Penelitian Asli
Abstrak
Latar Belakang : Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah
kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Namun, mulai timbulnya
resistensi terhadap beberapa jenis antibiotik, terutama pada bakteri golongan
gram negatif (salah satunya Klebsiella pneumoniae). Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) umumnya dikenal dengan jintan hitam adalah tanaman obat
tradisional yang mengandung senyawa antibakteri, seperti steroid, terpenoid,
flavonoid glikosida dan tannin yang berpotensi untuk mengobati pneumonia
(menghambat pertumbuhan bakteri penyebab utama pneumonia, Klebsiella
pneumoniae).
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari ekstrak daging
muda buah mahkota dewa dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
utama penyakit pneumonia, Klebsiella pneumoniae, menentukan Konsentrasi
Hambat Minimumnya (KHM) dan menilai kesetaraannya dengan antibiotik
standar.
Hasil: Ekstrak etilasetat dan etanol dari daging muda buah mahkota dewa
mampu menghambat pertumbuhan bakteri K. pneumoniae dengan nilai KHM
kedua ekstrak berada pada konsentrasi 1%. Nilai kesetaraan antibiotik ampsilin
dengan ekstrak etilasetat dan etanol dari buah muda mahkota dewa berturut-turut
adalah 0,053% dan 0,003% terhadap K.pneumoniae
Simpulan: Ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol daging muda buah mahkota dewa
memiliki efek inhibisi terhadap bakteri penyebab utama penyakit pneumonia,
yaitu K. pneumoniae
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia kaya akan bahan obat tradisional yang dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif tetapi bahan obat tradisional di Indonesia belum banyak
diteliti secara ilmiah atau banyak diteliti secara ilmiah tetapi belum lengkap. Salah
satu pengobatan tradisional Indonesia yang banyak digunakan tetapi belum diteliti
lengkap secara ilmiah adalah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa).5
Tujuan Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah ekstrak buah muda
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dalam berbagai konsentrasi (25%, 12,5%,
6,25%, 3%, 1%), Klebsiella pneumoniae, Ampisilin nomor registrasi GKL
9528905604 A1, pelarut berupa aquades, larutan n-heksana, larutan etilasetat,dan
larutan metanol, media pertumbuhan bakteri menggunakan media Nutrient Agar
(NA) dan Nutrient Broth (NB). Bahan lainnya yaitu alkohol, aluminium foil,
kapas, kertas, kertas filter (Whatmann filter), pelarut Dimetilsulfoksida (DMSO).
4
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pinset, cawan petri,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, labu erlenmeyer, bunsen, mikropipet,
pipet serologis, jangka sorong, kertas cakram diameter 6 mm, jarum ose, botol
fial, botol selai, vortex, autoklaf, soxhlet, rotavapor, laminar air flow, penangas
air, timbangan analitik, kulkas.
Cara Kerja
Penguapan dengan
rotavapor
Ekstrak ethanol
kental
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume akhir (V1 + Volume Aquades)
C2 : Konsentrasi akhir
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakram Kirby-
Bauer. Parameter yang digunakan untuk mengetahui adanya daya antibakteri
adalah dengan mengukur luas zona hambat yang terjadi di sekeliling kertas
cakram. Pengujian aktivitas antibakteri dikatakan positif bila di sekitar kertas
cakram terdapat zona bening yang bebas dari pertumbuhan bakteri.
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Bertingkat Ekstrak Daging Buah Muda Mahkota Dewa
No Pelarut Berat (gram)
1 n-Heksana 12,6
2 Etil Asetat 24,5
3 Etanol 37,4
Hasil uji ekstrak daging buah muda Mahkota Dewa menunjukkan bahwa
ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae adalah
ekstrak etanol dan etil asetat. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya zona
hambat di semua konsentrasi uji ekstrak etilasetat dan etanol.
1% 18,51 + 1,30
Etanol 25% 19,29 + 0,40
12,5% 16,13 + 0,66
6,25% 14,63 + 0,08
3% 10,49 + 0,11
1% 9,07 + 0,14
n-Heksana 25% 0
12,5% 0
6,25% 0
3% 0
1% 0
Kontrol (-) 0
Kontrol (+) ampisilin 3,5% 32,86 + 0,08
Dari tabel 2, terlihat bahwa diameter zona hambat ekstrak etil asetat lebih
besar dibandingkan dengan ekstrak etanol sedangkan ekstrak n-heksana tidak
dapat menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae. Dari tabel 2, terlihat
juga bahwa ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol sudah menunjukkan aktivitas
antibakteri masing-masing pada konsentrasi 1%. Jadi, konsentrasi hambat
minimum ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol masing-masing berada pada
konsentrasi 1% dengan diameter zona hambat 18,51 + 1,30 untuk ekstrak
etilasetat dan 9,07 + 0,14 untuk ekstrak etanol.
juga didapatkan bahwa konsentrasi terkecil ekstrak etilasetat yang tidak berbeda
secara signifikan dengan kontrol positif ampisilin konsentrasi 3,5% adalah ekstrak
dengan konsentrasi 12,5%. Uji korelasi menunjukkan korelasi kuat dengan nilai
0,859 dan arah korelasi positif. Hal ini berarti bahwa semakin besar konsentrasi
ekstrak etilasetat daging buah muda Mahkota Dewa yang diujikan, semakin besar
diameter zona hambat yang terbentuk.
Dari uji ANOVA didapatkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang berarti
sudah cukup bukti untuk mengatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara
statistik antar kelompok perlakuan setidaknya pada dua kelompok perlakuan.
Untuk mengetahui perbedaan antar rata-rata kelompok konsentrasi secara lebih
spesifik, dilakukan uji Post-hoc dengan metode LSD. Hasilnya didapatkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara seluruh konsentrasi. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi 1 % sudah mulai menunjukkan peningkatan efek
yang signifikan untuk menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan
ekstrak dengan konsentrasi lebih tinggi akan menghasilkan efek yang lebih kuat.
Dari tabel 4 juga didapatkan bahwa semua konsentrasi ekstrak etanol berbeda
secara signifikan dengan kontrol positif ampisilin konsentrasi 3,5%. Uji korelasi
menunjukkan korelasi kuat dengan nilai 0,933 dan arah korelasi positif. Hal ini
berarti bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak etilasetat daging buah muda
Mahkota Dewa yang diujikan, semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk.
Tabel 5. Hasil Uji Kesetaraan Ekstrak Daging Buah Muda Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) dengan Ampisilin
Jenis ekstrak Konsentrasi Ampisilin (%)
Konsentrasi Etilasetat 0,053
1% Etanol 0,003
Pembahasan
Dari tabel 1 dan 2 terlihat bahwa jumlah ekstrak yang dihasilkan tidak
berpengaruh terhadap diameter zona hambat yang terbentuk. Hal ini dikarenakan
senyawa yang ditarik oleh masing-masing pelarut tidak sama. Ekstrak etilasetat
lebih banyak menarik senyawa antibakteri dibandingkan ekstrak etanol sedangkan
senyawa antibakteri tidak dapat ditarik oleh pelarut n-heksana. Hal ini sesuai
dengan pendapat Volk dan Wheeler (1993) yang dikutip oleh Gofar (2010) bahwa
aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa antibakteri yang
terkandung di dalam suatu ekstrak12.
Pendapat Volk dan Wheeler juga didukung oleh data hasil penelitian pada
tabel 2 yang memperlihatkan bahwa semakin besar konsentrasi senyawa
antibakteri yang terkandung maka akan semakin besar pula diameter zona hambat
yang terbentuk. Hal ini kemudian didukung oleh hasil uji statistik korelasi yang
menunjukkan arah korelasi positif. Arah korelasi positif ini menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi ekstrak maka akan semakin besar pula diameter zona
hambat yang terbentuk.
Dari hasil uji kesetaraan pada tabel 5, didapatkan bahwa ampisilin masih
lebih efektif dibandingkan ekstrak. Hal ini mungkin dikarenakan bahan yang diuji
masih berupa ekstrak belum berbentuk senyawa murni, masih terdapat senyawa
organik lain. Adanya senyawa organik lain dapat saja melindungi bakteri dan
menurunkan aktivitas senyawa antibakteri5. Untuk itu, perlu dilakukan lagi
fraksinasi untuk memurnikan senyawa dan kemudian dilanjutkan dengan uji
aktivitas senyawa murni terhadap Klebsiella pneumonia.
Simpulan
Saran
PRESTASI:
Karya tulis ini memperoleh juara ke-5 Lomba Artikel Ilmiah dalam Scientific Fair
2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
12
DAFTAR PUSTAKA