Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODOLOGI

Metodologi adalah tata cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, dengan memiliki langkah-langkah yang sistematis
untuk menyelesaikan masalah yang dibahas dengan cara mendayagunakan sumber
data dan fasilitas yang ada. Metodologi juga merupakan cara kerja untuk dapat
memahami hal yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi
prosedur penelitian dan teknik penelitian (Hasan, 2002).
3.1 Metode Pendekatan

Metodologi Pendekatan (Approach) dalam pengajaran diartikan sebagai a


way of beginning something, yang artinya cara memulai sesuatu.  Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008:127).

Pendekatan ekonomi adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses ekonomi, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum.

3.1.1 Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme


yang memandang setiap realitas/gejala/fenomena itu dapat
diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan
gejala bersifat sebab akibat. Karena itu, sebelum dilakukan penelitian
dapat disusun dan dirancang secara detail dan tidak akan berubah-ubah
selama penelitian berlangsung. Penelitian ini cenderung dilakukan secara
terpisah antara peneliti dengan obyek yang diteliti. Karena itu, proses
penelitian dilakukan dari ‘luar’ dengan menggunakan pengukuran disertai
analisis secara statistik sehingga penelititan mengimplikasikan, bahwa
pendekatan ini menggunakan metode kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif bersifat deduktif (dari umum ke khusus),
karena berawal dari sebuah teori. Pendekatan ini bertujuan untuk menguji
hipotesis dan menegakkan fakta-fakta atau kebenaran-kebenaran dari suatu
teori. Teori-teori yang diajukan dijadikan sebagai standar untuk
menyatakan sesuai atau tidaknya sebuah gejala yang terjadi. Adanya
hipotesis yang diajukan merupakan sebagai penguatan atas asumsi bahwa
penelitian kuantitatif bermaksud untuk melihat keterkaitan antara suatu
variabel dengan variabel lainnya. Orientasi akhirnya adalah untuk
membuat sebuah simpulan yang dapat digeneralisasikan secara lebih luas.
Desain penelitiannya telah sejak awal dirancang secara lebih spesifik,
memiliki kejelasan arah, dan telah terinci secara jelas sejak awal peneliti
hendak melakukan penelitian.Kejelasan tersebut mencakup desain, subjek,
variabel, data, dan teknik analisis yang akan digunakan. Sehingga
pendekatan kuantitatif lebih bersifat stabil atau tetap dan tidak
memungkinkan untuk terjadinya proses perancangan ulang prosedur
penelitian.

3.2 Metodologi Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam


penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh
salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur yang ada. Dalam
metodologi pengumpulan data ini terbagi menjadi dua yaitu :

3.2.1 Metodologi Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang dapat diperoleh secara langsung


dengan cara mengamati objek yang menjadi sasaran penelitian. Cara untuk
mendapatkan data primer adalah sebagai berikut:
a. Wawancara/Interview
Wawancara merupakan proses komunikasi tanya jawab yang
dilakukan secara langsung. Dengan wawancara data yang diperoleh akan
lebih mendalam dan detail, karena mampu menggali pemikiran atau
pendapat dari pelaku ekonomi terkait di wilayah kajian tersebut.

b. Quisioner/Angket
Quisioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian
yang sedang dikaji.
c. Observasi
Yaitu suatu studi penelitian yang sistematis tentang fenomena dan
gejala psikis dengan jalan pengamatan pada wilayah kajian. Observasi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi partisipasi dan non-
partisipan.
Observasi partisipasi dilakukan apabila peneliti ikut terlibat secara
langsung, sehingga menjadi bagian dari kelompok yang diteliti. Sedangkan
observasi nonpartisipan adalah  observasi yang dilakukan dimana peneliti
tidak menyatu dengan yang diteliti, peneliti hanya sekedar sebagai
pengamat.
3.2.2 Metodologi Pengumpulan Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang dapat diperoleh dari instansi-
instansi yang ada, yang berhubungan dengan aspek yang dikaji di wilayah
kajian.

3.3 Metodologi Analisis


Metode analisis ini diperlukan untuk dapat mengetahui bagaimana
karakteristik perekonomian di Wilayah Kawasan Perkotaan Karawang dan
diperlukan adanya analisis serta identifikasi secara mendalam dalam aspek
ekonomi. Adapun metode yang digunakan diantaranya :
3.3.1 Analisis Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata suatu kota yang


berasal dari PDRB suatu kota dibagi jumlah penduduk. Pendapatan per
kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara
dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga
merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan per kapita sering digunakan
sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara;
semakin besar pendapatan per kapitanya, semakin makmur negara
tersebut.
Pendapatan per kapita dapat diketahui dengan perhitungan model
analisis yang dirumuskan sebagai berikut :
PDRB
Pendapatan Perkapita=
Jumlah Penduduk

3.3.2 Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan per


kapita dalam jangka waktu tertentu(http://www.anneahira.com/laju-pertumbuhan-
ekonomi.htm). Perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Laju
pertumbuhan ekonomi ini disebut juga indeks berantai, baik harga berlaku
maupun harga konstan. Pada umumnya yang sering digunakan adalah LPE
harga konstan karena menggambarkan pertumbuhan produksi riil dari
masing-masing sektor. Data LPE sangat banyak digunakan dalam evaluasi
dan untuk menyusun strategi pembangunan terutama di daerah-daerah.
Laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dengan cara membagi nilai sektor
atau sub sektor PDRB tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dikurangi
satu, dikalikan 100%.
PDRB(n,k,i )−PDRB( n−1,k,i)
LPE( n,i)= X100%
Rumus :
PDRB(n−1,k,i )

Keterangan :

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

LPE = Laju Pertumbuhan Ekonomi

K = Atas Dasar Harga Konstan

n = Tahun Berlaku

i = Sektor/subsektor

3.3.3 Distribusi Persentase

Pada dasarnya perdagangan merupakan kegiatan distribusi karena


distribusi merupakan kegiatan utama dalam sebuah sistem perdagangan.
Dalam pelaksanaan distribusi terdapat beberapa badan yang berhubungan
langsung. Mulai dari agen, makelar, komisioner, importir, eksportir,
pedagang besar (grosir), sampai dengan pedagang eceran. Sedangkan cara
yang digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa tersebut dibedakan
menjadi sistem distrbusi langsung, sitem distribusi semu langsung, dan
sistem distribusi tidak langsung. Distribusi persentase ini adalah untuk
mengamati struktur perekonomian yang dikenal dengan kontribusi/pangsa
sektor ekonomi. Besarnya persentase masing-masing subsektor diperoleh
dengan cara membagi nilai PDRB sub sektor atau sektor dengan nilai total
PDRB, dikali 100%.

NTB( n,b,i)
D( n,i )= X 100
Rumus:
PDRB( n,b)

Keterangan :

D = Distribusi Persentase

n = Tahun Berlaku
i = Sektor

b = Atas Dasar Harga berlaku

NTB = Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku diperoleh

dengan cara pendekatan produksi

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

3.3.4 Analisis Penentuan Sektor Potensial Wilayah


Seorang perencana wilayah harus memiliki kemampuan untuk
menganalisis potensi ekonomi wilayahnya. Hal ini terkait dengan kewajibannya di
satu sisi menentukan sektor-sektor riil yang perlu dikembangkan agar
perekonomian daerah tumbuh cepat dan di sisi lain mampu mengidentifikasi
faktor-faktor yang membuat potensi sektor tertentu rendah dan menentukan
apakah prioritas untuk menanggulangi kelemahan tersebut.
Setelah otonomi daerah, masing-masing daerah sudah lebih bebas dalam
menentapkan sektor atau komoditi yang diprioritaskan pengembangannya.
Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan
atau kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Karena jika pemerintah
bisa memanfaatkan sektor yang memiliki keunggulan, maka akan berdampak
positif bagi pendapatan asli daerah tersebut dan juga bisa meningkatkan
pandapatan perkapita wilayah atau daerah tersebut.
Ada beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan
potensi perekonomian suatu wilayah. Alat analisisnya antara lain:
A. Location Quotient (LQ)
Logika dasar Location Quotient (LQ) adalah teori basis ekonomi yang
intinya adalah karena industry basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk
pasar di daerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar
daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah. Secara umum metode analisis
LQ dapat diformulasikan sebagai berikut (Widodo, 2006).
LQ = (Vik/Vk) / (Vip/Vp)

Keterangan: 
o Vik: Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota
misalnya) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Riil (PDRR)
daerah studi k.
o Vk: Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di daerah studi k
o Vip: Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (provinsi misalnya)
dalam pembentukan PDRR daerah referensi p.
o Vp: Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di daerah
referensi p.
Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ), dapat diketahui
konsentrasi suatu kegiatan pada suatu wilayah dengan kriteria sebagai berikut:
 Nilai LQ di sektor i=1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di
daerah studi k adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama
dalam perekonomian daerah referensi p;
 Nilai LQ di sektor lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan
sektor i di daerah studi k adalah lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi p.
Dengan demikian, sektor i merupakan sektor unggulan daerah studi k
sekaligus merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh
daerah studi k; dan
 Nilai LQ di sektor lebih kecil dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan
sektor i di daerah studi k adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju
pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi p.
Dengan demikian, sektor i bukan merupakan sektor unggulan daerah studi
k dan bukan merupakan basis ekonomi serta tidak propektif untuk
dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k.

B. Multiplier Efect (Efek Pengganda)


Efek Multiplier adalah Efek dalam ekonomi di mana peningkatan
pengeluaran nasional mempengaruhi pendapatan dan konsumsi menjadi lebih
tinggi dibandingkan jumlah sebelumnya. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan
membangun pabrik, maka mereka akan mempekerjakan pekerja konstruksi untuk
bekerja di pabrik. Secara tidak langsung, pabrik baru itu akan
mempengaruhi restoran, dan industri jasa yang berada di sekitar pabrik.
Multiplier Efect merupakan pengaruh atau bangkitan yang ditimbulkan
oleh sektor basis (yang didapat dari nilai LQ).
Pengganda ekonomi basis menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan
atau tenaga kerja dalam wilayah karena penggandaan (multifikasi) jumlah
pembelanjaan kembali (dalam wilayah) pendapatan dari barang dan jasa yang
diproduksi didalam wilayah dan dipasarkan keluar wilayahnya (ekspor). Menurut
Tiebout dalam Tarigan (2007) terdapat perbandingan dalam bentuk pendapatan
dan faktor-faktor yang terkait dengan pengganda basis. Dalam bentuk pendapatan
maka hubungan antara perubahan pendapatan basis dengan perubahan total
pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

SektorBasis
ME =
Sektor Non Basis

C. Shift Share
Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui
pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Secara ringkas, analisis shift
share dapat dijelaskan bahwa perubahan suatu variabel regional suatu sektor di
suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh pertumbuhan
nasional, bauran industri, dan keunggulan kompetitif. (Tarigan, 2007).
Analisis Shift share merupakan analisis yang membandingkan perbedaan
laju pertumbuhan berbagai sektor di daerah maupun wilayah nasional. Akan tetapi
metode ini lebih tajam dibandingan dengan metode LQ.Metode LQ tidak
memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan, sedangkan metode shift-
share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel.
Selain itu juga analisis Shift-share berfungsi untuk menguraikan atau
men-dekompose suatu perubahan yang terjadi dalam perekonomian wilayah
tersebut. Berikut penjelasan mengenai metode analisis shift-share:
Komponen shift adalah penyimpangan (deviation) dari nation al share
dalam pertumbuhan lapangan kerja regional. Penyimpangan ini positif di daerah-
daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif di daerah-daerah yang tumbuh lebih
lambat/ merosot dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja secara
nasional.Bagi setiap daerah, shift netto dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu
proportional shift component (P) dan differential shift component (D).
 Proportional shift component (P) kadang-kadarig dikenal sebagai
komponen struktural atau industrial mix, mengukur besarnya shift regional
netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor industri di daerah
yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-daerah yang
berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh cepat dan
negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang
secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.
 Differential shift component (D) kadang-kadang dinamakan komponen
lokasional atau regional adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur
besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri
tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang
bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor
lokasional intern. Jadi, suatu daerah yang mempunyai keuntungan
lokasional seperti sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai
differential shift component yang positif, sedangkan daerah yang secara
lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai komponen yang
negatif.
 Proportional shift adalah akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang
bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari
pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus di daerah yang bersangkutan.
Perlu diingat bahwa apabila kita hendak melihat pengaruhnya terhadap
seluruh wilayah analisis maka angka unruk masing-masing sektor harus
ditambahkan.

Beberapa komponen analisis yang diperhatikan dalam analisis Shift-


Share antara lain :
 Komponen National Share (Ns)
Banyaknya pertambahan lapangan kerja lokal seandainya proporsi
perubahannya sama dengan laju pertambahan nasional selama periode studi.

Ns = E r,i,t-n (E N,t / E N,t-n) – Er,i,t-n


 Komponen Proportional Share (P)
Komponen ini melihat pengaruh sektor-I secara nasional terhadap
pertumbuhan lapangan kerja sektor-i pada region yang dianalisis.

P = E r,i,t-n (E N,i,t / E N,i,t-n) – EN,t/EN,t-n

 Komponen Diferential Shift (D)


Komponen ini melihat perkembangan sektor-sektor tertentu yang tumbuh
lebih cepat atau lebih lambat di tingkat lokal daripada tingkat nasional yang
disebabkan oleh adanya faktor-faktor lokasional intern seperti sumber daya
yang melimpah atau efisien.

D = E r,i,t – EN,i,t / E N,i,t-n (E r,i,t-n)

Model analisis shift-Share ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :

SSA = NS + D + P

Keterangan :
SSA= Shift share analysis
NS = National Share
D = Differential Shift
P = Proportional Share
E = Banyaknya lapangan kerja
N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya
i = Sektor Industri
t = tahun akhir
t-n = tahun awal

Selain itu juga Analisis Shift-share berfungsi untuk menguraikan atau


men-decompose suatu perubahan yang terjadi dalam perekonomian wilayah
tersebut. Berikut penjelasan mengenai metode analisis shift-share :
a. Nilai Positif (+)
Menunjukan pertumbuhan lapangan kerja sektor tersebut tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan lapangan kerja sektor tersebut secara nasional.
b. Nilai Negatif (-)
Menunjukan pertumbuhan sektor tersebut tumbuh lebih lambat
dibandingkan dengan lapangan kerja sektor tersebut secara nasional.

 National Share
Menunjukan banyaknya pertambahan untuk sektor dan tenaga kerja
regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan
nasional selama periode studi.

 Proporsional Share
Menunjukan komponen struktural atau industrial mix, mengukur besarnya
Shift Regional Netto yang disebabkan oleh komposisi sektor-sektor dan
tenaga kerja di saerah yang bersangkutan.

 Differential Share
Komponen lokasional atau regional merupakan kelebihan atau tambahan,
mengukur Shift Regional Netto.

3.4 Kerangka Pemikiran

Untuk mengimplementasikan teori-teori dan memberikan kontribusi bagi


wilayah kajian dengan hasil akhir yaitu menghasilkan output melalui identifikasi
karakteristik wilayah kajian baik ditinjau dari permasalahan maupun potensi
wilayahnya dari sisi ekonomi. Maka pendekatan perencanaan yang dilakukan
dimulai dari proses input, proses analisis, dan output. Kemudian, untuk lebih
jelasnya kerangka pikir aspek perekonomian dapat dilihat dibawah ini :
KERANGKA PEMIKIRAN ASPEK EKONOMI
Permasalahan

 RDTR Kab Latar Belakang Dalam RPJMD Kabupaten


Karawang Karawang pada tahun 2011-2015
 RTRWN Kab. Perekonomian di Kawasan Perkotaan Karawang
permasalahan yang terdapat di Kawasan
Karawang dari tahun ke tahun berkembang sangat pesat. Hal
Perkotaan Karawang yaitu permasalahan
 PDRB Kab. itu terbukti dalam data PDRB kabupaten karawang
ekonomi daerah secara makro meliputi
Karawang tahun pada tahun 2009-2013. Sektor yang mendominasi
2009-2013 masih rendahnya kualitas pertumbuhan
perekonomian di kawasan perkotaan karawang
 UMR Kab. ekonomi makro yang diperlihatkan dari
yaitu sektor pertanian dan industri, namun tidak
Karawang tahun kontribusi sektor industri yang tinggi
menutup kemungkinan bahwa sektor-sektor yang
2013 namun relatif rendah menyerap angkatan
lainnya turut ikut andil didalamnya.
kerja sehingga terjadi pelimpahan tenaga
kerja ke sektor-sektor informal yang
memiliki nilai tambah relatif rendah. Hal
tersebut terjadi karena pengaruh dari upah
Tujuan
minimun regional. Menurut Hasil
Tujuan dari kajian aspek ekonomi ini yaitu untuk mengidentifikasi, Ketetapan Dewan Pengupahan Kab.
menganalisis karakteristik potensi dan masalah Perekonomian yang Karawang tahun 2013, bahwa upah
ada di Kawasan Perkotaan Karawang. minimum regional di Kabupaten
Karawang berkisar diangka Rp 2 juta per
INPUT bulan, namun pada kenyataannya para
karyawan dan buruh yang bekerja disana
Sasaran hanya mendapatkan upah Rp.700.000 –
Rp.1,3jt/bulan. Hal itu sangatlah tidak
 Teridentifikasinya potensi dan masalah Perekonomian di Kawasan Perkotaan sesuai dengan Ketetapan Hasil Dewan
Karawang. Pengupahan Kab. Karawang tahun 2013.

 Melihat Pola Aliran Barang Kawasan Perkotaan Karawang.


 Melihat Laju Perkembangan Ekonomi (LPE) di Wilayah Kawasan Perkotaan
Karawang.
 Melihat sektor kegiatan usaha yang menunjang perekonomian di Kawasan
Perkotaan Karawang

Data

Data Primer :Wawancara, Quesioner, Observasi

Data Sekunder :data yang dapat diperoleh dari


instansi-instansi yang ada, yang berhubungan dengan
aspek yang dikaji di wilayah kajian.

PROSES Metode Analisis


 Pendapatan Perkapita
 Laju Pertumbuhan Ekonomi
 Distribusi Presentase
 Analisis Penentuan Sektor Potensial Wilayah
OUTPUT
Kerangka
Teridentifikasinya Karakteristik Wilayah Kajian TeoriEkonomi
Dari Aspek
dan Keuangan di Kawasan Perkotaan Karawang
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis
karakteristik potensi dan masalah perekonomian
yang ada di Kawasan Perkotaan Karawang

Terindentifikasinya Melihat Pola Aliran Melihat Laju Melihat sektor


potensi dan masalah Barang di Kawasan Pertumbuhan kegiatan usaha yang
perekonomian di Perkotaan Karawang Ekonomi (LPE) di menunjang
Kawasan Perkotaan Kawasan Perkotaan perekonomian di
Karawang Karawa ng Kawasan Perkotaan
Karawang

Analisis Distribusi Analisis Multiplier


Analisis Shift Share Persentase Analisis LPE Effect

NTB(n,b,i) SektorBasis
D( n,i )= X 100 ME =
PDRB(n,b) Sektor Non Basis

PDRB(n,k,i )−PDRB( n−1,k,i )


Dij = Nij + Mij + Cij LPE( n,i)= X100%
PDRB(n−1,k,i )

Anda mungkin juga menyukai