Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar belakanng

Thermodinamika memainkan peran penting dalam analisis sistem dan piranti


yang ada didalamnya terjadi perpindahan formasi energi. Implikasi thermodinamika
bercakupan jauh, dan penerapannya membentang ke seluruh kegiatan manusia.
Bersamaan dengan sejarah teknologi kita, perkembangan sains telah memperkaya
kemampuan kita untuk memanfaatkan energi dan menggunakan energi tersebut untuk
kebutuhan masyarakat. Kebanyakan kegiatan kita melibatkan perpindahan energi dan
perubahan energi.

Thermodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas


tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi
didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu
energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat
gaya magnit, dan lain-lain . Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik
secara alami maupun hasil rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat
kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi
dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini
disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.

1.2 Rumusan masalah

1) Bagaimana hukum ketiga termodinamika?


2) Bagaimana proses kontan dan entropi?
3) Bagaimana hukum kedua termodinamika?
4) Bagaimana proses energi bebas kips?
5) Bagaimana proses energi bebas dan kesetimbangan?
6) Bagaimana hubungan termodinamika dalam sistem biologi?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pembahasan lebih dalam tentang hukum ketiga
termodinamika.
2) Untuk mengetahui proses kontan dan entropi.
3) Untuk mengetahu pembahasan tentang hukum kedua termodinamika.
4) Untuk mengetahui materi tentang energi bebas kips.
5) Untuk mengetahui proses dari energy bebas dan kesetimbangan.
6) Untuk mengetahui hubungan antara termodinamika dalam sistem kesetimbangan.
BAB 11 PEMBAHASAN

2.I Hukum ketiga termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses
akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol
absolut bernilai nol. Molekul hanya memiliki energi vibrasi (di samping energy electron
dan energy inti) yang sama besar, sehingga berada dalam keadaan kuantum tunggal. Jika
di tijau dari kedudukan dan distribusi energinya , penyusun-penyusun molekul dalam
suatu Kristal yang sempurna pada 0 K hanya dapat terlaksana dengan satu cara. Dalam
ini W=1. Jadi entropi suatu Kristal murni yang sempurna ialah 0 pada 0 K. Pernyataan ini
terkenal sebagai HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA.

Hukum ketiga memberikan titik acuan mutlak untuk penentuan entropi pada suhu
lainnya. Entropi suatu sistem, yang ditentukan relatif terhadap titik nol ini, adalah entropi
mutlak dari sistem itu. Secara matematis, entropi mutlak setiap sistem pada suhu nol
adalah log natural dari jumlah keadaan dasar dikalikan (konstanta Boltzmann) kB =
1,38×10−23 J K−1. Entropi kisi kristal sempurna seperti yang didefinisikan oleh teorema
Nernst adalah nol asalkan keadaan dasarnya unik, karena ln(1) = 0. Jika sistem terdiri dari
satu miliar atom, semuanya sama, dan terletak di dalam matriks kristal yang sempurna,
jumlah permutasi dari satu miliar hal identik yang dikurangi satu miliar pada satu waktu
adalah Ω = 1. Maka:

S-S0 = KB ln Ω = KB ln 1 = 0

Perbedaannya adalah nol, maka entropi awal S 0 dapat berupa nilai berapapun
yang dipilih asalkan semua perhitungan lainnya dimasukkan sebagai entropi awal.
Akibatnya, nilai entropi awal nol yang dipilih adalah S0 = 0 untuk kenyamanan.

S-S0 = S-0 = 0
S=0
Sebagai contoh, misalkan sebuah sistem terdiri dari 1 cm3 materi dengan massa
1 g dan 20 g/mol. Sistem terdiri dari 3×1022 atom identik pada 0 K. Jika satu atom harus
menyerap foton dengan panjang gelombang 1 cm maka atom itu unik dan permutasi dari
satu atom unik di sekitar 3×1022 adalah N = 3×1022. Entropi, energi, dan suhu sistem
meningkat dan dapat dihitung perubahan entropi adalah:

∆S = S – S0 = KB ln Ω

Dari hukum kedua termodinamika:

∆S = S – S0 = ᵟQ

Maka:

∆S = S – S0 = kB ln (Ω) = ᵟQ

Perhitungan perubahan entropi:

S – 0 = KB ln N

= I,38 × 10-23 × ln 3 × 10

= 70 × 10 J K

Perubahan energi sistem sebagai akibat menyerap energi foton tunggal adalah:

SQ = € = hc

λ
= 6,62 × 10-34 J . s × 3 × 108 m s-1

= 2 ×10-23 J

Suhu system meningkat menurun:

€ 2 X 10−23 J 1
T= = = K
∆ S 70 X 10−23 J K −1 35

2.2 Proses kontan dan entropi

Reaksi spontan terjadi bila keadaan terbawa pada kondisi kekacauan yang lebih besar.
Dalam volume yang mengembang, molekul gas individual memiliki derajat kebebasan yang
lebih besar untuk bergerak sehingga lebih tidak teratur. Ukuran ketidak teraturan sistem disebut
dengan istilah entropi. Pada suhu nol mutlak, semua gerakan atom dan molekul berhenti, dan
ketidak teraturan – dan entropi – zat padat sempurna demikian adalah nol. (Entropi nol pada suhu
nol sesuai dengan hukum ketiga termodinamika). Semua zat diatas nol mutlak akan memiliki
nilai entropi positif yang terus bertambah seiring meningkatnya suhu. Saat sebuah zat panas
mendingin, energi termal yang terlepas darinya lewat ke udara sekitar, yang berada pada suhu
lebih rendah. Saat entropi zat yang mendingin menurun, entropi udara sekitar meningkat.
Faktanya, peningkatan entropi di udara lebih besar daripada penurunan entropi pada zat yang
mendingin. Ini sesuai dengan hukum kedua termodinamika, yang mengatakan kalau entropi
sistem dan lingkungannya selalu meningkat dalam reaksi spontan. Jadi hukum pertama dan
kedua termodinamika menunjukkan kalau, untuk semua proses perubahan kimia di alam
semesta, energi selalu kekal namun entropi selalu meningkat.

Penerapan hukum termodinamika pada sistem kimia memungkinkan ahli kimia


meramalkan perilaku reaksi kimia. Saat energi dan entropi membantu pembentukan molekul
hasil, molekul pereaksi akan bertindak untuk membentuk molekul hasil hingga keseimbangan
tercapai antara hasil reaksi dan pereaksi. Rasio hasil reaksi dengan pereaksi diberi istilah tetapan
keseimbangan, yaitu sebuah fungsi selisih entropi dan energi antara kedua zat. Walau begitu,
termodinamika tidak dapat meramalkan kecepatan reaksi. Untuk reaksi yang cepat, campuran
hasil reaksi dan pereaksi yang seimbang dapat diperoleh dalam waktu seperseribu detik atau
kurang; untuk reaksi yang lambat, waktunya bisa mencapai ratusan tahun.

2.3 Hukum kedua termodinamika

Bunyi hukum II Termodinamika:

” Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor tidak
akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tanpa dilakukan usaha”.

Penjelasan hukum II Termodinamika adalah sebagai berikut.

 Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima
kalor dari satu reservoir dan mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha.
 Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus dengan
mengambil kalor dari reservoir yang mempunyai suhu rendah dan
memberikannya ke reservoir suhu tinggi tanpa usaha dari luar.
 Mesin yang bekerja di antara reservoir suhu Tt dan reservoir suhu Tt(Tt >
Tr), memiliki efisiensi maksimum.

Entropi

Entropi dapat diartikan sebagai ukuran ketidakteraturan. Dalam sistem tertutup


peningkatan entropi diikuti oleh penurunan jumlah energi yang tersedia. Semakin tinggi
entropi, semakin tinggi ketakteraturannya. Entropi pada Proses Temperatur Konstan
Jika suatu sistem pada suhu mutlak T mengalami proses reversibel dengan menyerap
sejumlah kalor Q maka kenaikan entropi ∆S dapat dituliskan:

∆S = S2 – S1 = Q/T

Keterangan:

∆S= perubahan entropi (J/K)


S1 = entropi mula-mula (J/K)

S2 = entropi akhir (J/K)

Entropi pada ProseS Temperatur Berubah Pada proses yang


mengalami perubahan temperature ,entropi dituliskansebagai berikut.

Keterangan:

∆S = perubahan entropi (J/K)

S1= entropi mula-mula (J/K)

S2 = entropi akhir (J/K)

c = kalor jenis (J/kg K)

m = massa (kg)

T1= suhu mula-mula (K)

T2 = suhu akhir (K)

2.4 ENERGI BEBAS GIBBS


 Menunjukkan perubahan entropi total dari sistem
    Batasan  suhu dan tekanan
  G = H – TS
                                    S (suhu tetap)
                                    G = - TS (tekanan tetap)
Proses spontan : DSsemesta = DSsis + DSling > 0
Untuk proses suhu-konstan: DGsis = DHsis -TDSsis
DG < 0     Reaksi spontan dalam arah maju.
DG > 0     Rx nonspontan, reaksi ini spontan dlm arah
berlawanan
DG = 0     Reaksi dalam kesetimbangan.
Ssemesta > 0 proses spontan  G < 0 proses spontan

Ssemesta < 0 proses nonspontan  G > 0 proses nonspontan


Ssemesta = 0 proses kesetimbangan G = 0 proses
kesetimbangan
 RUMUS ENTROPI
∆S = qre
T
Jika entropi dari sistem meningkat pada waktu es meleleh, maka entropi akan menurun
pada waktu air membeku. Maka :
∆Stotal = ∆Ssemesta = ∆Ssistem + ∆Ssekeliling > 0
2.5 Energi bebas dan kesetimbangan

Telah diketahui bahwa untuk proses spontan ∆G < 0 dan ∆G > 0 pada proses nonspontan,
maka bagaimana jika ∆G = 0? Keadaan ∆G = 0 adalah keadaan kesetimbangan. Berarti ada
kecenderungan yang sama untuk proses ke arah kiri dan kanan.  Hubungan antara ∆G° dengan K
adalah :

∆G° = -2,303 RT log K

2.6 Termodinamika dalam sistem biologi

Termodinamika adalah studi tentang hubungan kuantitatif antara panas dengan energi
bentuk lain. Dalam termodinamika terkandung pengertian teori dasar tentang hukum pengubahan
energi dan proses pengangkutannya, termasuk difusi, osmosis, mengalirnya suatu cairan melalui
saluran, pembentukan potensial listrik pada membran, pertukaran panas, arah dan laju reaksi
kimia, dan berbagai proses lain yang berada dalam fisiologi hewan. Berbagai bentuk energi yang
sering berada di sekitar kita, telah disebutkan di atas seperti: kinetis, potensial, gaya tarik bumi
(gravitasi), listrik, kimia, panas dan energi cahaya. Energi harus dijaga agar tidak hilang; energi
tidak dapat diciptakan atau dirusak tetapi dapat berubah dari bentuk satu menjadi bentuk lainnya.

Hubungan antara energi kinetis dengan energi potensial dinyatakan dalam hukum
termodinamika. Terdapat dua cabang yang menyangkut pengertian termodinamika :

 Termodinamika yang “reversibel” (termodinamika klasik atau


termodinamika seimbang), terjadi pada sistem yang terisolasi dan tertutup
hingga dapat mencapai keseimbangan.
 Termodinamika yang “irreversibel” (termodinamika tidak seimbang),
terjadi pada sistem terbuka yang mampu mencapai keadaan “steady state”
(mapan yang dinamis), bukan keadaan seimbang.

1 Sistem Terisolasi, Tertutup dan Terbuka

Pengertian sistem disini diterapkan pada bahan dan energi secara bersama-sama yang
merupakan subjek termodinamika. Terdapat tiga tipe sistem:

a) Sistem terisolasi, berarti subjek termodinamika terisolasi dari sekelilingnya.


Dalam suatu sistem yang benar-benar terisolasi, tidak terjadi penambahan atau
penyusutan bahan dan energi, karena tidak terjadi proses pertukaran dengan
sistem lain di sekelilingnya. Bagaimanapun juga di dalam sistem tersebut,
suatu bahan dapat diubah menjadi energi dan energi dapat berubah dari satu
bentuk ke bentuk lain. Misalnya, energi potensial listrik dapat diubah menjadi
panas, cahaya atau suara. Energi kinetis dapat diubah menjadi energi
potensial. Misalnya bila sebuah beban diangkat dari tanah ke tempat yang
lebih tinggi dan diletakkan pada sebuah penyangga. Pada kejadian tersebut
terjadi proses pengubahan energi kinetis (yang digunakan untuk mengangkat
beban) menjadi energi potensial yang dimiliki beban pada posisi yang baru.
b) Sistem “tertutup”, dapat membentuk sendiri bahan yang diperlukan dan energi
yang diperlukan dapat diperoleh dari sekelilingnya. Sistem tertutup dengan
lingkungannya merupakan bagian dari suatu sistem terisolasi yang besar.
c) Sistem terbuka, dapat terjadi pertukaran bahan dan energi dengan
sekelilingnya, secara bebas. Organisme hidup benar-benar merupakan sistem
terbuka, memperoleh nutrisi (bahan dan energi) dari sekelilingnya dan dapat
pula mengeluarkan bahan buangan dan bahan lain ke sekelilingnya. Selama
hidupnya organisme tidak pernah mengalami keseimbangan termodinamika,
melainkan dapat mencapai proses keadaan mapan yang dinamis atau suatu
keseimbangan fisiologis yang dinamis.
2 Hukum Termodinamika

Organisme hidup merupakan suatu sistem terbuka berlaku suatu keadaan yang
irreversibel (tidak seimbang) keadaan yang sangat kompleks meskipun pada organisme yang
sangat sederhana sekalipun. Para ahli biologi mempelajari proses metabolisme yang
berlangsung dalam suatu organisme sebagai suatu sistem yang tertutup. Meskipun dengan
berbagai keterbatasan namun banyak informasi yang dapat diperoleh melalui pendekatan ini.

Hukum I Termodinamika (hukum kekekalan energi):

menyatakan bahwa total energi di dalam sistem yang terisolasi (jagat raya) akan
konstan. Energi tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan, tetapi dapat diubah dari satu
bentuk energi ke bentuk energi lain. Di dalam suatu sistem tertutup (suatu ruang tanpa
adanya pertukaran energi melalui pembatas ruang tersebut) berisi sejumlah energi (E).
Kandungan energi di dalam ruang ini tetap.

ΔE = 0 (persamaan energi termodinamika di dalam sistem tertutup)

Pada sistem terbuka, dapat terjadi pertukaran energi, yang diserap sebagai panas
(Q) atau dalam bentuk kerja (W).

Δ E = Q – W (persamaan energi termodinamika di dalam sistem terbuka)

Setiap perubahan energi pada sistem terbuka (hewan) harus diikuti dengan
perubahan energi dalam jumlah yang sama di lingkungannya, tetapi dengan arah yang
berlawanan. Hukum termodinamika pertama menunjukkan hubungan kuantitatif antara
perubahan energi (E), kerja yang dilakukan (W) dan panas yang diserap (Q), tetapi tidak
menunjukkan arah perubahan energi antara kerja dengan panas.

Hukum II Termodinamika, menyatakan bahwa:

terjadinya degradasi energi (energi yang dapat dimanfaatkan untuk kerja), tidak
dapat dihindar-kan, energi berubah menjadi panas. Energi panas dapat diubah menjadi
energi bentuk lain yang dapat menghasilkan kerja, namun dengan efisiensi kurang dari
100 %. Bagaimanapun juga energi dalam bentuk tertentu dapat diubah menjadi panas
dengan efisiensi kurang dari 100 %. Hukum termo dinamika kedua menunjukkan
terjadinya peningkatan panas dalam sistem manapun. Termodinamika II: Energi
“berkualitas lebih tinggi” akan mengalami penyusutan menjadi energi panas (“berkualitas
rendah”).

Dari satu molekul glukosa yang dioksidasi di dalam sebuah kalorimeter akan
terbentuk CO2 dan H2O, dan tidak ada kerja yang dihasilkan. Energi potensial bahan
kimia (glukosa) diubah menjadi 673 kcal panas, pada suhu dan tekanan baku.

3 Organisme Hidup dan Sistem Terbuka

Organisme hidup biologi bagaimanapun juga merupakan sistem terbuka (merupakan


bagian dari sistem terisolasi jagat raya dilihat dari sisi termodinamika) yang harus mengikuti
hukum termodinamika. Organisme hidup menyerap berbagai molekul kompleks yang
memiliki energi bebas berkualitas tinggi, hingga dapat menjaga dirinya dalam keadaan
mantap yang dinamis (steady state) dan menghindarkan penghamburan energi. Dalam
hidupnya organisme ini perlu melaksanakan tahapan pertumbuhan dan perbanyakan
(reproduksi), suatu proses termodinamika yang sangat terkoordinasi dalam menggunakan
energi yang berasal dari makanan.

Organisme hidup dapat bertahan dengan memanfaatkan sisa energi di alam. Bila
hubungan dengan sumber energi terputus, organisme akan segera mengalami peluruhan
hingga terjadi kematian. Secara mutlak, semua proses biologi bergantung pada penyerapan
energi cahaya dari matahari dan energi radiasi panas dari bumi ke angkasa luar.
a) Katabolisme

Protoplasma selalu menunjukkan aktivitas. Aktivitas ini bukan saja


mengakibatkan perubahan dari bentuk asal, tetapi juga dalam bentuk produksi panas dan
potensial listrik dan juga dalam perubahan secara kimia. Aktivitas tersebut bukan
menciptakan energi tetapi merupakan mekanisme termodinamika perubahan energi di
dalam protoplasma. Karenanya untuk dapat aktif, kebutuhan akan energi harus dicukupi.
Sumbernya diambil dari energi potensial kimia yang terdapat pada karbohidrat, lipid, dan
protein. Senyawa-senyawa ini bukan saja dijumpai dalam makanan, tetapi juga
merupakan bagian protoplasma. Agar dapat digunakan dalam proses penting (misal untuk
kontraksi otot), maka energi potensial kimia di dalam makanan atau protoplasma harus
dilepaskan. Pelepasan energi potensial dikenal sebagai katabolisme.

Pengeluaran energi. Bila molekul organik yang besar dipecah menjadi dua atau
lebih molekul lebih kecil, molekul yang terbentuk memiliki energi potensial lebih kecil
daripada energi yang terkandung di dalam molekul asalnya. Sejumlah energi telah
terlepas. Sebagai contoh pada fermentasi glukosa oleh ragi; glukosa diurai menjadi dua
molekul karbondioksida (CO2) dan dua molekul etil alkohol (C2H5OH). Proses ini diikuti
oleh produksi panas, sebagian dari energi potensial yang terkandung dalam glukosa telah
dilepaskan. Hal yang sama terjadi pula di dalam tubuh hewan, bila molekul glukosa
dipecah menjadi dua molekul asam laktat (C3 H6O3). Tetapi bila glukosa mengalami
oksidasi sempurna, seluruh energi yang terkandung di dalamnya berubah menjadi energi
kinetis.

C5H12O6 + 6 O2 ↔ 6 CO2 + 6 H2O + energy

 Penggunaan energi yang terlepas

Energi yang dikeluarkan selama katabolisme dapat digunakan oleh protoplasma


untuk berbagai keperluan. Dalam protoplasma otot, sejumlah energi yang terlepas,
muncul sebagai energi mekanis. Energi mekanis dapat digunakan untuk menggerakkan
sebagian atau seluruh tubuh, atau untuk mengalirkan berbagai bahan (darah, makanan)
dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh. Di dalam suatu kelenjar, pengeluaran energi
digunakan untuk pembuatan bahan (sekret). Di dalam tubuh Mamalia sebagian besar
energi yang terlepas (sampai 80%) berada dalam bentuk panas yang dapat digunakan
untuk mempertahankan suhu tubuhnya yang sesuai.

Katabolisme terjadi di dalam setiap sel tanpa kecuali, tetapi jumlah katabolisme
bervariasi dari satu jenis jaringan atau organ ke jenis lain dan bergantung pada
kebutuhannya akan energi. Otot dan beberapa organ lain (seperti: hati) merupakan bagian
di dalam tubuh yang paling aktif. Di dalam jaringan ikat, seperti contohnya pada tulang,
katabolisme berlangsung kurang aktif.

 Proses permintaan (kebutuhan) dan pengaturan

Energi yang dilepas akan bermanfaat bila dapat ditangkap dengan baik dan dapat
diatur penggunaannya. Misalnya saja terjadi perbedaan manfaat pada pembakaran bensin
yang dilakukan secara asal membakar dibandingkan dengan cara pembakaran yang
diatur, dalam sistem pembakaran kendaraan bermotor (di dalam karburator kendaraan
bermotor terjadi pencampuran antara bensin dengan oksigen; proses selanjutnya adalah
pembakaran; gas yang timbul sebagai hasil pembakaran akan mendorong pompa silinder;
akibatnya terjadi putaran mesin atau gerakan kendaraan).

Disini dapat dimengerti bahwa sebagian energi kinetis yang terbentuk dapat
diubah menjadi energi mekanis yang dapat dipakai dalam menjalankan mesin atau
menggerakkan kendaraan bermotor. Dalam hal yang sama tetapi tidak identik, energi
kinetis di dalam tubuh juga diperlukan, disebarkan, dikendalikan dan dirangkaikan
hingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas tubuh makhluk hidup.

Dalam oksidasi biologis, sebagian besar energi potensial termodinamika di


berbagai senyawa yang dipecah (katabolis) juga diubah menjadi panas. Panas ini
digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh dan melaksanakan berbagai fungsi
metabolisme. Jumlah panas yang terlepas dan tidak dapat digunakan untuk kerja
merupakan ukuran dari keadaan yang tidak efisien pada organisme tertentu. Sebagai
akibatnya, energi dari luar harus terus dimasukkan, agar tubuh berada dalam keadaan
mantap atau “steady”. Keadaan ini menggambarkan “keseimbangan” antara energi dari
dalam yang terlepas dengan energi dari luar tubuh yang harus dimasukkan; pertukaran ini
harus terus berlangsung selama makhluk itu hidup.
b) Anabolisme

Untuk berbagai aktivitas biologi, organisme hidup memerlukan pula energi yang
berasal dari penguraian makanan (katabolisme). Selanjutnya dalam mempertahankan
eksistensi dan kelangsungan fungsinya maka dalam setiap perombakan (katabolisme)
harus diikuti mekanisme perbaikan (penyusunan) yang dikatakan sebagai anabolisme.

 “Menelan”

Langkah awal anabolisme adalah memasukkan berbagai bahan ke dalam


tubuh untuk mengganti bagian-bagian yang rusak atau yang telah digunakan.
Misalnya biologi seekor Amoeba “menelan” bahan makanannya dengan bantuan
pseudopoda. Protoplasma sel (tanpa dinding) mengelilingi bahan yang akan
ditelan; dan ini disebut fagositosis, organismenya disebut fagosit. Beberapa jenis
sel darah putih (limfosit, monosit) berlaku sebagai fagosit, yaitu dapat menelan
bakteri. Pada hewan multisel, menelan makanan berarti memasukkan makanannya
ke dalam saluran makanan atau saluran pencernaan.

 Pencerna

Molekul-molekul karbohidrat, lemak, dan protein yang berada dalam


makanan yang tertelan masih terlalu besar untuk dapat langsung dimanfaatkan
dalam pembentukan protoplasma. Tambahan lagi, makanan yang masuk
umumnya tidak larut; karbohidrat, lemak dan protein tidak larut dalam air. Pada
biologi hewan multisel, sel-sel yang membangun tubuhnya sebagian besar tidak
mempunyai kemampuan sebagai fagosit terhadap bahan dalam makanan. Hal ini
disebabkan sel-selnya telah terdiferensiasi dan terspesialisasi hingga mempunyai
fungsi khusus. Jadi harus melakukan persiapan terlebih dahulu agar bahan
makanan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap sel yang membangun tubuhnya.

Bila kita perhatikan seekor Amoeba yang menelan makanannya, ternyata


makanan tadi dihancurkan hingga larut. Proses ini dapat terjadi dengan bantuan
senyawa kimia yang dikenal sebagai enzim, yang dapat mempercepat proses
penguraian molekul makanan besar menjadi molekul lebih kecil. Molekul-
molekul yang dihasilkannya dapat lebih mudah larut sehingga dapat dimanfaatkan
oleh protoplasma. Proses tersebut tergolong ke dalam pencernaan.

 Penyerapan

Di dalam tubuh manusia penyerapan dilakukan di saluran pencernaan,


suatu saluran panjang dan sempit. Hasil pencernaan akan “mengalir” (menembus
atau melewati) dinding saluran pencernaan hingga mencapai pembuluh kapiler
dan akhirnya masuk ke peredaran darah. Peristiwa ini dinamakan penyerapan
(absorpsi). Selanjutnya zat makanan akan diedarkan ke seluruh jaringan dan
masuk ke setiap sel yang memerlukan, setelah berada dalam cairan jaringan.
Perpindahan zat makanan dari satu tempat ke bagian lain hingga berada dalam sel
dilakukan melalui transpor aktif. Organisme satu sel tidak memiliki saluran
pencernaan seperti yang dimiliki hewan multisel. Jadi bahan makanan langsung
“diserap” melewati membran selnya. Mekanisme yang berlangsung dapat terjadi
melalui transport pasif maupun aktif. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada
bagian “transportasi bahan melalui membran”.

 Ekskresi

Oksidasi makanan menghasilkan dua hal:

 pengubahan energi kimia menjadi energi kinetis,


 Pengubahan materi makanan menjadi senyawa lebih sederhana, termasuk
bahan-bahan sisa yang harus dibuang.

Ekskresi merupakan usaha sel atau organisme untuk membuang senyawa


hasil metabolisme yang tidak dapat dimanfaatkan. Diantaranya adalah air,
karbondioksida, urea, dan asam urat. Sebagian akan dibuang melalui proses
ekskresi. Tubuh manusia memiliki organ khusus untuk melaksanakan proses ini.
Bersama senyawa lain, air, urea, dan asam urat dikeluarkan melalui ginjal dan
selanjutnya dikeluarkan dari tubuh sebagai urine (air kemih). Sedangkan
karbondioksida dan air dikeluarkan lewat paru-paru dan selanjutnya dikeluarkan
sebagai uap air di saat mengeluarkan nafas. Sejumlah bahan lain lagi dikeluarkan
bersama sisa makanan yang tidak tercerna lewat saluran pencernaan. Organisme
sederhana yang terdiri dari satu sel tidak memiliki sistem ekskretori seperti pada
hewan yang kompleks. Namun proses ekskresi tetap berlangsung (lihat bagian
“transportasi bahan melalui membran”).

 Respirasi atau Pernapasan

Karena bagian terbesar energi potensial kimia dalam makanan dapat


dimanfaatkan melalui proses oksidasi, maka masukan oksigen harus terus
menerus dilakukan. Dari oksidasi akan dihasilkan gas karbondioksida, yang harus
dikeluarkan. Karenanya diperlukan mekanisme pertukaran gas dari dan ke dalam
suatu organisme, proses ini dinamakan respirasi atau pernapasan. Pada beberapa
hewan, proses ini berlangsung di paru-paru, yang mempunyai dua fungsi, yaitu:

a. Pemasukkan oksigen dari udara ke darah, dan


b. Pengeluaran karbondioksida (dan sejumlah kecil air) dari darah ke
udara.Pada organisme satu sel proses pertukaran oksigen dengan
karbondioksida berlangsung dengan difusi. Proses terjadi karena
terdapat perbedaan konsentrasi antara satu bagian di dalam sel
dengan bagian di luar sel.

Contoh soal

1. Suatu mesin memiliki suhu reservoir tinggi 400°C dan suhu reservoir
rendah 70°C. Hitunglah efisiensi mesin tersebut!

Penyelesaian:

Diketahui : Tt = 400°C = 673 k


Tr = 70°C = 343 K
Ditanyakan : η

Jawab:

Jadi, efisiensi mesin sebesar 49%

2. Suatu system menyerap kalor sebesar 60 kJ pada suhu 27°C. Berapakah


peubahan entropi system ini?

Penyelesaian:

Diketahui: Q = 60 kJ = 60. 000J

T = 27°C = 300 K

Ditanyakan: ∆S

Jawab:

Jadi, besar perubahan entropi adalah 200J/K


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang
hubungan antara energi panas dan kerja. Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran
kalor memiliki arah. Dengan kata lain, tidak semua proses di alam adalah reversible ( arah dapat
dibalik ). Hukum ketiga termodinamika terkadang dinyatakan sebagai berikut: “Entropi dari
sempurna kristal di nol mutlak adalah persis sama dengan nol. Hukum ketiga termodinamika
dirumuskan secara tepat dengan semua titik dari ruang keadaan suhu nol mutlak secara fisik
adiabatik tidak dapat diakses dari ruang keadaan dari sistem sederhana. Dalam istilah sederhana,
menyatakan hukum ketiga bahwa entropi dari kristal sempurna mendekati nol sebagai suhu
mendekati nol mutlak.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Petrucci. 2007. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Raymond, Chang. 2002. Kimia Dasar. Jakarta. Erlangga.

Koenan, Dkk. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta. Erlangga.

Vogel. 1985. Kimia Dasar. Bandung: Remaja Karya.

Anda mungkin juga menyukai