Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai


macam resiko dan ketidak pastian yang sering kali sulit diprediksikan oleh para
investor. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan
terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, seperti informasi mengenai
kinerja perusahaan serta informasi lainnya yang relevan seperti kondisi ekonomi dan
politik dalam suatu negara. Investor akan memperoleh informasi perusahaan
berdasarkan kinerja perusahaan yang tergambar didalam laporan keuangan.

Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan


adalah untuk memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return)
atas dana yang telah diinvestasikannya kepada perusahaan. Pendapatan itu adalah
pendapatan dividen, atau bisa juga pendapatan yang diperoleh dari selisih harga jual
saham terhadap harga belinya yang disebut capital gain.

Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya


menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan demikian
kepercayaan investor terhadap perusahaan dapat meningkat dan menurunkan
ketidakpastian investor untuk menginvestasikan dananya kedalam perusahaan. Di sisi
lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam
pertimbangan antaralain; perusahaan perlu menahan sebagian labanya untuk
melakukan re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana
perusahaan , likuiditas perusahaan , dan pertimbangan lainnya yang berkaitan dengan
kebijakan dividen.

Besar atau kecilnya jumlah dividen yang akan dibagikan perusahaan


dipengaruhi oleh ada tidaknya kesempatan investasi yang menguntungkan bagi
perusahaan (Investment Opportunity Set). Apabila terdapat kesempatan investasi yang
menguntungkan untuk perusahaan, maka dana yang diperoleh dari operasi perusahaan
2

akan dipergunakan untuk mengambil investasi tersebut. Setelah melakukan investasi


dan terdapat dana yang tersisa maka dana itulah yang akan dibagikan sebagai dividen
kepada para pemegang saham.

Masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan adalah kebijakan pembagian


dividen, manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan
membagi dividennya atau akan menahan laba untuk di investasikan kembali pada
proyek-proyek yang lebih menguntungkan (Hatta, 2002). Kebijakan dividen
merupakan salah satu bagian mendasar yang juga sangat penting untuk di perhatikan,
karena dividen memiliki daya tarik tersendiri bagi investor. Pihak manajemen
perusahaan dituntut untuk bisa menentukan kebijakan dividen yang optimal, sehingga
terciptanya keseimbangan antara dividen yang dibagikan saat ini dan pertumbuhan
dimasa mendatang. Parthington (1989) dalam penelitiannya menunjukkan beberapa
variabel yang mempengaruhi penentuan dividen yaitu: (1) profitabilitas, (2)stabilitas
dividen dan earning, (3) likuiditas dan cash flow, (4) investasi, dan (5)pembiayaan.

Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama


dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai
faktor penentu terpenting terhadap dividen (Lintner, 1956). Persentase pendapatan
dividen yang akan dibayarkan perusahaan dapat kita lihat melalui Dividend Payout
Ratio (DPR) merupakan persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai cash dividend.

Banyak perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek


Indonesia, diantaranya adalah perusahaan manufaktur. Alasan obyek penelitian pada
perusahaan manufaktur karena perusahaan tersebut hampir tidak terpengaruh oleh
fluktuasi perekonomian. Perusahaan tersebut akan tetap eksis dan bertahan,
disebabkan oleh produk yang dihasilkannya. Permintaan akan produk yang dihasilkan
perusahaan manufaktur akan tetap stabil walaupun ada sesuatu penurunan tersebut
tidak berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba yang
optimal.Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan dengan kelompok emiten
terbesar yang terdaftar di BEI dibandingkan dengan perusahaan lain, hal ini
3

menunjukkan bahwa peran perusahaan manufaktur dalam perekonomian di Indonesia


menempati posisi dominan. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa efek
Indonesia terbagi menjadi tiga subsektor yaitu industri dasar dan kimia, aneka industri
dan industri barang konsumsi.

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2015 terus


bertambah setiap tahunnya. Tahun 2011 ada 130 perusahaan yang terdaftar di BEI,
kemudian bertambah ditahun berikutnya menjadi 132 perusahaan. Pada tahun 2013
ada 136 perusahaan yang terdaftar, tahun 2014 sebanyak 141 perusahaan dan terakhir
ditahun 2015 berjumlah 143 perusahaan terdaftar di BEI. Berikut ini adalah tabel
yang menggambarkan perkembangan pembayaran dividen perusahaan manufaktur
dari tahun 2011-2015 :

Tabel 1.1

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG MEMBAYAR DIVIDEN


TAHUN 2011-2015

PERUSAHAA
JUMLAH PERUSAHAA PERSENTASE (%)
N YANG
TAHU PERUSAHAA N YANG
TIDAK
N N YANG MEMBAYAR TIDAK
MEMBAYAR MEMBAYA
TERDAFTAR DIVIDEN MEMBAYA
DIVIDEN R
R
2011 130 26 104 20% 80%
2012 132 49 83 37,12% 62,88%
2013 136 56 80 41,17% 58,83%
2014 141 49 92 34,75% 65,25%
2015 143 49 94 34,26% 65,74%
Sumber : data olahan ICMD 2011-2015

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perusahaan manufaktur membayar dividen
paling banyak adalah tahun 2013 yaitu sebanyak 56 perusahaan. Sedangkan
perusahaan manufaktur yang membayara dividen paling sedikit ada di tahun 2011
4

yaitu sebanyak 26 perusahaan. Pada tahun 2012, 2014 dan 2015 perusahaan
manufaktur yang membayar dividen sebanyak 49 perusahaan, jumlah perusahaan
yang membayar sama namun tingkat persentasenya menurun. Tahun 2012 sebesar
37,12% perusahaan yang membayar dividen, tahun 2014 sebesar 34,75% dan tahun
2015 sebesar 34,26%.

Berdasarkan uraian penjelasan dan penelitian sebelumnya, salah satunya oleh


Parthington (1989) yang menunjukan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap kebijakan dividen terdiri dari ; profitabilitas, stabilitas dividen dan earning,
likuiditas, investasi dan pembiayaan. Hasilnya masih terdapat kontradiksi, sehingga
masih perlu dilakukan penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin memperluas
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan alat ukur sebagai berikut;
free cash flow, Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Investment
Opportunity Set (IOS), dan Firm Size sebagai variabel kontol.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas maka saya tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Analisis faktor- faktor yang Memengaruhi Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) “
5

1.2 RumusanMasalah

Dari uraian latar belakang diatas ditemukan hasil riset terdahulu masih
terdapat kontradiksi, sehingga masih perlu dilakukan penelitian hubungan Free Cash
Flow, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Investment Opportunity Set dan Firm
Size dengan dividen. Dalam penelitian ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:

1. Apakah Free Cash Flow berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio ?

2. Apakah Return On Equity berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio ?

3. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio ?

4. Apakah Investment Opportunity Set berpengaruh terhadap Dividend Payout


Ratio ?

5. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Free Cash Flow terhadap DPR

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh ROE terhadap DPR

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh DER terhadap DPR

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh IOS terhadap DPR

5. Untukmenguji dan menganalisis pengaruh Firm Size terhadap DPR


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dividen

Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat utang
perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham sebagai proporsi dari jumlah saham
yang dimiliki investor. Salah satu informasi yang akan direspon pasar adalah
Pengumuman dividen. Pengumuman laba dan dividen pada periode sebelumnya
adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk
menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan( Arifin, 1993).

Aharony dan Swary (1980) mengemukakan bahwa informasi yang diberikan


pada saat pengumuman dividen lebih penting bagi para investor daripada
pengumuman earning. Dividen adalah hasil yang diperoleh investor atau pemegang
saham dari saham yang dimilikinya, selain capital gain yang didapatkan apabila harga
jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya.

Bentuk-bentuk tertentu yang dapat digunakan perusahaan dalam pembayaran


dividen kepada para pemegang saham diantaranya dalam bentuk dividen tunai ( cash
dividend ), dalam bentuk aktiva lain ( property dividend ), dalam bentuk surat utang
( notes ) ataupun dalam bentuk saham ( stock dividend ).
Pembagian dividen memiliki beberapa tujuan yakni sebagai berikut:
a. Memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena tingginya
jumlah dividen yang dibayarkan perusahaan akan berpengaruh kepada harga
saham.

b. Dengan membayar dividen kepada para pemegang saham, diharapkan memberi


efek yang baik bagi perusahaan karena kinerja perusahaan diakui mampu
menghadapi persoalan-persoalan dan gejolak ekonomi sehingga dapat memberikan
hasil kepada investor. Dengan demikian perusahaan sudah menunjukan
likuiditasnya yang baik.
7

c. Bagi sebagian investor memandang resiko dividen lebih rendah dibanding resiko
capital gain.

d. Memenuhi kebutuhan para investor sebagai pemegang saham akan pendapatan


tetap yang akan digunakan untuk keperluannya.

e. alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham.

2.2 Kebijakan Deviden


Kebijakan deviden menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai
deviden atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Kebijakan deviden merupakan keputusan pembayaran deviden yang
mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan periode mendatang.
Dalam penentuan besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan pada perusahaan yang
sudah merencanakan dengan menetapkan target Devidend Payout Ratio didasarkan
atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi pajak. Untuk dapat
membayar deviden dapat dibuat suatu rencana pembayaran sebagai berikut:
1. Perusahaan mempunyai target Devidend Payout Ratio jangka panjang.

2. Manajer memfokuskan pada tingkat perubahan dividen dari pada tingkat absolut.

3. Perubahan dividen yang meningkat dalam jangka panjang, untuk menjaga


penghasilan. Perubahan penghasilan yang sementara tidak untuk mempengaruhi
Devidend Payout Ratio.

4. Manajer bebas membuat perubahan deviden untuk keperluan cadangan.

Menurut Keown dkk (2000) dalam bukunya yang berjudul “Basic Financial
Management” kebijakan deviden perusahaan meliputi dua komponen dasar. Pertama,
rasio pembayaran deviden menunjukkan jumlah deviden yang dibayarkan relatif terhadap
pendapatan perusahaan, komponen kedua adalah stabilitas deviden sepanjang waktu.
Dengan mengasumsikan manajemen sudah memutuskan berapa banyak diinvestasi dan
8

memilih paduan utang-modalnya untuk mendanai investasi ini, keputusan untuk


membayar deviden yang besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan
sedikit laba, jikalau ada; ini nantinya menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada
pendanaan modal eksternal. Sebaliknya, dengan investasi dan keputusan pendanaan
perusahaan, pembayaran deviden yang kecil akan berarti penahanan laba yang tinggi
dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar.

Menurut Brigham (1983) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor yaitu:
1. Devidend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan
deviden tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller yang menyatakan
bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Devidend
Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan
resiko bisnis. Sebagian besar kontroversi mengenai isu deviden didasarkan pada
ketidaksamaan pandangan antara komunitas akademik dan profesional.

Beberapa praktisi yang berpengalaman mengangggap perubahan harga saham


dihasilkan oleh pengumuman dividen dan karenanya menganggap deviden penting.
Sebagian besar dari komunitas akademik yang mendebat bahwa dividen tak
relevan menganggap kebingungan dalam masalah ini berawal dari ketidakhati-
hatian dalam mendefinisikan apa yang kita maksud dengan kebijakan deviden.
Pembayaran dividen oleh perusahaan dapat mempengaruhi harga saham jika
pemegang saham tak memiliki jalan lain untuk menerima pendapatan dari
investasi. Tapi dengan mengasumsikan pasar modal relatif efisien, pemegang
saham yang membutuhkan pendapatan lancar selalu dapat menjual saham. Jika
perusahaan membayar dividen, investor dapat menghilangkan dividen yang
diterima, secara keseluruhan atau sebagian, dengan menggunakan dividen untuk
membeli saham. Investor karenanya dapat secara pribadi menciptakan arus dividen
yang diinginkan, tak apa kebijakan dividen yang berlangsung.
9

2. Bird-in-the-hand theory yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik
jika Devidend payout ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka
menerima deviden daripada capital gain.
Kepercayaan bahwa kebijakan deviden perusahaan tak penting secara tak langsung
mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat pengembalian yang
diharapkan yang sama apakah pendapatan datang melalui perolehan modal (capital
gain) atau melalui deviden. Tapi, deviden lebih bisa diramalkan daripada perolehan
modal; manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga
saham. Investor kurang yakin menerima pendapatan dari capital gain daripada dari
deviden. Resiko inkremental dari capital gain relatif terhadap pendapatan dividen
menunjukkan tingkat disyaratkan yang lebih tinggi untuk mendiskonto satu dollar
capital gain daripada mendiskonto satu dollar dividen. Dengan kata lain, kita akan
menilai satu dollar dividen yang diharapkan lebih tinggi daripada satu dollar capital
gain yang diharapkan. Pandangan ini yang mengatakan bahwa dividen lebih pasti
daripada perolehan modal (capital gain).

3. Tax preference theory adalah suatu teori yang mengatakan bahwa karena adanya
pajak terhadap keuntungan deviden dan capital gain maka para investor lebih
menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak pendapatan. Hal
ini didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak atas pendapatan dividen dan
perolehan modal.
Hingga 1987, tingkat pajak efektif atas perolehan dari penjualan saham biasanya
hanya 40% dari pajak pendapatan deviden, dengan mengasumsikan investor adalah
subyek pajak. Diefektifkan tanggal 1 januari 1987, UU pajak federal menghapus
perlakuan pajak khusus atas perolehan modal sehingga perolehan seperti itu
sekarang dipajak pada tingkat yang sama dengan pendapatan dividen. Sementara
keuntungan tingkat pajak relatif yang tersedia untuk capital gain tak ada lagi,
keuntungan yang nyata masih ada untuk perolehan modal dibandingkan dengan
pendapatan dividen. Pajak pendapatan dividen dibayarkan pada saat deviden
diterima, sementara pajak atas capital gain ditunda hingga saham benar-benar
dijual. Maka, dalam hal pertimbangan pajak, sebagian besar investor masih lebih
suka penahanan pendapatan perusahaan daripada pembayaran deviden tunai. Jika
10

pendappatan ditahan dalam perusahaan, harga saham meningkat, tapi peningkatan


tidak dipajak hingga saham dijual.

Kebijakan dan keputusan dividen pada hakekatnya akan menentukan porsi


keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan seberapa banyak yang
ditahan sebagai retained earning (Sarnat,1990). Perbandingan antara dividen dan
keuntungan merupakan rasio pembayaran dividend (Dividend Payout Ratio) atau
persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai
cash dividend. Semakin tinggi tingkat dividen yang akan dibayarkan berarti semakin
sedikit laba yang dapat ditahan (retained earning).
Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus mempertimbangkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Laba yang diperoleh
perusahaan pada umumnya tidak dibagikan seluruhnya sebagai dividen karena
sebagian disisihkan untuk diinvestasikan kembali atau sebagian ditahan dalam
retained earning. Besar kecilnya dividen yang di bayarkan kepada pemegang saham
tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan sehingga pertimbangan
manajemen sangat diperlukan.
Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan ada beberapa macam, yaitu
(Van Horne,1986):
1. Kebijakan dividen yang stabil
Artinya jumlah dividen per lembar saham (DPS) yang dibayarkan setiap tahunnya
relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun laba per lembar saham setiap
tahunnya berfluktuasi. Beberapa alasan yang mendorong perusahaan menjalankan
kebijakan dividen tersebut antara lain karena, (a) akan memberikan kesan kepada
para pemodal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa
mendatang dan (b) adanya golongan pemodal tertentu yang menginginkan
kepastian dividen yang akan dibayarkan.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal ditambah dividen
ekstra.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap
tahunnya, dan jika terjadi peningkatan laba secara drastis atau keadaan keuangan
yang lebih baik maka jumlah tersebut ditambah lagi dengan dividen ekstra.
11

3. Kebijakan dividen yang konstan.


Berarti jumlah dividen per lembar saham yang di bayarkan setiap tahunnya akan
berfluktuasi sesuai dengan perkembangan laba bersih yang diperoleh setiap
tahunnya. Hal ini berarti dividen dianggap mempunyai isi informasi sebagai
indikator prospek perusahaan (membaik atau memburuk), maka perubahan
kebijakan dividen.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel


Kebijakan dividen yang fleksibel berari besarnya dividen per lembar saham setiap
tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan.

2.3 Penelitian Terdahulu


Berikut adalah beberapa studi dan penelitian yang meneliti hubungan
beberapa variabel dengan deviden :

1. Dermawan – 1997 yang berjudul “Faktor-faktor Penentu Kebijakan Pembayaran


Deviden pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Dalam
penelitian tersebut digunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak
67 perusahaan yang listing di BEJ selama tahun 1991 sampai 1996. Penelitian
tersebut menggunakan analisis regresi berganda terhadap 8 variabel independen,
yaitu: rata-rata rasio pembayaran deviden, delta current liabilities, return on
investment (ROI), expected capital expenditures, average growth in dividends,
banyaknya pemegang saham, net plant dibagi total assets, dan cash flow
variability, sedangkan variabel dependennya adalah dividend payout ratio (DPR).
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hanya rata-rata tingkat
pertumbuhan dividen yang berpengaruh terhadap rasio pembayaran deviden. Selain
itu hasil yang lain adalah faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rasio
pembayaran deviden antara perusahaan manufaktur besar dan perusahaan
manufaktur kecil berbeda.
2. Widyantoro – yang berjudul “analisa Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kebijakan Deviden pada Badan Usaha Milik Negara Bentuk Persero”. Penelitian
12

tersebut menggunakan sampel purposive sebanyak 81 perusahaan yang telah


diaudit pada tahun 1992. dengan mengajukan model regresi berganda dengan
empat variabel independen, yaitu: rencana pembayaran hutang, rencana investasi,
rencana penambahan modal kerja, dan tingkat kesejahteraan perusahaan, serta
variabel dependennya adalah deviden untuk pemerintah. Hasil yang diperoleh
dalam penelitian adalah hanya faktor rencana investasi dan faktor rencana
penambahan modal kerja saja yang berpengaruh tergadap kebijakan deviden.

3. Ramli – 1994 dengan judul “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan


Deviden Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini
digunakan 63 sampel perusahaan dari tahun 1992 sampai 1994. pengujian
dilakukan dengan regresi berganda dengan dua variabel independen, yaitu: earning
per share (EPS) dan debt equity ratio (DER), sementara untuk variabel
dependennya digunakan dividend per share (DPS). Hasil secara keseluruhan
menyebutkan bahwa besarnya tingkat keuntungan (EPS) berpengaruh positif
terhadap besarnya dividen, dan besarnya tingkat hutang berpengaruh negatif
terhadap besarnya deviden. Dari pengujian tersebut diperoleh hasil hanya variabel
EPS saja yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden.
4. Efendri – 1993, dengan penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Dipertimbangkan Dalam Kebijakan Deviden Oleh Perusahaan-Perusahaan Go
Public di Indonesia”. Dalam penelitian tersebut digunakan kuesioner untuk
mengetahui persepsi manajemen tentang faktor-faktor yang diperimbangkan dalam
kebijakan pembagian deviden kas. Penelitian yang menggunakan 84 sampel ini
menghasilkan kesimpulan bahwa faktor peningkatan dan penurunan laba termasuk
faktor yang sangat penting yang dipertimbangkan manajemen dalam kebijakan
pembagian deviden kas.
5. Junaedi- 2013 yang berjdul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
pada perusahaan yang terdaftas di Buursa Efek Indonesia pada sektor industri
barang konsumsi periode 2008-2011”. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode analisis linier berganda dan total sampel penelitian
berjumlah 29 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
pertumbuhan, resiko, profitabilitas dan kesempatan investasi secara serempak
13

berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Secara parsial, hanya variabel


profitasbilitas yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden sedangkan
variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan deviden.
6. Suroto-2015 yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout
ratio pada perusahaan yang terdaftar di bura efek Indonesia periode 2010-2012”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di bursa
efek Indonesia periode 2010-2012. Teknik sampel yang digunakan adalah
purposive sampling dan diperoleh jumlah observasi sebanyak 97 perusahaan.
Teknik analisis yang berpengaruh adalah analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel insider ownership, debt to equity ratio
dan firm size berpengaruh negatig tidak signifikan terhadap dividend payout ratio.
Return on equity berpengaruh negatif signifikan dan investment opportunity set
berpengaruh positif sugnifikan dividend payout ratio.
7. Novitasari, Ayu dan Andwiani-2015 yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan manufaktur (studi empiris
pada perusahaan manufaktur di Indonesia). Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 2010-
2012 dan periode 2009-2013. Menggunakan metode purposive sampling dan
pooled data diperoleh jumlah sampel sebanyak 78 data pada periode 2010-2012
dan sebanyak 45 data pada periode 2009-2013. Teknik analisis yang digunakan
adalah regresi berganda. Hasil penelitian pengamatan periode 2010-2012
menunjukan bahwa variabel cash position, growth, collateralizable assets tidak
berpengarh signifikan terhadap kebijakaan dividen sementara variabel return on
assets dan ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif dan signifikan.
Sedangkan hasil penelitian selama periode 2009-2013 menunjukan bahwa variabel
cash position dan collateralizable assets berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen sementara variabel growth, return on assets dan ukuran
perusahaan (firm size) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
8. Iryuliawati-2013 yang berjudul “pengaruh free cash flow terhadap dividend policy
pada perusahaan LQ45 di Indonesia periode 2009-2011”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh free cash flow terhadap dividend policy. Sampel
diambil menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 13
14

perusahaan. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan


pendekatan data panel. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan
dari tahun 2009-2011 untuk tiap variabel penelitian. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa free cash flow berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend
policy, variabel kontrol asset growth berpengaruh tidak signifikan terhadap
dividend policy, size berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend policy, ROA
berpengaruh signifikan terhadap dividend policy. Hasil uji F secara simultan
terdapat pengaruh yang signifikan antara free cash flow, asset growth size, dan
ROA terhadap dividend policy.

Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah


dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebagai variabel independen adalah free
cash flow, return on equity, debt to equity ratio, investment opportunity set dan firm
size. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah dividend payout ratio.
Alasan pemilihan variabel-variabel tersebut adalah dalam penelitian-penelitian
sebelumnya, variabel-variabel tersebut telah diuji tetapi dalam kurun waktu yang
berbeda-beda dan diuji dengan variabel-variabel yang berbeda-beda pula. Penelitian
ini juga menggunakan periode waktu dan sampel penelitian yang berbeda dengan
penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dapat mendekati hasil atau berbeda hasil
dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
2.4 Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
2.4.1 Hubungan Free Cash Flow dengan Dividend
White et al (2003) mendefenisikan free cash flow sebagai aliran kas
diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow adalah kas dari aktivas
operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan perusahaan untuk
memenuhi kapasitas produksi saat ini. Free cash flow dapat digunakan untuk
penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi
pertumbuhan, pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham baik
dalam bentuk dividen. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu
perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang
tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen. Rosdini (2009) dalam
15

penelitiannya yang berjudul “Pengaruh free cash flow terhadap dividend policy”
menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap dividend.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis alternatif pertama (H1) sebagai
berikut : “Ada pengaruh positif free cash flow terhadap dividend”.

2.4.2 Hubungan Return On Equity (ROE) dengan Dividend


ROE merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas yang mengukur tingkat
pengembalian pemegang saham. ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang dapat dibagikan kepada pemegang saham. Semakin besar
ROE maka semakin bagus karena perusahaan secara efektif menggunakan ekuitas
untuk menghasilkan laba dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori Signaling
Hypothesis yang menyatajan bahwa investor menganggap perubahan dividen
ditangkap sebagai sinyal mengenai penghasilan yang baik di masa mendatang. Oleh
sebab itu, perusahaan akan meningkatkan pembayaran dividen apabila terjadi
kenaikan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Elissya (2013) serta Yudhanto &
Aisjah (2011) pada perusahaan manufaktur membuktikan ROE berpengaruh positif
signifikan terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan teori uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis alternatif
kedua (H2) sebagai berikut : “Ada pengaruh positif ROE terhadap dividend”

2.4.3 Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) dengan Dividend


Kebijakan dividen juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan utang di
perusahaan. Penggunaan utang yang optimal dapat meningkatkan aktivitas
operasional perusahaan sehingga akan mendatangkan tingkat keuntungan yang lebih
tingi untuk dibagikan kepada pemegang saham. Namun, penggunaan utang yang
terlampau besar dapat mengurangi pembayaran dividen krena perusahaan utang yang
terlampau besar dapat mengurangi pembayaran dividen karena perusahaan harus
melunasi beban bunga serta pokok pinjaman saat jatuh tempo. Besarnya utang
perusahaan dapat diukur menggunakan rasio leverage yang digunakan untuk
mengetahui seberapa baik perusahaan dalam mengelola porsi utangnya. Debt to
equity ratio (DER) merupakan salah satu rasio leverage yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2010:112). Semakin besar rasio ini mencerminkan
16

resiko keuangan perusahaan yang semakin tinggi, karena modal yang dimiliki tidak
mampu untuk menutupi hutang-hutang perusahaan. Suroto (2015) dalam
penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout
Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012”,
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan
dividen. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian sebelumnya maka dapat diajukan
hipotesis alternatif ketiga (H3) sebagai berikut : “Ada pengaruh negatif Debt to Equity
Ratio terhadap Dividend”.

2.4.4 Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) dengan Dividend


Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi diharapkan juga
memiliki kesempatan investsi yang tinggi. Untuk meningkatkan pertumbuhan
penjualan, perusahaan memerlukan dana yang besar yang dibiayai dari sumber
internal. Penurunan jumlah pembayaran dividen menyebabkan perusahaan memiliki
sumber dana internal untuk kepertluan investasi (Myers dan Majluf, 1984).
Tarjo dan Jogiyanto Hartono (2003) menyatakan bahwa rasio Market to Book
Value mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan dimasa
depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Adanya perbedaan antara nilai
pasar dan nilai buku ekuitas menunjukkan kesempatan investasi perusahaan.
Dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, Fitri Ismiyanti dan M. Hanafi
(2003) menyatakan bahwa pengaruh IOS terhadap kebijakan dividen adalah negatif.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis keempat (H4) sebagai
berikut :”Ada pengaruh negatif Investment Opportunity Set terhadap dividend”.

2.4.5 Hubungan Firm Size dengan Dividend


Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar akan lebih mudah memasuki
pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen dengan
jumlah besar kepada pemegang saham. Sementara perusahaan yang baru dan yang
masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal,
sehingga semakin besar ukuran perusahaan semakin mudah untuk mendapatkan
modal eksternal dalam jumlah yang lebih besar terutama dari hutang. Ukuran
perusahaan merupakan simbol ukuran perusahaan yang berhubungan dengan peluang
17

dan kemampuan untuk masuk ke pasar modal dan jenis pembiayaan eksternal lainnya
yang menunjukkan kemampuan meminjam. Hal ini menunjukkan hubungan, bahwa
semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula dividen yang akan
dibagikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis kelima (H5)
sebagai berikut: “Ada pengaruh Firm Size terhadap dividend”.

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis


Kerangka pemikiran teoritis digambarkan sebagai berikut :

Free Cash Flow


( X1)

Return On Equity
(X2)
Dividend Payout
Ratio
Debt to Equity Ratio (Y)
(X3)

Investment Opportunity
(X4)

Firm Size
(X5)
18

2.6 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka hipotesis penelitian


yang akan diuji adalah :
1. Diduga free cash flow mempunyai pengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

2. Diduga ROE mempunyai pengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

3. Diduga DER mempunyai pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

4. Diduga IOS mempunyai pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

5. Diduga firm size mempunyai pengaruh positif terhadap dividend payout ratio.
19

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian


Dua Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas ( independent variable )
b. Variabel terikat ( dependent variable )

3.2 Defenisi operasional variabel penelitian


Untuk mengukur data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dijelaskan
pengertian terhadap variabel yang akan diukur yakni sebagai berikut:
3.2.1 Variabel Bebas (X)
3.2.1.1 Free Cash Flow
Free cash flow arti sederhana dan singkat Arus Kas Bebas adalah sisa
perhitungan arus kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan di akhir suatu periode
keuangan (kuartalan atau tahunan) setelah membayar gaji, biaya produksi, tagihan,
cicilan hutang berikut bunganya, pajak dan juga belanja modal (capital
expenditure) untuk pengembangan usaha. Sisa uang inilah yang disebut Arus Kas
Bebas. Ukuran free cash flow sebagaimana merujuk kepada Ross et.al. (2000)
adalah:
Free Cash Flow = cash flow from operations – (net capital expenditure + changes
working capital)

3.2.1.2 ROE
ROE adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan
laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.
Net Income
ROE=
Equity
20

3.2.1.3 Debt to Equity Ratio


yaitu rasio hutang terhadap ekuitas atau rasio hutang modal adlah suatu rasio
keuangan yang menunjukan posisi relatif antara ekuitas dan hutang yang
digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Rasio Debt to Equity ini juga
dikenal sebagai rasio leverage (rasio pengungkit) yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa baik struktur investasi suatu perusahaan.
Total Hutang
DER=
Ekuitas

3.2.1.4 Investment Opportunity Set


Digambarkan melalui rasio MBV ( Market to Book Value ) yang
mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa
depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Adanya perbedaan antara nilai
pasar dan nilai buku menunjukan kesempatan investasi bagi perusahaan dimasa
depan. Rasio ini dihitung dari perbandingan antara nilai pasar terhadap nilai buku
perusahaan.
Market Value
MBV =
Book Value

3.2.1.5 Firm Size


Merupakan sebuah ukuran untuk perusahaan yang diukur dengan
menggunakan logarithm dari total aset perusahaan.
Firm ¿ ln of Total Asset

3.2.2 Variabel Terikat


Varibel terikat dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio. Besaran
atau persentase dari laba atau pendapatan yang akan dibagikan oleh perusahaan
kepada para pemegang saham sebagai dividen tunai disebut Dividend Payout Ratio.
Dividend Per Share
DPR=
Earning Per Share
21

3.3 Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2016 yang berjumlah
144 perusahaaan. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling, yang artinya perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian
ini dipilih menggunakan pertimbangan dengan memasukkan unsur-unsur tertentu
yang dianggap memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang telah menyampaikan laporan keuangan
secara rutin selama lima tahun sesuai dengan periode penelitian yang diperlukan,
yaitu 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016 yang menyampaikan datanya secara
lengkap sesuai dengan informasi yang diperlukan.
b. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang membagikan dividen kas minimal 4 tahun
selama periode penelitian yaitu tahun 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.
c. Perusahaan manufaktur yang delisting di BEI dari tahun 2011-2016.
d. Populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar telah go public di BEI dari tahun
2011-2016.
e. Laporan perusahaan yang menyediakan data lain yang diperlukan dalam penelitian
ini.
22

Tabel 3.1
Sampel Penelitian
jumlah
NO Kriteria sampel penelitian sampel
penelitian
populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar
1 144
telah go public di BEI dari tahun 2011-2016
perusahaan manufaktur yang delisting di BEI
2 20
dari tahun 2011-2016
perusahaan manufaktur yang tidak
mempublikasikan laporan keuangan secara
3 9
lengkap yang telah diaudit dari tahun 2011-
2016
perusahaan yang tidak membagikan dividen
4 kas dalam laporan keuangan minimal 4 tahun 84
selama periode penelitian 2011-2016
5 perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian 31

Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI yang telah memenuhi kriteria seperti yang telah
disebutkan diatas. Adapun nama perusahaan manufaktur yang yang menjadi sampel
penelitian tersaji dalam tabel berikut :
23

Tabel 3.2
Nama Sampel Penelitian
KODE
NO SAHA Nama Emiten
M
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk.
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk.
4 ASII Astra International Tbk.
5 AUTO Astra Otoparts Tbk.
6 BATA Sepatu Bata Tbk.
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
9 EKAD Ekadharma International Tbk.
10 GGRM Gudang Garam Tbk.
11 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
12 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
13 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
14 INKP Indah Kiat Pulp&Paper Tbk.
15 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
16 KBLI KMI Wire and Cable Tbk.
17 KLBF Kalbe Farma Tbk.
18 MERK Merck Tbk.
19 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
20 MYOR Mayora Indah Tbk.
Supreme Cable Manufacturing & Commerce
21 SCCO Tbk.
22 SKLT Sekar Laut Tbk.
23 SMCB Holcim Indonesia Tbk.
24 SMGR Semen Indonesia (persero) Tbk.
25 SMSM Selamat Sempurna Tbk.
26 TCID Mandom Indonesia Tbk.
27 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
28 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
29 TRST Trias Sentosa Tbk.
30 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.
31 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
Sumber : ICMD 2011-2016
24

3.4 Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk laporan keuangan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan akhir
tahun pembukuan pada tanggal 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.
Sumber data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah adalah sebagai berikut :

1. Metode Dokumentasi, yaitu metode yang digunakan sebagai dasar untuk


menganalisis data dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

2. Metode Kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data yang bersifat teoritis


mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode ini
dilakukan dengan membaca buku- buku pustaka, referensi dan berbagai literatur
lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.6 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi
berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari
penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikoloneritas,
heterokedastisitas dan autokorelasi. Dalam penelitian ini menggunakan model regresi
linier berganda (multiplier linier regression method) dengan variabel dependennya
adalah Free Cash Flow, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Investment
Opportunity Set dan variabel independennya adalah Dividend Payout Ratio dan
varianbel intervening adalah firm size.
3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen keduanya memiliki distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati normal (Ghozali,
25

2013:160). Caranya adalah dengan normal probability plot yang membandingkan


distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi
normal. Data yang normal atau mendekati distribusi normal memiliki bentuk seperti
lonceng. Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Kolmogorov – Smirnov
dengan koreksi Lilliefors.
Pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah sebagai berikut :
 Jika p < 0,05 maka distribusi data tidak normal
 Jika p > 0,05 maka distribusi data normal
3.6.2 Uji Multikoleniaritas
Multikolinieritas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara
beberapa atau semua variabel independen. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas (Ghozali,2013:135).
Pada program SPSS, ada beberapa metode yang sering digunakan untuk
mendeteksi adanya multikolinieritas. Salah satunya adalah dengan cara mengamati
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan TOLERANCE. Batas dari VIF adalah 10
dan nilai dari TOLERANCE adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai
TOLERANCE kurang dari 0,1 maka terjadi multikolinieritas. Bila ada variabel
independen yang terkena multikolinieritas, maka penanggulangannya adalah salah
satu variabel tersebut dikeluarkan (Ghozali,2013:136)
3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dan jika varians berbeda maka
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:144).
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y’ adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y
26

sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2013:146). Uji yang dapt


digunakan adalah uji Glejser, Uji Park, dan Uji White. Dalam penelitian ini
menggunakan uji Glejser. Uji Glesjer dilakukan dengan meregresikan variabel-
variabel bebas terhadap absolut residualnya (Gujarati, 2004:165). Sebagai pengertian
dasar, residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi dan absolut
adalah nilai mutlaknya. Deteksi ada tidaknya problem heteroskedastisitas adalah
dengan media grafik, apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2011:139) dan uji lainnya adalah uji glejser yang menggunakan tabel angka
dalam menjelaskannya yaitu :
Pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah sebagai berikut :
 Jika p < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas
 Jika p > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas
3.6.4 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013:110) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada tidaknya gejala
autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Uji Durbin-
Waston adalah sebuah uji yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi
pada nilai residual dari sebuah analisis regresi. Yang dimaksud dengan autokorelasi
adalah “hubungan antara nilai-nilai yang dipisahkan satu sama lain dengan jeda waktu
tertentu”. Uji ini dikemukakan oleh James Durbin dan Geoffrey Watson.
d < dl
terjadi autokorelasi
d > 4 – dl
keputusan du < d < 4 – du tidak terjadi autokorelasi
dl < d < du
tidak ada kesimpulan
4 - du < d < 4 –d

3.7 Analisis Data


3.7.1 Analisis Regresi Linear Berganda tanpa variabel kontrol
Menurut Sugiyono (2010:277), Analisis Linier Berganda adalah Analisis yang
digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimanakeadaan (naik turunnya)
variabel dependen (kriterium), bila terdapat dua atau lebih variabel independen
27

sebagai faktor prediktor yang dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Regresi ini
digunakan untuk menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisa ini digunakan
untuk meramalkan nilai variabel dependen (Y) dengan variabel independen yang lebih
dari satu (minimal dua), sehingga analisis regresi berganda sering disebut juga analisa
multivariate, karena variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen
(Y) lebih dari satu variabel Independen (X).
Kondisi variabel independen (X) dalam mempengaruhi variabel dependen (Y)
bervariasi bisa positif bisa juga negatif, atau beraneka ragam kondisi yang
mempengaruhi. Sehingga regresi berganda ini lebih real dengan kenyataan di
lapangan, bahwa sesuatu hal pasti dipengaruhi oleh banyak hal. Sedangkan untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan kasual antara beberapa variabel
independen (X1, X2 …) mempengaruhi variabel dependen (Y) dapat dilakukan
dengan dengan diuji statistik.. Persamaan regresi berganda dapat berupa sebagai
berikut:

DPR = a+b 1 FCR+b 2 ROE +b 3 DER +b 4 IOS +e

Dimana:
DPR = Dividend Payout Ratio
a = konstanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi
FCR = Free Cash Flow
ROE = Return On Equity
DER = Debt to Equity Ratio
IOS = Investment Opportunity Set
e = eror term, diasumsikan 0

3.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda dengan Variabel Kontrol


Menurut Sugiyono (2010:277), Analisis Linier Berganda adalah Analisis yang
digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimanakeadaan (naik turunnya)
variabel dependen (kriterium), bila terdapat dua atau lebih variabel independen
sebagai faktor prediktor yang dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Regresi ini
28

digunakan untuk menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisa ini digunakan
untuk meramalkan nilai variabel dependen (Y) dengan variabel independen yang lebih
dari satu (minimal dua), sehingga analisis regresi berganda sering disebut juga analisa
multivariate, karena variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen
(Y) lebih dari satu variabel Independen (X).
Kondisi variabel independen (X) dalam mempengaruhi variabel dependen (Y)
bervariasi bisa positif bisa juga negatif, atau beraneka ragam kondisi yang
mempengaruhi. Sehingga regresi berganda ini lebih real dengan kenyataan di
lapangan, bahwa sesuatu hal pasti dipengaruhi oleh banyak hal. Sedangkan untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan kasual antara beberapa variabel
independen (X1, X2 …) mempengaruhi variabel dependen (Y) dapat dilakukan
dengan dengan diuji statistik.. Persamaan regresi berganda dapat berupa sebagai
berikut:
DPR = a+b 1 FCR+b 2 ROE +b 3 DER +b 4 IOS +b 5 FS+e
Dimana :
DPR = Dividend Payout Ratio
a = konstanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi
FCR = Free Cash Flow
ROE = Return On Equity
DER = Debt to Equity Ratio
IOS = Investment Opportunity Set
FS = Firm Size
e = eror term, diasumsikan 0

3.6.3 Uji Hipotesis

1. Pengujian secara individu ( Uji-t)


Tujuan dilakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara individu ini adalah
untuk mengetahui apakah secara individu antara variabel independen (FCR, ROE,
DER, IOS dan FS) berpengaruh terhadap variabel dependen (DPR).
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
29

a. Merumuskan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha)


Ho : bi = 0 (tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen)
Ha : bi > 0 (ada pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap
variabel dependen).
bi
t hitung=
Sebi
Dimana :
bi = koefisien regresi dari variabel i
Sebi = standar eror dari bi
b. Menentukan taraf signifikan α = 5%

c. Kriteria Pengujian

• Ho ditolak jika jika t hitung > t tabel berarti bahwa secara individual ada pengaruh
antara variabel bebas (variabel independen) dengan variabel terikat (variabel
dependen).
• Ho diterima jika t hitung < t tabel bearti secara individual tidak ada pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Uji koefisien secara serempak (Uji-F)


Uji-F statistik digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi, variabel yang
mempengaruhi (variabel independent) terhadap variabel yang dipengaruhi (variabel
dependen) secara serentak.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. menentukan hipotesis
Ho : b1 = b2 = 0 (tidak ada pengaruh secara signifikan antara Current Ratio, ROI,
TATO dan EPS terhadap Cash dividend)
Ha : b1 ≠b2 ≠ 0 (ada pengaruh secara signifikan antara Current Ratio, ROI, TATO
dan EPS terhadap Cash dividend)

R 2/ K −1
F hitung=
(1−R 2)/(n−K )
30

Dimana :
R2 = koefisien determinasi
n = banyaknya observasi
K = banyaknya variabel
b. menentukan tingkat keyakinan α = 5%

c. kriteria pengujian

• Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel yang berarti variabel independen (FCR, ROE,
DER, IOS dan FS) secara bersama-sama tidak mempengaruhi
variabel dependen (DPR).
• Ho ditolak jika F hitung > F tabel yang bearti variabel independen (FCR, ROE,
DER, IOS dan FS) secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen (DPR)

Anda mungkin juga menyukai