Anda di halaman 1dari 5

NAMA : FENI ARYANI

KELAS : REGULER

PRODI : D III KEBIDANAN

NIM/NMP : 154011504

TUGAS : ISBD

DOSEN : WIWIN NURFITRIANI S.ST.Mkm

SISTEM RELIGI DAN PENERAPANNYA DALAM KESEHATAN MASYARAKAT MODEREN

A.Definisi sistem religi

Sistem berasal dari bahasa latin (systema) dan bahasa yunani (sustema) yang berarti suatu kesatuan yang terdari
komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,materi,atau energi untuk
mencapai suatu tujuan.

Menurut Davis,G.B, sistem merupakan gabungan dari berbagai elemen yang bekerja sama untuk mencapai suatu
target.sedangkan dalam KBBI sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain.

Religi berasal dari bahasa latin (Religare dan Relegare ). Religare memiliki makna “suatu perbuatan yang
memperhatikan kesungguh-sungguhan dalam melakukannya” sedangkan Relegare memiliki makna “ perbuatan
bersama dalam ikatan saling mengasihi.”

Prof, Dr, M Driyakarya, S.J. mrngatakan bahwa kata agama kami ganti dengan kata religi, karena kata religi
lebih luas, mengenai gejala-gejala dalam lingkungan hidup dan prinsip, istilah religi menurut kata asalnya berarti
ikatan atau pengikatan diri. Oleh sebab itu religi tidak hanya untuk kini atau nanti melainkan untuk selama hidup.

Menurut Koentjaraningrat, religi yang membuat hal-hal tentang keyakinan,upacara dan peralatannya. Sikat dan
perilaku,dalam pikiran perasaan disamping hal-hal yang menyangkut para penganutnya sendiri. Sedangkan menurut
Emile Durkheim religi sebagai keterkaitan sekalian orang pada sesuatu yang dipandang sakral yang berfungsi sebagai
simbol kekuatan masyarakat dan saling ketergantungan orang-orang dalam masyarakat yang bersangkutan.

B.Perhatian ilmu antropologi terhadap Religi

Sejak lama, ketika ilmu Antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan tulisan mengenai adat-
istiadat yang aneh-aneh dari suku-suku bangsa diluar Eropa, religi telah menjadi suatu pokok penting dalam buku-
buku para pengarang tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa itu. Kemudian kerika bahan etnografi tersebut
digunakan secara luas oleh dunia ilmiah. Perhatian terhadap bahan mengenai upacara keagamaan itu sangat
besar.Sebenarnya ada dua hal yang menyebabkan perhatian yang besar itu yaitu :

a) Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan
yang tampak secara lahir.
b) Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teori-teori tentang asal mula
religi.

Para pengarang etnografi yang datang dalam masyarakat suatu suku bangsa tertentu, akan segera tertarik akan
upacara-upacara keagamaan suku bangsa itu, karena upacara-upacara itu pada lahirnya tampak berbeda sekali dengan
upacara keagamaan dalam agama bangsa eropa itu sendiri, yakni agama Nasrani. Hal-hal yang berbeda itu dahulu
dianggap aneh, dan justru karena keanehannya itu menarik perhatian.

Masalah asal mula dari suatu unsur universal seperti religi, artinya masalah penyebab manusia percaya pada
adanya suatu kekuatan gaib yang di anggapnya lebih tinggi daripadanya, dan penyebab manusia itu melakukan
berbagai hal dengan cara-cara yang beragam untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan
tadi, telah lama menjadi pusat perhatian banyak orang di eropa, dan juga dari dunia ilmiah pada umumnya.Dalam
usaha untuk memecahkan masalah asal-usul religi, para ahli biasanya menganggap religi suku-suku bangsa diluar
eropa sebagai sisa-sisa dari bentuk-bentuk religi kuno, yang di anut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu,
juga oleh orang eropa ketika kebudayaan mereka m,asih berada pada tingkat yang primitive

Dalam memecahkan masalah asal mula dari suatu gejala, sudah jelas orang akan meklihat pada sesuatu yang di
anggapnya sia-sia dari bentuk-bentuk tua dari gejala itu. Dengan demikian bahan etnografi mengenai upacara

[23.16, 14/12/2020] Vita Akbid: Dalam memecahkan masalah asal mula dari suatu gejala , sudah jelas orang akan
melihat pada sesuatu yang di anggapnya sisa-sisa dari bentuk-bentuk tua dari gejala itu. Dengan demikian bahan
etnogafi mengenai upacara-upacara keagamaan dilakukan ,(B) saat-saat upacara keagamaan dijalankan ,(c) benda-
benda dan alat upacara,(d) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat upacara


dilakukan,yaitu,makam,candi,pura,kuil,gereja,langgar,surau,masjid,dan sebagainya.Aspek kedua adalah aspek
mengenai saat-saat beribadah , hari-hari keramat dan suci dan sebagainya. Aspek ketiga adalah tentang benda-benda
yang di pakai dalam upacara, termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat bunyi-bunyian seperti
lonceng suci, seruling suci, genderang suci, dan sebagainya. Aspek keempat adalah aspek yang mengenai par apelaku
upacara keagamaan, yaitu para pendeta,biksu,syaman,dukun dan lain-lain.

Upacara-upacara itu sendiri banyak juga unsurnya , yaitu : (a) bersaji,(b) berkorban,(c)berdoa,(d) makan bersama
makanan yang telah di sucikan dengan doa,(e) menari tarian suci (f) menyikan nyanyian suci,(g) berprosesi atau
berpawai, (h) memainkan seni drama suci,(i) berpuasa,(j) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat
bius sampai kerasukan , mabuk, (k) bertapa,(i) bersemedi.

Dianatara unsur-unsur keagamaan tersebut ada yang dianggap penting sekali dalam satu agama ,
tetapi tidak di kenal dalam agama lain, dan demikian juga sebaliknya , selain itu suatu acara upacara biasanya
mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari sejumlah unsur tersebut . dengan demikian dalam suatu upacara untuk
kesuburan tanah misalnya para pelaku upacara dan para pendeta berpawai dahulu menuju ketempat-tempat bersaji ,
lalu mengorbankan seekor ayam, setelah itu menyajikan bunga kepada dewa kesuburan , di susul dengan doa yang di
ucapkan oleh para pelaku , kemudian menyanyi bersama berbagai nyanyian suci , dan akhirnya semuanya kenduri
makan hidangan yang telah disucikan dengan doa.
Mengenai umat yang menganut agama atau religi yang bersangkutan ,secara khusus meliputi masalah pengikut suatu
agama,hubungannya satu dengan yang lain ,hubungannya dengan para pemimpin agama ,baik saat adanya upacara
keagamaan maupun dalam kehidupan sehari-hari dan akhirnya juga meliputi masalah seperti organisasi dari para umat
,kewajiban ,serta hak-hak para warganya. Keagamaan dari berbagai suku bangsa di dunia sangat banyak diperhatikan
dalam usaha menyusun teori-teori tentang asal-mula agama.

C.Unsur-unsur khusus dalam sistem Religi

a.Religious emotion (emosi keagamaan)

Emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia,walaupun getaran emosi itu mungkin hanya
berlangsung untuk beberapa detik saja,untuk kemudian menghilang lagi.Emosi keagamaan itulah yang mendorong
orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi.Emosi keagamaan menyebabkan bahwa sesuatu benda,suatu
tindakan,atau gagasan mendapat suatu nilai keramat (sacred value) dan di anggap keramat.

Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan salu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi
keagaman itu diantara pengikut-pengikutnya.Dengan demikian ,emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam
suatu religi bersma dengan 3 unsur lainnya.

b.Sistem keyakinan

Sistem keyakinan secara khusus mengandung banyak unsur.Mengenai ini para antropologi biasanya menaruh
perhatian terhadap konsepsi tentang dewa-dewa yang baik maupun yang jahat ,sifat dan tanda dewa-dewa,konsepsi
tentang makhluk-makhluk lainnya seperti roh-roh leluhur,roh-roh yang baik maupun yang jahat ,hantu dan lain-
lain.Konsepsi tentang dewa yang tertinggi dan pencipta alam ,masalah terciptanya dunia dan alam
(kosmongoni),maslah mengenai bentuk dan sifat-sifat dunia dan alam (kosmologi),konsepsi tentang hidup dan
maut ,konsepsi tentang dunia roh,dunia akhirat dan lain-lain.

Adapun sistem kepercayaan dan gagasan,pelajaran,aturan agama,dongeng suci tentang riwayat dewa-dewa
(mitologi),biasanya tercantum dalam suatu himpunan buku-buku yang biasanya juga dianggap sebagai kesusasteraan
suci.

c.Sistem Upaacara Keagamaan

Sistem upacara keagamaan secara khusus mengandung empat aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli
antropologi ialah : (a) tempat upaca keagamaan dilakukan, (b)saat-saat upacara keagamaan dijalankan, (c) benda-
benda dan alat upacara, (d) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keeramat upacara dilakukan,yaitu


makam,candi,pura,kuil,gereja,langgar,surau,masjid,dan sebagainya.

Aspek kedua adalah aspek mengenai saat-saat beribadah,hari-hari keramat dan suci dan sebagainya. Aspek ketiga
adalah tentang benda-benda yang dipakai saat upacara,termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa,alat
bunyi-bunyian seperti lonceng suci,seruling suci,gendang suci dan sebagainya.

Aspek keempat adalah aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan yaitu para pendeta
biksu,syaman,dukun,dan lain-kain.

Upacara-upacara itu sendiri banyak juga unsurnya yaitu :


(1) bersaji

(2) berkorban

(3) berdoa

(4) makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa.

(5) menari tarian suci

(6) menyanyi nyanyian suci

(7) berprosesi atau berpawai

(8) memainkan seni drama suci

(9) berpuasa

(10) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius sampai kerasukan,mabuk.

(11) bertapa

(12) bersemedi

Diantara unsur-unsur keagamaan tersebut ada yang di anggap penting sekali dalam satu agama,tetapi tidak di
kenal dalam agama lain ,dan demikian juga sebaliknya . Selain itu suatu acara upacara biasanya mengantung suatu
rangkaian yang terdiri dari sejumlah unsur tersebut.Dengan demikian dalam suatu upacara untuk kesuburan tanah
misalnya,para pelaku upacara dan para pendeta berpawai dulu menuju ketempat-tempat bersaji,lalu mengorbankan
seekor ayam,setelah itu menyajikan bunga kepada dewa kesuburan, dissusul dengan doa yang diucapkan oleh para
pelaku,kemudian menyanyi bersama berbagai nyanyian suci,dan akhirnya semua kenduri makan hidangan yang telah
disucikan dengan doa.

HUBUNGAN AGAMA DAN KESEHATAN

Secara koderati “hidup sehat” merupakan hajat menusia yang paling esensial, karena hidup sehat selain
mengantarkan kepada tahap yang lebih baik dan sejahtera juga merupakan bagian dari prasyarat kemampuan ibadan
seseorang, karena itu seorang manusia akan berusaha untuk tetap hidup sehat, tidak ada diantara sekian manusia yang
menginginkan sakit .

Hubungan agama dan kesehatan secara teoritis seperti dijelaskan Momon sudarma dalam “sosiologi kesehatan” pola
hubungan agama dan kesehatan kemungkinan besar memiliki empat pola hubungan yaitu :

(1) Saling berlawanan


(2) Saling mendukung
(3) Saling melengkapi
(4) Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangan masing-masing

Pola hubungan yang pertama yaitu agama dan kesehatan protensial muncul sebagai dua bidang kehidupan
yangb saling berlawanan atau setidaknya tema kesehatan tersebut masih menjadi wacana prokontra “terdapat beberapa
contoh yang menunjukkan seperti itu. Diantaranya terapi menggunakan urine (air seni) untuk penyakit mata dan
penyakit kuning atau diabetes. Pengobatan dengan hal yang memabukkan, suntikan vaksin meningitis (dalam faksin
tersebut ada unsur babi) atau pencegahan HIV/AIDS melalui kondom.

Pola hubungan kedua, yaitu saling mendukung antara agama dan kesehatan, tidak hanya dataran praktis tapi juga
secara keilmuan atau teoritis bisa saja terjadi dalam islam, misalnya,orang sebelum makan disunahkan untuk mencuci
tangan dahulu. Dalam konteks kesehatan praktik semacam ini akan membantu menghilangkan kuman-kuman tertentu
yang membahayakan tubuh jika tercampur dengan makanan atau minuman yang kita makan dan minum.

Pola hubungan ketiga,saling melengkapi,pola hubungan ini mengandung pengertian bahwa agama maupun ilmu
kesehatan sering mengoreksi.Dengan adanya saling koreksi seperti ini ilmu kesehatan dan praktik kesehatan lebih
berkrmbang kearah yang lebih baik.

PELAYANAN DAN PRAKTIK KEBIDANAN ,PENDEKATAN AGAMA DAN BUDAYA

Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan terhadap klien dengan
berbagai macam pendekatan. Depkes RI mendefinisikan praktik kebidanan sebagai serangkaian pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh seorang bidan kepada pasien (individu,keluarga,dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya.

Ruang lingkup praktik kebidanan mrliputi

(1) Asuhan mandiri otonom (pada anak perempuan,remaja,putri, dan wanita dewasa sebelum, selama kehamilan
dan selanjutnya
(2) Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat bayi baru lahir
(3) Pengawasan pada kesehatan masyarakat di posyandu (tindakan pencegahan) penyuluhan dan pendidikan
kesehatan pada ibu.keluarga dan masyarakat (termasuk persiapan menjadi orang tua, menentukan KB
mendeteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi)
(4) Konsultasi dan rujukan
(5) Pelaksanaan pertolongan kegawat daruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada pertolongan .

Anda mungkin juga menyukai