Anda di halaman 1dari 69

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan seminar ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan arahan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga seminar ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar seminar ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan seminar ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, Maret 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................
1.4 Manfaat...........................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
2.1 Isoasi Sosial....................................................................................................
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial...........................................
BAB 3 PEMBAHASAN.............................................................................................
3.1 Pengkajian.....................................................................................................
3.2 Analisa Data..................................................................................................
3.3 Pohon Masalah..............................................................................................
3.4 Diagnosa Keperawatan.................................................................................
3.5 Intervensi Keperawatan................................................................................
3.6 Implementasi Keperawatan...........................................................................
BAB IV PENUTUP....................................................................................................
4.1 Kesimpulan...................................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia.Kesehatan jiwa mempunyai rentang sehat – sakit jiwa yaitu sehat
jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa (Keliat et al., 2016).
Gangguan jiwa menurut American Phychiatric Association (APA)
merupakan sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan
adanya distress (misalnya gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas
(ketidakmampuan pada salah satu bagian dan beberapa fungsi yang penting)
atau disertai dengan peningkatan resiko yang sera bermakna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan (APA dalam Prabowo, 2014).
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dan gangguan pada fungsi jiwa
yang menyebabkan timbulnya penderitaan pada individu atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial (Keliat et al., 2016).
Menurut WHO (World Health Organisasi) menunjukkan terdapat
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena Bipolar, 21 juta
terkena Skizofrenia, serta 47,5 juta terkena Demensia. Skizofrenia merupakan
suatu gangguan jiwa yang ditandai adanya penyimpangan dasar dan adanya
perbedaan dari pikiran, disertai dengan adanya ekspresi emosi yang tidak
wajar (Sulistyono, dkk, 2013).Gejala skozofrenia dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu positif meliputi adanya waham, halusinasi, disorentasi pikiran,
bicara dan perilaku yang tidak teratur.Sedangkan gejala negatif meliputi afek
datar, tidak memiliki kemauan, menarik diri dari masyarakat atau mengisolasi
diri.
World Health Organisation (WHO) menyebutkan masalah utama
gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan pada
otak dan pola pikir, skizofrenia mempunyai karateristik dengan gejala positif
dan negatif. Gejala positif antara lain: delusi, halusinasi, waham,disorganisasi
pikiran dan gejala negatif seperti: sikap apatis, bicara jarang, afek tumpul,

menarik diri dari masyarakat dan rasa tidak nyaman. Salah satu gejala
skizofrenia adalah risiko perilaku kekerasan (Nurarif & Kusuma, 2015).
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan
yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang
dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain, bahkan
lingkungan (Prabowo, 2014). Sedangkan menurut Farida (2010) perilaku
kekerasan di anggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau
ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang
sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (
violence ) di sisi lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan
frustasi, benci atau marah akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku
menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang
bagus.
Dampak negatif dari risiko perilaku kekerasan adalah ide melukai
diri sendiri, merencanakan tindakan kekerasan, mengancam,
penyalahgunaan obat, dan depresi berat. Oleh karena itu dengan membawa
klien ke pelayanan kesehatan akan berdampak positif bagi klien. Salah satu
tempat pelayanan jiwa berada di Indonesia adalah Rumah Sakit Jiwa
Grhasia Yogyakarta (Farida, 2010).
Peran perawat dalam hubungan interpersonal pada pasien dengan
gangguan jiwa yaitu orientasi, dimana perawat harus fokus menentukan
masalah pada pasien. Selanjutnya identifikasi yang berfokus pada respon
pasien terhadap perawat. Setelah itu eksploitasi, perawat fokus mengakhiri
hubungan interpersonalnya dengan pasien. Dalam proses ini, perawat
mempunyai peran sebagai pendidik, narasumber, penasehat dan pemimpin.
Selain perawat keluarga berperan dalam kesembuhan dan kekambuhan
pasien (Direja, 2017).
Keluarga merupakan pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,
memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat
(Prabowo, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Ruang
Perawatan Jiwa Drupadi RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat
diambil suatu rumusan masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Perawatan Jiwa Drupadi RS dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk Mendeskripsikan Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan Ruang
Perawatan Jiwa Drupdi RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor?
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan dengan
Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Drupadi Perawatan Jiwa RS dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa asuhan keperawatan
dengan Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Drupadi Perawatan Jiwa
Subadra RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
c. Mampu mendeskripsikan intervensi asuhan keperawatandengan Resiko
Perilaku Kekerasan di Ruang Perawatan Jiwa Drupadi RS dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor
d. Mampu mendeskripsikan implementasi asuhan keperawatandengan
Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Perawatan Jiwa Drupadi RS dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi asuhan keperawatan dengan
Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Drupadi Perawatan Jiwa Subadra
RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
f. Mampu mendeskripsikan hasil dokumentasi asuhan keperawatan
dengan Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Drupadi RS dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor

1.4 Manfaat
1. Penulis
Penulisan ini dapat di aplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam asuhan keperawatan pada
klien dengan Resiko Perilaku kekerasan di Ruang Perawatan Jiwa Drupadi
RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
2. Institusi Pendidikan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
untuk pengembangan ilmu dalam asuhan keperawatan pada klien dengan
Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Perawatan Jiwa Drupadi RS dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resiko Perilaku Kekerasan


1. Definisi Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2019).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2018).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri, maupun orang lain (Yoseph, 2017).

2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku


kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural
yang dijelaskan oleh (Purba dkk, 2018) adalah :

1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku :
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi
atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik
merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori.
Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan
atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan
pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan
agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai
implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif.
Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmiter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten
dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam
teorinya tentang respons terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara
perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan Otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi


perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya
yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak,
yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti
ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Teori Psikologik
1) Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan  perilaku kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2) Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru
karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika
perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak
memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan
orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau
mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan
setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur


sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara
umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada
perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial
dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

b. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering


kali berkaitan dengan (Yosep, 2019) :
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada
saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap.

c. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut
(Yoseph, 2019):
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Mengamuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

d. Rentang Respon Marah


Respon marah berfluktuasi sepanjang respon adaptif dan maladaptive

Respon adaptif Respon


maladaptif

Sertif Pasif Perilaku


kekerasan
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berperilaku pasif,
asertif, dan agresif / perilaku kekerasan (Stuart & Laraia, 2005) dalam
(Dermawan & Rusdi 2013 ).

1) Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu


menyatakan atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain sehingga perilaku
ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
2) Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu
untuk mengungkapkan perasaan marah yang sedang dialami,
dilakukan dengan tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
3) Agresif / perilaku kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat
tinggi atau ketakutan (panik).
Table 2.3 Rentang respon marah

Asertif Pasif Agresif


Isi pembicaraan Positif Negatif, Menyombongkan
menawarkan diri ( merendahkan diri, merendahkan
“ saya dapat”, diri (“Dapatkah orang lain (“kamu
“saya akan.”) saya?”, selalu”, “kamu
“Dapatkah tidak pernah.”)
kamu?”)
Tekanan suara Sedang Cepat, lambat, Keras, ngotot
mengeluh
Posisi badan Tegap dan santai Menundukkan Kaku condong
kepala kedepan.
Jarak Mempertahankan Menjaga jarak Siap dengan jarak
jarak yang nyaman dengan sikap akan menyerang
acuh/ orang lain
mengabaikan
Penampilan Sikap tenang Loyo, tidak Mengancam ,
dapat tenang posisi menyerang.
Kontak mata Mempertahankan Sedikit / sama Mata melotot dan
kontak mata sesuai sekali tidak dipertahankan
dengan hubungan
yang berlangsung
e. Mekanisme Koping
1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang. marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas-remas adonan kue,
meninju tembok dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
1) Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu dan
mencumbunya.
2) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat berci pada orang tua
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
3) Reaksi Formal
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan. Dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
4) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
mebangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia empat tahun marah
karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perang
e. Pathway
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari
yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan
kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Berikut ini
digambarkan proses kemarahan (Keliat, 2019) :
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu
: Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga
cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang
lain adalah destruktif.
Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa
bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan
dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak
sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.
Perilaku Kekerasan

Regimen terapeutik
interaktif Harga diri rendah kronis GPS : Halusinasi

Isolasi social: menarik


Koping keluarga tidak Berduka disfungsional
diri
efektif

Sumber: Fitria (2009)

f. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa
mengamuk ada 2 yaitu :
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak
diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien
bila mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
1. Psikoterapeutik
2. Lingkungan terapieutik
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
4. Pendidikan kesehatan

a. Asuhan Keperawatan Pada Klien Resiko Prilaku Kekerasan

Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Risiko Perilaku


Kekerasan

1. Pengkajian
b. Faktor predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah
perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis dan
sosiokultural. Dermawan & Rusdi (2013).
1) Faktor biologis
i. instinctual Drive Theory(Teori Dorongan Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang
sangat kuat.
ii. Psychosomatic Theory (Teory Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon
psikologis terhadap stimulus eksternal, internal
maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem limbic
berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
2) Faktor psikologis
i. Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif Frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai


hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila
keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal
atau menghambat. Keadaan tersebut dapat
mendorong individu berperilaku agresif karena
perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
i. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini
dapat dicapai apabila tersedia fasilitas / situasi
yang mendukung.
ii. Eksistensi Theory (Theory Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar
manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat
terpenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka
individu akan memenuhinya melalui berperilaku
destruktif.
b. Faktor sosiokultural
i. Social Environment Theory (Teori Lingkungan
Sosial).
Lingkungan social akan mempengaruhi sikap
individu dalam mengekspresikan marah. Norma
budaya dapat mendukung individu untuk
merespon asertif atau agresif.
ii. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung maupun melalui proses sosialisasi.
c. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan
dari luar

(serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain)


maupun dalam (putus hubungan dengan orang yang
berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit
fisik dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu
ribut dapat memicu tindakan perilaku kekerasan
(Dermawan & Rusdi, 2013).
1. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping
klien sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping
yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan
ego seperti “Displacement”, sublimasi, proyeksi,
represi, denial dan reaksi formasi (Dermawan & Rusdi,
2013).
2. Perilaku
Menurut Dermawan & Rusdi (2013) ada beberapa
macam perilaku yang berkaitan dengan perilaku
kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau Menghindari (Fight or Flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul
karena kegiatan sistem syaraf otonom beraksi
terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD
meningkat, takikardi, wajah merah, kewaspadaan
juga meningkat serta ketegangan otot, tangan
dikepal, tubuh menjadi kaku disertai reflek yang
cepat.
b. Menyatakan secara asertif (Assertiveness).
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku
pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara
yang terbaik untuk mengekspresikan rasa marah tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun fisiologis.
c. Memberontak (Acting Out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai
kekerasan akibat konflik perilaku “Acting Out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang
ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
d. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang
didapatkan, walaupun saat ini tidak melakukan perilaku
kekerasan tetapi pernah melakukan atau mempunyai riwayat
perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan
mencegah / mengontrol perilaku kekerasan tersebut.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk
masalah perilaku kekerasan adalah . (Dermawan &
Rusdi, 2013).

1) Harga diri rendah


2) Perilaku kekerasan
3) Koping individu tidak efektif
4) Perubahan persepsi sensori: Halusinasi.
e. Perencanaan Keperawatan
Menurut Sutejo (2018) perencanaan risiko perilaku kekerasan,
adalah Sebagai berikut
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah ynag
aspek positif yang dimiliki pasien dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Membantu pasien menilai
kemampuan pasien yang masih 2. Menjelaskan pengertian, tanda
dapat digunakan gejala harga diri rendah yang
dialami pasien beserta proses
3. Membantu pasien memilih kegiatan
terjadinya
yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien harga diri rendah
4. Melatih pasien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih
SP 2
5. Memberikan pujian yang wajar
1. Melatih keluarga mempraktikkan
terhadap keerhasilan klien
cara merawat pasien dengan harga
6. Menganjurkan pasien memasukkan diri rendah
dalam jadwal kegiatan harian
2. Melatih keluarga melakukan cara
SP 2 merawat langsung kepada pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harga diri rendah
harian pasien
SP 3
2. Melatih kemampuan kedua 1. Membantu keluarga membuat

3. Menganjurkan pasien memasukkan jadwal aktivitas di rumah

kedalam jadwal kegiatan harian termasuk minum obat

2. Menjelaskan follow up pasien


setelah pulang

f. Pelaksanaan keperawatan

Implementasi keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik
yang mengambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Kusumawati, 2010).
g. Evaluasi keperawatan
Evaluasi klien dengan perilaku kekerasan harus berdasarkan
observasi perubahan perilaku dan respon subyektif. Diharapkan klien
dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, tanda- tanda
perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan, cara yang konstuktif
dalam berespon terhadap kemarahan, demontrasikan perilaku yang
terkontrol, memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku,
penggunaan obat dengan benar. Format evaluasi untuk menilai
kemampuan pasien keluarga dan perawat dala m memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan (Dermawan &
Rusdi, 2013).

h. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah unsur pokok dalam tugas dan
tanggung jawab hukum setelah melakukan tindakan. Pendokumentasian
yang baik mempunyai ciri-ciri berdasarkan fakta, data yang akurat,
kelengkapan, ringkas, terorganisasi, ketepatan waktu, mudah untuk
dibaca dan dapat di pertanggung jawabkan(Muryani,2019).

1
BAB 3
PEMBAHASAN
a. Pengkajian
1. Identitas Klien

Inisial : Tn. D
No RM : 0925XXXX
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Tidak ada
Informan : Klien dan Status Klien
Tanggal di rawat : 22 Februari 2022
Tanggal Pengkajian : 3 Maret 2022
2. Alasan Masuk
Klien masuk rumah sakit jiwa bogor pada tanggal 22 Februari 2022 diduga
membunuh ibunya klien diantar oleh petugass RT, ibu kandungnya
ditemukan satu rumah dengan pasien dalam keadaan tergeletak kepala luka
dan mengeluarkan darah serta mulut tersumpal kain gorden dan mukena
ibunya ditemukan tidak bernyawa pukul 14.00, pasien pututs obat >2
minggu pasien sebelumnya tinggal sendiri, selalu didalam rumah sering
memecahkan piring, rumah Nampak rusak.
Masalah keperawatan: Resiko perilaku kekerasan
3. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan melihat ular dibadan ibunya sehingga membunuh ibunya.
Masalah Keperawatan : Halusinasi penglihatan
1) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien mengatakan tidak ada pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2
2) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Fisik
1) Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmhg, N : 80 x/menit
S : 36,50C R : 18 x/menit
2) Ukur : TB : 145 cm, BB: 60 kg
3) Keluhan Fisik : Klien mengatakan jari tengah nyeri karna bengkak
Masalah keperawatan :Nyeri
5. Psikososial

37
7

= perempuan
= laki-laki
= cerai / putus hubungan
= tinggal serumah
= klien
= orang terdekat

35
= umur klien

3
Klien tinggal serumah dengan ibu dan adiknya.
1) Konsep Diri

a) Gambaran diri
Klien mengatakan anggota tubuhnya lengkap, klien mengatakan
menyukai semua anggota tubuhnya
b) Identitas
Klien mengatakan namanya dayat usia 35 tahun.
c) Peran
Sebelum dibawa kerumah sakit jiwa pasien dirumah sebagai anak
d) Ideal diri
Klien mengatakan harapannya adalah ingin cepat pulang, cepat
sembuh dan sehat.
e) Harga diri
Klien mengatakan bahwa ia sering dikatakan mempunyai kelainan
jiwa
Masalah keperawatan : Harga diri rendah

2) Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah keluarga
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat.
Klien tampak tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Selama sakit klien malu dan tidak mau memulai pembicaraan dengan
orang lain, klien lebih sering menyendiri, tidak banyak berinteraksi
dan lebih banyak berdiam diri.
Masalah keperawatan :Isolasi social

4
3) Spiritual
a) Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan sangat meyakini terhadap
Allah SWT.
b) Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan selama dirumah klien melaksanakan sholat 5
waktu, dan selama dirawat di rumah sakit klien tetap menjalankan
sholat 5 waktu
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
6. Status Mental
1) Penampilan
Klien nampak berpenampilan bersih dan rapi, klien mengatakan mandi 2
x sehari, gosok gigi tiap mandi, menggunakan sabun dan shampo tiap
mandi, serta mengganti pakaian.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2) Pembicaraan
Klien tidak mampu memulai pembicaraan, klien banyak diam,sering
menyendiri, klien tidak mau berinteraksi dan tampak sedih serta kontak
mata kurang
Masalah keperawatan :Isolasi sosial
3) Aktivitas Motorik
Klien nampak lesu dan murung, klien sering menyendiri.
Masalah keperawatan :Isolasi sosial
4) Alam Perasaan
Klien Nampak sedih ketika membahas masalah keluarga.
Masalah keperawatan :Koping individu tidak efektif

5
5) Afek
Klien tampak sedih ketika menjawab tentang keluarganya, kontak mata
kurang dan perhatian mudah beralih saat berinteraksi.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
6) Interaksi Selama Wawancara
Saat wawancara klien hanya menjawab seperlunya, klien sering
menjawab dengan kata ya/tidak, kemudian klien selalu menghindari
kontak mata dengan lawan bicara.
Masalah keperawatan :Isolasi sosial
7) Persepsi (Halusinasi)
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien pernah mendengar
suara bisikan seseorang namun tidak dekat dan mengajaknya untuk
melakukan tawuran, suara bisikan terdengar di malam hari menjelang
tidur dengan frekuensi 2-3 kali dalam 1 hari. Namun setelah dirawat di
rumah sakit klien sudah tidak ada lagi mendengar suara bisikan-bisikan
tersebut. Dan klien mengatakan melihat ular ditubuh ibunya
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran dan halusinasi
penglihatan
8) Isi Pikir
Klien mengatakan bahwa dirinya sangat ingin pulang.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9) Proses Pikir
Pembicaraan klien blocking dimana klien ketika ditanya sering tiba-tiba
diam kemudian klien melanjutkan kembali pembicaraanya sesuai dengan
topik yang dibicarakan.
Masalah keperawatan :Gangguan proses pikir
10) Tingkat kesadaran
6
Kesadaran klien compos mentis (CM), klien tidak mengalami disorientasi
waktu, sedasi, disorientasi tempat, maupun disorientasi orang
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11) Memori
Klien tidak mengingat alasan dibawa ke rumah sakit, klien hanya ingat
bahwa klien di ajak oleh keluarganya untuk berobat kerumah sakit
namun pada akhirnya klien dirawat di RSdr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Masalah keperawatan : Gangguan daya ingat jangka pendek
12) Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan mampu untuk berhitung kelipatan 3
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13) Kemampuan Penilaian
Klien dapat menjawab ketika di tanya mengganti pakaian setelah atau
sebelum mandi, klien menjawab setelah mandi.
Masalah keperawatan : Gangguan ringan
14) Daya Tilik Diri
Klien mengingkari penyakitnya dan klien tidak mengakui bahwa dirinya
sedang di rawat di rumah sakit dan klien hanya mengatakan bahwa klien
hanya di ajak oleh RT untuk berobat.
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
7. Persiapan Pulang
1) Makan
Klien dapat makan secara mandiri
2) BAB/BAK
Klien dapat toileting secara mandiri
3) Mandi
Klien dapat mandi secara mandiri
4) Berpakaian / berhias
7
Klien dapat berhias secara mandiri
5) Istirahat dan tidur
Tidur siang : 13.00 s/d 16.00 wib
Tidur malam : 21.00 s/d 05.00 wib
6) Penggunaan obat
Klien dapat minum obat secara mandiri
7) Pemeliharaan kesehatan
Klien harus rutin meminum obat
8) Kegiatan didalam rumah
Klien mampu menyiapkan peralatan mandi, tahu kapan mandi, mampu
merapikan diri setelah mandi.
9) Kegiatan di luar rumah
Klien jarang keluar rumah
Masalah keperawatan :Isolasi Sosial
8. Aspek Medik
2) Diagnosa medik : Skizoprenia
3) Terapi Medik :
Waktu
No Nama Obat Dosis Cara Pemberian
Pemberian
1. Resperidon 3 mg /12 jam 1-0-1 Oral
2. Clozapine 100 mg /24 jam 0-0-1 Oral

9. Daftar Masalah Keperawatan


a. Isolasi social
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Nyeri
d. Harga diri rendah
e. Koving individu tidak efektif
8
f. Gangguan proses piker
g. Gangguan daya ingat jangka pendek
h. Gangguan ringan
b. Analisa Data
TGL DATA Problem TTD
2/032021 DS : Resiko Perilaku
- Klien diduga membunuh ibunya Kekerasan
klien sering mengamuk dirumah dan
memecahkan peralatan rumah
DO :
- Klien tampak kesal ketika ditanya
- Kontak mata kurang
- Klien berbicara dengan lambat dan
pelan
02-03 DS : Isolasi Sosial
2022 - Klien mengatakan lebih suka
menyendiri
- Klien mengtakan tidak ingin
mengobrol dengan teman-temannya
DO :
- Sering menunduk
- Tampak menyendiri dikamar
- Klien tidak mau bergabung dengan
teman-temannya
DS: Halusinasi :
Klien mengatakan sebelum masuk rumah pendengaran dan
02-03 sakit klien pernah mendengar suara penglihatan
2022 bisikan seseorang namun tidak dekat dan
9
mengajaknya untuk melakukan tawuran,
suara bisikan terdengar di malam hari
menjelang tidur dengan frekuensi 2-3
kali dalam 1 hari. Namun setelah dirawat
di rumah sakit klien sudah tidak ada lagi
mendengar suara bisikan-bisikan
tersebut. Dan klien mengatakan melihat
ular ditubuh ibunya
DO:
- Mulut klien sesekali tampak komat
kamit
- Klien tampak terkadang mondar
mandir

c. Pohon Masalah

Resiko Perilaku
Kekerasan

Effect

Perubahan
Persepsi:Halusinasi
Pendengaran
Core problem

Isolasi Sosial

Causa
10
d. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Isolasi Sosial
3. Gangguan Peubahan Sensori: Halusinasi

11
e. Intervensi Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


Nama : Ny. Y Ruangan : SUBADRA RM No. : 83XXXX
Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

12
Isolasi sosial TUM: klien dapat Setelah dilakukan intervensi Dengan terbinanya
menarik diri berinteraksi selama Kali : hubungan saling percaya
dengan orang lain 1. Klien menunjukkan merupakan dasar untuk
tanda-tanda percaya 1.1Bina hubungan saling percaya interaksi perawat dengan
TUK: kepada / terhadap dengan: klien
1. Klien dapat perawat:  Beri salam setiap
membina o Wajah cerah, berinteraksi.
hubungan tersenyum  Perkenalkan nama, nama
saling percaya o Mau berkenalan panggilan perawat dan
o Ada kontak mata tujuan perawat berkenalan

o Bersedia  Tanyakan dan panggil

menceritakan nama kesukaan klien

perasaan  Tunjukkan sikap jujur dan

o Bersedia menepati janji setiap kali

13
mengungkapkan berinteraksi
masalahnya  Tanyakan perasaan klien
o Bersedia dan masalah yang dihadapi
mengungkapkan kllien
masalahnya  Buat kontrak interaksi
yang jelas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
2. Klien mampu 2.Setelah … x pertemuan 2.1 Tanyakan pada klien tentang: Diketahuinya penyebab
menyebutkan klien dapat menyebutkan  Orang yang tinggal akan dapat dihubungkan
penyebab satu penyebab menarik serumah / teman sekamar dengan factor presipitasi
menarik diri diri dari: klien yang dialami klien
o diri sendiri  Orang yang paling dekat
dengan klien di rumah/ di
14
o orang lain RS
o lingkungan  Apa yang membuat klien
dekat dengan orang
tersebut

 Orang yang tidak dekat


dengan klien di rumah/di
RS
 Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
 Upaya yang harus
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2 Beri kesempatan pada klien
15
untuk mengungkapkan
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul
2.3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien mampu 2. Setelah … x pertemuan 3.1. Tanyakan pada klien Dengan mengetahui
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang : keuntungan dari
keuntungan keuntungan berhubungan  Manfaat jika berhubungan berinteraksi klien
berhubungan denga orang lain, dengan orang lain. diharapkan terdorong untuk
dengan orang misalnya  Kerugian jika tidak berinteraksi
lain dan o banyak teman berhubungan dengan orang
kerugian tidak o tidak kesepian lain.
berhubungan o bisa diskusi 3.2. Beri kesempatan pada klien
dengan orang untuk mengungkapkan
16
lain o saling menolong, perasaan tentang keuntungan
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
berhubungan dengan lain dan kerugian tidak
orang lain, misalnya: berhubungan dengan orang
o sendiri lain.
o kesepian 3.3. Diskusikan bersama klien

o tidak bisa diskusi tentang manfaat berhubungan


dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.4. Beri pujian terhadap
kemempuan klien
mengungkapkan perasaannya
4. Klien dapat 4. Klien dapat melakukan 4.1 Observasi perilaku klien Klien harus mencoba
melaksanakan hubungan sosial secara dengan berhubungan dengan berinteraksi secara bertahap
17
hubungan bertahap antara: orang lain agar terbiasa membina
social secara o K–P 4.2 Motivasi dan bantu klien hubungan yang sehat
bertahap o K – Perawat lain untuk berkenalan / dengan orang lain
o K – klien lain berkomunikasi dengan :

o K – kelp/masy  Perawat
 Perawat lain
 Klien lain
 Kelompok masyarakat

4.3 Libatkan klien dalam Terapi


Aktivitas Kelompok
Sosialisasi
4.4 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
4.5 Beri pujian terhadap
18
kemampuan klien
memperluas pergaulannya
4.6 Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
5. Klien mampu 5. Setelah … x pertemuan 5.1 Beri kesempatan klien untuk Mengungkapkan perasaan
mengungkapa Klien dapat mengungkapkan perasaannya akan membantu klien
n perasaanya mengungkapkan setelah berhubungan dengan menilai keuntungan
setelah perasaanya setelah orang lain berinteraksi dengan orang
berhubungan berhubungan dengan 5.2 Diskusikan dengan klien lain
dengan orang orang lain untuk : tentang perasaannya setelah
lain o diri sendiri berhubungan dengan orang
o orang lain lain
5.3 Beri pujian terhadap
19
o lingkungan kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.
6. Klien dapat 6. Keluarga dapat: 6.1. Diskusikan pentingnya peran Keterlibatan keluarga
dukungan o menjelaskan cara serta keluarga sebagai sangat mendukung
keluarga dalam merawat klien pendukung untuk mengatasi terhadap proses peruahan
memperluas menarik diri prilaku menarik diri. perilaku klien
hubungan o mengungkapkan rasa 6.2. Diskusikan potensi keluarga
dengan orang puas dalam merawat untuk membantu klien
lain dan klien mengatasi perilaku menarik
lingkungan diri
6.3. Jelaskan cara merawat klien
menarik diri yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
6.4. Motivasi keluarga agar
membantu klien untuk
20
bersosialisasi.
6.5. Beri pujian kepada keluarga
atas keterlibatan merawat
klien di rumah sakit
6.7. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan

21
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : Tn. D Ruangan : DRUPADI RM No. : 0925XXXX


DIAGNOSA TUJUAN
KEPERAWATAN KRITERIA STANDART INTERVENSI RASIONAL
Resiko Perilaku Kekerasan Tujuan Umum: klien dapat SP 1: Kepercayaan diri klien
mengontrol perilaku kekerasan 1. Mengidentifikasi penyebab merupakan hal yang mutlak
Tujuan Khusus: PK serta akan mengendalikan
1. klien dapat membina 2. Mengidentifikasi tanda dan dalam melakukan pendekatan
hubungan saling percaya gejala PK keperawatan kepada klien
22
2. klien dapat 3. Mengidentifikasi PK yang
mengidentifikasi penyebab dilakukan
perilaku kekerasan 4. Mengidentifikasi penyebab
3. klien dapat PK
mengidentifikasi tanda- 5. Menyebutkan cara
tanda perilaku kekerasan mengontrol PK
4. klien dapat 6. Membantu pasien
mengidentifikasi jenis mempraktikan latihan cara
perilaku kekerasan yang mengontrol PK
dapat dilakukan 7. Menganjurkan pasien
5. klien dapat memasukan kedalam
mengidentifikasi akibat kegiatan harian
perilaku kekerasan SP 2:
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
23
2. Melatih klien mengontrol PK
dengan cara Tarik nafas
dalam
3. Menganjurkan klien
memasukan kedalam
kegiatan harian
SP 3:
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan pasien
2. Melatih pasien mengontrol
PK dengan cara verbal
3. Menjadwalkan kegiatan
harian pasien
SP 4:
1. Mengevaluasi jadwal
24
kegiatan klien
2. Melatih klien mengontrol
PK dengan cara spiritual
3. Menganjurkan pasien
memasukan kedalam
kegiatan harian
SP 5:
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian
2. Menjelaskan cara
mengontrol PK dengan
cara spiritual
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
25
Gangguan persepsi sensori: Tujuan Umum : klien dapat SP1: Memfasilitasi keterbukaan
halusinasi pendengaran mengontrol halusinasi 1. Identifikasi halusinasi: isi, dalam mengungkapkan dan
Tujuan Khusus : frekuensi, waktu terjadi, penyelesaian masalah
1. klien mampu mengontrol situasi, pencetus dan
halusinasi dengan cara perasaan serta respon
minum obat teratur 2. Jelaskan cara mengontrol
2. klien dapat mengontrol halusinasi minum obat
halusinasi dengan cara teratur, menghardik,
latihan menghardik bercakap-cakap dan
3. klien mampu mengontrol melakukan aktivitas
halusinasi dengan cara 3. Latih cara mengontrol
latihan bercakap-cakap halusinasi dengan minum
4. klien mampu mengontrol obat teratur dan jelaskan
halusinasi dengan cara enam benar obat
latihan melakukan aktivitas 4. Masukan dalam jadwal
26
sehari-hari kegiatan harian
SP 2:
1. Evaluasi kegiatan minum
obat
2. mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 3:
1. Evaluasi latihan minum
obat dan menghardik
2. Latih cara menghardik
dengan bercakap-cakap
3. Masukan kedalam jadwal
kegiatan harian
27
SP 4:
1. Evaluasi latihan minum
obat dan menghardik
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
harian
3. Masukan kedalam jadwal
kegiatan harian

28
29
f. Implementasi Keperawatan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn. D Ruangan : Drupadi RM No. : 83XXXX


NO TANGGAL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI TTD
DX & JAM
1 DS: S:
Rabu, 02-03- - Klien mengatakan sering mengamuk - Klien belum mau mengatakan penyebab
2022 dirumah dan memecahkan peralatan melakukan PK
rumah - Klien belum tau cara mengontrol PK
DO: O:
- Klien tampak kesal ketika ditanya - Klien napak tegang
- Klien tampak tmenhan emosi saat ditanya - klien menjawap pertanyaan denga ketus
Diagnosa keperawatan: resiko perilaku A : Resiko Perilaku Kekerasan
kekerasan
30
Tindakan Keperawatan: P:
1. Membina hubungan saling percaya - latihan teknik relaksasi nafas dalam
2. Mendiskusikan penyebab PK
3. Mendiskusikan PK yang dilakukan
4. Mendiskusikan akibat Pk
5. Mendiskusikan cara mengontrol PK
6. Melatih cara mengontrol PK dengan cara
fisik 1 teknik nafas dalam
7. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
RTL :
- Evaluasi SP 1 Resiko Perilaku
kekerasan
- Optimalkan SP 1 resiko Perilaku
Kekerasan
31
Rabu DS: S:
02/03/22 - Klien mengatakan mendengar bisikan- - Klien mengatakan mendengar bisikan untuk
bisikan untuk melakukan kekerasan, dank melakukan kekerasan dating pada saat pagi
lien melihat ular di tubuh ibunya hari waktu 4 menit
DO: O:
- Klien tampak berbicara sendiri dan - Klien belum dapat melakukan teknik tutup
menyendiri didalam kamar mata dan tutup telinga dengan cara
Dx: Halusinasi pendengaran dan penglihatan menghardik
Tindakan : A:
1. Membina hubungan saling percaya - Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
2. Mendiskusikan jenis halusinasi
3. Mendiskusikan isi halusinasi, waktu, situasi P :
yang menimbulkan halusinasi 1. Latihan cara menghardik halusinasi dengan
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam cara menutup telinga dan mata “Itu tidak
32
jadwal harian nyata”

RTL :
- Latih cara mengontol halusinasi dengan
tutup mata dan tutup telinga
- Latih cara menghardik halusinasi
2 Kamis 03- DS: S:
03-2022 - Klien mengatakan pada saat marah sudah - Klien mampu mengingat dan menyebutkan
mulai bisa menarik nafas dalam nama perawat
DO: - Klien menagatakan jika emosi dia akan
- Klien tampak sudah mulain bisa berdoa
mengontrol emosi nya walaupun masih O :
harus dibimbing - Klien dapat mengontrol emosi teknik Tarik
Diagnosa keperawatan: resiko perilaku nafas dalam
kekerasan A : Resiko Perilaku Kekerasan
33
Tindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling percaya P :latihan mengontrol emosi dengan berdoa dan
2. Mendiskusikan perilaku yang dilakukan Tarik nafas dalam
3. Melatih dan mengontrol perilaku
4. Menganjurkan klien untuk melakukan
dalam kegiatan harian
RTL :
1. Latih cara mengontrol emosi dengan nafas
dalam
2. Berikan pengarahan/bimbingan untuk
mengontrol emosi atau membawa tidur
Kamis 03- DS : S:
03-2022 - Klien mengatakan masih mendengar - Klien mengatakan mendengar bisikan pada
bisikan dan melihat bayangan hitam pagi hari saat ingin mandi, dan melihat
DO : bayangan yang menggangunya
34
- Klien tampak tenang O:
- Tidak ada kontak mata - Klien Nampak mulai bisa mengontrol
tindakan : halusinasinya
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien hanya menyendiri dikamar
2. melatih pasien mengendalikan halusinasi A:
dengan cara bercakap-cakap dengan orang - Halusinasi pendengaran dan penglihatan
lain P:
3. menganjurkan klien memasukkan dalam 1. Latihan bercakap-cakap dengan teman
jadwal kegiatan harian 2. Latihan mengontrol halusinasi

RTL :
- latih pasien mengontol halusinasi
- latih pasien untuk bercakap-cakap
3 Jum’at 04- DS :- Klien mengatakan pada saat marah sudah S:
03-2022 mulai bisa menarik nafas dalam - pasien mengatakan tau cara mengontrol PK
35
DO : pasien nampak sudah bisa mengendalikan dengan memukul bantal
emosi dengan teknik nafas dalam O:
Diagnose : RPK - pasien nampak melakukan tindakan dengan
Tindakan keperawatan: bimbingan perawat
1. Membina hubungan saling percaya - Ada kontak mata dengan lawan bicara
2. Mendiskusikan perilaku yang dilakukan A : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Melatih dan mengontrol perilaku P:
kekerasandengan memukul bantal 1. Anjurkan pasien melatih mengontrol PK
4. Menganjurkan klien untuk melakukan dengan Tarik nafas dalam dan memukul
dalam kegiatan harian bantal
RTL : 2. Anjurkan pasien memasukan kedalam
- evaluasi SP 1 dan SP 2 kegiatan harian cara mengontrol PK
- latih pasien mengontrol PK dengan
memukul bantal
- menganjurkan pasien memasukan
36
kedalam kegiatan harian
Jum’at, 04- DS : S:
03-2022 - Pasien mengatakan sudah tidak mendengar - pasien mengatakan mengontrol halusinasi
suara bisikan lagi dengan mengobrol dengan temannya
DO : O:
- Pasien nampak tenang - Ada kontak mata dengan lawan bicara
Diagnose: Halusinasi Pendengaran - Pasien nampak mulai berinteraksi dengan
Tindakan keperawatan temannya
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian A:
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi - Halusinasi pendengaran
dengan melakukan kegiatan yang bisa
dilakukan pasien P:
- Menganjurkan pasien memasukan kedalam 1. Menganjurkan pasien melatih mengontrol
kegiatan harian pasien halusinasi dengan melakukan kegiatan
RTL : yang bisa dilakukan
37
- evaluasi SP 1dan 2 2. Menganjurkan pasien memasukan
- latih pasien mengontrol halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian
dengan melakukan kegiatan yang bisa
dilakukan

1 Sabtu, 05-3- DS : S:
2022 pasien sudah bisa menjelaskan ketika marah - pasien mengatakan mengontrol emosi
pasien dapat mengendalikannya dengan cara berdo’a
DO : O:
- Pasien nampak tenang - pasien nampak megikuti instruksi yang
38
- Pasien nampak berbincang-bincang dengan diberikan oleh perawat
temannya A:
Diagnose: RPK - RPK (Resiko Perilaku Kekerasan)
Tindakan keperawatan:
- Mengevaluasi cara mengontrol PK dengan P:
memukul bantal 1. Menganjurkan pasien mengontrol emosi
- Mengajarkan pasien mengontrol emosi dengan spiritual yaitu dengan berdo’a dan
dengan cara spiritual membaca istigfar
RTL : 2. Menganjurkan pasien memasukan kedalam
- evaluasi SP 1,2 dan Resiko Perilaku kegiatan harian
Kekerasan

39
1 Sabtu, 05-03- DS : S:
2022 - Pasien mengatakan sudah bisa mngontrol - Klien mengatakan tau jika minum obat tepat
halusinasinya waktu maka cepat sembuh
- Pasien mengatakan tidak mendengar suara O :
bisikan lagi - pasien nampak menjawab pertanyaan yang
DO : diberikan perawat
- Pasien nampak tenang A:
- Pasien nampak menjawab pertanyaan yang - Halusinasi pendengaran
diberikan perawat
Diagnose : Halusinasi pendengaran P:
Tindakan keperawatan: - Anjurkan pasien melatih cara mengontrol
- Mengevaluasi cara mengontrol halusinasi halusinasi dengan tepat minum obat
dengan bercakap-cakap - Anjurkan pasien memasukan kedalam jadwal
- Mengajarkan cara mengontrol halusinasi kegiatan harian
dengan minum obat dan menjelaskan manfaat
40
minum obat
RTL :
- Optimalkan SP 1,2, dan 3 halusinasi
- Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
- Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
minum obat

41
42
BAB IV
PENUTUP
Setelah tindakan keperawatan pada Tn. D dengan resiko perilaku kekerasan diruang
Drupadi yang dilakukan pada tanggal 02-05 Maret 2022, penulis dapat mengambil
kesimpulan yang sekiranya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemberian asuhan keperawatan pada pasien khususnya pasien dengan resiko perilaku
kekerasan.
A. Kesimpulan
1. Pada pendekatan pasien gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan
selain diperlukan komunikasi terupetik dalam menjalin hubungan saling
percaya antara perawat dan pasien tetapi diperlukan antisipasi untuk
pencegahan adanya tindakan perilaku kekerasan dari pasien untuk
keselamatan dan perawat jaga
2. Pasien dengan gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasa memerlukan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan perilaku kekerasan ( PKPPK )
untuk mencegah perilaku kekerasan.
3. Keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan pada gangguan jiwa
sehingga penatalaksanaan regimen dan perawatan berkesinambungan
sehingga angka kekambuhan dan lama inap bias turun.
B. Saran
1. Perawat harus meningkatkan kemampuan dalam pemberian asuhan
keperawatan perilaku kekerasan dengan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan tentang penatalaksanaan pasien dengan resiko perilaku kekerasan

43
dengan tidak mengesampingkan savety ( keamanan ) baik bagi pasien,
perawat dan lingkungan.
2. Rumah sakit harus meningkatkan sumber daya manusia atau perawat dalam
penanganan pasien dengan resiko perilaku kekerasan dengan pelatihan atau
support system sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan yang melkukan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan resiko perilaku kekerasan maka harus mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan sehingga asuhan keperwatan bias berjalan sesuai kreteria
waktu yang dintentukan

44
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, et al. 2016.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Couse).


Jakarta : EGC.Pusdiklatnakes. 2015. Modul Pelatihan Keperawatn Kesehatan
Jiba Masyarakat.Jakarta : Badan PPSDM kesehatan.
Rusdi, dkk. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Septiani, Sri Fahnur. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Isolasi Sosial di
Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas nanggalo Kota Padang.
Karya Tulis Ilmiah.
Yosep, Iyus, Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance mental
healyh nursing). Bandung : Refika Aditama.
Yusuf dkk. 2015. Buku ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Anggita, N.M., Irna, K., MSN. (2019). Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami
Gangguan Resiko Perilaku Kekerasan. Surakarta: STIKes Kusuma Husada.
Dermawan, D., & Rusdi.(2013).Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:Gosyen Publishing.
Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Direja. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika. Lisa, Juliana, FR., & Sutrisna, Nengah, W.(2019). Narkoba :
Psikotropika dan Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Firdaus. (2016). Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Bagi Penyandang SkizofreniaDi


Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum Vol 10,
No 1, 1978-2292.
Hawari, Dadang. H. (2014) . Skizofrenia dan Pendekatan Holistik (BPSS) Bio- Psiko-
Sosial-Spiritual. Jakarta : FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).
Hasannah, S.W & Solikhah, M.M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Dengan
Risiko Perilaku Kekerasan. Surakarta : STIkes Kusuma Husada.

45
Kusumawati, F & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2018) . Riset Kesehatan Dasar : RISKESDAS. Jakarta : Litbang
Kesehatan.
Kementrian Kesehatan. (2014). Undang-Undang No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Diakses Pada Tanggal 6 Februari 2020, dari http://bintar.kemenkes.go.id
Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan ringkasan PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta.

46

Anda mungkin juga menyukai