SHALAT BERJAMA’AH
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Bagus Ridwan, S.Pd
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Shalat Berjama’ah “ dengan baik. Shalawat serta salam kami
sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat
beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.
Makalah ini dirancang agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang shalat
berjama’ah, bagaimana tata cara, pengaturan shaf, dan hukum shalat berjama’ah,
serta shalat jama’ dan qashar berserta tata caranya, yang disajikan dari berbagai
sumber.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah
sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang
sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan
datang menjadi lebih baik.
Terima kasih
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.7 Apa saja syarat-syarat shalat jama’ah ?
1.2.8 Bagaimana tata cara pelaksanaan shalat jama’ah ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
1.3.2 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari shalat
berjama’ah.
1.3.3 Agar mahasiswa memahami hukumnya shalat berjama’ah bagi laki-laki
maupun perempuan.
1.3.4 Agar mahasiswa mengetahui syarat-syarat terjadinya shalat berjama’ah.
1.3.5 Agar mahasiswa mengetahui syarat-syarat menjadi imam.
1.3.6 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami aturan barisan shalat
berjama’ah (shaf) yang benar.
1.3.7 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari shalat
jama’ah.
1.3.8 Agar mahasiswa mengetahui apa saja syarat-syarat dilakukannya shalat
jama'ah.
1.3.9 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tata cara pelaksanaan shalat
jama’ah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
shalat berjamaah. Semakin banyak jumlah jama’ahnya semakin utama
dibandingkan dengan shalat berjama’ah yang sedikit pesertanya.
Dalam melaksanakan shalat berjamaah di masjid, seseorang akan
mendapatkan manfaat dan ganjaran yang lebih dibandingkan shalat sendiri
dirumah. Manfaat itu berupa terjalinnya silahturahim antara warga sekitar.
Karena seringnya bertemu dan berkomunikasi ketika berada dimasjid.
Sedangkan ganjaran yang dimaksud disini adalah mendapatkan 27 pahala
lebih baik serta dinaikkan derajatnya satu tingkat lebih tinggi ketika kaki
melangkah untuk menuju ke masjid.
Artinya :
Diriwayatkan Ibnu Umar, Rasulullah SAW. bersabda, “ Shalat berjamaah lebih
utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat ”. (H.R.
Bukhari dan Muslim)
6
berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya, sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadis Nabi SAW.
7
dengannya, hukumnya boleh karena ia dibolehkan untuk berdua-duaan
dengannya di luar waktu shalat. Sedangkan, jika ia mengimami wanita asing
dan berdua-duaan dengannya maka itu diharamkan bagi laki-laki dan wanita
tersebut berdasarkan hadis-hadis Nabi SAW tersebut. Maka, jika shalat
berjamaah dengan laki-laki yang bukan mahram di mushala kantor itu
menjadikannya berdua-duaan dengannya, hukumnya adalah haram.
Tetapi, jika di mushala itu ada orang lain, meskipun ia tidak shalat maka
hukumnya menjadi boleh karena penyebab dilarangnya sudah tidak ada, yaitu
berdua-duaan. Wallahu a’lam bish shawwab.
8
2.4 Syarat-syarat Menjadi Imam
9
Syarat utama menjadi imam shalat seperti disebutkan dalam kitab Fiqh
Al-Islami Wa karya Syaikh Wahbah Al Zuhaili antara lain, “Islam, berakal,
balighm laki-laki, suci dari hadats, bagus bacaan dan rukunnya, bukan
makmum, sehat dan belum tua serta lidahnya fasih dapat mengucapkan lafal
Arab dengan tepat dan jelas”.
Namun demikian, hal ini tidak termasuk syarat sahnya shalat berjamaah,
karena seseorang diperbolehkan menjadi imam bagi orang yang lebih berhak
menjadi imam darinya, sebagaimana kisah Nabi. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah shalat di belakang Abu Bakar sebagaimana dijelaskan dalam
hadits ‘Aisyah, ia berkata :
“Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit di akhir hayatnya, lalu
datanglah waktu shalat dan Bilal telah beradzan, maka beliau berkata:
“Perintahkan Abu Bakar agar mengimami shalat,” lalu ada yang berkata kepada
beliau : “Sungguh Abu Bakr seorang yang lembut hati. Apabila menggantikan
10
kedudukanmu, ia tidak dapat mengimami orang banyak”. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengulangi lagi (perintahnya) dan merekapun mengulangi
(pernyataan tersebut), lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulanginya
yang ketiga dan berkata: “Kalian ini seperti wanita-wanita dalam kisah Yusuf.
Perintahkan Abu Bakar agar mengimami orang shalat,” lalu Abu Bakar
berangkat dan mengimami shalat. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
merasakan sakitnya agak ringan, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
keluar dengan bersandar pada dua orang, seakan-akan aku melihat kakinya
gontai (tidak mantap dalam melangkah) karena rasa sakit. Lalu Abu Bakar
ingin mundur, maka beliau memberikan isyarat untuk tetap di tempatnya,
kemudian mendatanginya dan duduk di sebelah Abu Bakar” [HR al Bukhari,
kitab al Adzan, hadits 2641]
11
12
13
Ketika wanita berjama’ah bersama lelaki, posisi shaf wanita yang paling
belakang lebih afdhal dibandingkan posisi shaf di depannya. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Oleh karena itu, dalam menyusun shaf wanita ketika berjama’ah bersama
laki-laki dimulai dari belakang, bukan dari depan.
14
Basyir, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda (artinya) :
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa shalat berjamaah
adalah shalat yang dilakukan oleh kaum muslimin secara bersama-sama,
minimal jumlahnya adalah dua orang, yaitu satu imam dan satu makmum. Bagi
laki-laki shalat berjama’ah di masjid (shalat fardhu) lebih utama daripada di
rumah, sedangkan bagi wanita shalat dirumah lebih utama karena lebih aman
bagi mereka.
Syarat utama menjadi imam shalat seperti disebutkan dalam kitab Fiqh
Al-Islami Wa karya Syaikh Wahbah Al Zuhaili antara lain, “Islam, berakal,
balighm laki-laki, suci dari hadats, bagus bacaan dan rukunnya, bukan
makmum, sehat dan belum tua serta lidahnya fasih dapat mengucapkan lafal
Arab dengan tepat dan jelas”.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
16
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
El-sutha, Saiful Hadi. 2012. Buku Panduan Sholat Lengkap. Jakarta : WahyuMedia.
Sulaiman, Muhammad. 2013. Tata cara Shalat Lengkap Wajib & Sunnah.
Yogyakarta : Buku Pintar.
https://almanhaj.or.id/2612-memahami-posisi-imam-dan-mamum-dalam-shalat-
berjamaah.html
https://muslimah.or.id/7559-bagaimana-shaf-wanita-dalam-shalat.html
https://rohissmpn14depok.wordpress.com/kbm-pai/shalat-berjamaah-dan-munfarid/
http://rukun-islam.com/syarat-menjadi-imam-shalat/
http://cercahceria.com/tata-cara-shalat-jamak-qashar-jamak-qashar-lengkap/
https://cahayawahyu.wordpress.com/religion/hukum-shalat-berjamaah-di-masjid-
bagi-wanita-dari-berbagai-pendapat/
17