal tidak
dapat menyita atau menjual seluruh kapal
melainkan hanya dapat menyita bagian hak atas
kapal dari peserta pengusaha kapal.
(2) Penyitaan dilakukan dengan penetapan sita yang
disampaikan kepada debitor, pemegang buku, dan
pemegang perusahaan kapal.
(3) Penjualan bagian hak kapal dilaksanakan sesuai
dengan aturan tentang penjualan kapal dengan
ketentuan bahwa pengumuman penjualan tidak
ditempelkan pada kapal.

Pasal 330
(1) Sita eksekusi terhadap kapal, termasuk terhadap
kapal yang sedang dibuat, hanya dapat dilaksanakan
berdasarkan putusan pengadilan atau berdasarkan
alas hak lainnya yang sah.
(2) Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebelumnya harus diberitahukan kepada pemilik atau
agennya, paling lambat 1 (satu) hari sebelum
penyitaan dilaksanakan, di Alamat Tempat Tinggal
yang bersangkutan.
(3) Dalam hal terdapat kemungkinan bahwa kapal
tersebut akan segera diberangkatkan ketempat lain,
penyitaan terhadap kapal segera dapat dilaksanakan
setelah ada izin dari Ketua Pengadilan di daerah
hukum kapal tersebut berada.

Pasal 331
(1) Penyitaan terhadap kapal harus dilaksanakan di atas
kapal tersebut.
(2) Dalam melaksanakan penyitaan, juru sita harus
didampingi oleh 2 (dua) orang saksi, yang nama,
pekerjaan, dan alamat tempat tinggalnya disebutkan
dalam berita acara penyitaan.
(3) Berita acara penyitaan dan salinannya harus
ditandatangani oleh juru sita dan 2 (dua) orang saksi.

Pasal 332
Berita acara penyitaan harus memuat:
a. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun penyitaan
dilakukan;
b. nama lengkap, pekerjaan, dan Alamat Tempat Tinggal
Pemohon;
c. alas hak yang menjadi dasar penyitaan;
d. jumlah uang dari utang yang harus dibayar;
e. pilihan Alamat Tempat Tinggal oleh Pemohon sita
dalam daerah hukum Pengadilan kapal tersebut
berada untuk dilakukan penjualan;
f. nama lengkap, Alamat Tempat Tinggal pemilik kapal,
agen, pemegang buku dalam hal mereka diketahui,
dan nama nahkoda;
g. nama, jenis, dan luas ruang kapal; dan
h. penyebutan perlengkapan kapal, termasuk alat-alat
yang ada dan persediaan makanan yang terdapat
dalam kapal tersebut.

Pasal 333
Juru sita harus menunjuk seorang penunggu yang harus
tinggal di kapal tersebut setelah mengambil tindakan yang
diperlukan untuk mencegah keberangkatan kapal.

Pasal 334
(1) Dalam hal yang disita adalah kapal atau saham atas
kapal, yang ukuran isi kotor paling sedikit 20 m3
(dua puluh meter kubik) atau yang nilainya sama
dengan itu maka berita acara penyitaan harus dicatat
dalam buku induk register yang khusus disediakan
untuk itu dan terbuka untuk umum di Pengadilan
dalam daerah hukum penyitaan tersebut
dilaksanakan.
(2) Dalam hal kapal tersebut telah terdaftar dalam buku
induk register pendaftaran kapal maka juru sita
harus menyerahkan salinan resmi dari berita acara
penyitaan kepada kantor pendaftaran kapal untuk
dicatat dalam buku induk register pendaftaran kapal
yang bersangkutan.
(3) Terhitung setelah pencatatan penyitaan dalam buku
induk register pendaftaran kapal, pemilik kapal,
agennya, dan orang lain yang merasa berhak atas
kapal dilarang untuk mengalihkan, menyewakan,
atau menjaminkan kapal tersebut kepada pihak
ketiga.
(4) Semua perbuatan yang bertentangan dengan
larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), batal
karena hukum.

Pasal 335
(1) Salinan berita acara penyitaan harus disampaikan
oleh juru sita kepada pemilik kapal atau agennya di
Alamat Tempat Tinggalnya.
(2) Dalam hal pemilik atau agennya bertempat tinggal di
daerah hukum Pengadilan yang memerintahkan
penyitaan, penyampaian salinan berita acara
penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam waktu paling lambat 8 (delapan)
Hari terhitung setelah tanggal pelaksanaan penyitaan.
(3) Dalam hal pemilik atau agennya bertempat tinggal di
luar daerah hukum Pengadilan yang memerintahkan
penyitaan, penyampaian salinan berita acara
penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lambat 14 (empat belas) Hari
terhitung setelah tanggal pelaksanaan penyitaan.
(4) Dalam hal pemilik kapal atau agennya bertempat
tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia
atau Alamat Tempat Tinggalnya tidak diketahui maka
salinan berita acara penyitaan diserahkan kepada
nakhoda kapal atau wakilnya.
(5) Dalam hal keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan ayat (4) tidak dapat dilaksanakan
maka salinan berita acara penyitaan ditempelkan di
tempat yang mudah terbaca di atas kapal tersebut.
(6) Dalam hal penyitaan dilaksanakan untuk suatu utang
dengan hak didahulukan atau atas suatu hipotek atas
kapal sebagai jaminan piutang, berita acara penyitaan
tersebut harus diberitahukan kepada nahkoda kapal
di atas kapal.

Pasal 336
(1) Penjualan dengan cara lelang kapal yang ukuran isi
kotor paling sedikit 20 m3 (dua puluh meter kubik)
atau yang nilainya sama dengan itu, dilakukan
setelah diumumkan 2 (dua) kali dalam waktu 8
(delapan) Hari secara berturut-turut dalam surat
kabar harian yang terbit di kota tempat penjualan
lelang akan dilakukan.
(2) Dalam hal di kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak ada surat kabar harian yang diterbitkan
maka pengumuman dilakukan dalam surat kabar
harian yang terbit di kota terdekat tempat kapal
tersebut akan di jual lelang.
(3) Pelaksanaan penjualan lelang kapal dilakukan sesuai
dengan ketentuan penjualan lelang tanah.

Pasal 337
Penyitaan dan penjualan lelang perahu dan kapal yang
ukuran isi kotor kurang dari 20 m3 (dua puluh meter
kubik) atau yang nilainya sama dengan itu dilakukan
seperti penyitaan dan penjualan lelang terhadap barang
bergerak pada umumnya.

Pasal 338
(1) Pembeli yang telah diizinkan untuk membeli kapal
wajib membayar harga pembelian kepada juru lelang
paling lambat 8 (delapan) Hari terhitung setelah
pelaksanaan penjualan lelang.
(2) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pembeli tidak memenuhi kewajibannya, yang
bersangkutan dikenakan paksa badan.
(3) Dalam hal setelah dikenakan paksa badan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pembeli tetap
tidak melakukan pembayaran maka kapal dijual lagi.
(4) Pembeli baru dinyatakan sebagai pembeli yang sah
setelah yang bersangkutan membayar lunas harga
kapal tersebut dalam waktu paling lambat 8 (delapan)
Hari terhitung setelah diadakan penempelan
pengumuman sebagai pembeli atas biaya pembeli
pertama.

Pasal 339
Penjualan kapal melalui Kantor Lelang Negara berdasarkan
Penetapan Pengadilan mengakibatkan kapal tersebut
bebas dari segala utang dengan hak untuk didahulukan
yang semula membebani kapal tersebut.

Bagian Keduapuluh
Ketentuan Lain-lain

Pasal 340
(1) Dalam hal orang sudah dewasa tetapi karena
keterbelakangan mental atau sakit jiwa sehingga tidak
mampu memelihara dirinya sendiri atau mengurus
harta kekayaannya maka istri, suami, atau anggota
keluarga sedarah dalam garis lurus atau garis
samping sampai dengan derajat ketiga dapat
mengajukan Permohonan kepada ketua Pengadilan
untuk diangkat sebagai pengampu.
(2) Dalam hal orang yang sudah dewasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak mempunyai istri, suami,
atau anggota keluarga sedarah dalam garis lurus atau
garis samping sampai dengan derajat ketiga, jaksa
pada daerah hukum Pengadilan yang berwenang
dapat mengajukan Permohonan kepada ketua
Pengadilan supaya diangkat seorang pengampu.

Pasal 341
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340
ayat (1) diajukan kepada ketua Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi Alamat Tempat Tinggal
orang yang akan ditempatkan di bawah pengampuan.
(2) Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memanggil Pemohon, saksi, dan orang yang akan
ditempatkan di bawah pengampuan pada Hari sidang
yang ditentukan.
(3) Dalam hal orang yang akan ditempatkan di bawah
pengampuan tidak datang ke persidangan pada Hari
yang telah ditentukan, Majelis Hakim wajib
melaksanakan sidang di tempat orang yang akan
ditempatkan di bawah pengampuan berada.
Pasal 342
Dalam hal berdasarkan surat keterangan dokter dan
keterangan para saksi serta telah dilaksanakan
pemeriksaan oleh Hakim dan cukup alasan untuk
menempatkan orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
340 di bawah pengampuan, Permohonan dikabulkan dan
Pengadilan mengangkat seorang pengampu yang mampu
untuk memelihara orang yang diampu dan mengurus
harta kekayaannya dengan sebaik-baiknya.

Pasal 343
(1) Dalam hal tidak terdapat lagi alasan untuk
memberikan pengampuan, Pengadilan
memberhentikan pengampuan tersebut.
(2) Pemberhentian pengampuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan Permohonan
orang yang ditempatkan di bawah pengampuan.

(3) Pemeriksaan Permohonan dan penetapan


pemberhentian pengampuan, dilakukan sesuai
dengan tata cara pengangkatan pengampu.

Pasal 344
(1) Dalam hal pengampu diberhentikan karena
penetapannya dicabut atau karena sebab lain,
pengampu wajib memberi laporan tertulis
mengenai pertanggungjawaban atas pengampuan
yang dilaksanakan kepada orang yang
dinyatakan tidak ada lagi alasan untuk
ditempatkan di bawah pengampuan.
(2) Dalam hal orang yang ditempatkan di bawah
pengampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meninggal dunia, laporan tertulis mengenai
pertanggungjawaban atas pengampuan disampaikan
kepada ahli warisnya.

Pasal 345
(1) Dalam hal terdapat orang yang meninggalkan Alamat
Tempat Tinggalnya tanpa memberi kuasa kepada
seseorang untuk mewakili kepentingan dirinya dan
mengurus harta kekayaannya atau mengatur urusan
atau kepentingannya maka dalam keadaan mendesak
orang yang berkepentingan mengajukan Permohonan
kepada ketua Pengadilan yang berwenang untuk
menunjuk dirinya atau orang lain:
a. sebagai wakil dari orang yang meninggalkan
Alamat Tempat Tinggalnya; dan
b. mengurus harta kekayaan orang yang
meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya.
(2) Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk,
panitera, dan juru sita, bersama-sama orang yang
ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), segera
melakukan penyegelan, membuat daftar harta
kekayaan orang yang meninggalkan Alamat Tempat
Tinggalnya, serta membuat berita acara penyegelan.
(3) Berita acara penyegelan dan daftar harta kekayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani
oleh ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk,
panitera, juru sita, dan orang yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Berita acara penyegelan dan daftar harta kekayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkan
pada persidangan yang ditentukan.
(5) Pengadilan dengan penetapan menyerahkan
pengurusan sementara harta kekayaan tersebut
kepada orang yang ditunjuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(6) Orang yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib:
a. menyampaikan laporan pertanggungjawaban
pengurusan harta kekayaan setiap tahun
kepada ketua Pengadilan; dan
b. mengembalikan harta kekayaan yang diurus
setelah dikurangi pembayaran utang dan
seluruh pengeluaran biaya pengurusan, kepada
orang yang meninggalkan Alamat Tempat
Tinggalnya setelah orang tersebut datang
kembali.

Pasal 346
(1) Dalam hal seseorang meninggalkan Alamat Tempat
Tinggalnya tanpa memberi kuasa kepada seseorang
untuk mewakili kepentingan dirinya, mengurus harta
kekayaannya, dan tidak mengatur urusan atau
kepentingannya maka:
a. setelah lewat waktu 5 (lima) tahun
meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya; atau
b. 5 (lima) tahun setelah diperoleh berita terakhir
bahwa orang tersebut masih hidup sedangkan
selama waktu tersebut tidak ada berita lagi
mengenai orang tersebut,
maka baik telah dilakukan maupun belum dilakukan
tindakan sementara oleh Pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 345, atas Permohonan orang
yang berkepentingan ke Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi Alamat Tempat Tinggal orang
yang meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya,
Pengadilan memanggil orang yang meninggalkan
Alamat Tempat Tinggalnya.
(2) Pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui surat kabar harian dan/atau media
elektronik serta melalui pengumuman yang
ditempelkan pada kantor Pengadilan dan kantor
pemerintah daerah setempat, dalam waktu selama 3
(tiga) bulan atau lebih sesuai dengan perintah
Pengadilan.
(3) Dalam hal setelah dipanggil sesuai dengan waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), orang yang
meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya atau
kuasanya tidak datang menghadap ke Pengadilan
untuk menerangkan bahwa orang yang meninggalkan
Alamat Tempat Tinggalnya masih hidup, atas
Permohonan orang yang berkepentingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pengadilan memerintahkan
untuk dilakukan pemanggilan ulang.
(4) Dalam hal setelah dilakukan pemanggilan ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), orang yang
meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya atau
kuasanya tidak datang menghadap ke Pengadilan,
atas Permohonan orang yang berkepentingan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengadilan
memerintahkan untuk dilakukan pemanggilan
kembali.

Pasal 347
(1) Dalam hal panggilan yang ketiga kali orang yang
meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya atau
kuasanya tidak menghadap untuk membuktikan
bahwa yang bersangkutan masih hidup maka
Pengadilan dapat menjatuhkan penetapan yang
menyatakan adanya dugaan hukum bahwa orang
tersebut meninggal dunia setelah yang
bersangkutan meninggalkan Alamat Tempat
Tinggalnya atau setelah adanya kabar terakhir
bahwa yang bersangkutan masih hidup.
(2) Hari dan tanggal dugaan hukum bahwa orang
tersebut telah meninggal dunia harus disebutkan
dengan jelas dalam penetapan Pengadilan.

Pasal 348
(1) Pengadilan menjatuhkan penetapan yang
menyatakan adanya dugaan hukum bahwa orang
tersebut meninggal dunia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 347 setelah Pengadilan mendengar saksi
dan memperhatikan:
a. sebab-sebab ketidakhadiran orang yang
meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya atau
kuasanya;
b.sebab-sebab yang merintangi penerimaan kabar
dari orang yang meninggalkan Alamat Tempat
Tinggalnya atau kuasanya; dan
c. hal ikwal lain yang berkenaan dengan dugaan
kematian.
(2) Pengadilan dapat menangguhkan untuk menjatuhkan
penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 5 (lima) tahun setelah jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 346 ayat (1).

Pasal 349
(1) Dalam hal sebelum orang yang meninggalkan Alamat
Tempat Tinggalnya telah mengangkat seorang kuasa
untuk mewakili mengurus harta kekayaan atau telah
mengatur pengurusan harta kekayaannya, dan
apabila 10 (sepuluh) tahun telah lewat setelah
keberangkatannya atau setelah kabar terakhir bahwa
yang bersangkutan masih hidup, sedangkan dalam
waktu 10 (sepuluh) tahun tersebut tidak pernah
terdapat tanda-tanda yang bersangkutan masih
hidup atau meninggal dunia maka orang yang
meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya atas
permintaan yang berkepentingan dapat dipanggil dan
dinyatakan ada dugaan hukum bahwa orang tersebut
telah meninggal dunia dengan cara dan menurut
ketentuan dalam Pasal 346, Pasal 347, dan Pasal
348.
(2) Jangka waktu 10 (sepuluh) tahun tetap berlaku
meskipun kuasa yang diberikan atau aturan
mengenai pengurusan harta kekayaan yang dibuat
oleh orang yang meninggalkan Alamat Tempat
Tinggalnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
berakhir terlebih dahulu.
(3) Dalam hal surat kuasa atau aturan mengenai
pengurusan harta kekayaan yang dibuat oleh orang
yang meninggalkan Alamat Tempat Tinggalnya telah
berakhir terlebih dahulu maka berlaku ketentuan
dalam Pasal 345.

Pasal 350
(1) Waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 346 ayat (1) dan 10 (sepuluh) tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 349 ayat (1)
dipersingkat menjadi 1 (satu) tahun dalam hal:
a. orang yang meninggalkan Alamat Tempat
Tinggalnya adalah anak buah kapal atau
penumpang kapal atau pesawat;
b. orang yang hilang dalam hal kecelakaan yang
menimpa kapal atau pesawat atau sebagian anak
buahnya atau penumpangnya; atau
c. orang yang hilang dalam bencana alam,
peperangan, atau kerusuhan yang terjadi di
sekitarnya.
(2) Waktu 1 (satu) tahun dihitung setelah kabar terakhir
diterima dari kapal atau pesawat atau dalam hal tidak
ada berita, dihitung setelah kapal berlayar atau
pesawat tinggal landas atau setelah bencana alam,
peperangan, atau kerusuhan terjadi.

Pasal 351
Penetapan Pengadilan tentang adanya dugaan hukum
tentang kematian, harus diumumkan dalam surat kabar
harian dan/atau media elektronik yang sama yang
mengumumkan pemanggilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 346 ayat (2).

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 352
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Gugatan atau Permohonan yang sudah diajukan
ke Pengadilan tetapi belum diperiksa, belum
diadili, dan belum diputus, diperiksa, diadili, dan
diputus berdasarkan ketentuan Undang-Undang
ini;
b. Gugatan atau Permohonan yang sudah diperiksa
dan sudah diadili tetapi belum diputus, diputus
berdasarkan ketentuan Undang-Undang sebelum
Undang-Undang ini mulai berlaku.

Pasal 353
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 352
berlaku secara mutatis mutandis untuk perkara di
pengadilan tinggi.
Pasal 354
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap tetapi belum dilaksanakan,
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini;
b. Putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dan sedang dalam proses
pelaksanaan, pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang sebelum
Undang-Undang ini mulai berlaku.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 355
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan Hukum Acara Perdata dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini.

Pasal 356
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Reglemen Hukum Acara Perdata (Reglement op de
Burgerlijke Rechtsvordering, Staatsblad 1847:52
jo Staatsblad 1849:63);
b. Reglemen Luar Jawa dan Madura (Het
Rechtsreglement Buitengewesten, Staatsblad
1927:227);
c. Reglemen Indonesia yang Diperbarui (Het
Herziene Indonesische Reglement, Staatsblad
1941:44) yang berlaku untuk Jawa dan Madura;
d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947
tentang Peraturan Peradilan Ulangan di Jawa
dan Madura (Diumumkan pada tanggal 24 Juni
1947),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 357
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Buku Keempat Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek) yang mengatur
mengenai pembuktian;
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3316) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4958);
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1986 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3327) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
158, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5077);
d. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5076),
sepanjang yang berkaitan dengan ketentuan Hukum Acara
Perdata yang telah diatur dalam Undang-Undang ini,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 358
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di
Jakarta
pada
tanggal

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA,

JOKO
WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN…


NOMOR…

Anda mungkin juga menyukai