Anda di halaman 1dari 4

Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta baru saja selesai dilakukan.

Dari peristiwa tersebut


dapat dianalisa mengenai monitoring dan evaluasi kampanye sosial serta anggaran kampanye.
Kampanye calon kepala daerah DKI Jakarta dapat dengan mudah dilakukan mengingat
kegiatan tersebut berlangsung di Ibukota Negara yang memiliki sejumlah media massa
berskala nasional. Selain itu, dengan adanya isu-isu yang menyertai kegiatan kampanye
pasangan calon tersebut, maka segala kegiatan yang ada akan dipantau dengan seksama
oleh khalayak umum. Dengan begitu, bagaimana kegiatan kampanye yang dilakukan, dimana
tempat dan kapan dilakukannya kampanye serta apa konten kampanye yang disampaikan
dapat dengan mudah dimonitoring. Namun, tidak semua kegiatan kampanye dapat
dimonitoring. Kegiatan kampanye tersebut adalah kegiatan kampanye yang dilakukan oleh
pihak relawan atau tim sukses partai politik pengusung pasangan calon secara sporadic di
kampung-kampung di suatu kelurahan. Kegiatan inilah yang rawan akan terjadinya
kecurangan, baik adanya kampanye hitam atau pelanggaran berupa money politic misalnya.
Hal yang dapat dilakukan untuk tetap adanya tidakan monitoring pada setiap kegiatan
kampanye adalah para pasangan calon harus menyiapkan relawan minimal 1 orang 1
kampung di suatu kelurahan. Dengan begitu, kegiatan kampanye yang melanggar peraturan
dapat dengan mudah diketahui. Bila terdapat pelanggaran, relawan yang ada dapat
menyerahkan bukti berupa foto atau video yang dapat dengan mudah diambil dengan
kamera handphone, maupun menyerahkan bukti fisik berupa benda tertentu, misal amplop
berisi uang kepada KPU Provinsi selaku pihak penyelenggara pemilihan kepala daerah.
Kegiatan kampanye yang sulit dimonitoring berikutnya adalah kampanye hitam melalui media
sosial. Sulitnya penanganan pelanggaran pada media sosial ini dikarenakan para pelaku
kampanye hitam ini biasanya menggunakan akun palsu atau akun tidak sesuai dengan data
sebenarnya. Apabila akun tersebut dilakukan tindakan blocking atau banned, akun-akun palsu
lain akan terus bermunculan dan sulit ditanggulangi. Cara yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan melakukan edukasi kepada para pengguna media sosial.
Edukasi tersebut adalah dengan secara rajin, rutin dan berkesinambungan para relawan,
dengan tim khusus misalnya, menyebarkan informasi-informasi yang baik dan benar kepada
pengguna media sosial. Edukasi tersebut sangatlah diperlukan mengingat perilaku para
pengguna media sosial kita memiliki kecenderungan “ikut arus”, yakni informasi mana yang
dukungannya lebih banyak adalah yang benar. Selain itu, para pengguna media sosial
cenderung memiliki keyakinan yang kuat terhadap opini/pemikirannya sendiri, walaupun itu
salah, dan mereka malas untuk mencari informasi yang sebenarnya. Dan dengan pikiran
pendek yang dimiliki oleh pengguna media sosial maka hoax atau berita palsu sangat mudah
tersebar. Untuk itulah edukasi yang berkesimbungan kepada pengguna media sosial mutlak
dilakukan.
Tentang penggunaan dana kampanye sebagai anggaran pelaksanaan kampanye, dana
kampanye menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum adalah sejumlah biaya berupa uang,
barang dan jasa yang digunakan Peserta Pemilu untuk membiayai kegiatan Kampanye Pemilu.
Pendanaan partai memiliki beberapa komponen khusus. Komponen-komponen ini muncul
karena adanya undang-undang partai politik, Peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 17
tahun 2013, Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2006. Undang-undang ini memberikan berbagai
rangkaian pendanaan partai, sebagai berikut :
1. Sumber dana kampanye
Sumber dana kampanye yang didapat oleh setiap partai politik yaitu berasal dari peserta
pemilu dari setiap partai tersebut masing-masing, dari para calon anggota DPR,DPRD yang
bersangkutan serta sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain. Jadi,setiap partai
hanya diperbolehkan menerima sumbangan dana untuk segala aktifitas keperluan kampanye
yang bersumber berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum No 13 Tahun 2013 pasal 5
yaitu: Dana kampanye Partai politik peserta pemilu sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat
(1) bersumber dari :
 Partai politik peserta pemilu
 calon anggota DPR,DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten/Kota dari partai yang
bersangkutan
 Sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain.
2.Bentuk dana Kampanye
Bentuk dana kampanye yang boleh diterima setiap partai dapat berupa uang, barang dan jasa,
Sumbangan seperti barang biasa berupa mobil, mesin cetak, telepon, termasuk juga
menyediakan waktu siar untuk iklan di televisi maupun radio dimana pembiayaan ditangung
oleh pihak perusahaan penyumbang. Sedangkan sumbangan berupa jasa seperti bentuk
tenaga personalia yaitu sopir, tenaga ahli, pegawai yang mengerjakan bidang khusus yang
ditugaskan untuk bekerja dikantor pusat atau kantor cabang partai. Sesuai dengan peraturan
komisi pemilihan umum no 17 tahun 2013 pasal 9 mengenai bentuk dana kampanye.
3. Sumbangan
Bentuk pencarian sumbangan diatur dalam Undang-undang partai politik dan Undang-undang
pemilu yang relevan. Dalam UU No 2 tahun 2011 tentang Partai Politik dan UU No 10 tahun
2008 tentang Pemilu serta peraturan KPU no 17 tahun 2013 bahwa DPR, DPD, dan DPRD
terdapat pembatasan terhadap sumber dan besarnya jumlah sumbangan.
4. Sumbangan dari Luar Negeri.
Sebagian besar negara, termasuk Indonesia, dilarang menerima sumbangan dari luar negeri.
Tujuannya agar partai tidak dikendalikan dari luar negeri atau agar partai tidak tergantung
pada sekelompok orang asing jika partai tersebut harus membuat keputusan nasional.
Berdasarkan Undang-undang no 2 tahun 2011 pasal 40 ayat 3 dan sesuai juga dengan PKPU
no 17 tahun 2013 terdapat pada pasal 26 Partai Politik dilarang:
 menerima dari atau memberikan kepada pihak asing sumbangan dala bentuk apa pun
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
 menerima sumbangan berupa uang, barang, ataupun jasa dari pihak mana pun tanpa
mencantumkan identitas yang jelas;
 menerima sumbangan dari perseorangan dan/atau perusahaan/badan usaha melebihi
batas yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
 meminta atau menerima dana dari badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan badan usaha milik desa atau dengan sebutan lainnya;atau emenggunakan
fraksi di Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota sebagai sumber pendanaan Partai Politik.
5. Iuran Anggota
Iuran anggota biasanya dibayar secara rutin oleh para anggota. Besarnya jumlah iuran
tergantung pada pendapatan setiap anggota partai. Asas hukum penarikan iuran seperti ini
adalah anggaran dasar. Anggaran dasar ini harus sesuai dengan aturan keuangan yang
menjelaskan bagaimana pemasukan dari iuran anggota itu dibagikan ketingkatan partai yang
berbeda. Pada prinsipnya, setiap partai harus menarik iuran dari anggotanya. Hal ini penting
bagi pendanaan partai dan juga kehidupan intern partai. Jika sebuah partai hanya bergantung
pada sumbangan atau dana dari segelintir orang, atau kadang-kadang hanya pada seorang
anggota saja, hal ini bisa menyulitkan proses demokrasi dalam tubuh partai, dan partai akan
selalu diperas.
6. Larangan pendapatan partai dari perusahan politik.
Berbeda dengan pendanaan partai oleh pemerintah yang lazim dibanyak negara, pemberian
dana dari perusahaan publik kepada partai dilarang di banyak negara. Larangan ini terutama
disebabkan karena adanya praktek memprioritaskan partai-partai tertentu biasanya partai-
partai yang berkuasa secara sepihak dengan cara membagi dana publik itu secara tidak
merata. Tentu saja hal tersebut itu bisa memberikan kesempatan yang berbeda bagi partai-
partai yang ada. Berdasarkan UU nomor 2 tahun 2011 pasal 40 ayat 4 bahwa Partai Politik
dilarang mendirikan badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan usaha.
 
(Sumber: Lizam, Saiful. 2016. “Pengelolaan Dana Kampanye Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Kota Tanjungpinang Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014”. Tanjungpinang:
Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Dari pemaparan diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa tindakan memanfaatkan
sumbangan berupa hak siar kampanye dari 'pihak perseorangan' pemilik perusahaan media
massa adalah sah. Namun perlu diatur dan diawasi bagaimana cara dan waktu penayangan
konten kampanye di televisi agar tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang penyiaran/pers, misalnya ditayangkan pada sela pariwara suatu program teve.
Selebihnya, mengenai dana kampanye yang masuk dan digunakan masyarakat dapat
memantau melalui laporan dana kampanye pasangan calon yang disampaikan kepada KPU
Provonsi (KPUD DKI Jakarta). Hal ini tercantum dalam PKPU (Peraturan Komisi Pemilihan
Umum) No. 8 Tahun 2015 Tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Pasal 19 ayat 1
yang berbunyi:
“Pasangan Calon wajib menyusun dan menyampaikan laporan Dana Kampanye kepada KPU
Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan KPU/KIP
Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota.”
Untuk masyarakat DKI Jakarta, laporan pemasukan dan pengeluran dana kampanye dapat
dilihat melalui website:
http://kpujakarta.go.id/view_berita/
kpu_dki_jakarta_terima_laporan_penerimaan_dan_pengeluaran_dana_kampanye
Sedangkan laporan hasil audit dana kampanye dapat dilihat melalui website:
http://kpujakarta.go.id/file_data/LAPORAN%20KAP.pdf

Anda mungkin juga menyukai