0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan19 halaman
Dokumen tersebut membandingkan sistem hukum Indonesia dan Malaysia. Sistem hukum Indonesia masih dipengaruhi hukum Barat namun memiliki kecenderungan mementingkan bentuk daripada isi. Sementara itu, meski Malaysia juga dipengaruhi hukum Barat, sistem hukum di sana mungkin dapat meningkatkan sistem hukum Indonesia. Dokumen lain membandingkan pengaturan tindak pidana makar di beberapa negara termasuk Indonesia, Malaysia, dan Austria serta konsep h
Dokumen tersebut membandingkan sistem hukum Indonesia dan Malaysia. Sistem hukum Indonesia masih dipengaruhi hukum Barat namun memiliki kecenderungan mementingkan bentuk daripada isi. Sementara itu, meski Malaysia juga dipengaruhi hukum Barat, sistem hukum di sana mungkin dapat meningkatkan sistem hukum Indonesia. Dokumen lain membandingkan pengaturan tindak pidana makar di beberapa negara termasuk Indonesia, Malaysia, dan Austria serta konsep h
Dokumen tersebut membandingkan sistem hukum Indonesia dan Malaysia. Sistem hukum Indonesia masih dipengaruhi hukum Barat namun memiliki kecenderungan mementingkan bentuk daripada isi. Sementara itu, meski Malaysia juga dipengaruhi hukum Barat, sistem hukum di sana mungkin dapat meningkatkan sistem hukum Indonesia. Dokumen lain membandingkan pengaturan tindak pidana makar di beberapa negara termasuk Indonesia, Malaysia, dan Austria serta konsep h
NIM : 201810050311146 Matkul : Perbandingan Sistem Pem dan Politik (UTS) Tema : Perbandingan Hukum Antara Indonesia dan Malaysia
Judul Perbandingan Sistem Hukum Antara Indonesia dan
Malaysia Nama Jurnal Wajah Hukum Volume dan Halaman Volume 4(2), 414-420 Tahun Oktober 2020 Penulis Sigit Somadiyono Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Keadilan adalah salah satu dari beberapa permasalahan penting bagi suatu negara. Masalah Keadilan akan selalu menjadikan perdebatan antar para ahli hukum bagaimana menuangkan keadilan pada suatu peraturan perundang-undangan di suatu negara. Apalagi terdapat banyak perbedaan sistem hukum di dunia seperti sistem hukum islamic Law, Common Law, Civil Law dan sebagainya yang menyebabkan semakin kompleksnya perbedaan definisi rasa keadilan.1 Peraturan perundang-undangan harus dapat mencerminkan nilai-nilai keadilan yang ada di dalam masyarakat. Produk hukum yang di buat jangan sampai menjadi sebuah peraturan yang ada tapi tidak dapat dilaksakan karena peraturan tersebut tidak melidungi kesejahteraan rakyat dan terutama tidak memberikan manfaat apapun. Namun baik dari semua undang-undang yang dibuat dalam suatu negara bermaksud untuk memastikan keselamatan orang dan mengarah pada kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu harus ada pihak yang mengambil keputusan berdasarkan undang-undang dapat memaksa orang untuk mematuhi semua peraturan negara, dan sebagai forum di mana penduduk dapat mencari keadilan dan penyelesaian masalah-masalah hak dan kewajiban sesuai dengan hukum. Tujuan Penelitian Penelitian ini berfokus pada kondisi institusi yang melayani keadilan hukum yang berlaku di Indonesia dan Malaysia. Dalam struktur masyarakat yang majemuk dari sisi agama dan perkembangan hukum adat yang telah berjalan ternyata menimbulkan perbedaan dari lembaga pencipta keadilan. Munculnya lembaga peradilan yang berbeda bisa diakibatkan pengaruh masa kolonial dan/atau kecukupan dalam memenuhi rasa keadilan masyarakatnya Permasalahan Dalam sistem hukum Indonesia masih mayoritas dipengaruhi hukum modern yang dibawa oleh negara-negara Eropa, seperti mewarnai hukum yang hidup di Indonesia, hukum Indonesia yang kekeluargaan ini memiliki kecenderungan memprioritaskan bentuk daripada konten, sehingga tidak terlalu mempedulikan dengan isi moralitas. dan isu terkait ketimpangan pada nilai kemanusiaan yang ada dalam sistem hukum Metodologi Penelitian Jenis penelitian dalam jurnal ini adalah menggunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian normatif oleh Ronald Dworkin juga disebut studi doktrinal (doctrinal research), sebuah studi yang menganalisis baik hukum sebagai hukum seperti yang tertulis dalam buku, maupun hukum sebagai hukum oleh hakim melalui proses peradilan. Hasil Penelitian Dengan melihat sistem hukum Malaysia, faktanya, Indonesia tidak lebih buruk daripada di Malaysia, bahkan Indonesia memiliki banyak keunggulan yaitu orang yang kompeten di bidang hukum, dan oleh karena itu kemungkinan penyebab hukum di Indonesia masih senonoh karena banyak orang yang jangan menuruti hukum. Jangan menutup mata jika sistem hukum yang diterapkan Negara Malaysia kemungkinan akan meningkatkan sistem hukum yang ada di Indonesia. Judul Perbandingan Tindak Pidana Makar Dalam KUHP Indonesia, Malaysia, Austria dan Konsep Hukum Islam. Nama Jurnal Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Volume dan Halaman Volume 6, Nomor 1, Halaman 229-238 Tahun 27 Juni 2021 Penulis Rossa Ilma Silfiah Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Negara merupakan organisasi yang memiliki tugas dalam melaksanakan usahausaha nasional untuk mempertahankan dan meningkatkan kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Kepentingan hukum negara meliputi keamanan dan ketertiban di dalam kehidupan masyarakat. Kelancaran kehidupan bangsa dan negara membutuhkan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat yang diwujudkan dalam hukum. Perbedaan kepentingan hukum dengan latar belakang masyarakat yang berbeda menurut Anshari (2018) akan berubah menjadi pertentangan dan menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban. Gangguan-gangguan tersebut secara mutlak harus diselesaikan demi kelestarian bangsa dan negara. Tujuan Penelitian Bertujuan untuk menganalisis bentuk makar dan perbandingan tindak pidana makar dalam KUH Pidana Indonesia, Malaysia, Austria dan konsep hukum Islam. Jenis penelitian yang digunakan adalah hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan perbandingan. Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa bentuk makar meliputi makar yang menyerang kepentingan hukum bagi kepala negara, keutuhan wilayah, dan pemerintahan. Tindak pidana makar di Indonesia dibedakan antara kejahatan terhadap keamanan di dalam negara dan luar negara baik yang dilakukan oleh diplomat dan militer. Permasalahan Kejahatan terhadap keamanan negara mencakup tindak pidana yang bertentangan dengan tertib hukum. Tindak pidana tersebut, dilakukan warga negara dengan menjadikan sistem kekuasaan atau pemerintahan yang ada di suatu negara sebagai sasarannya. Metodologi Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach) bertujuan untuk mengkaji tindak pidana makar di Indonesia, Malaysia, Austria dan hukum Islam. Kajian ini juga menggunakan pendekatan perbandingan (comparative approach) sehingga tampak perbedaan pengaturan tindak pidana makar di Indonesia yang menggunakan ideologi Pancasila, Malaysia, Austria, bahkan hukum Islam tentang bughat (Marzuki, 2013). Jenis penelitian yang digunakan adalah hukum normatif. Hasil Penelitian Bentuk makar dalam kepentingan hukum yang dapat dilindungi terdiri atas makar yang menyerang kepentingan hukum bagi kepala negara, keutuhan wilayah negara, dan tegaknya pemerintahan negara. Pengaturan kejahatan terhadap makar di tiap negara, baik negara dengan sistem Eropa Kontinental maupun Anglo Saxon pada umumnya sama dan memberikan sanksi yang berat bagi pelakunya. Landasan pemberian sanksi bagi pelaku tindak pidana makar di Indonesia termuat dalam KUH Pidana dibedakan antara kejahatan terhadap keamanan di dalam negara dan kejahatan terhadap keamanan luar negara baik yang dilakukan oleh diplomat dan militer. Judul Perbandingan Sistem Pengawasan Lembaga Antikorupsi Di Asia Pasifik. Nama Jurnal Renaissan Volume dan Halaman No. 3 Vol. 6 Juli : 505-519 Tahun 6 Juli 2021 Penulis Nafiatul Munawaroh Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Eksistensi lembaga pemberantasan korupsi menjadi salah satu alternatif yang dipilih beberapa negara, termasuk Indonesia, untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dari berbagai bentuk perilaku koruptif. Lembaga pemberantasan korupsi di Indonesia sejatinya dijalankan oleh tiga lembaga, yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan kewenangan yang berbeda. Dari ketiga lembaga tersebut, KPK ditunjuk sebagai lembaga yang mempunyai tugas utama dalam melaksanakan pencegahan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, supervisi, dan monitoring. Tujuan Penelitian Menganalisis perbandingan sistem pengawasan lembaga anti-korupsi di negara-negara Asia Pasifik sebagai gambaran pembentukan sistem pengawasan yang proporsional. Permasalahan Bagaimanakah perbandingan sistem pengawasan lembaga anti-korupsi di berbagai negara di Asia Pasifik dalam rangka pembentukan sistem pengawasan yang proporsional ? Metodologi Penelitian Metode analisis bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu pengelompokan dan penyelesaian data-data yang diperoleh dari suatu gambaran sistematis yang didasarkan pada teori dan pengertian hukum yang terdapat dalam ilmu hukum untuk mendapatkan kesimpulan yang ilmiah. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis perbandingan sistem pengawasan Lembaga anti-korupsi di Asia-Pasifik, maka terdapat tiga kecenderungan. Sistem pengawasan rendah (sarat intervensi) dengan political will rendah seperti Myanmar, pengawasan yang proporsional, namun political will relatif rendah – baik seperti Indonesia, dan Malaysia, dan sistem pengawasan klasik (oleh eksekutif, legislatif dan internal) namun political will tinggi seperti Hong Kong dan Singapura. Indonesia sebaiknya tidak mengambil alternatif pengawasan klasik dengan political will yang rendah dengan menjadikan KPK sebagai rumpun eksekutif maupun memberikan ruang bagi eksekutif dalam mengintervensi kelembagaan KPK. Selain itu, KPK perlu diletakkan bukan di bawah lembaga eksekutif, melainkan sebagai lembaga negara independen agar dapat menjalankan fungsi pemberantasan korupsinya secara maksimal. Judul Analisis Perbandingan Hukum Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja “Quid Pro Qou” Di Indonesia dan Malaysia Nama Jurnal Jurnal Kertha Desa Volume dan Halaman Volume 9, Nomor 3 : 12-26 Tahun Penulis Ni Made Anggreni, I Wayan Suardana Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Sejatinya di dalam perkembangan jaman ternyata berdampak pula pada berkembangnya modus operandi dari kejahatan yang ada di kehidupan kita. Maka dari itulah diperlukan seperangkat aturan yang pada hakikatnya bertujuan untuk menciptakan ketentraman dan keadilan. Hal itu sejalan dengan adagium yang dicetuskan oleh Cicero “ubi societas ibi ius” dimana di dalam suatu masyarakat pasti terdapat aturan hukum yang mengitarinya. Salah satu perbuatan yang semakin lama kian meresahkan adalah adanya perbuatan pelecehan seksual. Sejatinya pelecehan seksual telah ada sejak dahulu kala, akan tetapi dengan adanya perkembangan tentu mengakibatkan bentuk pelecehan seksual menjadi semakin kompleks. Pelecehan seksual menurut pandangan Sanistuti merupakan segala perbuatan seksual dengan disertai intimidasi kepada objeknya baik berupa non fisik atau fisik yang dilakukan oleh seseorang maupun berkelompok. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui beda pelaksanaan dalam hukuman untuk kasus pelecehan seksual di tempat kerja antara Malaysia dan Indonesia Permasalahan 1. Bagaimanakah pengaturan mengenai quid pro quo menurut hukum positif di Indonesia dan di Malaysia? 2. Bagaimanakah bentuk perbandingan mengenai pengaturan hukum terhadap quid pro quo menurut hukum positif Indonesia dan di Malaysia? Metodologi Penelitian Penulisan jurnal dengan judul “Analisis Perbandingan Hukum Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja “Quid Pro Quo” di Indonesia dan Malaysia” dengan metode penelitian normatif, yaitu sebuah metode penelitian hukum yang berdasar kepada norma hukum sebagai landasan penelitian. Metode penelitian secara normatif ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan terkait dengan pelecehan seksual di tempat kerja (quid pro quo) berdasarkan hukum positif Indonesia.
Hasil Penelitian Berdasarkan uraian dalam sub hasil dan
pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) negara Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki pengaturan hukum terkait quid pro quo yang dikualifikasi sebagai kejahatan kesusilaan berdasarkan hukum positif di negara masing-masing; dan (2) ada keunggulan dari hukum Malaysia yang mengatur tentang penjatuhan sanski berupa denda terhadap perusahaan yang tidak kooperatif dalam menyelesaikan permasalahan quid pro quo yang terjadi di internal perusahaannya. Bertolak dari kesimpulan tersebut, maka sebaiknya penerapan denda terhadap perusahaan sebagaimana termaktub dalam hukum di Malyasia, juga dapat diakomodir dalam hukum di Indonesia. Hal ini penting untuk lebih menjamin upaya penegakan hukum terhadap permasalahan quid pro quo di Indonesia. Judul Bentuk-Bentuk Kekerasan Domestik dan Permasalahannya (Studi Perbandingan Hukum Indonesia dan Malaysia) Nama Jurnal Jurnal Hukum & Pembangunan Volume dan Halaman 47 No. 4 : 421-438 Tahun 2017 Penulis Kuswardani Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Pembicaraan tentang hukum tidak bisa dilepaskan dari tujuan hukum dibuat, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh salah satu tokoh dalam utilitarianism Rudolf von Ihering menyatakan bahwa tujuan hukum adalah melindungi kepentingan-kepentingan, sehingga menurut dia unsur paksaan dalam hukum merupakan unsur pokok. Hukum pidana sebagai salah satu bentuk dari hukum public mempunyai tujuan yaitu (1) melindungi kepentingan individu; (2) melindungi kepentingan masyarakat dan (3) melindungi kepentingan negara. Yang dimaksud dengan kepentingan tidak lain adalah hak. Tujuan Penelitian Tujuan dari paper ini adalah menjelaskan bentuk- bentuk kekerasan domestic terhadap perempuan di Indonesia dan Malasysia sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya. Selain itu juga menjelaskan permasalahan yang muncul di Indonesia. Permasalahan Ada beberapa permasalahan yang timbul karena pengaturan bentukbentuk kekerasan yang hanya singkat itu yaitu (1) tidak ada pengaturan kekerasan pengrusakan property sehingga tidak ada ganti rugi jika terjadi, bahkan pengaturan itu terhalang dengan Pasal 367 KUHP; (2) kerterlibatan pihak ketiga jarang atau bahkan tidak pernah tersentuh oleh hukum; (3) Putusan MA No.2238K/Pid.sus/2013 ini akan memperlemah perlindungan terhadap perempuan apabila menjadi referensi/rujukan bagi hakim lain. Metodologi Penelitian Metode perbandingan (Comparative method) Hasil Penelitian Ada persamaan dan perbedaan pengaturan hukum pidana terhadap kekerasan domestic/KDRT di Indonesia dan Malaysia. Perbedaan yang mendasar antara keduanya bahwa hukum pidana Malaysia khususnya dalam hal sanksi pidana kekerasan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarga bukan suami atau isteri mengakomodasi sanksi sebagaimana hukum Islam. Selain itu juga bentuk kekerasannya dan pelakunya bahwa di Malaysia bentuknya lebih variatif dibanding di Indonesia, dan pihak ketiga sebagai pelaku. Judul Perbandingan Perlindungan Data Pribadi Indonesia dan Malaysia Nama Jurnal Jurnal Cakrawala Hukum Volume dan Halaman Vol 10 No. 2 : 218-227 Tahun 2019 Penulis Muhammad Saiful Rizal Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Kemajuan peradaban dunia sangatlah signifikan baik dari segi perekonomian, budaya, sosial dan sarana informasi. Menjelajahi dunia ke berbagai negara seseorang tidaklah harus berkelilingdunia dalam mengetahui keanekaragaman suatu bangsa namun dengan kemajuan teknologi dunia seolah berada di dalam genggaman tangan. Salah satunya perkembangan yang sangat dirasakan oleh banyak masyarakat adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berupa Internet. Keberadaannya sangatlah membantu bagi terciptanya kehidupan yang lebih efisien dan dinamis dalam berbagai gaya hidup masyarakat dengan kecanggihannya dapat memudahkan semua lapisan masyarakat untuk berinteraksi dengan yang lainnya tanpa harus bertatap muka dan banyak kebutuhan hidup kita yang dapat terpecahkan dengan adanya internet ini selain dapat digunakan sebagai bersosial, hal lain yang berdampak positif adalah dapat dijadikannya ladang bisnis untuk kelangsungan hidup kita yang dapat kita kenal dengan istilah “electric commerce” atau e- commerce. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan perlindungan data pribadi Indonesia dengan negara Malaysia. Permasalahan Bagaimana perbandingan perlindungan data pribadi di Indonesia dan di Malaysia. Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam meneliti permasalahan ini ialah penelitian hukum normatif. Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan perundang- undangan (statue approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach). Hasil Penelitian Perlindungan data pribadi di Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak terlebih lagi dengan semakin berkembangnya teknologi informasi. Indonesia perlu segera membuat regulasi yang komprehensif mengenai perlindungan data pribadi sebagaimana dalam Undang-Undang Perlindungan Data Prbadi Malaysia yang melindungi data pribadi masyarakatnya dengan memberikan pilihan, pengelolaan, dan batasan terhadap data pribadi yang dikelolanya. Sehingga terhindar dari pelanggaran maupun penyalahgunaan dari orang yang tidak bertanggung jawab agar jelas tujuan dan penggunaannya Judul Perbandingan Sistem Hukum Antara Indonesia dan Malaysia Nama Jurnal Wajah Hukum Volume dan Halaman Vol 4(2), 414-420 Tahun Oktober 2020 Penulis Sigit Somadiyono Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Keadilan adalah salah satu dari beberapa permasalahan penting bagi suatu negara. Masalah Keadilan akan selalu menjadikan perdebatan antar para ahli hukum bagaimana menuangkan keadilan pada suatu peraturan perundang-undangan di suatu negara. Apalagi terdapat banyak perbedaan sistem hukum di dunia seperti sistem hukum islamic Law, Common Law, Civil Law dan sebagainya yang menyebabkan semakin kompleksnya perbedaan definisi rasa keadilan. Peraturan perundang-undangan harus dapat mencerminkan nilai-nilai keadilan yang ada di dalam masyarakat. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan keduanya untuk menemukan kemungkinan adanya keunggulan dan kekurangan. Permasalahan Hukum yang hidup di Indonesia memiliki sistem kekeluargaan yang cenderung memprioritaskan bentuk daripada konten, sehingga tidak terlalu memperdulikan isi moralitas. Metodologi Penelitian Jenis penelitian dalam jurnal ini adalah menggunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian normatif oleh Ronald Dworkin juga disebut studi doktrinal (doctrinal research), sebuah studi yang menganalisis baik hukum sebagai hukum seperti yang tertulis dalam buku, maupun hukum sebagai hukum oleh hakim melalui proses peradilan. Hasil Penelitian Dengan melihat sistem hukum Malaysia, faktanya, Indonesia tidak lebih buruk daripada di Malaysia, bahkan Indonesia memiliki banyak keunggulan yaitu orang yang kompeten di bidang hukum, dan oleh karena itu kemungkinan penyebab hukum di Indonesia masih senonoh karena banyak orang yang jangan menuruti hukum. Jangan menutup mata jika sistem hukum yang diterapkan Negara Malaysia kemungkinan akan meningkatkan sistem hukum yang ada di Indonesia. Judul Perbandingan Mekanisme Sertifikasi Produk Halal Antara Indonesia Dengan Malaysia Nama Jurnal Pelita Volume dan Halaman Vol 20 No 1, 32-43 Tahun 2020 Penulis Tubagus Yudi Muhtadi Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Terdapat perbedaan yang mendasar pelaksanaan sertifikasi halal yang dilaksanakan oleh kedua lembaga di dua negara berbeda ini, walaupun memiliki tujuan yang sama, yakni memberikan keamanan dan kepastian halal kepada masyarakat muslim di kedua negara tersebut dalam mengkonsumsi produk makanan dan minimunnya. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan mekanisme pelaksanaan sertifikasi produk halal yang dilaksanakan oleh dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. Permasalahan proses perjalanan pelaksanaan sertifikasi halal baik di Indonesia maupun di Malaysia memiliki kemiripan, dimana semula sertifikasi dilaksanakan oleh bukan lembaga pemerintah kemudian diambil alih oleh lembaga pemerintah. Adapun yang membedakan adalah uji laboratorium dimana di Indonesia dilakukan oleh LPPOM MUI sedangkan di Malaysia dilaksanakan oleh laboratorium independen yang sudah terakreditasi Metodologi Penelitian Kajian ini menggunakan studi pustaka sebagai bagian dari metode ilmiah untuk menjelaskan permasalahan dan pencapaian tujuan kajian. Metode ilmiah berlandaskan, terdiri atas tiga fase, yakni untuk mencarijawaban secara ilmiah, dasar metodologi untuk membuktikan jawaban tersebut, dan guna menginterpretasikanhasil penelitian (Hadi, Sutrisno, 1980). Hasil Penelitian Mekanisme pelaksanaan sertifikasi halal diantara Indonesia dan Malaysia memiliki kemiripan, walaupun terdapatpula perbedaannya. 1.Di Indonesia mekanisme pelaksanaan sertifikasi halal semula dilaksanakan oleh LPPOM MUI, namun kemudian Pemerintah Indonesia membentuk Badan penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), walaupun pada pelaksanaannya kedua lembaga ini melakukan kerjasama. Pelaku usaha akan menguji sampel produknya pada LPPOM MUI dan hasilnya akan direkomendasikan ke BPJPH. 2.Di Malaysia mekanisme pelaksanaan sertifikasi halal semula dilaksanakan oleh lembaga Independen, namun kemudia Pemerintah Malaysia membentuk JAKIM (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia). JAKIM ini akan menerima hasil rekomendasi dari Laboratorium terakreditasi dari produk yang diajukan oleh pemilik usaha. Judul Perbandingan Pengungkapan Nilai-Nilai Islam Pada Laporan Tahunan Bank Syariah Di Indonesia dan Malaysia Nama Jurnal Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Volume dan Halaman Vol. 7 No. 1 : 141-150 Tahun 2020 Penulis Moh Sigit Awwaludin, Noven Suprayogi Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Pemenuhan akan aspek kepatuhan Syariah merupakan suatu hal yang penting ditengah perkembangan industri perbankan syariah. hal ini dikeranakan sebagian besar konsumen dan investor muslim tidak hanya membutuhkan informasi terkait dengan indikator keuangan perbankan syariah semata, melainkan informasi akan kepatuhan syariah (sharia compilance) dalam setiap aktivitas operasional perbankan syariah menjadi kebutuhan bagi konsumen muslim (Harahap,2002). Sehingga dengan tidak terpenuhinya aspek kepatuhan syariah oleh perbankan akan menghadapkan perbankan syariah terhadap risiko reputasi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat pengungkapan nilai-nilai Islami di bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji beda. Permasalahan Tidak terpenuhinya aspek kepatuhan syariah oleh perbankan akan menghadapkan perbankan syariah terhadap risiko reputasi. Perbankan syariah sebagai lembaga kauangan Islam memiliki tanggung jawab moral lebih tinggi dibandingkan dengan institusi konvensional lainya hal ini dikarenakan terdapat nilai-nilai sosial dan nilai- nilai keadilan yang harus dipenuhi oleh perbankan Syariah. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dengan pendekatan deskriptif. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji beda independent sampel t test yang dilakukan menunjukkan bahwa secara rata-rata terdapat perbedaan tingkat pengungkapan nilai-nilai islam pada laporan tahunan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia. Perbedaan tingkat pengungkapan tersebut disebabkan karena perbedaan status perbankan syariah dikedua negara. Secara keseluruhan perbankan syariah di Malaysia merupakan perusahaan tertutup sedangkan di Indonesia terdapat beberapa perbankan syariah merupakan perusahaan degan status Perseroan Terbuka (PT). Judul Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Jual Beli Online Di Indonesia dan Malaysia Nama Jurnal Journal Of Juditical Review Volume dan Halaman Vol. XIX No. 1 : 62-73 Tahun 2017 Penulis Lu Sudirman, Lily Haryati Reviewer Sultan Muhammad Thoriq Tanggal Reviewer 23 November Latar Belakang Perkembangan internet menyebabkan terbentuknya sebuah arena baru yang lazim disebut dengan dunia maya. Dalam hal ini setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk berhubungan dengan individu lainnya tanpa Batasan apapun yang dapat menghalangi. Globalisasi demikian yang pada dasarnya telah terlaksana didunia maya, yang menghubungkan seluruh masyarakat digital atau mereka yang sering menggunakan internet dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan hukum mana yang lebih baik antara Indonesia dan Malaysia dengan membandingkan persamaan dan perbedaan ketentuan hukum masing-masing negara. Permasalahan Apakah persamaan dan perbedaan ketentuan jual beli secara online ditinjau dari peraturan perundang-undangan di Indonesia dan peraturan perundang-undangan di Malaysia? Bagaimana perlindungan hukum korban penipuan jual beli secara online di tinjau dari peraturan perundang-undangan di Indonesia dan peraturan perundang-undangan di Malaysia. Metodologi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Dalam penelitian hukum normative ini Peneliti juga melakukan perbandingan hukum antara hukum Indonesia dengan hukum Malaysia berkaitan dengan objek penelitian. Hasil Penelitian Indonesia dan Malaysia sama-sama mengakui transaksi jual beli online sebagai sebuah transaksi di lindungi oleh hukum. Selain persamaan diatas, ada persamaan lainnya yaitu Indonesia dan Malaysia sama-sama mengakui tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan biasa. Adapun di Indonesia pengaturan mengenai tanda tangan elektronik diatur dalam pasa l1 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sedangkan dalam di Malaysia diatur dalam pasal 9 Electronic Commerce. Persamaan lainnya adalah bahwa Indonesia dan Malaysia terdapat persamaan dalam menegakkan undang- undangnya terkait wilayah berlakunya undang- undang tersebut. undang-undang tersebut berlaku kepada setiap orang yang ada dalam wilayah negaranya maupun tidak namun tindakan pidana yang dilakukan berdampak terhadap negaranya