Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fauziyah Sari Ferdyan Putri

NIM : 170710101441

Kelas :C

Mata Kuliah : Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

1. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo


Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
sengketa TUN adalah sengketa yang timbul antara orang atau Badan Hukum
perdata baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya administratif adalah
suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau badan hukum
perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara.
Prosedur yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang-undangan untuk
menyelesaikan sengketa TUN yang dilaksanakan di lingkungan pemerintahan
sendiri (bukan oleh peradilan yang bebas). Prosedur tersebut dilaksanakan di
lingkungan pemerintahan sendiri dan terdiri atas dua bentuk:
a. Keberatan
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan sendiri oleh
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha
Negara.
b. Banding Administratif
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan oleh instansi
atasan atau instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang
mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara, yang berwenang memeriksa
ulang Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan .
Berbeda dengan prosedur di Peradilan Tata Usaha Negara, maka pada
prosedur banding administratif atau prosedur keberatan dilakukan penilaian
yang lengkap, baik dari segi penerapan hukum maupun dari segi
kebijaksanaan oleh instansi yang memutus. Dari ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya Keputusan Tata
Usaha Negara yang bersangkutan dapat dilihat apakah terhadap suatu
Keputusan Tata Usaha Negara itu terbuka atau tidak terbuka kemungkinan
untuk ditempuh suatu upaya administratif.

2. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang


Administrasi Pemerintahan, salah satunya mengatur mengenai upaya
administrasi yaitu penyelesaian sengketa administrasi pemerintahan melalui
jalur non yudisial di internal pemerintahan antara warga masyarakat
dengan pejabat tata usaha negara. Peradilan Tata Usaha Negara beserta
hukum acaranya yang tertuang dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
saat ini tengah dihadapkan pada sejumlah dinamika di dalam pelaksanaannya
sehubungan dengan lahirnya Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan. Dilihat dari segi substansinya (materi
muatannya), Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan merupakan hukum materiil dari sistem Peradilan Tata Usaha
Negara. Sedangkan hukum formilnya tertuang dalam Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, upaya
administratif hanya berlaku bagi sengketa-sengketa TUN tertentu saja yang
memang oleh peraturan perundang-undangan disediakan upaya
administratifnya. Sementara di luar itu, yakni sengketa TUN yang tidak
tersedia upaya administratifnya, dapat langsung diajukan kepada Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN). Sementara upaya administratif dalam Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 bersifat wajib dan berlaku terhadap semua
sengketa TUN. Artinya, penyelesaian setiap sengketa TUN harus terlebih
dahulu diupayakan melalui lembaga upaya administratif yang terdiri upaya
keberatan dan banding administratif. Setelah seluruh upaya administratif itu
ditempuh (exhausted) namun tidak juga terdapat penyelesaian, barulah
gugatan ke pengadilan dapat dilakukan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 77 UU Nomor 30 Tahun 2014, prosedur upaya
keberatan dilakukan dengan berikut:
- Keberatan diajukan secara tertulis kepada badan/pejabat yang telah
mengeluarkan keputusan atau melakukan tindakan TUN yang - Keberatan
atas Keputusan atau tindakan diajukan paling lama 21 hari kerja sejak
dikeluarkannya keputusan atau dilakukannya tindakan tersebut.
- Badan/pejabat TUN menyelesaikan upaya keberatan paling lama 10 hari
kerja sejak diterimanya keberatan.
- Badan/pejabat TUN berwenang mengabulkan atau menolak keberatan.
Dalam hal keberatan dikabulkan maka badan/pejabat TUN wajib menetapkan
keputusan baru sesuai permohonan keberatan. Akan tetapi jika keberatan
ditolak maka badan/pejabat TUN harus menuangkan keputusan penolakan
tersebut secara tertulis dan menyampaikannya kepada pemohon keberatan.
- Badan/pejabat TUN wajib menetapkan keputusan paling lama 5 hari kerja
setelah berakhirnya tenggang waktu penyelesaian keberatan yang diterima.
Prosedur upaya banding administratif menurut UU Nomor 30 Tahun 2004
dilakukan dengan berikut ini :
- Upaya banding dilakukan bila Upaya keberatan yang telah ditempu ditolak
atau hasilnya tidak memuaskan.
- Upaya banding diajukan kepada atasan pejabat yang menetapkan
keputusan.
- Upaya banding diajukan dalam 10 hari setelah keputusan upaya keberatan
dikeluarkan.
- Badan/pejabat TUN menyelesaikan banding selama 10 hari kerja.
- Badan/pejabat TUN berwenang mengabulkan atau menolak permohonan
banding administratif. Dalam hal banding administratif dikabulkan, maka
badan/pejabat TUN wajib menetapkan keputusan baru sesuai permohonan
banding. Akan tetapi jika permohonan banding administratif ditolak maka
badan/pejabat TUN harus menuangkan keputusan penolakan tersebut secara
tertulis dan menyampaikannya kepada pemohon banding.
- Badan/pejabat TUN menetapkan keputusan permohonan selama 5 hari kerja
setelah badan/pejabat TUN telah menyelesaikan banding.

3. Contoh dari upaya administratif keberatan seperti dalam Pasal 27 Undang-


Undang No. 9 Tahun 1994 tentang Ketentuan-Ketentuan Umum Perpajakan
yang berbunyi :
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
(2) Sebelum badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk, permohonan banding diajukan kepada Majelis Pertimbangan Pajak,
yang putusannya bukan merupakan keputusan Tata Usaha Negara.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam waktu tiga
bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan
tersebut.
(4) Putusan badan peradilan pajak merupakan putusan akhir dan bersifat
tetap.
(5) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar
pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
(6) Susunan, kekuasaan dan acara badan peradilan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan undang-undang.”
Dan Pasal 27A berbunyi : "Apabila pengajuan keberatan atau permohonan
banding diterima sebagian atau seluruhnya, maka kelebihan pembayaran
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan untuk selama-lamanya dua puluh empat bulan.”
Sedangkan contoh dari upaya banding administratif yaitu Majelis
Pertimbangan Pajak sebagai banding administrasi perpajakan adalah sebagai
berikut:
Majelis Pertimbangan Pajak yang dibentuk berdasarkan Regeling van het
Beroep in Belastingzaken (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 29) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1959, yang
berfungsi sebagai lembaga penyelesaian banding di bidang perpajakan, sudah
tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dalam menyelesaikan sengketa pajak.
Atas dasar pertimbangan dimaksud, dipandang perlu membentuk badan
peradilan pajak dengan nama Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dengan
undang-undang.
- Dasar hukum undang-undang ini adalah :Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat
(1) Undang-Undang Dasar 1945; dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994.
- Dalam Undang-Undang ini diatur tentang : Badan Penyelesaian Sengketa
Pajak adalah badan peradilan pajak yang mempunyai tugas memeriksa dan
memutus sengketa pajak:
1. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak mempunyai kekuatan
eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dengan kepala putusan diberi
kata-kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.
2. Pengajuan banding atau gugatan ke Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
merupakan upaya hukum terakhir bagi pembayar pajak dan putusannya tidak
dapat digugat ke Peradilan Umum atau ke Peradilan Tata Usaha Negara.
3. Dengan Undang-undang ini untuk pertama kali dibentuk Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak yang berkedudukan di ibu kota negara, dan
dengan kuasa Undang-undang ini dapat dibentuk lagi Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak yang tingkatnya sama di ibu kota negara dan di tempat lain
yang pelaksanaan pembentukannya diatur dengan Keputusan Presiden.
4. Pembinaan organisasi, administrasi dan keuangan Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak dilakukan oleh Departemen Keuangan.
5. Untuk memberikan pelayanan yang baik dan kepastian hukum kepada
pemohon banding atau penggugat, maka pengajuan banding atau gugatan,
serta pemeriksaan sampai dengan pelaksanaan putusan Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak ditetapkan jangka waktunya.
6. Salah satu persyaratan formal pengajuan banding adalah jumlah pajak
yang disengketakan dalam keputusan yang dibanding harus dilunasi, dan
apabila banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kepada pemohon
banding diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk
selama-lamanya 24 (dua puluh empat) bulan atas kelebihan pembayaran
pajak.
7. Salah satu persyaratan pengajuan gugatan adalah melunasi biaya
pendaftaran
8. Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Pajak adalah tenaga profesional,
yaitu sarjana yang mempunyai keahlian di bidang perpajakan yang dalam
melaksanakan persidangan dibantu oleh Sekretaris Sidang.
9. Pemeriksaan dengan acara cepat dapat dilakukan oleh Majelis atau oleh
Anggota Tunggal.
10. Berdasarkan pada sifat kerahasiaan perpajakan, pemeriksaan oleh Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak dilakukan dalam sidang tertutup, sedangkan
putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
11. Putusan badan Penyelesaian Sengketa Pajak langsung dapat dilaksanakan
tanpa memerlukan lagi keputusan pejabat yang berwenang, kecuali undang-
undang mengatur lain.

Anda mungkin juga menyukai