Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“TREND DAN ISSUE TENTANG GERONTIK”

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Asma Fida Ulya (192303101168)
Anindya Julia Putri M (192303101176)
Citra Pujangga (192303101186)
Leony Delvechia Agustin (192303101182)
Ridha Aprilita (192303101181)
Wahyu Agus Sunaryo (192303101061)
Nadirotul Umami (192303101175)

Prodi D3 Keperawatan Kampus Lumajang


Fakultas Keperawatan Universitas Jember
2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Trend dan Issue tentang Gerontik” pada mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan di Prodi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Kampus Lumajang ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak sehingga dapat terselesaikan.Untuk itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca,
sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan agar bisa lebih baik lagi.

Lumajang, 17 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………...…....i
Kata pengantar…………………………………………………………..……ii
Daftar isi…………………………………………………….……….………...iii
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang…………………………………………………........................1
Rumusan Masalah…………………………………………………………..….2
Tujuan Tulisan…………………………………………………………...….…2
Manfaat Penulisan………………………………………………………..…….2
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi tren………..……………………………..…………………..……3
2.1 Definisi issue…………………………..…………………………….……3
2.1 Definisi trend dan issue keperawatan……..…………………….………...3
2.1 Definisi keperawatan gerontik……..……………………………..……….4
2.2 Pengertian gerontologi……...…………………………………….……….4-5
2.3 Pengertian batasan lanjut usi……………………………………..………..5-6
2.4 Tujuan Keperawatan gerontik……………………………………………..6-7
2.5 Fungsi Keperawatan Gerontik………………………………………….…7-9
2.6 Trend dan issue tentang lanjut usia………………………………….....….9
2.7 Masalah kesehatan gerotik………………………………………………..10-13
2.8 Dasar hukum pelayanan lansia………………………………………..….14-15
Bab III Penutup
Kesimpulan………………………………………………………………...….16
Saran………………………………………..………………………………….17
Daftar Pustaka………………………………………………………………..18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (2014), proporsi penduduk di
atas 60 tahun di dunia tahun 2000 sampai 2050 akan berlipat ganda dari sekitar
11% menjadi 22%, atau secara absolut meningkat dari 605 juta menjadi 2 milyar
lanjut usia. Peningkatan jumlah lanjut usia juga terjadi di negara Indonesia.
Persentase penduduk lanjut usia tahun 2008, 2009 dan 2012 telah mencapai di
atas 7% dari keseluruhan penduduk, dengan spesifikasi 13,04% berada di
Yogyakarta, 10,4% berada di Jawa Timur, 10,34% berada di Jawa Tengah, dan
9,78% berada di Bali (Susenas, 2012). Penduduk lanjut usia terbesar di
Yogyakarta berasal dari Kabupaten Sleman, yaitu berkisar 135.644 orang atau
12,95% dari jumlah penduduk Sleman (Pemkab Sleman, 2015).
Meningkatnya populasi usia lanjut ditandai dengan umur harapan
hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut membutuhkan
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka usaha mencapai masa tua
yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (UU No. 23 Tahun 1992 Pasal
19 tentang Kesehatan. Menurut Susenas (2012), usia harapan hidup lanjut usia
pada tahun 2000 adalah 64,5 tahun. Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun
pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun. Menurut Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Sleman tahun 2014, usia harapan
hidup lanjut usia di Yogyakarta mencapai 74 tahun dan untuk Kabupaten Sleman
mencapai 2 76,08 tahun (laki-laki 73,46 tahun dan perempuan 77,12 tahun), yang
menjadi angka harapan hidup tertinggi nasional.
Meningkatnya jumlah lanjut usia dan umur harapan hidup berdampak
besar terhadap kesehatan masyarakat, terlebih dengan perubahan-perubahan yang
dialami lanjut usia dari berbagai sistem tubuh, baik dari segi fisik, psikologis,
sosial dan spiritual (Wirahardja dan Satya, 2014). Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk mengkaji lebih jauh lagi mengenai trend dan issue tentang lanjut usia, serta
dasar hukum pelayanan untuk lanjut usia sehingga dapat memahami masalah-
masalah yang dialami lanjut usia dewasa ini.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi trend dan issue keperawatan gerontik?
2. Apakah definisi dari gerontologi?
3. Berapakah batasan usia lanjut?
4. Apakah definisi keperawatan gerontik?
5. Bagaimanakah trend dan issue lanjut usia?
6. Apa saja faktor masalah kesehatan gerontik?
7. Apa sajakah dasar hukum pelayanan lansia?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan mengenai trend dan issue
keperawatan gerontik
2. Untuk mengetahui pengertian dari trend dan issue keperawatan gerontik
3. Mengetahui definisi gerontologi
4. Mengetahui batasan usia lanjut
5. Mengetahui definisi keperawatan gerontik
6. Memahami trend dan issue lanjut usia
7. Dapat mengetahui apa saja factor masalah pada kesehatan gerontik
8. Memahami dasar hukum pelayanan lansia

1.4 Manfaat Tulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini dapat menambah kajian pustaka mengenai
trend dan issue tentang lansia serta dasar hukum pelayanan lansia
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman awal bagi
mahasiswa keperawatan atau tenaga kesehatan (perawat) yang
nantinya dapat dipraktikkan di lingkungan masyarakat khususnya
untuk keperawatan dalam gerontik atau lanjut usia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

A.   Definisi Trend 


Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang
terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta

B.   Definisi Issu.


Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter,
sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian, ataupun tentang krisis.
Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya

C.   Definisi Trend dan Issu Keperawatan


Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan
banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta
ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek
legal dan etis keperawatan
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan
orang adalah Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua
issu tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam
keperawatan.

6
D. Definisi Keperawatan Gerotik
• Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik
dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling
menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological nursing
karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit.
• Menurut Kozier (1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan
yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua.
• Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

2.2. Pengertian Gerontologi

Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos
berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia
dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis,
sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah
(scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan
(Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan
cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada
lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang
mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi
promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan
badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).

Gerontologi adalah suatau pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses


penuaan, yaitu biologis, psikologis, social, ekonomi, kesehatan, lingkungan dan
lain-lain. Menurut kozier (1987), gerontologi adalah ilmu yang mempelajari
seluruh aspek penuaan. Menurut Miller (1990), gerontologi adalah Ilmu yang
memperlajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia.

Gerontologi adalah suatu ilmu yang memperlajari proses penuaan dan


maslaah yang akan terjadi pada lansia (kozier,1987). Dalam referensi lain

7
dikatakan gerontology merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai proses
penuaan yaitu kesehatan, social, ekonomi , prilaku, lingkungan dan lain-lain
(Depkes RI, 2000).

Pada tahun 1995 WHO menggariskan bahwa focus pembinaan bagi usia
lanjut adalah upaya promotif dan meminimalkan ketergantungan pada usia lanjut.

2.3. Batasan Usia Lanjut

Seperti yang telah di sebutkan tadi di atas, ada beberapa standar atau batasan
orang di katakana lansia. Di sini kami menyebutkan batasan usia dari WHO,
batasan lansia di indonesia dan menurut ahli

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan


Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.


2. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.
4. Sangat tua (very old) = diatas 90 tahun.

Batasan umur lansia menurut Menurut Setyonegoro


Menurut Setyonegoro, batasan lansia adalah sebagai berikut :

1. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun


2. Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
3. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :

 Young old (usia 70-75)


 Old (usia 75-80)
 Very old (usia >80 tahun)

8
Batasan umur lansia menurut Menurut Bee
Menurut Bee (1996) bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut :

1. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)


2. Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun)
3. Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun)
4. Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)
5. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)

Batasan umur lansia di Indonesia


Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia yaitu 60 tahun ke atas, dimana
ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut Undang-Undang tersebut di atas
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria
maupun wanita.

2.4 Tujuan Keperawatan Gerontik

Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):

1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya


berkaitan dengan proses penuaan
2. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut
usia baik jasmani, rohani, maupun social secara optimal
3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia
4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
6. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit

7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia


dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan
keberadaannya dalam masyarakat

9
Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang


setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan
tertentu
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal)
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi
bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir
hidupnya, memberi bantuan moral dan perhatian yang maksimal sehingga
kematiannya berlangsung dengan tenang).

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,


mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian
dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik (Maryam,
2008).

2.5 Fungsi Perawat Gerontik

Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima


dalam bidang gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat
gerontologi adalah :

1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing


orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)

10
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal
yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta
menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat,
dukungan, dan harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan
restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic
maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each
other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan
dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)

11
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan
untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)

2.6. Trend dan Issue tentang Lanjut Usia

Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada
tahun 2002 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992). Data Biro Sensus Amerika
Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia
terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan
Taeuber,1993).

Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi


lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang
dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat itu lansia akan
melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat
Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2050-2010 jumlah lansia akan sama
dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah
penduduk.

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara


dengan  tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan
hidup penduduknya. Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai
70 tahun pada tahun 2000. Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi
fisik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam
pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan
masyarakat (GBHN, 1993).

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya


pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada
berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti
Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer),
tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi pada lansia.

12
2.7 Masalah  Kesehatan Gerontik

1. Masalah kehidupan sexual


Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan
seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-
tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami
ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan
pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan
kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal.Ketertarikan terhadap
hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan
emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya:
daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan
merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi,
lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya
menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan –
peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan
yang memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia.Fenomena poli
fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek
samping obat.Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin
diobatai dengan dioksin dan diuretika.Diuretik berfungsi untu mengurangi volume
darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama
mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek
samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.

13
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit.Persoalan utama
dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia
akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut.(Watson, 1992).
Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan
dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap
bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk
diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang
dialami lansia dalam pengobatan adalah :

 Bingung
 Lemah ingatan
 Penglihatan berkurang
 Tidak bias memegang
 Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan
dijalankan

6. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran
mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang
dan dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan,


dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been
Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi
(participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan
kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years,
Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan
lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

14
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah
sebagai berikut :

 Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)


 Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
 Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
 Lansia turut memilih kebijakan (choice)
 Memberikan perawatan di rumah (home care)
 Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
 Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the
aging)
 Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
 Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
 Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care
and family care)

3. Jenis pelayanan

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan,


yaitu Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan,
serta pemulihan.

 Promotif

Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk


meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap
praktek kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan
kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
a Mengurangi cedera
b Meningkatkan keamanan di tempat kerja
Meningkatkan perlindungan  dari kualitas udara yang buruk
a Menibgkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
b Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

15
 Preventif

1. Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan


primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise,
keamanan di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan
medikasi yang tepat.
2. Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi,
deteksi dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram,
papsmear, gigi, mulut.
3. Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat.
Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi
rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota
badan yang masih bnerfungsi

 Rehabilitatif

Prinsip dari rehabilitatif :

1. Pertahankan lingkungan aman


2. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3. Pertahankan kecukupan gizi
4. Pertahankan fungsi pernafasan
5. Pertahankan aliran darah
6. Pertahankan kulit
7. Pertahankan fungsi pencernaan
8. Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9. Meningkatkan fungsi psikososial
10. Pertahankan komunikasi
11. Mendorong pelaksanaan tugas

16
2.7. Dasar Hukum Pelayanan Lansia

 UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia


 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
 Keppres No 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan Masyarakat dalam
penanganan lansia di daerah
 Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelayanan Sosial Lanjut Usia.
 UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
 UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
 UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
 UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
 UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
 UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
 UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
 UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
 UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
 UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
 PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
 PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
 UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran
negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang
Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
 UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
o Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah,
masyarakat, dan kelembagaan.
o Upaya pemberdayaan

17
o Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak
potensial
o Pelayanan terhadap lansia
o Perlindungan sosial
o Bantuan sosial
o Koordinasi
o Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
o Ketentuan peralihan

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian lanjut usia secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun keatas (Effendi dan Makhfudli,
2009). Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut
usia meliputi usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara
75 sampai 90 tahun sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap
berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Gerontic
nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan menghibur. Nugroho
(2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia
dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Masalah  Kesehatan Gerontik meliputi masalah kehidupan sexual, perubahan
prilaku, pembatasan fisik, palliative care, pengunaan obat, kesehatan mental.
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.
Dasar hukum pelayanan lansia meliputi UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, Keppres No 52 Tahun 2004
tentang Komisi Nasional Lanjut Usia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60
Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan
Masyarakat dalam penanganan lansia di daerah, Peraturan Menteri Sosial Nomor
19 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan UU No. 13
tahun 1998.

19
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pemahamannya terhadap
materi mengenai trend dan issue tentang lanjut usia dan dasar hukum pelayanan
lanjut usia. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan
menambah pengetahuan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Effendi & Mukhfudli. 2009. Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

Elliopolous, C. 2005. Gerontologic Nursing.Jakarta : Erlangga

Maryam, R siti.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakatra: Salemba


medika

PengertianLansiadanBatasanUsia2016.
(http://www.referensibebas.com/2016/03/pengertian-lansia-dan-batasan-
lanjut.html) diakses tanggal 4 september 2017.

Situart dan Sundart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 1. Jakarta: EGC

http://dinnyanggraini.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/11/18/keperawatan-gerontik/

Tamher, S & Noorkasiani.2009. Kesehatan Usia Lanjut dan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

http://alfiyyahaee.blogspot.com/p/definisi-trend-dan-issue.html

http://www.erwinedwar.com/2018/05/keperawatan-gerontik-pengertian-
tujuan.html
http://dinnyanggraini.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/11/18/keperawatan-gerontik/

21

Anda mungkin juga menyukai