Anda di halaman 1dari 17

Makalah Kosmogrofi

“PENGARUH PERGERAKAN BENDA LANGIT TERHADAP


PASANG SURUT AIR LAUT”

Dosen Pengampu:

Drs. Kamarlin Pinem, M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 7:

Nabila Anggraini 3173131029

Nelvi Murniwati Mendrofa 3172131019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok tentang Pengaruh Pergerakan Benda
Langit Terhadap Pasang Surut Air Laut pada mata kuliah Kosmografi ini dengan baik.
Adapun dalam penyusunan makalah ini, kami tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si sebagai Dosen
Pengampu yang telah mengajari kami dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada teman-teman yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Tiada gading yang tak retak, demikianlah dalam penyusunan makalah ini, kami
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa, isi
maupun segi lainnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.
Kami berharap, semoga makalah dapat membantu dan menambah wawasan pembaca tentang
kebutuhan dan kualitas air. Akhir kata kami ucapkan sekian dan terima kasih.

Medan, April 2020

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang .......................................... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................................... 1

D. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3

A. Pasang Surut Air Laut………………………………………………………3

B. Pengaruh Pergerakan Benda Langit Terhadap Pasang Surut Air Laut……...9

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................................. 13

B. Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode
tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai.
Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada
sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari.
Sejak terjadinya laut di permukaan bumi ini, laut menjadi tempat penampung dari batuan
yang diangkut dari sungai dari darat, dari letusan gunung api dan juga dari meteoroid yang
jatuh/datang dari angkasa luar. Akibatnya laut menjadi penuh dengan segala jenis senyawa
yang kita kenal. Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang laut berubah secara
sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan
dan konfigurasi lantai samudera. Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih
besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak
bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut.
Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi
dan bidang orbital bulan dan matahari (Diposaptono, 2007). Pada makalah ini penulis akan
membahas lebih lanjut mengenai pasang surut air laut dan pengaruh benda langit terhadap
proses pasang surut air laut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pasang surut air laut
2. Bagaimana pengaruh pergerakan benda langit dengan pasang surut air laut ?

C. Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pasang surut air laut.
1
2. Mengetahui pengaruh pergerakan benda langit dengan pasang surut air laut.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari adanya makalah ini adalah dapat membantu dan menambah
wawasan dari mahasiswa yang menduduki jurusan ini serta dapat dijadikan sumber refrensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pasang Surut Air Laut


1. Pengertian Pasang Surut Air Laut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari,
bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya
lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide
of the solid earth). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan
efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar
usat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari
dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi
dan bidang orbital bulan dan matahari.

2. Teori Pasang Surut


a. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton
(1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori
terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh
kelembaman (inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya
permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King,

3
1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan
memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem
bumi-bulan dan system bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan
kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan
gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante
gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara
laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan
menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross,
1987).
b. Teori Pasang Surut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang
homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang
konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan
periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk
dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan
pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace
(1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut
dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut
menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan
gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor
lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor
tersebut adalah :
• Kedalaman perairan dan luas perairan
• Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
• Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan
bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda
membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke
kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan
dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga
bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Menurut Mac
Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis

4
mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang
pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan
persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal
perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya

3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,
revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah
kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan
dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut
disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya,
sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
a. Menurut teori keseimbangan, pasang surut air laut dipengaruhi oleh:
1) Rotasi Bumi pada sumbunya
Rotasi Bumi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya pasang surut air laut menurut teori keseimbangan. Rotasi bumi
merupakan peristiwa berputarnya bumi pada porosnya atau sumbunya.
Ketika Bumi berputar, maka waktu dimana posisi suatu wilayah laut
menghadap bulan, dan ada waktu dimana posisi menghadap matahari.
Air laut akan bertemu dengan bulan pada waktu malam hari. oleh karena
sebelumnya sudah dikatakan bahwasannya gaya tarik bulan lebih besar
dua kali lipat daripada gaya tarik matahari, maka tidak heran apabila
banya air laut mengalami pasang ketika malam hari.
2) Revolusi Bumi terhadap matahari
Menurut teori keseimbangan, faktor selanjutnya ynag
mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut adalah adanya peristiwa
revolusi bumi terhadap bulan. Revolusi merupakan peristiwa
berputarnya benda langit mengelilingi benda langit lainnya yang menjadi
pusatnya. Salah satu benda yang melakukan revolusi adalah planet,
termasuk bumi. Planet- planet melakuka revolusi terhadap matahari yang
merupakan pusat dari tata surya. Dengan adanya revolusi ini maka kita
bisa mempunyai tahun. Revolusi bumi terhadap matahari menjadi salah

5
satu faktor penyebab pasang surut air laut karena ada masanya bumi
dekat dengan matahari dan adakalanya bumi jauh dari matahari. Hal ini
salah satunya karena lintasan atau orbit bumi berbentuk oval.
3) Revolusi bulan terhadap matahari
Masih soal revolusi. Jika sebelumnya adalah revolusi bumi
terhadap matahari, maka faktor penyebab pasang surut yang lainnya
adalah revolusi bulan terhadap matahari. Bulan yang
merupakan satelit alam dari bumi, ternyata mempunyai revolusi ganda,
yakni dengan bumi dan juga dengan matahari. Ketika mengalami
revolusi bersama- sama dengan Bumi, maka ada satu kemungkinan
dimana matahari dan bulan berada dalam satu titik yang berdekatan.
Dengan demikian kekuatan gaya tarik keduanya akan bergabung dan
dapat menarik permukaan air laut daripada kondisi yang biasanya.
b. Menurut teori dinamis, pasang surut air laut dipengaruhi oleh:
1) Kedalaman dan luas perairan
Menurut teori dinamis yang merupakan lanjutan dari teori
keseimbangan, pasang surut air laut terjadinya karena dipengaruhi oleh
kedalaman dan juga luas perairan. Kedalaman satu wilayah laut dengan
lainnya mempunyai kedalaman dan juga luas yang berbeda- beda. Tidak
hanya itu saja, terkadang laut- laut tersebut mempunyai keadaan
topografi dasar laut yang berbeda- beda. Kedalaman dan juga luas air
laut ini ternyata cukup memberikan dampak yang mempengaruhi
terjadinya pasang surut air laut, dimana laut yang kedalamannya lebih
dalam akan berbeda dengan laut yang lebih dangkal. Juga laut yang
ukurannya luas akan berbeda dengan laut yang lebih sempit.
2) Pengaruh rotasi bumi
Sama dengan yang dikemukakan pada teori keseimbangan, bahwa
terjadinya pasang surut dipengruhi oleh rotasi Bumi. Rotasi bumi
merupakan peristiwa berputarnya bumi pada porosnya atau sumbunya.
Ketika Bumi berputar, maka waktu dimana posisi suatu wilayah laut
menghadap bulan, dan ada waktu dimana posisi menghadap matahari.
Air laut akan bertemu dengan bulan pada waktu malam hari. oleh karena
sebelumnya sudah dikatakan bahwasannya gaya tarik bulan lebih besar

6
dua kali lipat daripada gaya tarik matahari, maka tidak heran apabila
banya air laut mengalami pasang ketika malam hari.
3) Gesekan dasar
Menurut teori dinamis, pasang surut air laut dipengaruhi oleh
adanya gesekan yang ada di dasar laut. Gesekan ini tentu saja terjadi
pada lempang- lempeng yang ada di samudera (baca: daftar samudera di
dunia). Ketika lempeng- lempeng bumi bergesekan antara satu dengan
lainnya terjadang lempeng tersebut menimbulkan semacam rongga yang
dapat menyerap air laut. Ketika air laut ini terserap atau tersedot, maka
di permukaan akan tampak air tersebut surut. Sebaliknya apabila air
tersebut keluar lagi maka akan seperti disetakkan dan air tersebut akan
meninggi jika dilihat dari permukaan.
4) Topografi dasar laut
Faktor lainnya diluar kedua teori tentang pasang surut (yakni
teori keseimbangan dan teori dinamis) adalah topografi dasar laut.
Topografi dasar laut merupakan kedaan bentang alam yang ada di dasar
suatu samudera atau lautan. Keadaan bentang alam ini ternyata sangat
mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut. Topografi yang rata,
intensitas dan juga besarnya pasang surut tentu tidak akan sama dengan
laut yang topografinya beraneka ragam, seperti ada tonjolan maupun ada
cekungan.
5) Lebar selat
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi terjadinya pasang surut
air laut adalah lebar selat. Selat merupakan perairan yang memisahkan
dua pulau. Selat biasanya berukuran lebih sempit daripada lautan karena
diapit oleh dua pulau. Dan lebar dari selat ini dipercaya memberikan
pengaruh terhadap suatu laut dalam mengalami peristiwa pasang surut.
6) Bentuk teluk
Selain lebar selat dan bentuk topografi dasar laut, faktor lainnya
yang dipercaya dapat mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut
adalah bentuk teluk. Teluk merupakan bagian dari daratan dimana air
laut lebih menjorok ke dalam daratan. sehingga apabila kita lihat, teluk
ini seperti kue yang sudah digigit dan ada bagian yang lebih menjorok ke

7
daratan. bentuk dari teluk ternyata juga mempengaruhi terjadinya pasang
surut. Teluk yang berupa pantai landai akan berbeda dengan teluk yang
berupa tebing curang. Terlebih ketika pasang terjadi. Pantai yang landai
akan lebih terlihat pasang apabila dibadingkan dengan dinding jurang
yang curam karena ditahan oleh dinding jurang tersebut.

4. Tipe Pasang Surut


Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Disuatu daerah pada
dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Menurut Wyrtki
(1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide).
Dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut secara
berurutan. Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis
ini terdapat di selat malaka sampai laut andaman.
b. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide).
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan
selat karimata.
c. Pasang surut campuran condong keharian ganda.(mixed tide prevailing
semidiurnal).
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi
tinggi periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat perairan
indonesia timur.
d. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal).
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali
air surut, tetapi kadang –kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang
surut jenis in biasa terdapat di daerah selat kalimantan dan pantai utara jawa
barat.

8
e. Pasang Surut Purnama Dan Perbani
1) Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang
tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang
surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
2) Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang
tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani
ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan ¾ revolusi bulan terhadap bumi.

Gambar 1. Posisi Bumi, Bulan dan Matahari Saat Terjadi Pasang Purnama (Spring Tide)
dan Pasang Perbani (Neap Tide).

B. Pengaruh Pergerakan Benda Langit Terhadap Pasang Surut Air Laut


Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut
karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi
menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge)

9
pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (Priyana,1994).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi
yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik
tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding
matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari,
tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang
menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke
bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang
menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di
wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang
sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali
pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).
1. Hubungan Pasang Surut Dengan Bulan.
Bulan dan bumi memiliki gravitasinya masing-masing. Kedua gaya
gravitasi ini ternyata saling memengaruhi satu sama lain. Antara pusat bumi dan
pusat bulan terjadi gaya saling tarik menarik akibat gravitasi tersebut. Gaya ini
mengakibatkan bumi sedikit tertarik ke arah bulan. Inilah yang mendasari
terjadinya pasang surut air laut. Kondisi saat air laut naik disebut pasang naik.
Kondisi ini terjadi dua kali, yaitu pada saat bulan purnama dan bulan baru. Di
belahan bumi yang mengalami bulan purnama, jarak antara air laut dan pusat
bulan lebih dekat daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya,
gravitasi bulan menarik air laut lebih kuat daripada bumi. Ini mengakibatkan air
laut sedikit menggembung terhadap permukaan bumi dan jadilah pasang naik.
Sebaliknya, di belahan bumi yang mengalami bulan baru, jarak air laut dan pusat
bulan lebih jauh daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya,
gravitasi bulan menarik bumi lebih kuat daripada air laut di bagian tersebut. Ini
mengakibatkan air laut juga sedikit menggembung terhadap permukaan bumi dan
jadilah pasang naik. Sedangkan kondisi saat air laut turun disebut pasang surut.
Kondisi ini terjadi saat bukan bulan purnama maupun bulan baru.
Penggembungan air di bagian yang mengalami bulan purnama dan bulan baru
tentu saja mengambil jatah air dari belahan bumi lainnya. Karena itulah di belahan

10
bumi lainnya terjadi pasang surut. Pasang surut terbanyak terjadi saat bulan
separuh, karena pada saat bulan separuh, bagian bumi tersebut berada tepat di
tengah bagian yang mengalami bulan purnama dan bulan baru.

Gambar 2.Pengaruh posisi Bulan dan Matahari terhadap pasang surut di Bumi.
Keterangan Gambar : Posisi Bumi, Bulan dan Matahari yang berbeda menyebabkan
perbedaan ketinggian pasang surut pada saat posisi konfigurasi tertentu. Sumber: Duxbury et
al. (2002)

11
Gambar 3. Distribusi gaya penyebab terjadinya fenomena pasang surut.
Keterangan Gambar :Pada separuh bagian Bumi yang menghadap ke arah Bulan terbentuk
gaya yang mengarah ke Bulan karena gaya gravitasi Bulan.Sebaliknya, pada arah yang
berlawanan terbentuk gaya yang berlawanan arah karena gaya sentrifugal. Sumber: Duxbury
et al. (2002).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi
permukaan perairan atau samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi
bulan dan matahari. Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan. Menurut
Wyrtki (1961) di Indonesia terdapat 4 tipe pasang berdasarkan banyaknya terjadi pasang dan
surut dalam suatu periode tertentu (semi diurnal tide, diurnal tide ,mixed tide prevailing
semidiurnal, dan mixed tide prevailing diurnal). Pasang dan Surut air laut ekstrim terjadi
pada saat bulan baru dan bulan purnama (Pasang Purnama), sebaliknya Pasang terendah dan
Surut tertinggi terjadi pada saat saat bulan 1/4 dan ¾ revolusi bualan terhadap bumi (Pasang
Perbani).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya
tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi
dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994).

B. Saran
Semoga dengan adanya penugasan berupa makalah dari mata Kuliah Kosmografi ini
bisa memberikan wawasan, pengetahuan serta informasi yang awalnya tidak diketahui
menjadi diketahui dan paham akan objek tersebut bagi pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M, Mihardja, D.K. dan Hadi, S. Pasang Surut Laut. Bandung: Institut Teknologi
Bandung, 1994.
Dadang Kurniadi, Soenaryo, Mohammad Ali. 1982. OSEANOGRAFI. Jurusan
Geofisika & Meteorologi – Institut Teknologi Bandung.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta: 224 hal.

Internet :
majarimagazine.com/2008/01/energi-laut-2-pasang-surut (Diakses pada tanggal 19
April 2020 Pukul 20.00 wib)
www.geocities.com/agus_adut/pasut.htm (Diakses pada tanggal 19 April 2020 Pukul
20.00 wib)
id.wikipedia.org/wiki/Pasang_laut (Diakses pada tanggal 19 April 2020 Pukul 20.00
wib)
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/laut-pasang-surut (Diakses pada tanggal 19
April 2020 Pukul 20.15 wib)

14

Anda mungkin juga menyukai