NAMA KELOMPOK :
Dengan nama Tuhan YME Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnta atas rahmat,
nikmat, kebahagiaan serta seluruh anugrah yang telah dilimpahkan kepada seluruh
hamba-Nya. Dengan segala rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “KONSEP MEDIK DAN ASUHAN KEPERAWATAN
GLUKOMA” ini dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma adalah penyakit mata dimana terjadi kerusakan saraf optik
yang diikuti gangguan pada lapang pandang yang khas. Kondisi ini
utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang meninggi yang
biasanya disebabkan oleh hambatan pengeluaran cairan bola mata (humour
aquous). Penyebab lain kerusakan saraf optik, antara lain gangguan suplai
darah ke serat saraf optik dan kelemahan/ masalah saraf optiknya sendiri
(Oktariana, 2015).
Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma
sekunder dan glaukoma kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang
tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma primer terdiri dari glaukoma primer
sudut terbuka (primary angle closure glaucoma) dan glaukoma primer sudut
tertutup (primary angle closure glaucoma). Sebagian besar glaukoma
merupakan glaukoma primer. Orang keturunan Asia lebih sering menderita
glaukoma sudut tertutup, sedangkan orang keturunan Afrika dan Eropa lebih
sering menderita glaukoma sudut terbuka (Oktariana, 2015).
Berdasarkan Survei Kesehatan Indera tahun 1993-1996, sebesar 1,5%
penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan prevalensi kebutaan akibat
glaukoma sebesar 0,20%. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007,
responden yang pernah didiagnosis glaukoma oleh tenaga kesehatan sebesar
0,46%, tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (1,85%), berturut-turut diikuti
Provinsi Aceh (1,28%), Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi Tengah (1,21%),
Sumatera Barat (1,14%) dan terendah di Provinsi Riau (0,04%). (Depkes RI
2008). Prevalensi glaukoma hasil Jakarta Urban Eye Health Study tahun
2008 adalah glaukoma primer sudut tertutup sebesar 1,89%, glaukoma
primer sudut terbuka 0,48% dan glaukoma sekunder 0,16% atau
keseluruhannya 2,53%.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah
katarak di seluruh dunia. Berbeda dengan katarak, kebutaan yang
diakibatkan glaukoma bersifat permanen, atau tidak dapat diperbaiki
(irreversible). Berdasarkan data WHO 2010, diperkirakan sebanyak 3,2 juta
orang mengalami kebutaan akibat glaukoma (Oktariana, 2015).
Pengobatan glaukoma sangat tergantung pada jenis glaukoma yang
diderita. Secara umum pengobatan glaukoma dapat dibedakan menjadi terapi
obat, laser dan operasi. Pada tahap awal biasanya diberikan obat-obatan
berupa obat tetes dan obat minum. Obat tetes yang diberikan harus terus
dipakai untuk mengontrol tekanan mata. Apabila dengan obat, glaukoma
belum teratasi maka dapat dilakukan tindakan laser atau operasi (Oktariana,
2015).
Terapi glaukoma primer sudut tertutup akut adalah operasi iridektomi
perifer atau laser iridotomi. Tujuan terapi glaukoma adalah menurunkan TIO
(tekanan intraokular) dan mempertahankan fungsi penglihatan sentral yang
baik pada penderita glaukoma (Stampar, et al., 1999). 3 TIO pasca operasi
dipengaruhi oleh faktor sebelum operasi, faktor selama operasi (tindakan
ketika dilakukan operasi), dan faktor setelah operasi (inflamasi dan
komplikasi) (Trope, 2005).
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka rumusan
dari makalah ini adalah bagaiamana asuhan keperawatan dan konsep medik
pasien dengan glukoma
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Tujuan Umum
Untuk menggambarkan asuhan keperawatan dan konsep medik mengenai
glukoma.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi mengenai glukom
b. Menjelaskan etiologi bagaimana terjadinya glukoma
c. Menjelaskan Apasaja yang menjadi Klarifikasi glukoma
d. Mengetahui pathway
e. Mengetahui manifestasi klinis
f. Mengetahui gejala klinis glukoma
g. Menjelaskan penatalaksanaan glukoma
h. Mengetahui pemeriksaaan penunjang
i. Mengetahui komplikasi
j. Mengetahui intervensi keperawatan pada pasien glukoma
k. Mengetahui pengkajian pada pasien glukoma
l. Mengetahui Analisa data dari hasil pengkajian pada pasien glukoma
m. Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan glukoma
n. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien glukoma
o. Melaksanakan Tindakan keperawatan klien dengan glukoma
p. Mengevaluasi asuhan keperawatan klien dengan glukoma
BAB II
PENDAHULUAN
A. Definisi
Glaukoma adalah gangguan ocular yang ditandai dengan perubahan
pada pusat saraf optic (lempeng optic) dan kehilangan sensitifitas visual
dan jarak pandang (Elin, 2009)
Glaukoma merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus
(Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, 2002).
Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebu pada pupil penderita
glaucoma.(Ilmu Penyakit Mata, 2007)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik
dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola
mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan
pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan yang tinggi dalam bola
mata bisa merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan
belakang bola mata (Nurarif, 2015)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan
oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf
optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata.
Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina)
dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan
B. Etiologi
Penyebab dari glaucoma adalah sebagai berikut:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata/di
celah pupil (NANDA, 2015)
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang
disebut humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan
didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu
mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu
(biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari
bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah
kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf
optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada
lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi,
lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
way
C. Klasifikasi
Klasifikasi Vaughen untuk glaucoma, yaitu:
1. Glaukoma primer
- Glaukoma sudut terbuka
- Glaucoma sudut tertutup
2. Glaukoma congenital
- Primer atau infantile
- Menyertai kelainan congenital lainnya
3. Glaukoma sekunder
- Perubahan lensa
- Kelainan vuvea
- Trauma
- Bedah
- Rubeosis
- Steroid
4. Glaukoma absolute
Dari pembagian di atas dapat dikenal glaucoma dalam bentuk-bentuk:
a. Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder (dengan blockade pupil atau
tanpa blockade pupil)
b. Glaucoma sudut terbuka primer dan sekunder
c. Kelainan pertumbuhan, primer (congenital, infantile, juvenile), sekunder
kelainan pertumbuhan lain pada mata
(NANDA, 2015)
C. Pathway
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksi Jaringan Peningkatan
tekanan
Trabekuler Vitreus
Nyeri
TIO Meningkat Glaukoma TIO
meningkat
Luka insisi
Kebutaan
Risiko Infeksi
Risiko Cedera
E. Gejala Klinis
F. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran
keluar Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan
dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran
Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi didalam badan siliar dan
mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau
oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos
humor melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23
mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi
aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini
kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya
dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus
dan kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat
permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan
kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada
lapang pandang
G. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya
asimtomatik sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak
pandang termasuk konstriksi jarak pandang peripheral general, skotomas
terisolasi atau bintik buta, penurunan sesnitivitas kontras, penurunan
akuitas, peripheral, dan perubahan penglihatan warna.
2. Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom
prodromal intermittent (seperti pandangan kabur dengan halos sekitar
cahaya dan biasanya sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala
berhubungan dengan kornea berawan , edematous, nyeri pada ocular,
mual, muntah, dan nyeri abdominal dan diaphoresis
(NANDA, 2015)
H. Penatalaksanaan
1. Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama
dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik
anhidrase yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan
sekresi cairan mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola
mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia
sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium
tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal
dan myopia sementara.
2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk
obat minumadalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam
bentuk intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO
sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
b) Obat Tetes Mata Lokal
1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol,
betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol.
Digunakan 2x sehari, bergunauntuk menurunkan TIO.
2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah
terapi sistemik.
c) Terapi Bedah
1) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari
bilik mata belakangdan depan karena telah terdapat hambatan
dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat
dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
2) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang
tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
d) Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2. vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.Lapang penglihatan :
Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika
TIO normal atau hanya meningkat ringan.
4. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
6. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu
retina, discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
8. Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap
patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg).
Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
9. Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk
mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan
kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam
tuberkulum dengan lensa khusus.
10. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan
lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana,
lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11. Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang
suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur
okuler.
e) Komplikasi
1. Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan
perjalanan progresif dari glaucoma yang lebih parah.
2. Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan
trabekuler (sinekia anterior), sehingga menimbulkan sumbatan
irreversibel sudut kamera anterior dan menghambat aliran
aqueous humor keluar.
3. Katarak
Glaukoma pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi,
maka akan terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga
terjadi kekeruhan lensa.
4. Kerusakan saraf optikus
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi
peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola mata normal
memiliki kisaran tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan
penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari
normal bahkan kadang dapat mencapai 50-60 mmHg pada
keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan
kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat
kerusakan saraf yang terjadi.
5. Kebutaan
Kontrol tekanan intaokular yang jelek akan menyebabkan
semakin rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus
sampai terjadi kebutaan.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Perubahan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan
dengan serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
c. Ansietas berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan lapang pandang
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi tentang persiapan tindakan operasi.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan persiapan
perawatan mandiri di rumah.
B. Rencana Tindakan
Medication Administration :
Eye
1. Perhatikan riwayat
kesehatan pasien dan
riwayat alergi
2. Kaji pengetahuan pasien
mengenai obat dan
pemahaman metode
administrasi
3. Posisikan pasien terlentang
atau duduk di kursi dengan
leher sedikit
hyperextended ; meminta
pasien untuk melihat langit-
langit
4. Tanamkan obat ke kantung
konjungtiva menggunakan
teknik aseptik
5. Anjurkan pasien untuk
menutup mata dengan
lembut untuk membantu
mendistribusikan obat
6. Pantau efek lokal, sistemik,
dan merugikan dari obat.
3. Ansietas b.d NOC Anxiety Reduction
Penurunan Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang
ketajaman Coping menenangkan
penglihatan Anxiety self control 2. Nyatakan dengan jelas
Setelah dilakukan asuhan harapan terhadap pelaku
keperawatan selama ….. pasien
diharapkan rasa cemas yang ada 3. Jelaskan semua prosedur dan
pada diri klien berkurang dengan apa yang dirasakan selama
kriteria hasil: prosedur
1. Pasien mampu 4. Pahami perspektif pasien
mengidentifikasikan dan terhadap situasi stress
mengungkapkan intensitas 5. Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
2. Mampu menggunakan strategi mengurangi takut
koping efektif 6. Dorong keluarga untuk
3. Mampu menggunakan teknik menemani anak
relaksasi untuk mengurangi 7. Identifikasi tingkat
cemas kecemasan
4. Ekspresi wajah menunjukkan 8. Bantu pasien mengenal
kecemasan berkurang situasi yang menimbulkan
kecemasan
9. Dorong pasien untuk
mengungkapkan pearasaan,
ketakutan, persepsi
10. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
11. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
4. Risiko cedera NOC NIC
b/d penurunan Physical Injury Severity Environmental Management :
lapang Setelah dilakukan asuhan Safety
pandang keperawatan selama ….. 1. Identifikasikan defisit
diharapkan risiko cedera yang ada kognitif atau fisik pasien
pada diri klien berkurang dengan yang dapat meningkatkan
kriteria hasil: potensi cedera dalam
1. Pasien terbebas dari lingkungan tertentu.
cedera 2. Identifikasikan perilaku dan
2. Pasien mampu faktor yang mempengaruhi
menjelaskan factor risiko resiko cedera
dari lingkungan/perilaku 3. Identifikasikan karakteristik
personal lingkungan yang dapat
3. Mampu mengenali meningkatkan potensi untuk
perubahan status cedera (misalnya lantai
kesehatan licin. tangga terbuka dan
4. Mampu memodifikasi lain-lain)
gaya hidup untuk 4. Dorong pasien untuk
mencegah cedera mengunakan tongkat atau
alat pembantu berjalan
5. Ajarkan pasien bagaimana
jatuh untuk meminimalkan
cedera
6. Gunakan teknik yang tepat
untuk mentransfer pasien
ke dan dari kursi roda,
tempat tidur, toilet, dan
sebagainya
7. Sediakan kursi dari
ketinggian yang tepat,
dengan sandaran dan
sandaran tangan untuk
memudahkan transfer
8. Mendidik anggota keluarga
tentang resiko yang
berkontribusi terhadap
cedera dan bagaimana
mereka dapat menurunikan
resiko tersebut
9. Sarankan adaptasi rumah
untuk meningkatkan
keselamatan
10. Intruksikan keluarga pada
pentingnya pegangan
tangan untuk kamar mandi,
tangga, dan trotoar
11. Sarankan alas kaki yang
aman
12. Berikan pengawasan yang
ketat dan/perangkat
penahan.
5 Defisiensi Knowledge : health Behavior Teaching : disease Process
pengetahuan Knowledge : disease process 1. Berikan penilaian tentang
berhubungan Setelah dilakukan asuhan tingkat pengetahuan pasien
dengan keperawatan selama …….. tentang proses penyakit yang
kurangnya diharapkan defisiensi spesifik
pajanan pengetahuan teratasi dengan 2. Jelaskan patofisiologi dari
informasi kriteria hasil : penyakit dan bagaimana hal
1. Pasien dan keluarga ini berhubungan dengan
menyatakan pemahaman anatomi dan fisiologi,
tentang karakteristik penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan 3. Gambarkan tanda dan gejala
program pengobatan yang biasa muncul pada
2. Strategi untuk meminimalisir penyakit, dengan cara yang
progresi penyakit tepat
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
6. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat.
6 Nyeri b/d NOC : Pain Level Pain Management
tuberkulectom Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
i iriodektomi keperawatan selama ….. secara komprehensif
diharapkan nyeri pasien termasuk lokasi,
berkurang atau terkontrol dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
1. Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
2. Nyeri berkurang 2. Observasi reaksi non verbal
3. Mampu mengenali skala dari ketidaknyamanan
nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
4. Menyatakan rasa nyaman terapeutik untuk mengetahui
setelah nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
6. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat/tidur
untuk membantu penurunan
nyeri
7 Risiko infeksi NOC Infection Control
berhubungan Risk Control : Infectious 1. Ajarkan teknik aseptik pada
dengan luka Process pasien.
insisi operasi. Setelah dilakukan tindakan 2. Cuci tangan sebelum
keperawatan selama ………. memberi asuhan keperawatan
tidak terjadi infeksi dengan ke pasien
kriteria hasil : 3. Dorong untuk beristirahat
1. Pasien bebas dari tanda 4. Kolaborasi pemberian obat
dan gejala infeksi pencegahan infeksi
2. Mendeskripsikan proses 5. Ajarkan pasien dan anggota
penularan penyakit, factor keluarga mengenai
yang mempengaruhi bagaimana menghindari
penularan serta infeksi
penatalaksanaannya
3. Menunjukan kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
4. Menunjukan perilaku
hidup sehat
8 Defisiensi Knowledge : health Behavior Teaching : disease Process
pengetahuan Knowledge : disease process 1. Berikan penilaian tentang
b/d persiapan Setelah dilakukan asuhan tingkat pengetahuan pasien
perawatan keperawatan selama …….. tentang proses penyakit yang
mandiri diharapkan defisiensi spesifik
dirumah pengetahuan teratasi dengan 2. Jelaskan patofisiologi dari
kriteria hasil : penyakit dan bagaimana hal
3. Pasien dan keluarga ini berhubungan dengan
menyatakan pemahaman anatomi dan fisiologi,
tentang karakteristik penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan 3. Gambarkan tanda dan gejala
program pengobatan yang biasa muncul pada
4. Strategi untuk meminimalisir penyakit, dengan cara yang
progresi penyakit tepat
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
6. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat.
BAB III
ANALISA KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
Kelompok : 3
Anggota :
1. Faleriany Intan Wedha : 241911002
2. Wita Yulianti Barges : 241911009
3. Zela Valenza : 2419110011
Pendidikan : SLTA
Alamat Rumah : Kampung Bojonegoro
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. Z
Umur : 50 Tahun
Alamat Rumah : Kampung Bojonegoro
Hubungan dengan klien : Ibu Kandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Data Medik
Diagnosa Medis
Saat masuk : gluekoma
Saat pengkajian : gluekoma
Alasan masuk rumah sakit :
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada mata kanan cenat cenut,
bertambah pada saat kpela lebih rendah, tidak begitu jelas melihat objek
disekitarnya, dengan lemas , bila diraba pasien mengatakan nyeri pada
mata yang sakit. Leukosit 17000 , Hb 12 mg/dl, TD 120mmHg, RR 24
x/menit, SUHU 38 C, HR 90 , TIO 25 mmHg
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada mata kanan cenat cenut,
bertambah pada saat kpela lebih rendah, tidak begitu jelas melihat objek
disekitarnya, dengan lemas , bila diraba pasien mengatakan nyeri pada
mata yang sakit. Leukosit 17000 , Hb 12 mg/dl, TD 120mmHg, RR
24x/menit, SUHU 38 C, HR 90 , TIO 25 mmHg
Keterangan :
: Pasien
: Garis Serumah
4. Pola Fungsi Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan (persepsi
pasien/keluarga terhadap konsep sehat dan sakit dan upaya dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menjadi gaya hidup untuk
mempertahankan kondisi sehat).
Pasien mengataakn belum mengetahui apa yang terjadi pada mata nya
Ketika terjadi sakit seperti saat ini maka dari itu pasien dating kerumah
sakit untuk mengobati matanya yang sakit.
Keluhan/ pantangan - -
Pengantar tidur - -
Waktu senggang √
Eliminasi/toileting √
Mandi √
Berjalan √
Berpakaian √
Berhias √
Tingkat ketergantungan √
Ket:
Skor: 0 : Mandiri
1: Dibantu Sebagian
2: Perlu Bantuan Orang Lain
3: Perlu Bantuan Orang Lain dan Alat
4 : Tergantung/Tidak Mamp
Pola Eliminasi
1) Eliminasi Urine
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 5 x/hari 5 x/hari
Pancaran Normal Normal
Jumlah 300 cc 300 cc
Bau Normal Normal
Warna Kuning jernih Kuning
Perasaan setelah BAK Baik Baik
Total produksi urine 1000 cc/hari 1000 cc/hari
Keluhan - -
Eliminasi Alvi
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 1 x/hari 1 x /hari
Konsistensi Padat Padat
Bau Normal Normal
Warna Normal Normal
Keluhan - -
5. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis
2. TD : 110/80 mmHg,
3. RR : 20 x/menit
4. suhu 38 C
5. Kepala
a. Bentuk kepala: mesosephal
b. Rambut : hitam, tidak mudah dicabut,
c. Mata : Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, palpebra dekstra udem dan
spasme, oedem pada kornea dekstra.
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip hidung, tidak ada septum deviasi.
e. Telinga : Besih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
f. Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
6. Dada
a. Paru
Inspeksi : Pengembangan paru kanan kiri simetris
Palpasi :Vokal premitus kiri kana sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordisteraba pada interkosta 5-6
Perkusi : Pekak, tidak ditemukan adanya pembesaran jantung.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi murmur
7. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus 9 kali per menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan lien
8. Ektremitas: tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas dan bawah
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 10 Januari 2013
Pemeriksaan Hasil Nilai Nomal
Hemoglobin (HB) 12 mg/Hg 12,0-14,0 (P)
4,5-5,5 (L)g/dl
Leukosit 17.000 5.000-10.000/UL
7. Terapi
8. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
DX
DO:
DO:
Suhu 38o C
Diagnosa Keperawatan
9. Intervensi
Jam
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta:
EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DIagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.