BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1.1
PERUSAHAA
JUMLAH PERUSAHAA PERSENTASE (%)
N YANG
TAHU PERUSAHAA N YANG
TIDAK
N N YANG MEMBAYAR TIDAK
MEMBAYAR MEMBAYA
TERDAFTAR DIVIDEN MEMBAYA
DIVIDEN R
R
2011 130 26 104 20% 80%
2012 132 49 83 37,12% 62,88%
2013 136 56 80 41,17% 58,83%
2014 141 49 92 34,75% 65,25%
2015 143 49 94 34,26% 65,74%
Sumber : data olahan ICMD 2011-2015
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perusahaan manufaktur membayar dividen
paling banyak adalah tahun 2013 yaitu sebanyak 56 perusahaan. Sedangkan
perusahaan manufaktur yang membayara dividen paling sedikit ada di tahun 2011
4
yaitu sebanyak 26 perusahaan. Pada tahun 2012, 2014 dan 2015 perusahaan
manufaktur yang membayar dividen sebanyak 49 perusahaan, jumlah perusahaan
yang membayar sama namun tingkat persentasenya menurun. Tahun 2012 sebesar
37,12% perusahaan yang membayar dividen, tahun 2014 sebesar 34,75% dan tahun
2015 sebesar 34,26%.
1.2 RumusanMasalah
Dari uraian latar belakang diatas ditemukan hasil riset terdahulu masih
terdapat kontradiksi, sehingga masih perlu dilakukan penelitian hubungan Free Cash
Flow, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Investment Opportunity Set dan Firm
Size dengan dividen. Dalam penelitian ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Free Cash Flow terhadap DPR
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat utang
perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham sebagai proporsi dari jumlah saham
yang dimiliki investor. Salah satu informasi yang akan direspon pasar adalah
Pengumuman dividen. Pengumuman laba dan dividen pada periode sebelumnya
adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk
menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan( Arifin, 1993).
c. Bagi sebagian investor memandang resiko dividen lebih rendah dibanding resiko
capital gain.
2. Manajer memfokuskan pada tingkat perubahan dividen dari pada tingkat absolut.
Menurut Keown dkk (2000) dalam bukunya yang berjudul “Basic Financial
Management” kebijakan deviden perusahaan meliputi dua komponen dasar. Pertama,
rasio pembayaran deviden menunjukkan jumlah deviden yang dibayarkan relatif terhadap
pendapatan perusahaan, komponen kedua adalah stabilitas deviden sepanjang waktu.
Dengan mengasumsikan manajemen sudah memutuskan berapa banyak diinvestasi dan
8
Menurut Brigham (1983) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor yaitu:
1. Devidend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan
deviden tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller yang menyatakan
bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Devidend
Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan
resiko bisnis. Sebagian besar kontroversi mengenai isu deviden didasarkan pada
ketidaksamaan pandangan antara komunitas akademik dan profesional.
2. Bird-in-the-hand theory yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik
jika Devidend payout ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka
menerima deviden daripada capital gain.
Kepercayaan bahwa kebijakan deviden perusahaan tak penting secara tak langsung
mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat pengembalian yang
diharapkan yang sama apakah pendapatan datang melalui perolehan modal (capital
gain) atau melalui deviden. Tapi, deviden lebih bisa diramalkan daripada perolehan
modal; manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga
saham. Investor kurang yakin menerima pendapatan dari capital gain daripada dari
deviden. Resiko inkremental dari capital gain relatif terhadap pendapatan dividen
menunjukkan tingkat disyaratkan yang lebih tinggi untuk mendiskonto satu dollar
capital gain daripada mendiskonto satu dollar dividen. Dengan kata lain, kita akan
menilai satu dollar dividen yang diharapkan lebih tinggi daripada satu dollar capital
gain yang diharapkan. Pandangan ini yang mengatakan bahwa dividen lebih pasti
daripada perolehan modal (capital gain).
3. Tax preference theory adalah suatu teori yang mengatakan bahwa karena adanya
pajak terhadap keuntungan deviden dan capital gain maka para investor lebih
menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak pendapatan. Hal
ini didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak atas pendapatan dividen dan
perolehan modal.
Hingga 1987, tingkat pajak efektif atas perolehan dari penjualan saham biasanya
hanya 40% dari pajak pendapatan deviden, dengan mengasumsikan investor adalah
subyek pajak. Diefektifkan tanggal 1 januari 1987, UU pajak federal menghapus
perlakuan pajak khusus atas perolehan modal sehingga perolehan seperti itu
sekarang dipajak pada tingkat yang sama dengan pendapatan dividen. Sementara
keuntungan tingkat pajak relatif yang tersedia untuk capital gain tak ada lagi,
keuntungan yang nyata masih ada untuk perolehan modal dibandingkan dengan
pendapatan dividen. Pajak pendapatan dividen dibayarkan pada saat deviden
diterima, sementara pajak atas capital gain ditunda hingga saham benar-benar
dijual. Maka, dalam hal pertimbangan pajak, sebagian besar investor masih lebih
suka penahanan pendapatan perusahaan daripada pembayaran deviden tunai. Jika
10
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh free cash flow terhadap dividend policy”
menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap dividend.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis alternatif pertama (H1) sebagai
berikut : “Ada pengaruh positif free cash flow terhadap dividend”.
resiko keuangan perusahaan yang semakin tinggi, karena modal yang dimiliki tidak
mampu untuk menutupi hutang-hutang perusahaan. Suroto (2015) dalam
penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout
Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012”,
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan
dividen. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian sebelumnya maka dapat diajukan
hipotesis alternatif ketiga (H3) sebagai berikut : “Ada pengaruh negatif Debt to Equity
Ratio terhadap Dividend”.
dan kemampuan untuk masuk ke pasar modal dan jenis pembiayaan eksternal lainnya
yang menunjukkan kemampuan meminjam. Hal ini menunjukkan hubungan, bahwa
semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula dividen yang akan
dibagikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis kelima (H5)
sebagai berikut: “Ada pengaruh Firm Size terhadap dividend”.
Return On Equity
(X2)
Dividend Payout
Ratio
Debt to Equity Ratio (Y)
(X3)
Investment Opportunity
(X4)
Firm Size
(X5)
18
2.6 Hipotesis
5. Diduga firm size mempunyai pengaruh positif terhadap dividend payout ratio.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1.2 ROE
ROE adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan
laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.
Net Income
ROE=
Equity
20
Tabel 3.1
Sampel Penelitian
jumlah
NO Kriteria sampel penelitian sampel
penelitian
populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar
1 144
telah go public di BEI dari tahun 2011-2016
perusahaan manufaktur yang delisting di BEI
2 20
dari tahun 2011-2016
perusahaan manufaktur yang tidak
mempublikasikan laporan keuangan secara
3 9
lengkap yang telah diaudit dari tahun 2011-
2016
perusahaan yang tidak membagikan dividen
4 kas dalam laporan keuangan minimal 4 tahun 84
selama periode penelitian 2011-2016
5 perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian 31
Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI yang telah memenuhi kriteria seperti yang telah
disebutkan diatas. Adapun nama perusahaan manufaktur yang yang menjadi sampel
penelitian tersaji dalam tabel berikut :
23
Tabel 3.2
Nama Sampel Penelitian
KODE
NO SAHA Nama Emiten
M
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk.
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk.
4 ASII Astra International Tbk.
5 AUTO Astra Otoparts Tbk.
6 BATA Sepatu Bata Tbk.
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
9 EKAD Ekadharma International Tbk.
10 GGRM Gudang Garam Tbk.
11 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
12 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
13 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
14 INKP Indah Kiat Pulp&Paper Tbk.
15 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
16 KBLI KMI Wire and Cable Tbk.
17 KLBF Kalbe Farma Tbk.
18 MERK Merck Tbk.
19 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
20 MYOR Mayora Indah Tbk.
Supreme Cable Manufacturing & Commerce
21 SCCO Tbk.
22 SKLT Sekar Laut Tbk.
23 SMCB Holcim Indonesia Tbk.
24 SMGR Semen Indonesia (persero) Tbk.
25 SMSM Selamat Sempurna Tbk.
26 TCID Mandom Indonesia Tbk.
27 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
28 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
29 TRST Trias Sentosa Tbk.
30 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.
31 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
Sumber : ICMD 2011-2016
24
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen keduanya memiliki distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati normal (Ghozali,
25
Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dan jika varians berbeda maka
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:144).
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y’ adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y
26
sebagai faktor prediktor yang dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Regresi ini
digunakan untuk menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisa ini digunakan
untuk meramalkan nilai variabel dependen (Y) dengan variabel independen yang lebih
dari satu (minimal dua), sehingga analisis regresi berganda sering disebut juga analisa
multivariate, karena variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen
(Y) lebih dari satu variabel Independen (X).
Kondisi variabel independen (X) dalam mempengaruhi variabel dependen (Y)
bervariasi bisa positif bisa juga negatif, atau beraneka ragam kondisi yang
mempengaruhi. Sehingga regresi berganda ini lebih real dengan kenyataan di
lapangan, bahwa sesuatu hal pasti dipengaruhi oleh banyak hal. Sedangkan untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan kasual antara beberapa variabel
independen (X1, X2 …) mempengaruhi variabel dependen (Y) dapat dilakukan
dengan dengan diuji statistik.. Persamaan regresi berganda dapat berupa sebagai
berikut:
Dimana:
DPR = Dividend Payout Ratio
a = konstanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi
FCR = Free Cash Flow
ROE = Return On Equity
DER = Debt to Equity Ratio
IOS = Investment Opportunity Set
e = eror term, diasumsikan 0
digunakan untuk menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisa ini digunakan
untuk meramalkan nilai variabel dependen (Y) dengan variabel independen yang lebih
dari satu (minimal dua), sehingga analisis regresi berganda sering disebut juga analisa
multivariate, karena variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen
(Y) lebih dari satu variabel Independen (X).
Kondisi variabel independen (X) dalam mempengaruhi variabel dependen (Y)
bervariasi bisa positif bisa juga negatif, atau beraneka ragam kondisi yang
mempengaruhi. Sehingga regresi berganda ini lebih real dengan kenyataan di
lapangan, bahwa sesuatu hal pasti dipengaruhi oleh banyak hal. Sedangkan untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan kasual antara beberapa variabel
independen (X1, X2 …) mempengaruhi variabel dependen (Y) dapat dilakukan
dengan dengan diuji statistik.. Persamaan regresi berganda dapat berupa sebagai
berikut:
DPR = a+b 1 FCR+b 2 ROE +b 3 DER +b 4 IOS +b 5 FS+e
Dimana :
DPR = Dividend Payout Ratio
a = konstanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi
FCR = Free Cash Flow
ROE = Return On Equity
DER = Debt to Equity Ratio
IOS = Investment Opportunity Set
FS = Firm Size
e = eror term, diasumsikan 0
c. Kriteria Pengujian
• Ho ditolak jika jika t hitung > t tabel berarti bahwa secara individual ada pengaruh
antara variabel bebas (variabel independen) dengan variabel terikat (variabel
dependen).
• Ho diterima jika t hitung < t tabel bearti secara individual tidak ada pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
R 2/ K −1
F hitung=
(1−R 2)/(n−K )
30
Dimana :
R2 = koefisien determinasi
n = banyaknya observasi
K = banyaknya variabel
b. menentukan tingkat keyakinan α = 5%
c. kriteria pengujian
• Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel yang berarti variabel independen (FCR, ROE,
DER, IOS dan FS) secara bersama-sama tidak mempengaruhi
variabel dependen (DPR).
• Ho ditolak jika F hitung > F tabel yang bearti variabel independen (FCR, ROE,
DER, IOS dan FS) secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen (DPR)