Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER

“Religiusitas”

Anggota Kelompok 1:

1. Angki Suci Sellafeni (2019143474)

2. Anisa Rahmawati (2019143473)

3. Dinda Amelia Anisa (2019143451)

4. Mia Amelia Mendri  (2019143480)

5. Nur Hasannah (2019143481)

6. Nadirra Pratiwi (2019143460)

7. Rizky Nadia Maghfirah (2019143450)

8. Vira Putri Ermanda (2019143458)

Kelas :4L

Dosen Pengampuh : Marvinda Rizki Dita M.Pd


 

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.
Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 21 Mei 2021


i

  DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………...………………………………………….i

Daftar Isi…...……………………………………………………….....……………………..ii

BAB 1

1. Latar Belakang……………………………………………………………...………………1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..1

3. Tujuan Pembelajaran………………………………………………………………………..1

4. Manfaat Penulisan................................……………………………………………….....….1

BAB II

1. Pengertian  Karakter Religius………………………………………….....….......………….2

2. Implementasi Pendidikan Karakter Religius diSekolah....……………………......…………2

3. Cara Membentuk Karakter Dalam Merode Pembiasaan..........................................................3

4. Faktor Pendiukung dan Penghambat.......…………………………….....……………………6

BAB III

1. Kesimpulan………………………………………………...………………………………7

2. Saran………………………………………………………………..……………………...7

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...8

 
  

ii

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pendidikan karakter sangat berperan dalam membentuk karakter dalam diri seseorang untuk
dapat membantu mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana dijelaskan
oleh Yahya Khan (2010:1) yang berpendapat bahwa pendidikan karakter mengajarkan tentang
kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama
sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ratna Megawati sebagaimana dikutip oleh Dharma Kesuma (2011:5) juga menjelaskan bahwa
pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik peserta didik agar mereka dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Pendidikan
karakter di sini membekali peserta didik dalam mengambil keputusan secara bijak dan nantinya
tindakan mereka ini dapat memberikan sumbangan positif bagi lingkungannya. Dari kedua
pengertian pendidikan karakter di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan
suatu landasan untuk hidup agar membantu peserta didik dalam mengambil sebuah keputusan.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter itu sangat penting kaitannya dengan
pembentukan karakter peserta didik.
Sekolah merupakan tempat yang penting dalam membentuk karakter peserta didik. Sekolah
merupakan salah satu ajang pembentukan karakter yang di dalamnya terdapat pengajar sekaligus
pembimbing. Sekolah disebut sebagai tempat pembentukan karakter karena merupakan
lingkungan yang paling dekat dengan pelajar setelah keluarga.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari pendidikan karakter ?
2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter dengan basis religi ?
3 . Bagaimana kelebihan dan kelemahan dari pendidikan berbasis religi ?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Nilai
Karakter. Selain itu, terdapat tujuan lain dari penulisan makalah ini yakni sebagai pedoman atau
informasi bagi rekan-rekan dan khalayak umum dalam memahami pendidikan karakter yang
berbasis religi/agama. Dari adanya tujuan tersebut, penulis berharap makalah ini dapat
digunakan sebagaimana mestinya. Serta dapat menjadi pedoman atau tolak ukur dalam
melaksanakan pendidikan berbasis karakter melalui perspektif religi/agama.

4. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui definisi dari pendidikan karakter dan perspektif agama dalam karakter.
3. Dapat mengetahui implementasi dari pendidikan karakter berbasis religi/agama.
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari pendidikan karakter berbasis religi.

1
BAB II
ISI
1. PENGERTIAN KARAKTER RELIGIUS
Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa asing religion sebagai bentuk dari
kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas
manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religious yang berarti sifat religi yang melekat pada
diri seseorang. Religius sebagai salah satu nilai karakter yang dikembangkan di sekolah, yang
dideskripsikan oleh Gunawan (2014:33) sebagai nilai karakter yang kaitannya dalam hubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, meliputi pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya. Karakter
religius ini sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam menghadapi perubahan zaman dan
degradasi moral, dalam hal ini peserta didik diharapkan mampu memiliki dan berperilaku dengan
ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama.
Karakter Religius merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri
sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian dan harus dilatihkan pada anak-anak sedini
mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak selanjutnya. kemampuan
untuk religius tidak terbentuk dengan sendirinya. Kemampuan ini diperoleh dengan kemauan,
dan dorongan dari orang lain.
Pendidikan karakter religius pada sekarang ini dalam kualitas masyarakat mengalami
penurunan, seperti terjadinya kekerasan, pornografi, tawuran,dan lainnya. Sehingga dalam
pendidikan karakter ini merupakan program pendidikan yang harus diimplementasikan ke dalam
pendidikan formal diseluruh jenjang pendidikan nasional. Dengan adanya penerapan pendidikan
karakter ini dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional untuk menjadikan peserta didik
menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, kreatif cakap dan lainnya.

2. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DI SEKOLAH

Secara sederhana, Pendidikan Karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat
dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Pada saat ini masih banyak siswa-siswa yang
kurang dibimbing oleh orang tua karena juga keterlibatan orang tua kepada guru masih
belum baik. Dari sini, guru membutuhkan untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter
atau sikap-sikap yang baik agar siswa- siswa menjadi anggotanya agents of change dan
agents of peace.

Penanaman nilai-nilai tersebut seperti nilai religius pada akhirnya akan menentukan
pembentukan kepribadian dan moral anak didik yang juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar mereka, baik lingkungan formal, informal, maupun nonformal.
Pendidikan karakter diperlukan untuk menjelaskan mengenai nilai religius supaya peserta
didik dalam mengantisipasi permasalahan tentang sikap religius ke depan siap untuk
menghadapinya. Nilai religius merupakan sikap dan perilaku yang dekat dengan hal-hal

2
spiritual. Seseorang disebut religius ketika ia merasa perlu dan berusaha mendekatkan
dirinya dengan tuhan (sebagai penciptanya) dan patuh melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya (Abdillah, 2017: 35).
Pendidikan karakter religius merupakan suatu strategi pembentukan perilaku anak, dimana
pendidikan karakter religius adalah landasan awal untuk menciptakan generasi yang
mempunyai moral ataupun akhlak mulia. Pendidikan karakter religius pertama dilaksanakan
di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah, dimana orang tua dan pihak sekolah
mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter religius anak. Karakter religius
merupakan sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain Yaumi (dalam Herawan, 2017: 227).

Penanaman karakter religius di Sekolah Dasar dilakukan dengan penerapan kegiatan


pembiasaan yaitu berdoa sebelum pembelajaran dan berdoa setelah selsai pembelajaran
yang dilakukan bersama-sama dengan central sound system dari kantor. Habis berdoa,
setiap hari anak-anak melaksanakan sholat dhuha. Pelaksanaan sholat dhuha untuk kelas I
dan kelas II dilakukan di kelas masing-masing dengan tujuan supaya anak dapat terlati
menjadi imam sehinggga menjadi seorang lider mulai usia dini. Ketika anak (imam) ini
memulai sholat bersama teman-teman kelasnya bacaan dalam setiap gerakan atau tahapan
sholat dibaca keras supaya anak-anak dini terutama kelas I jika membiasakannya membaca
dengan keras akhirnya hafal walau pun tidak menghafalkan secara lihat buku gara-gara
setiap hari didengarkan secara berulang-ulang akhirnya lama-lama hafal sendiri.

Implementasi pendidikan karakter religius di Sekolah Dasar melalui metode pembisaan yang
terdiri dari kegiatan religius yaitu mengucapkan salam dengan berjabat tangan (mencium
tangan guru), berdoa sentral sebelum dan sesudah pembelajaran, sholat dhuha berjama’ah,
berdoa sentral sebelum dan setelah proses pembelajaran,Penguatan pendidikan karakter
religius dilakukan melalui penguatan pendidikan karakter religius berbasis kelas dengan
memasukan isi kurikulum keagamaan dalam mata pelajaran dan penguatan pendidikan
karakter religius berbasis budaya sekolah.

Berikut adalah contoh pembiasaankarakter religius yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar:
a) bersalam- salaman kepada bapak ibu guru setiap bertemu,
b) mencium tangan guru atau salim,
c) berdoa sentral
d) sholat dhuha bersama
e) tartil al- qur’an
f) sholat duhur berjama’ah,
g) sholat jumat berjama’ah,
3. CARA MEMBENTUK KARAKTER DALAM METODE PEMBIASAAN
Kriteria terwujudnya karakter religius dapat diketahui ketika nilai-nilai keagamaan tertanam
dalam diri peserta didik, sehingga memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta
memiliki
3
kepribadian yang baik kepada sesama manusia, maupun makhluk lain ciptaan Allah SWT.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka pelaksanaan metode pembiasaan keagamaan dapat
dikatakan berjalan secara efektif karena program pembiasaan keagamaan dilaksanakan rutin
setiap hari ketika kegiatan pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Pembiasaan kegiatan keagamaan di sebisa mungkin selalu dilaksanakan setiap hari di lingkungan
sekolah, agar mampu diterapkan dalam kehidupan peserta didik baik di rumah maupun
lingkungan masyarakat. Dengan demikian, akan menjadi budaya religius di sekolah dan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan perubahan karakter menjadi lebih baik pada diri
sendiri dan unggul bagi sekolah. Adapun sikap religius yang nantinya tertanam dalam diri peserta
didik melalui metode pembiasaan dalam kegiatan keagamaan dan ekstrakurikuler PAI yang
diintegrasikan dengan nilai-nilai karakter religius antara lain:
a. Pembiasaan Senyum, Salam, dan Salim (3S)
Pembiasaan senyum, salam dan salim, sebagaimana yang telah dilihat oleh peneliti dari hasil
pengamatan yakni ketika pagi hari peserta didik berangkat dengan berbondong-bondong.
Sementara guru yang sudah hadir terlebih dahulu kemudian berdiri di depan gerbang sekolahan
menyambut peserta didik dengan senyuman. Kemudian peserta didik mengucapkan salam
kepada guru dengan ucapan Assalamu’alaikum dan dijawab oleh guru dengan ucapan
Wa’alaikumussalam serta salim atau berjabat tangan terhadap guru. Tidak hanya ketika berangkat
sekolah dan masuk ruangan, akan tetapi peserta didik juga mengucapkan salam dan berjabat
tangan kepada guru ketika pulang sekolah, terlebih lagi ketika selesai shalat berjamaah peserta
didik secara bergantian bersalaman dengan para guru dan kepada peserta didik yang lain.
b. Pembiasaan hidup bersih dan sehat
Pembiasaan hidup bersih dan sehat di dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Adapun pembiasaan
yang dilakukan antara lain:warga sekolah membuang sampah pada tempatnya. Di sekolah telah
ada tempat sampah di depan ruangan kelas masing-masing. Para peserta didik dibiasakan
menjaga kebersihan kelas, sesuai jadwal piket yang telah dibentuk di masing-masing kelas. Para
peserta didik dibiasakan menjaga kebersihan diri seperti mandi sebelum berangkat sekolah,
selalu berpakaian bersih dan rapi. Para peserta didik diperiksa kebersihan kuku, dan rambutnya
secara kondisional dengan diadakan pemeriksaan di masing-masing kelas secara bergantian.
Kebiasaan menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada peserta didik merupakan
pembiasaan yang baik dan menghindarkan peserta didik dari perbuatan buruk yangdapat
mengganggu kesehatan. Pembiasaan tersebut dapat menjadikan lingkungan sekolah yang bersih,
nyaman, dan kondusif.
c. Pembiasaan membaca asmaul husna dan doa harian
Pembiasaan menumbuhkan karakter religius peserta didik dalam pembelajaran di kelas adalah
dengan berdoa. Sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik bersama-sama membaca doa
dengan didampingi oleh guru yang mengajar di jam pertama di masing-masing kelas. Berdoa juga
dilakukan pada akhir jam pelajaran selesai. Dengan membaca doa setiap hari, maka anak akan
terbiasa untuk membacanya ketika akan melakukan suatu pekerjaan maupun setelah selesai
melakukan pekerjaan. Upaya pembiasaan membaca doa yang berlangsung sebelum dan sesudah
pembelajaran merupakan upaya yang berulang-ulang dilakukan oleh segenap kegiatan kelas
adalah hal yang harus ada, sebab hal-hal yang berulang akan membekas di masing-masing
peserta didik, sehingga bisa membentuk karakter religius.
d. Pembiasaan bersikap jujur
4
Kejujuran adalah sifat yang melekat dalam diri seseorang dan merupakan hal penting untuk
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti melihat bahwa bentuk-bentuk penamanan nilai
kejujuran yaitu pada saat pembelajaran di kelas maupun pada lingkungan sekolah seperti:
mengerjakan dan mengoreksi tugas soal ulangan maupun absensi kehadiran. Penanaman nilai
kejujuran melalui pembiasaan ini dikatakan baik karena terdapat beberapa indikator yang telah
dilaksanakan yaitu peserta didik jujur dalam perkataan, jujur dalam perbuatan, maupun jujur
dalam pendiriannya. Guru PAI sebaiknya terus membimbing anak supaya memiliki karakter
religius yang lebih baik lagi.
e. Pembiasaan memiliki sikap tanggungjawab
Tanggung jawab merupakan bentuk kesadaran peserta didik akan hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakannya. Karakter religius peserta didik dapat dilihat dari seberapa tingkat tanggung
jawab untuk tidak telat masuk ketika berangkat sekolah, tanggung jawab mengerjakan tugas, dan
tanggung jawab dalam ibadah kaitannya dengan pembiasaan shalat dzuhur berjamaah yang
dilaksanakan. Selain itu tanggung jawab juga ditanamkan pada anak ketika mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler seperti mengikuti BTA, MTQ, dan rebana. Hal ini menjadi tanggung jawab peserta
didik karena telah berkomitmen untuk mengikuti kegiatan tersebut.
f. Pembiasaan bersikap disiplin
Disiplin terutama yang berkaitan dengan belajar. Disiplin adalah suatu sikap yang menunjukkan
keterkaitan peserta didik terhadap peraturan sekolah. Disiplin adalah suatu keadaan tertib di
mana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan dengan
senang hati. Kedisiplinan termanifestasi dalam pembiasaan di sekolah, ketika melaksanakan
ibadah maupun kegiatan keagamaan rutin setiap hari, maka secara otomatis tertanamlah nilai
kedisiplinan dalam diri peserta didik. Kemudian apabila hal tersebut dilaksanakan secara terus
menerus maka akan menjadi budaya religius di lingkungan sekolah. Terlebih lagi peserta didik
akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah sendiri maupun ketika di
luar lingkungan sekolah atau rumah.
g. Pembiasaan ibadah sholatPembiasaan ibadah yang diterapkan untuk menumbuhkan karakter
religius para peserta didiknya yaitu dengan membiasakan ibadah salat dzuhur berjamaah bagi
warga sekolah dalam waktu bersama-sama. Pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah dilaksanakan
pada hari senin sampai kamis dan sabtu, untuk waktunya memasuki sholat dzuhur. Bentuk
tindakan yang dilakukan oleh guru, sebagian guru ada yang bertugas mengawasi (bagi guru-guru
perempuan yang berhalangan) dan ada yang bertugas untuk memimpin sholat dan mengikuti
sholat berjamaah. Jadi ada jadwal khusus (imam dan muadzin) dalam pelaksanaan sholat
berjamaah. Pembiasaan sholat dzuhur berjamaah yang diterapkan dengan harapan supaya anak
terbiasa melaksanakan sholat dengan sungguh-sungguh baik ketika di sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah.
h. Pembiasaan literasi Al-Qur’an
Literasi Al-Qur’an merupakan program yang dilakukan oleh guru PAI yang diperunntukan untuk
seluruh peserta didik. Dengan cara membaca dan menyemak diharapkan peserta didik lebih
lancar dan fasih dalam membaca Al-Qur’an, karena dalam membangun budaya religius peserta
didik diharapkan terbiasa membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwidnya dan bisa
mengamalkannya apabila sudah dewasa nanti, meskipun hanya satu atau dua ayat karena dengan
membacanya dan mengamalkanya merupakan amalan ibadah. Pelaksanaan literasi Al-Qur’an
dilaksanakan pada hari senin sampai kamis dan sabtu, untuk waktunya setelah jam pelajaran
selesai yaitu pukul 13.35-14.00
5
WIB. Pembiasaan membaca Al-Qur’an ini diharapkan agar anak nantinya bisa membaca dengan
fasih dan lancar dan memiliki hafalan surat-surat yang akan dibaca ketika melaksanakan sholat.
Dengan adanya pembiasaan literasi Al-Qur’an, maka karakter religius akan terbentuk dalam diri
peserta didik.

4. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT


Faktor pendukung strategi pendidikan berbasis nilai religius ada dua yakni aspek sarana dan
prasarana melalui fasilitas dari sekolah dan aspek personalia mulai dari tenaga kependidikan
hingga partisipasi warga dalam mendukung pelaksanaan pendidikan.
penghambat strategi pendidikan berbasis nilai religius yakni kurangnya pengawasan sekolah
dalam pelaksanaan pendidikan karakter ketika siswa berada di rumah, kesadaran diri siswa yang
kurang, dimana siswa masih takut pada hukuman bukan karena keinginan dalam diri pribadi,
tidak ada fasilitas sekolah yang lengkap, tidak ada dukungan dari pemerintah, orang tua serta
masyarakat.
Keberhasilan Sekolah tidak terlepas dari faktor pendukung sehingga pelaksanaan pendidikan
karakter berbasis nilai religius dapat berjalan baik. Dimana ada tiga aspek pendukung yakni aspek
sarana dan prasarana, aspek personalia, dan kerjasama antara pemerintah, tenaga pendidik,
siswa, orang tua dan masyarakat.
6

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam pembentukan religiusitas siswa yaitu dengan mengambil pendekatan dimana seorang guru
harus dapat memposisikan dirinya sebagai guru, bertindak sebagai orang tua, dan ketika guru
harus memposisikan dirinya sebagai teman. Selain itu, mereka harus mampu menjadi informan,
fasilitator, dan pembimbing yang baik, serta mampu memilih strategi atau metode yang tepat
dalam pembelajaran.

2. Saran
1. Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan- kegiatan kegamaan
agar budaya religius dapat terwujud sampai kelak
2. Pihak Guru harus lebih sabar dalam membina siswa dengan latar belakang yang berbeda dan
mengembangkan strategi pembelajaran sehingga budaya religius dapat terwujud dengan baik.
7
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Psikologi Remaja,
hlm.42.
Esmale, Ansulat dan Nafiah. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter Religius di Sekolah Dasar
Khadijah Surabaya. Pendidikan Dasar, 2(1), hlm.16-34.
Gunawan, Heri. (2014).Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Mohammad Ali, dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2014) , h. 42.
Sativia, Oriza. 2018. Strategi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Religius di SMA Negeri 5
Yogyakarta. Kebijakan Pendidikan, 7(3), 251-262.

Anda mungkin juga menyukai