Anda di halaman 1dari 12

1

Penelitian Asli

UJI INVITRO EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK DAGING MUDA BUAH


MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP
Klebsiella Pneumoniae

Surya Wijaya, Hendra Nopriansyah*


*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Abstrak
Latar Belakang : Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah
kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Namun, mulai timbulnya
resistensi terhadap beberapa jenis antibiotik, terutama pada bakteri golongan
gram negatif (salah satunya Klebsiella pneumoniae). Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) umumnya dikenal dengan jintan hitam adalah tanaman obat
tradisional yang mengandung senyawa antibakteri, seperti steroid, terpenoid,
flavonoid glikosida dan tannin yang berpotensi untuk mengobati pneumonia
(menghambat pertumbuhan bakteri penyebab utama pneumonia, Klebsiella
pneumoniae).
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari ekstrak daging
muda buah mahkota dewa dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
utama penyakit pneumonia, Klebsiella pneumoniae, menentukan Konsentrasi
Hambat Minimumnya (KHM) dan menilai kesetaraannya dengan antibiotik
standar.

Metode: Jenis penelitian adalah eksperimen dengan rancangan post-test dengan


kelompok kontrol. Ekstrak daging muda buah mahkota dewa didapatkan dengan
proses soxhletasi dengan metode ekstraksi bertingkat. Ekstrak aktif antibakteri
kemudian diuji aktivitasnya terhadap isolat isolat K. pneumoniae dengan metode
difusi agar menggunakan Cakram Kirby-Bauer. Data kemudian dianalisis secara
statistik menggunakan SPSS versi 16.

Hasil: Ekstrak etilasetat dan etanol dari daging muda buah mahkota dewa
mampu menghambat pertumbuhan bakteri K. pneumoniae dengan nilai KHM
kedua ekstrak berada pada konsentrasi 1%. Nilai kesetaraan antibiotik ampsilin
dengan ekstrak etilasetat dan etanol dari buah muda mahkota dewa berturut-turut
adalah 0,053% dan 0,003% terhadap K.pneumoniae

Simpulan: Ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol daging muda buah mahkota dewa
memiliki efek inhibisi terhadap bakteri penyebab utama penyakit pneumonia,
yaitu K. pneumoniae

Kata kunci : Ekstrak, buah mahkota dewa, antibakteri, Klebsiella pneumoniae


2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pneumonia merupakan penyakit yang masih sering ditemukan pada anak-


anak. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Denny dan Clyde di Amerika
Serikat, insiden per tahunnya adalah 4 kasus/100 anak pra sekolah, 2 kasus/100
anak usia 5-9 tahun, dan 1 kasus/100 anak usia 9-15 tahun1. Di Amerika Serikat,
didapatkan kematian rata-rata pertahun mencapai 450.000 orang2.

Dari 31 provinsi di Indonesia, 477.429 balita ditemukan menderita


pneumonia. 21,52% dari jumlah seluruh anak di Indonesia. Dengan proporsi,
35,02% pada usia di bawah satu tahun dan 64,97% pada usia satu sampai empat
tahun. Diperkirakan sekitar 2 juta anak di Indonesia meninggal dunia tiap
tahunnya akibat penyakit ini.2

Laporan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri


terbanyak penyebab pneumonia adalah dari golongan gram (-). Berdasarkan
penelitian selama 5 tahun terakhir di beberapa pusat paru di Indonesia (Medan,
Surabaya, Makassar, Malang, dan Jakarta), didapatkan bakteri terbanyak
penyebab pneumonia dari hasil pemeriksaan sputum adalah Klebsiella
pneumoniae sebesar 45,18%.3

Obat utama yang digunakan dalam pengobatan pneumonia adalah


antibiotik beta lactam.3 Bahan obat ini tidak selalu efektif karena sudah
banyaknya kejadian resistensi dan harga obat yang mahal sehingga mengurangi
kepatuhan pasien untuk menggunakan obat. Kemandirian bangsa Indonesia yang
kaya akan bahan obat tradisional mendorong pemerintah untuk menggalakkan
program “back to nature” atau “kembali ke alam” dengan menggunakan
pengobatan alternatif.4

Indonesia kaya akan bahan obat tradisional yang dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif tetapi bahan obat tradisional di Indonesia belum banyak
diteliti secara ilmiah atau banyak diteliti secara ilmiah tetapi belum lengkap. Salah
satu pengobatan tradisional Indonesia yang banyak digunakan tetapi belum diteliti
lengkap secara ilmiah adalah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa).5

Penelitian Wulandari (2009) mendapatkan zat antibakteri yang terkandung


dalam daging buah Mahkota Dewa adalah Tannin, Saponin, Flavonoid, Alkaloid,
Sterol, dan Terpenoid.6,7 Penelitian Rostinawati (2007) menunjukkan efek
antibakteri Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus sp, Escheria coli, dan
Salmonella thypii.8 Penelitian efek ekstrak biji Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) oleh Rostinawati (2007) terhadap jamur dilakukan terhadap Candida
albicans tetapi hasilnya tidak menunjukkan aktivitas.8 Penelitian efek antibakteri
3

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap pertumbuhan Klebsiella


pneumoniae belum ada. Oleh karena itu, peneliti telah meneliti efek antibakteri
ekstrak daging buah muda Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Dari Hasil
penelitian didapatkan bahwa ekstrak Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonia sebagai penyebab
terbanyak pneumonia sehingga nantinya ekstrak daging buah Mahkota Dewa
dapat menjadi alternatif dalam pengobatan pneumonia.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek antibakteri antara


daging buah muda Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dan ampisilin terhadap
Klebsiella pneumoniae. Secara khusus, penelitian ini ditujukan untuk
membuktikan efek antibakteri ekstrak daging buah muda Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) terhadap Klebsiella pneumoniae, mendapatkan pelarut
yang paling efektif, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak daging buah
muda Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) yang terhadap Klebsiella
pneumoniae, dan nilai kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak daging buah muda
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dengan ampisilin sebagai antibiotik
standar.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan metode post-


test dengan kelompok kontrol (Post-test Only Group Controlled Designed).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium biologi FMIPA Unsri dan


laboratorium mikrobiologi Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
Palembang. Penelitian dilaksanakan pada pekan kedua November 2010 sampai
dengan pekan kedua Desember 2010.

Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah ekstrak buah muda
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dalam berbagai konsentrasi (25%, 12,5%,
6,25%, 3%, 1%), Klebsiella pneumoniae, Ampisilin nomor registrasi GKL
9528905604 A1, pelarut berupa aquades, larutan n-heksana, larutan etilasetat,dan
larutan metanol, media pertumbuhan bakteri menggunakan media Nutrient Agar
(NA) dan Nutrient Broth (NB). Bahan lainnya yaitu alkohol, aluminium foil,
kapas, kertas, kertas filter (Whatmann filter), pelarut Dimetilsulfoksida (DMSO).
4

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pinset, cawan petri,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, labu erlenmeyer, bunsen, mikropipet,
pipet serologis, jangka sorong, kertas cakram diameter 6 mm, jarum ose, botol
fial, botol selai, vortex, autoklaf, soxhlet, rotavapor, laminar air flow, penangas
air, timbangan analitik, kulkas.

Cara Kerja

Ekstraksi Simplisia Daging Buah Muda Mahkota Dewa

Ekstraksi ini dilakukan secara berkesinambungan yang dimulai dengan


pelarut non-polar (n-heksana), pelarut semipolar (etilasetat), dan pelarut polar
(etanol). Prosedur ekstraksinya adalah sebagai berikut.

Simplisia Mahkota Dewa(Phaleria macrocarpa)

Soxhletasi dengan n-heksana

Ekstrak n-Heksana cair Ampas

Penguapan dengan Soxhletasi dengan etil asetat


rotavapor

Ekstrak n-Heksana kental Ekstrak etil asetat Ampas


cair
Soxhletasi
Penguapan dengan dengan
rotavapor ethanol

Ekstrak etil asetat Ekstrak ethanol


kental cair

Penguapan dengan
rotavapor

Ekstrak ethanol
kental

Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Dalam Berbagai Gradien

Konsentrasi 100% dibuat dengan cara 1 gram simplisia dilarutkan dalam 1


ml aquades. Ekstrak 100% ini kemudian digunakan untuk membuat ekstrak dalam
berbagai gradient konsentrasi mulai dari 25 %, 12,5%, 6,25%, 3%, dan 1%
dengan volume 1 ml. Dalam penelitian ini akan digunakan Aquades sebagai
pengencer. Dalam penelitian ini akan digunakan Aquades sebagai pengencer.

Untuk menghitung pengenceran digunakan rumus:


V1C1 = V2C2 , dimana: V1 : Volume awal
5

C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume akhir (V1 + Volume Aquades)
C2 : Konsentrasi akhir

Pembuatan Medium NB (Nutrient Broth)9

Medium NB dibuat dengan komposisi ekstrak ragi 3 gram, pepton 5 gram,


dan Aquades 1000 ml. Ketiga komposisi dilarutkan, kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kimia, lalu sediaan disterilisasi dengan autoklaf yaitu proses
sterilisasi dengan uap air panas bertekanan.

Pembuatan Biakan Klebsiella pneumoniae

Untuk membiakkan Klebsiella pneumoniae, digunakan nutrient agar (NA).


Klebsiella pneumoniae diinokulasikan ke medium NB 10 ml sebanyak 2 jarum
ose. Setelah itu, biakan dihomogenkan menggunakan vortex. Klebsiella
pneumoniae diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C kemudian dilakukan vortex
kembali5.

Suspensi bakteri hasil inkubasi kemudian disentrifugasi dan diukur


transmittannya. Panjang gelombang diatur sebesar 580 nm dan transmittan diatur
sebesar 25% dengan cara penambahan bakteri jika terlalu sedikit dan penambahan
medium cair jika terlalu banyak. Suspensi kemudian dimasukkan ke dalam cawan
petri sebanyak 0,1 ml dan ditambah medium NB 10 ml lalu digoyang sampai
beku5. Dibuat 4 cawan petri biakan Klebsiella pneumoniae. Satu cawan digunakan
untuk penentuan ekstrak dengan pelarut paling efektif sedangkan 3 cawan lagi
digunakan untuk penentuan Konsentrasi Hambat Minimum dengan 3 kali
pengulangan.

Uji Aktivitas Antibakteri

Cawan petri yang sudah berisi biakan Klebsiella pneumoniae ditempatkan


3 kertas cakram dalam setiap petri. Lima cakram digunakan untuk kelompok uji
berupa ekstrak dalam konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 3%, 1% sebanyak 1 ml
dan satu cakram untuk control negative. Kontrol positif dibuat dalam satu cakram
berbeda dengan konsentrasi 3,5%. Pemasangan diatur jaraknya satu sama lain
sebesar + 20-25 mm5. Uji diulangi sampai tiga kali.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakram Kirby-
Bauer. Parameter yang digunakan untuk mengetahui adanya daya antibakteri
adalah dengan mengukur luas zona hambat yang terjadi di sekeliling kertas
cakram. Pengujian aktivitas antibakteri dikatakan positif bila di sekitar kertas
cakram terdapat zona bening yang bebas dari pertumbuhan bakteri.

Dalam penelitian ini digunakan jangka sorong untuk mengukur diameter


zona hambat yang terbentuk. Jangka sorong digunakan karena ketelitiannya bisa
mencapai seperseratus millimeter.
6

Uji Ampisilin Sebagai Antibiotika Standar

Uji dimulai dengan membuat ampisilin dalam berbagai konsentrasi dengan


cara melarutkan ampisilin dalam 100 ml aquadest. Konsentrasi dibuat mulai dari
14; 7; 3,5; 1,75; 0,875 µg/ml. Selanjutnya, ampisilin diujikan ke dalam biakan
Klebsiella pneumoniae sehingga didapat diameter zona hambat ampisilin5.

Cara Penyajian, Pengolahan, dan Analisis Data

Data hasil uji aktivitas antibakteri kemudian dianalisis secara statistik


dengan perangkat lunak SPSS menggunakan metode One-way ANOVA, Post-Hoc
test, Pearson correlation dan Spearman correlation berdasarkan jenis normalitas
dan homogenitas varians masing-masing kelompok perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Ekstraksi Daging Buah Muda mahkota Dewa

Berdasarkan hasil soxhletasi bertingkat yang dilakukan menggunakan


pelarut n-Heksana, etil asetat, etanol terhadap 100 gram daging buah muda
Mahkota Dewa yang dilarutkan dengan 1 liter pelarut didapatkan hasil sebagai
berikut:

Tabel 1. Hasil Ekstraksi Bertingkat Ekstrak Daging Buah Muda Mahkota Dewa
No Pelarut Berat (gram)
1 n-Heksana 12,6
2 Etil Asetat 24,5
3 Etanol 37,4

Hasil ekstraksi memperlihatkan senyawa lebih banyak ditarik oleh ekstrak


etanol dibandingkan etilasetat dan n-heksana.

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Hasil uji ekstrak daging buah muda Mahkota Dewa menunjukkan bahwa
ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae adalah
ekstrak etanol dan etil asetat. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya zona
hambat di semua konsentrasi uji ekstrak etilasetat dan etanol.

Tabel 2. Rata-rata Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae.


Perlakuan Rata-rata Diameter Zona Hambat
Etilasetat 25% 31,5 + 2,10
12,5% 30,25 + 1,92
6,25% 25,18 + 2,5
3% 21,49 + 1,59
7

1% 18,51 + 1,30
Etanol 25% 19,29 + 0,40
12,5% 16,13 + 0,66
6,25% 14,63 + 0,08
3% 10,49 + 0,11
1% 9,07 + 0,14
n-Heksana 25% 0
12,5% 0
6,25% 0
3% 0
1% 0
Kontrol (-) 0
Kontrol (+) ampisilin 3,5% 32,86 + 0,08

Dari tabel 2, terlihat bahwa diameter zona hambat ekstrak etil asetat lebih
besar dibandingkan dengan ekstrak etanol sedangkan ekstrak n-heksana tidak
dapat menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae. Dari tabel 2, terlihat
juga bahwa ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol sudah menunjukkan aktivitas
antibakteri masing-masing pada konsentrasi 1%. Jadi, konsentrasi hambat
minimum ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol masing-masing berada pada
konsentrasi 1% dengan diameter zona hambat 18,51 + 1,30 untuk ekstrak
etilasetat dan 9,07 + 0,14 untuk ekstrak etanol.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Rata-rata Diameter Zona Hambat Ekstrak Etilasetat


terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae
Perlakuan Rata-rata Diameter Zona Hambat
Etilasetat 25% 31,5 + 2,10 a
12,5% 30,25 + 1,92 a
6,25% 25,18 + 2,5 b
3% 21,49 + 1,59 c
1% 18,51 + 1,30 d
Kontrol (-) 0 e
Kontrol (+) Ampisilin 3,5% 32,86 + 0,08 a
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama artinya tidak berbeda
nyata pada uji ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc metode LSD dengan α = 0,05

Dari uji ANOVA dilakukan dengan taraf kepercayaan 95% (p=0,05),


didapatkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang berarti sudah cukup bukti untuk
mengatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik antar kelompok
perlakuan setidaknya pada dua kelompok perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan
antar rata-rata kelompok konsentrasi secara lebih spesifik, dilakukan uji Post-hoc
dengan metode LSD. Hasilnya didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara seluruh konsentrasi kecuali dan 12,5% dengan 25%. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi 1 % sudah mulai menunjukkan peningkatan efek
yang signifikan untuk menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan
ekstrak dengan konsentrasi lebih tinggi akan menghasilkan efek yang lebih kuat,
tetapi pada konsentrasi diatas 12,5% tidak lagi terjadi peningkatan efek yang
signifikan dalam menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae. Dari tabel 3
8

juga didapatkan bahwa konsentrasi terkecil ekstrak etilasetat yang tidak berbeda
secara signifikan dengan kontrol positif ampisilin konsentrasi 3,5% adalah ekstrak
dengan konsentrasi 12,5%. Uji korelasi menunjukkan korelasi kuat dengan nilai
0,859 dan arah korelasi positif. Hal ini berarti bahwa semakin besar konsentrasi
ekstrak etilasetat daging buah muda Mahkota Dewa yang diujikan, semakin besar
diameter zona hambat yang terbentuk.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Rata-rata Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol


terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae
Perlakuan Rata-rata Diameter Zona Hambat
Etilasetat 25% 19,29 + 0,40 a
12,5% 16,13 + 0,66 b
6,25% 14,63 + 0,08 c
3% 10,49 + 0,11 d
1% 9,07 + 0,14 e
Kontrol (-) 0 f
Kontrol (+) Ampisilin 3,5% 32,86 + 0,08 g

Dari uji ANOVA didapatkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang berarti
sudah cukup bukti untuk mengatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara
statistik antar kelompok perlakuan setidaknya pada dua kelompok perlakuan.
Untuk mengetahui perbedaan antar rata-rata kelompok konsentrasi secara lebih
spesifik, dilakukan uji Post-hoc dengan metode LSD. Hasilnya didapatkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara seluruh konsentrasi. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi 1 % sudah mulai menunjukkan peningkatan efek
yang signifikan untuk menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan
ekstrak dengan konsentrasi lebih tinggi akan menghasilkan efek yang lebih kuat.
Dari tabel 4 juga didapatkan bahwa semua konsentrasi ekstrak etanol berbeda
secara signifikan dengan kontrol positif ampisilin konsentrasi 3,5%. Uji korelasi
menunjukkan korelasi kuat dengan nilai 0,933 dan arah korelasi positif. Hal ini
berarti bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak etilasetat daging buah muda
Mahkota Dewa yang diujikan, semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk.

Efek ekstrak etilasetat sudah mulai meningkat signifikan pada konsentrasi


1% dan akan meningkat dengan signifikan jika konsentrasi dinaikkan sampai
konsentrasi 12,5%. Di atas konsentrasi 12,5%, efek akan terus meningkat tetapi
tidak signifikan. Efek ekstrak etanol juga dimulai pada konsentrasi 1% dan akan
terus meningkat secara signifikan jika konsentrasi terus dinaikkan. Ekstrak
etilasetat dengan konsentrasi terendah 12,5% menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan dengan ampisilin 3,5%, sedangkan tidak ada konsentrasi ekstrak etanol
yang tidak berbeda secara signifikan dengan konsentrassi ampisilin 3,5%.

Uji Kesetaraan Ekstrak dengan Antibiotik Ampisilin

Uji kesetaraan dimaksudkan untuk melihat berapa konsentrasi ekstrak dan


konsentrasi ampisilin yang dapat menghasilkan diameter zona hambat yang sama.
9

Dengan menggunakan regresi linear satu variabel independent didapatkan


fungsi kesetaraan:
Y = 28,748 + 8,072X, dimana:
X : Log Konsentrasi Ampisilin,
Y : Diameter Zona Hambat.

Dari fungsi tersebut, didapatkan nilai kesetaraan ekstrak dengan ampisilin


sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Kesetaraan Ekstrak Daging Buah Muda Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) dengan Ampisilin
Jenis ekstrak Konsentrasi Ampisilin (%)
Konsentrasi Etilasetat 0,053
1% Etanol 0,003

Hasil diatas menunjukkan bahwa ekstrak etilasetat dengan konsentrasi 1%


setara dengan 0,053% ampisilin untuk menghambat pertumbuhan Klebsiella
pneumonia sedangkan 1% ekstrak etanol setara dengan 0,003% ampisilin untuk
menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae.

Untuk mendapatkan ekstrak etilasetat dengan konsentrasi 1%, dapat


dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Berat Simplisia yang harus diekstrak = Berat simplisia penelitian x 1 gram
Berat ekstrak hasil penelitian
= 100 gram x 1 gram
24,5 gram
= 4,08 gram

Jadi, untuk mendapatkan ekstrak dengan konsentrasi 1% dibutuhkan 4,08


gram simplisia yang diekstrak kemudian hasil ekstraksi dilarutkan dalam 100 ml
aquades. Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk ekstrak etanol. untuk
mendapatkan ekstrak dengan konsentrasi 1% dibutuhkan 2,67 gram simplisia
yang diekstrak kemudian hasil ekstraksi dilarutkan dalam 100 ml aquades.

Pembahasan

Hasil dari pengujian didapatkan bahwa ekstrak Mahkota Dewa dapat


menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumonia. Hal ini ditunjukkan pada tabel 2
dengan terbentuknya zona hambat. Terbentuknya zona hambat ini dikarenakan
adanya zat antibakteri yang tertarik ke dalam ekstrak. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Wulandari (2009) yang menyatakan bahwa Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa) mengandung beberapa senyawa antibaketri seperti
tannin dan terpenoid6.

Pendapat bahwa tannin merupakan senyawa antibakteri didukung oleh


penelitian Dewi (2008) yang menjelaskan bahwa tannin bersifat antibakteri
dikarenakan adanya gugus pirogalol dan gugus galoil10. Efek tannin sebagai
10

antibakteri disebabkan oleh kemampuan tannin untuk mengaktifkan enzim


adhesion, enzim dan protein transport cell envelope. Tannin juga membentuk
kompleks polisakarida yang dapat merusak dinding sel bakteri11.

Nugroho (2010) mengutip pendapat Syarifah (2006) yang menyatakan


bahwa senyawa terpenoid mampu melarutkan lipid dan menggumpalkan protein
yang ada pada dinding sel bakteri sehingga keutuhan dinding sel bakteri
terganggu dan akan menurunkan permeabilitas dinding sel bateri. Sebagai
akibatnya, metabolisme bakteri terganggu dan menyebabkan kematian bakteri5.

Dari tabel 1 dan 2 terlihat bahwa jumlah ekstrak yang dihasilkan tidak
berpengaruh terhadap diameter zona hambat yang terbentuk. Hal ini dikarenakan
senyawa yang ditarik oleh masing-masing pelarut tidak sama. Ekstrak etilasetat
lebih banyak menarik senyawa antibakteri dibandingkan ekstrak etanol sedangkan
senyawa antibakteri tidak dapat ditarik oleh pelarut n-heksana. Hal ini sesuai
dengan pendapat Volk dan Wheeler (1993) yang dikutip oleh Gofar (2010) bahwa
aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa antibakteri yang
terkandung di dalam suatu ekstrak12.

Pendapat Volk dan Wheeler juga didukung oleh data hasil penelitian pada
tabel 2 yang memperlihatkan bahwa semakin besar konsentrasi senyawa
antibakteri yang terkandung maka akan semakin besar pula diameter zona hambat
yang terbentuk. Hal ini kemudian didukung oleh hasil uji statistik korelasi yang
menunjukkan arah korelasi positif. Arah korelasi positif ini menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi ekstrak maka akan semakin besar pula diameter zona
hambat yang terbentuk.

Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol


merupakan ekstrak dengan respon antibakteri yang kuat. Dari tabel 3 dan 4
tersebut juga memperlihatkan bahwa ekstrak etilasetat lebih efektif dibandingkan
ekstrak etanol. Hal ini didukung dengan hasil uji statistik yang memperlihatkan
bahwa ekstrak etilasetat lebih efektif dibandingkan ekstrak etanol. Dengan
demikian, kemungkinan senyawa antibakteri ekstrak Mahkota Dewa yang aktif
menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae adalah senyawa-senyawa
semipolar. Senyawa-senyawa tersebut kemungkinan adalah senyawa dengan nilai
kepolaran sekitar 4,4, sesuai dengan nilai kepolaran etilasetat13. Senyawa-senyawa
tersebut kemungkinan adalah steroid, terpenoid, flavonoid glikosida dan tannin.
Hal ini harus dibuktikan lagi dengan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa-
senyawa antibakteri yang terkandung dalam ekstrak etilasetat.

Proses ekstraksi bertingkat yang dilakukan dalam penelitian ini sangat


memungkinkan ekstrak etilasetat menjadi pelarut paling efektif. Pendapat Moore
(2009) menyatakan bahwa pelarut akan menarik senyawa dengan tingkat
kepolaran yang sama, tetapi senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah dapat
ditarik oleh pelarut dengan kepolaran yang lebih tinggi sedangkan senyawa
dengan kepolaran lebih tinggi tidak dapat ditarik oleh senyawa yang berada pada
kepolaran di bawahnya14. Senyawa-senyawa yang dapat ditarik oleh pelarut etanol
dengan nilai kepolaran lebih tinggi telah ditarik lebih dahulu oleh pelarut etilasetat
11

yang memiliki tingkat kepolaran yang mendekati tingkat kepolaran senyawa


tersebut, sehingga senyawa-senyawa antibakteri yang terletak pada nilai kepolaran
etilasetat telah ditarik terlebih dahulu oleh etilasetat sebelum ditarik oleh pelarut
etanol.

Dari hasil uji kesetaraan pada tabel 5, didapatkan bahwa ampisilin masih
lebih efektif dibandingkan ekstrak. Hal ini mungkin dikarenakan bahan yang diuji
masih berupa ekstrak belum berbentuk senyawa murni, masih terdapat senyawa
organik lain. Adanya senyawa organik lain dapat saja melindungi bakteri dan
menurunkan aktivitas senyawa antibakteri5. Untuk itu, perlu dilakukan lagi
fraksinasi untuk memurnikan senyawa dan kemudian dilanjutkan dengan uji
aktivitas senyawa murni terhadap Klebsiella pneumonia.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,


diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol daging buah muda Mahkota Dewa
memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumonia.
2. Pelarut yang paling efektif menyarikan senyawa antibakteri adalah etilasetat.
3. Ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol memiliki KHM sebesar 1%.
4. Konsentrasi ekstrak etilasetat 1% setara dengan 0,053% ampisilin untuk
menghasilkan diameter zona hambat yang sama, sedangkan konsentrasi
ekstrak etanol 1% setara dengan 0,003% ampisilin untuk menghasilkan
diameter zona hambat yang sama. Hal ini cukup untuk menyatakan bahwa
ampisilin masih lebih efektif dibandingkan ekstrak etilasetat dan etanol
mahkota dewa.

Saran

Penelitian terhadap efek antibakteri ekstrak daging buah muda mahkota


dewa masih perlu dilanjutkan. Penelitian lanjutan tersebut, antara lain:
1. Pengujian in vivo pada hewan percobaan dan uji klinis agar dapat digunakan
sebagai antibakteri alternatif pada pengobatan pneumonia.
2. Penelitian tentang sediaan yang paling efektif untuk digunakan sebagai
antibakteri alternatif pada pengobatan pneumonia.
3. Penelitian terhadap bakteri lainnya untuk mengetahui efek antibakteri lain dari
ekstrak mahkota dewa.

PRESTASI:
Karya tulis ini memperoleh juara ke-5 Lomba Artikel Ilmiah dalam Scientific Fair
2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Bennet,NJ. 2010. Pneumonia. Department of Pediatrics, State University of


New York Upstate Medical University.
2. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso.2010.Pneumonia.RSPI Sulianti
Saroso.Jakarta
3. Persatuan Dokter Paru Indonesia.2003.Pneumonia Komuniti, Pedoman
Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.PDPI. Jakarta
4. Pemerintah Kota Kupang.2010.Peluang Usaha Terbuka Distribusi Pupuk
Organik.Pemerintah Kota Kupang NTT. Kupang
5. Nugroho,IWK.2010.Efek Antibakteri Ekstrak Jinten Hitan (Nigella sativa
Linn.) dan Penentuan Kadar hambat Minimumnya (KHM) Terhadap
Streptococcus pneumonia dan Klebsiella pneumonia. Skripsi. Fakultas
Kedokteran UNSRI (tidak dipublikasikan), hal. 26-39
6. Wulandari, D. 2009. PENGARUH PERASAN DAGING BUAH SEGAR
MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) TERHADAP
PENURUNAN GLUKOSA DARAH KELINCI JANTAN NEW ZEALAND
YANG DIBERI TOLERANSI GLUKOSA ORAL. Skripsi. Fakultas farmasi
UMS (tidak dipublikasikan), hal. 3-6
7. Prasetya, E. 2009. PENGARUH INFUSA DAGING BUAH MAHKOTA DEWA
(Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl) TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA
DARAH KELINCI JANTAN NEW ZEALAND YANG DIBEBANI GLUKOSA
ORAL. Skripsi, Fakultas Farmasi UMS (tidak dipublikasikan), hal. 3-7
8. Rostinawati.T.2007.UJI AKTIVITAS HASIL PENYARIAN BIJI MAHKOTA
DEWA (Phaleria macrocarpa [SCHEFF.] TERHADAP BEBERAPA MIKROBA
PENYEBAB INFEKSI KULIT.Karya Ilmiah.Fakultas Farmasi UNPAD.
9. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.2008.Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi.Fakultas Biologi UNSOED.Purwakarta.
10. Dewi,K.2008.Penapisan Antibakteri dan Inhibitor Topoisomerase I dari
Xylocarpus granatum.sekolah Pasca Sarjana IPB.Bogor
11. Beatrice,L.2010.Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa.Scheff(Boerl)) Terhadap Enterococcus faecalis Sebagai Bahan
Medicamen Saluran Akar Secara In Vitro.FKG USU.Medan
12. Gofar,A.2010.Uji Efektivitas Antijamur dari ekstrak daun Ketepeng Cina
(Cassia alata L) Terhadap Trichopyton mentagrophytes Secara In Vitro.FK
Unsri.Palembang
13. Pambayun,R.2007.Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai jenis
Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir Roxd).Majalah farmasi Indonesia 18
(3).141-146.
14. Lania,S.2005.MAHKOTA DEWA SEBAGAI BAHAN OBAT DITINJAU DARI
SEGI KEDOKTERAN.Minithesis.Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai