Anda di halaman 1dari 20

Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah

Kabupaten Ketapang

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Tenaga Kerja


Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja menurut
kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja atau
mengerjakan sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja.
Menurut (Simanjuntak, 2001) sumber daya manusia atau human
resources mengandung dua pengertian. Pertama sumber daya manusia
(SDM) mengandung pengertian Industri kerja atau jasa yang dapat
diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan
kualitas industri yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu
untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari SDM
menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau
Industri kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan
yang bernilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik,
kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam
usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia
kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau manpower.
Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam
usia kerja (working-age population). Kedua pengertian tersebut
mengandung; (1) aspek kuantitas dalam arti jumlah penduduk yang
mampu bekerja, dan (2) aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia
dan diberikan untuk produksi. Pengertian diatas juga menegaskan bahwa
SDM mempunyai peranan sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya
dengan faktor-faktor lain, SDM sebagai faktor produksi juga terbatas.

II - 1
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

Pendayagunaan SDM untuk mengasilkan barang dan jasa dipengaruhi


oleh dua dua kelompok faktor yaitu, pertama, yang mempengaruhi jumlah
dan kualitas tersebut dan, kedua, faktor dan kondisi yang mempengaruhi
pengembangan perekonomian yang kemudian mempengaruhi
pendayagunaan SDM tersebut.
Tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku (actor) dalam mencapai tujuan pembangunan
(Sastrowardoyo, 2002), maka tenaga kerja dibagi menjadi :
1. Tenaga Kerja Upahan
Tenaga kerja yang memperoleh upah sebagai imbalan atau jasa
yang diberikan. Mereka terikat dalam suatu hubungan dengan
pemberi kerja (perindustrian).
2. Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja yang secara teratur memperoleh hak-haknya seperti
upah cuti, meskipun ia tidak bekerja karena sesuatu hal yang tidak
melanggar ketentuan. Kedudukan mereka sangat kuat dalam
hukum. Dimana pengindustri tidak dapat memutuskan hubungan
kerja semaunya.
3. Tenaga Kerja Tidak Tetap
Tenaga kerja yang tidak memiliki hak dan kewajiban tidak teratur.
Umumnya mereka akan kehilangan hak-hak tertentu apabila
mereka tidak bekerja, kedudukan tidak cukup kuat sehingga dapat
dikeluarkan pengIndustri dengan mudah.
4. Tenaga Kerja Borongan
Tenaga kerja yang menjalankan suatu pekerjaan tertentu atas
perjanjian dengan ketentuan yang jelas mengenai waktu dan harga
pekerjaan. Pada saat pekerjaan tersebut selesai, maka saat itu
hubungan kerja putus.

2.2. Penyerapan Tenaga Kerja dan Teori Ekonomi


Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga
kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata

II - 2
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja
dalam suatu unit usaha (Boediono, 1984). Dalam penyerapan tenaga
kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah pertumbuhan
ekonomi tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Sedangkan
faktor internalnya adalah tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, dan
pengeluaran tenaga kerja non upah.
Adanya investasi dalam bentuk industri dapat memperbesar jumlah
penyerapan tenaga kerja tetapi belum tentu dapat menampung seluruh
angkatan kerja. Teori klasik menyebutkan bahwa tenaga kerja dapat
digunakan secara penuh melalui mekanisme pasar tenaga kerja. Dengan,
kata lain, jika terjadi pengangguran dalam suatu Negara, berarti
penawaran tenaga kerja akan lebih besar daripada permintaan tenaga
kerja. Akibatnya tingkat upah dapat diturunkan karena banyaknya pekerja
yang mau bekerja. Dengan demikian tingkat upah akan lebih rendah.
Dengan menurunnya tingkat upah itu, berarti biaya produksi juga semakin
menurun, sehingga dapat diperoleh keuntungan, dan keuntungan bisa
memperluas kegiatan ekonomi serta mampu menampung tenaga kerja
yang menganggur, bila harga pasar relative stabil.
Keynes seorang tokoh ekonomi tidak sependapat dengan teori
klasik tersebut, karena didasarkan pada kenyataan-kenyataan berikut.
1. Jika tingkat upah diturunkan, maka permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan akan menurun pula, atau
daya beli masyarakat menurun. Penurunan daya beli ini dalam
mekanisme pasar akan menurunkan pendapatan para pengIndustri,
sehingga perluasan kegiatan ekonomi pun akan terhambat.
Akibatnya tidak akan terjadi penggunaan tenaga kerja secara
penuh.
2. Pada umumnya sulit sekali menurunkan tingkat upah karena
persatuan para pekerja di zaman modern ini semakin maju dan
mampu memperjuangkan kepentingan para pekerja itu sendiri, dan
kenyataan yang terjadi kenaikan upah berlangsung secara terus

II - 3
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

menerus. Berdasarkan hasil penelitian dapat terbukti bahwa dari


sejumlah angkatan kerja, sebagian telah berproduksi dan sebagian
lagi tidak berproduksi. Jika angkatan kerja lebih besar dari pada
penyerapan tenaga kerja, maka akan terjadi pengangguran.

Pengangguran itu sendiri sering diartikan sebagai angkatan kerja


yang belum bekerja atau bekerja secara tidak optimal. Berdasarkan
pengertian ini, maka pengangguran bisa dibedakan menjadi tiga, yakni
sebagai berikut :
a) Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment)
Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan bakat dan kemampuannya. Misalnya, suatu kantor
mempekerjakan sepuluh orang karyawan, padahal pekerjaan itu
sebenarnya dapat dilaksanakan dengan baik hanya dengan tujuh
orang karyawan, sehingga terdapat kelebihan tiga orang tenaga
kerja. Tiga orang tenaga kerja itulah yang disebut pengangguran
terselubung.
b) Setengah Menganggur (Under Unemployment)
Setengah menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena ketidakadaan dan keterbatasan lapangan
kerja atau pekerjaan. Ada yang mengatakan bahwa tenaga kerja
setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang
dari 35 jam selama seminggu. Misalnya, seorang petani setelah
musim tanam biasanya tidak bekerja secara optimal. Mereka
biasanya hanya menunggu musim untuk penyiangan dan setelah
selesai musim penyiangan merekapun kembali menganggur sambil
menunggu musim panen.
c) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh
tidak mempunyai pekerjaan atau pengangguran. Pengangguran ini
disebabkan oleh banyak hal, misalnya ada yang memang karena

II - 4
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

belum mendapat pekerjaan padahal telah berIndustri secara


maksimal, tetapi mungkin ada pula yang malas dan gengsi.

Menurut (Sastrowardoyo, 2002) mengidentifikasi enam indikator


dari peyerapan tenaga kerja, yaitu :
1. Jenis Perindustrian
Ada beberapa wiraindustriwan yang dapat dengan mudah
melakukan suksesi, tetapi ada pula yang mengalami hal sebaliknya.
Pada umumnya hal ini ditentukan oleh jenis perindustrian. Seorang
wiraindustriwan yang menguasai penerapan teknologi tinggi tidak
mudah untuk digantikan. Demikian pula dengan orang yang
menguasai hubungan dengan seluruh industri perindustrian
merupakan faktor kunci bagi keberhasilan perindustrian.
2. Faktor Lingkungan
Perubahan lingkungan bisnis memerlukan antisipasi, salah satu
diantaranya dilakukan dengan suksesi. Meskipun sebuah
perindustrian telah menerapkan teknologi maju, perindustrian
memerlukan personel yang handal dalam pemasaran.
3. Jumlah Konsumen Potensial
PerIndustrian dengan jumlah konsumen potensial yang relatif kecil
mungkin menggunakan tenaga penjualan sendiri untuk menjual
langsung kepada konsumen atau perIndustrian pengguna. Untuk
jumlah pembelian yang lebih besar perindustrian akan
memanfaatkan jasa perantara.
4. Jumlah Pesanan
Perindustrian produk makanan akan menjual langsung kepada
rangkaian grosir besar karena ukuran pesanan yang besar dan
volume keseluruhan perindustrian menjadikan saluran ini dapat
diharapkan lebih ekonomis.
5. Nilai Unit Produk
Harga setiap unit produk mempengaruhi jumlah dana yang
diperlukan untuk distribusi. Untuk produk bernilai tinggi dengan

II - 5
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

harga mahal diperlukan saluran distribusi pendek, sedangkan untuk


produk yang berharga murah pada umumnya digunakan saluran
distribusi yang panjang.
6. Umur Produk
Beberapa barang secara fisik kualitasnya cepat menurun. Barang
yang bersifat demikian memerlukan saluran langsung atau pendek.

2.3. Industri Kecil Menengah (IKM)


Di Indonesia, beberapa ilmuwan, praktisi, pelaku bisnis dan
pemerintah mengenal dua istilah berbeda tentang unit kegiatan ekonomi
kecil. Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah cenderung
menggunakan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM), sementara
Kementerian Perindustrian cenderung menggunakan istilah Industri Kecil
Menengah (IKM). Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor: 13/M-IND/PER/2/2013 Tentang Petunjuk Teknis
Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan Industri Kecil
Menengah Pasal 1 ayat (1), (2), dan (3) yang menyebutkan:
1. Industri Kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan industri kecil
dan perusahaan industri menengah.
2. Perusahaan Industri Kecil (IK) adalah perusahaan industri dengan
nilai investasi seluruhnya sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima
ratus juta rupiah), dengan tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
3. Perusahaan Industri Menengah (IM) adalah perusahaan industri
dengan nilai investasi seluruhnya lebih besar dari Rp. 500.000.000
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
Studi ini cenderung pada penggunaan istilah industri kecil
menengah (IKM). Alasannya ialah, IKM merupakan bentuk kegiatan usaha
yang tidak hanya sebatas usaha jual-beli, melainkan ada kegiatan proses

II - 6
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

produksi dengan suatu teknologi, manajemen organisasi sederhana, dan


kerjasama dengan pihak lain.
Berikut adalah lampiran Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No. 64 Tahun 2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja Dan
Nilai Investasi Untuk Klasifikasi Usaha Industri.

Tabel 2.1. Besaran Jumlah Tenaga Kerja Dan Nilai Investasi Untuk
Klasifikasi Usaha Industri

2.3.1. Ciri-ciri Industri Kecil dan Menengah (IKM)


Industri Kecil dan Menengah yang ada di Indonesia memiliki ciri
khas tertentu yang membedakan dengan industri menengah ataupun
industri kecil di Negara lain. Ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri
khasnya antara lain :
1. Mempunyai skala industri yang kecil baik modal, penggunaan
tenaga kerja maupun orientasi pasar
2. Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah
pinggiran kota besar
3. Status industri milik pribadi atau keluarga
4. Sumber tenaga berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis,
geografis) yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui
pihak ketiga

II - 7
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

5. Pola kerja seringkali part time atau sebagai Industri sampingan dari
kegiatan ekonomi lainnya
6. Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi tekhnologi,
pengelolaan Industri dan administrasinya sederhana.
7. Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal kerja
serta sangat tergantung terhadap sumber modal sendiri dan
lingkungan pribadi
8. Izin industri seringkali tidak dimiliki dan persyaratan industri tidak
dipenuhi
9. Stategi perindustrian sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yang sering berubah cepat (Sudoko, 1995) dalam Prananingtyas
2001.

2.3.2. Permasalahan yang dihadapi oleh IKM


Beberapa faktor permasalan yang seringkali dihadapi oleh IKM saat
ini antara lain ialah:
b. Faktor Internal
 Kurangnya permodalan-permodalan merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk mengembangkan suatu unit industri. Kurangnya
permodalan IKM, karena pada umumnya industri kecil dan
menengah merupakan Industri perorangan atau perindustrian yang
sifatnya tertutup.
 Sumber daya manusia yang terbatas, keterbatasan SDM industri
kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan
keterampilannya sangat berpengaruh pada manajeman
pengelolaan Industrinya, sehingga industri tersebut sulit untuk
berkembang secara optimal.
 Lemahnya jaringan industri dan kemampuan penetrasi industri
kecil, jaringan industri yang sangat terbatas dan kemampuan
penetrasi rendah maka produk yang dihasilkan jumlahnya sangat
terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.

II - 8
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

c. Faktor Eksternal
 Iklim Industri belum sepenuhnya kondusif dengan kebijaksanaan
Pemerintah untuk menumbuh kembangkan Industri Kecil dan
Menengah (IKM). Terlibat dari masih terjadinya persaingan yang
kurang sehat antara pengindustri-pengindustri kecil dan
pengindustri besar.
 Terbatasnya sarana dan prasarana industri, kurangnya informasi
yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki
juga cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan industri.
 Terbatasnya akses pasar, akses pasar akan menyebabkan produk
yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik
dipasar nasional maupun internasional.

2.3.3. Peran Industri Kecil dan Menengah (IKM)


Peranan IKM dalam perekonomian tradisional diakui sangat besar.
Hal ini dapat dilihat dari kontribusi IKM terhadap lapangan kerja,
pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan dan sebagai
penggerak peningkatan ekspor manufaktur atau nonmigas. Terdapat
beberapa alasan pentingnya pengembangan IKM.
1. Fleksibilitas dan adaptabilitas IKM dalam memperoleh bahan
mentah dan peralatan. Relevansi IKM dengan proses-proses
desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjangnya integritas
kegiatan pada sektor ekonomi yang lain. Potensi IKM dalam
menciptakan dan memperluas lapangan kerja.
2. Peranan IKM dalam jangka panjang sebagai basis untuk mencapai
kemandirian pembangunan ekonomi karena IKM umumnya
diIndustrikan pengIndustri dalam negeri dengan menggunakan
kandungan impor yang rendah.

II - 9
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

2.4. Pengertian Konflik


Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.(Wikipedia).
Konflik, dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002) diartikan
sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan.
Menurut Kartono & Gulo (1987), konflik berarti ketidaksepakatan
dalam satu pendapat emosi dan tindakan dengan orang lain.
Menurut Robbins (1996) dalam “Organization Behavior”
menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi
akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang)
yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif
maupun pengaruh negatif.
Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan. Kekuatan-
kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia. Istilah konflik sendiri
diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat,
persaingan dan permusuhan.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya
adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual
dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.(Wikipedia)
Dari beberapa pengertian konflik diatas apabila dihubungkan
dengan Industri, adalah suatu benturan pemikiran antara pihak pengelola
dalam hal ini ketua dengan para anggota maupun kerja dalam dunia

II - 10
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

industri dimana menimbulkan percekcokan antara pihak yang terkait yang


mengakibatkan terjadinya tindakan-tindakan penggugatan baik itu dari
pihak atasan maupun bawahan.
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh
karena konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat
tidak selalu berarti konflik. Persaingan sangat erat hubungannya denga
konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang
sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak
sama dengan konflik namun mudah menjurus kearah konflik, terutama bila
ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan
aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang
terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang
yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik.
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif
akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal
dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat
maupun bagi kelompok.
Orang sering menganggap konflik bersumber dari tindakan dan inti
persoalan , namun sebenarnya konflik sering disebabkan oleh komunikasi
yang buruk.Komunikasi dapat menjadi masalah besar.Banyak persoalan
dapat diselesaikan jika komunikasi berjalan lancar. Komunikasi yang
buruk memperparah persoalan karena setiap orang yang terlibat dalam
konflik secara tidak sadar mereka-reka motivasi buruk pihak
lain.Perbedaan antara pesan yang disampaikan dan pesan yang diterima
akan menimbulkan masalah komunikasi ketika konflik berlangsung. Setiap
hubungan antar pribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan
pendapat atau perbedaan kepentingan. Yang dimaksud konflik adalah
situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi,
menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain ( Johnson,1981 ).
Kendati unsur konflik selalu terdapat dalam setiap bentuk
hubungan antar pribadi, pada umumnya individu memandang konflik
sebagai keadaan yang buruk dan harus dihindarkan. Konflik dipandang

II - 11
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

sebagai faktor yang akan merusak hubungan, maka harus dicegah.


Namun, kini banyak orang mulai sadar bahwa rusaknya suatu hubungan
lebih disebabkan oleh kegagalan memecahkan konflik secara konstruktif,
adil dan memuaskan kedua belah pihak bukan oleh munculnya konflik itu
sendiri. Pengelolaan konflik secara konstruktif,konflik dapat memberikan
manfaat positif bagi diri kita sendiri maupun bagi hubungan kita dengan
orang lain. Beberapa contoh manfaat dari konflik adalah sebagai berikut
( Johnson, 1981 ) :
 Konflik dapat membuat kita sadar bahwa ada masalah yang perlu
diselesaikan dalam hubungan kita dengan orang lain.
 Konflik dapat memunculkan kesadaran dan memotivasi kita untuk
melakukan berbagai perubahan dalam diri kita.
 Konflik dapat memotivasi kita untuk segera memecahkan msalah
yang selama ini tidak kita sadari dengan jelas.
 Konflik juga bisa membuat kehidupan menjadi lebih menarik.
 Munculnya konflik dalam ragam pendapat bisa membantu kita
kearah pencapaian keputusan bersama yang lebih matang dan
qualified.
 Konflik juga dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil
yang sering terjadi dan muncul dalam hubungan kita dengan orang
lain.
 Konflik juga dapat membuat diri kita sadar tentang dan bagaimana
kita sebenarnya.
 Konflik bahkan dapat menjadi sumber hiburan.
 Konflik dapat mengakrabkan dan memperluas hubungan.

Menurut Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi),


terdapat beragam jenis konflik:
 Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki, seperti antara
manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen
menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk
konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara

II - 12
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi,


manajemen kompensasi dan karir.
 Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja
pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh
bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak
cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan
pemasaran.
 Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan
baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan
efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding
sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi
keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya
anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi
pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam
sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu
memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya
sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
 Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang
seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi
antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak
karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem
koordinasi yang tidak jelas.

Imam al-Ghazali dalam bukunya al-Mus-tasfa mendefinisikan


masalah sebagai sebuah ekspresi untuk mencari manfaat dan
meninggalkan mudarat. Beliau kemudian membagi tiga kategori
kebutuhan manusia sebagai wujud perlindungan terhadap maslahah
tersebut. Pertama, daruriyyat, yaitu kebutuhan yang paling mendasar dan
harus dipenuhi untuk mencapai kelima tujuan Syariah, yang jika terganggu
maka dapat mengancam kestabilan masyarakat. Kelima tujuan Syariah

II - 13
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

tersebut adalah perlindungan agama, jiwa, intelektual, keturunan, dan


kepemilikan harta.
Kedua, hajiyyat, adalah kebutuhan pelengkap, penyeimbang, untuk
mengharmon-isasikan kebutuhan dasar. Kebutuhan ini juga bertujuan
untuk membuang segala kesulitan. Dan yang terakhir, tahsiniyyat. yaitu
kebutuhan tambahan memperindah kehidupan untuk mencapai
“kesempurnaan”.
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:
1. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk
mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus
mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam
organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk
memahaminya.
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik
dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan
sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya;
Perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk
mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi
perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi.
3. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan
lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat
dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan
menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari
yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif merupakan
hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa
penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang
benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para
pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

II - 14
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

Setiap perselisihan, baik dalam masyarakat umum maupun dalam


hubungan industrial tentunaya memerlukan upaya, sistem atau proses
penyelesaiannya. Berikut ini akan diuraikan bentuk-bentuk penyelesaian
tersebut dengan dua kategori bahasan, yaitu penyelesaian perselisihan
secara Bipartite dan penyelesaian perselisihan secara Tripartite
a. Penyelesaian Perselisihan Secara Bipartite
Bisa dikatakan penyelesaian secara Bipartite dapat diartikan sebagai
perselisihan yang penyelesaiannya diupayakan secara internal yakni
antara pihak pekerja dengan pemilik perusahaan. Upaya penyelesaian
ini dapat ditentukan dalam Peraturan Perusahaan dengan dasar
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
02/MEN/1978 yang telah mendapatkan persetujuan oleh Departemen
Tenaga Kerja[3]. Dalam penyelesaian musyawarah untuk mencapai
mufakat adalah yang diutamakan, dimana pihak akan merundingkan
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dalam penyelesain
keluh kesah. Dan dalam penyelesaian secara Bipartite ini akan terlihat
lebih mendekati kehendak dari para pihak, karena masing-masing
dapat langsung berbicara dan dapat memperoleh kepuasan tersendiri
secara murni karena tidak ada campur tangan dar pihak ketiga.
b. Penyelesaian Perselisiahan Secara Tripartite
Pengertian penyelesaian perselisihan secara Tripartite yaitu bahwa
perselisihan tersebut terjadi antara pekerja dengan pengusaha tidak
dapat diselesaikan secara Bipartite, maka upaya selanjutnya
diselesaikan melalui forum yang dihadiri oleh wakil pemilik
perusahaan, wakil perkerja (SPSI) dan wakil dari pemerintahan
(Departemen Tenaga Kerja). Penyelesaian ini diadakan di Kantor
Departemen Tenaga Kerja di tingkat daerah yang dipimpin oleh
pegawai perantara.
Menurut pasal 4 Undang-undang Nomor 22 tahun 1957,
menyatakan bahwa setelah menerima surat pemberitahuan dari
perusahaan tentang pernyataan bahwa telah diadakan perundingan yang
langsung antara keduanya (disini berarti pekerja dan pemilik perusahaan)

II - 15
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

tidak memberikan hasil dan mereka tidak bermaksud menyerahkan


perselisihannya kepada Dewan Pemisah, maka pegawai perantara yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja mengadakan penyelidikan tentang
permasalahan perselisihan dan mengenai sebab-sebabnya, selambatnya
7 hari terhitung dari tanggal penerimaan sudah harus diperantarai. Apabila
pegawai perantara belum dapat menyelesaikan persoalannya, maka
persoalan tersebut diserahkan kepada Panitia Penyelesian Perselisihan
Perburuhan Daerah (P4D) dengan memberitahukan kepada pihak-pihak
yang berselisih.
Pilihan terhadap jalan kekerasan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu, dalam sejarah hidup masyarakat, selalu diikuti penderitaan.
Penderitaan itu disebabkan jatuhnya korban jiwa, luka-luka, kerugian
material, dan trauma jiwa para korban. Pada saat bersamaan, cara
kekerasan hampir sama sekali tidak menawarkan pemecahan masalah,
tetapi menciptakan lingkaran balas dendam dan kebencian. Melihat
konsekuensi destruktifnya, kekerasan seharusnya mulai dipahami bukan
sebagai cara mempertahankan identitas atau memperjuangkan
kepentingan lainnya. Jalan damai dalam mencari penyelesain konflik
(peaceful conflict resolution) lebih memberikan kesempatan kepada
pemecahan berbagai isu konflik. Termasuk konflik dalam hubungan
industri di negeri ini. Sayang, negara dan perusahaan belum memiliki
kelembagaan mekanisme damai yang mampu mengelola sumber-sumber
dinamika hubungan kerja industri secara komprehensif. UU No 2/2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial lebih banyak
mengatur penyelesaian konflik antara buruh dan perusahaan. Artinya,
peraturan tersebut hanya mengelola salah satu aspek sumber dinamika
hubungan kerja industri yang sebenarnya bersifat kompleks.
Sebagaimana kasus di Batam, konflik industri terjadi karena faktor
identitas, bukan isu upah pekerja.
Selain kelembagaan mekanisme damai secara legal formal,
pendekatan-pendekatan kultural dan keterampilan menyelesaikan konflik
secara damai memiliki porsi penting. Kasus di Batam merupakan

II - 16
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

pelajaran penting bagi pemerintah dan perusahaan-perusahaan di negeri


ini bahwa cara kekerasan bisa disebabkan ketidaktahuan cara
menyelesaikan konflik secara damai. Kekecewaan dan kemarahan para
pekerja tidak ditransformasikan menjadi bentuk tuntutan tanpa kekerasan.
Seperti menggunakan jalur yudisial (hukum) atau menggunakan forum
dialog untuk mencari penyelesaian konflik.
Kasus rusuh hubungan industri di Batam adalah bentuk tidak
terkelolanya sumber-sumber dinamika hubungan kerja industri. Tidak
tertutup kemungkinan kasus serupa akan terjadi di tempat-tempat lain di
Indonesia. Membiarkan kemungkinan itu terjadi sama halnya dengan
membiarkan negeri ini selalu menghadapi konsekuensi destruktif dari
kekerasan. Kita tentu mengharapkan kekerasan bisa dieliminasi dari
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, negara dan berbagai
elemen bangsa ini perlu berkomitmen dengan cara menciptakan
mekanisme damai dalam setiap konteks hubungan sosial di Indonesia.
Konflik dalam komunikasi perlu diatasi, maka dari itu yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
 Perlu keterampilan untuk membedakan yang wajar dan sehat serta
terampil untuk mengelolanya.
 Menetapkan batas secara konstruktif antara yang boleh dibahas
dengan yang tidak.
 Memulai percakapan yang bermanfaat dan dapat diterima setiap
pihak.
 Mengarahkan pada batas-batas yang disepakati.
 Terampil menyatakan ketidaksetujuan tanpa ada kesan menolak
gagasan pihak lain.
 Sebaliknya, ia mampu menerima ketidaksetujuan pihak lain tanpa
merasa ditolak.
 Melihat konflik dari sudut pandang orang lain.
 Mengarahkan keputusan pada kepuasan bersama (win-win
solution)

II - 17
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

2.5. Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten Ketapang


Pada tahun 2015 di Kabupaten Ketapang terdapat 737 unit usaha
industri kecil menengah, jumlah tersebut lebih banyak dibanding tahun
2014. Industri kecil menegah di Kabupaten Ketapang menyerap sebanyak
4.663 orang tenaga kerja dan didominasi oleh pekerja laki-laki. Nilai
investasi industrI kecil menengah tahun 2015 adalah sebesar 38,90 milyar
rupiah, lebih banyak dibandingkan dengan nilai nominal investasi tahun
2014. Daerah perkotaan Kecamatan Delta Pawan dan Kecamatan Benua
Kayong menjadi lokasi utama IKM. Selain itu terdapat 21 unit industrI
besar yang berstatus aktif di Kabupaten Ketapang pada tahun 2014 dan
menyerap sebanyak 1.492 orang pekerja.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukan data jumlah sentra, unit
usaha, dan tenaga kerja IKM (Sumber Ketapang Dalam Angka Tahun
2017).
Tabel 2.2. Jumlah Sentra, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja Industri Kecil
dan Kerajinan Menurut Jenis Industri Tahun 2016
Unit Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra
(Unit) L P Jumlah
1 2 3 4 5 6

1 Ikan Kering Tipis 3 11 25 45 70

2 Ale-ale 1 8 24 16 40

3 Gula Merah Kelapa 2 25 25 25 50

4 Gula Merah Aren 3 26 38 27 65


Kerupuk Ikan /
5 2 9 11 56 67
Udang
6 Kerupuk-Amplang 3 34 33 103 136

7 Jenurai 1 1 - 5 5

8 Dodol 1 1 - 5 5

9 Terasi 2 55 51 38 89

10 Batik Khas Daerah 2 2 4 57 61

11 Anyaman Rotan / Bambu 8 116 76 125 201

12 Tikar Lampit 3 27 40 10 50

13 Anyaman Pandan 8 78 32 189 221

II - 18
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

14 Anyaman Keladi Air 2 17 - 57 57

15 Bata dan Genteng 1 2 40 1 41

16 Batako (Paving Block) 3 12 24 - 24

17 Pandai Besi 13 32 167 - 167

18 Pengelasan / Perbengkelan 4 4 31 - 31

19 Pembuatan Perahu 2 11 50 - 50

20 Meubel Kayu 13 33 142 - 142

21 Meubel Rotan 3 4 22 - 22

22 Batu Aji / Kecubung 8 26 58 7 65

23 Rebung Kering 1 1 - 10 10

24 Pakan Ternak 3 3 30 15 45

2016 92 538 923 791 1.714

2015 89 526 911 779 1.690


1.13
2014 105 992 1.638 2.776
8
Jumlah
1.08
2013 103 982 1.638 2.726
8
1.08
2012 100 979 1.578 2.666
8
Sumber : Bidang Perindustrian, Dinas Kop. UKM. Dagprin. Kab. Ketapang

Tabel 2.3. Rekapitulasi Perusahaan Industri Kecil Menengah Menurut


Cabang Industri di Kabupaten Ketapang Tahun 2016
Unit Tenaga Kerja
Investasi
Cabang Industri Kecil-Menengah Usah
(Rp.000) L P Jumlah
a
1 2 3 4 5 6

1 Cabang Industri Pangan 128 5.678.220 411 165 576


2 Cabang Industri Sandang 39 887.121 122 80 202
Cabang Industri Kimia dan Bahan 24.283.67
3 330 2.592 411 3.003
Bangunan 2
4 Cabang Industri Logam dan Elektronika 253 8.685.089 867 59 926
5 Cabang Industri Kerajinan 21 307.613 51 12 63
39.841.71
2016 771 4.043 727 4.770
Jumlah/Total 5
2015 737 38.895.71 3.948 715 4.663

II - 19
Kajian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Menegah
Kabupaten Ketapang

5
37.680.01
2014 684 3.810 678 4.488
9
35.930.01
2013 637 3.663 649 4.312
9
34.536.01
2012 594 3.574 583 4.157
9
Sumber : Bidang Perindustrian, Dinas Kop. UKM. Dagprin. Kab. Ketapang

II - 20

Anda mungkin juga menyukai