Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“DESA SIAGA SEHAT JIWA DAN POSYANDU JIWA”

Disusun oleh:

1. Ajeng Fitria Eri Desviana (1901007)


2. Alfandi Tri Pamungkas (1901008)
3. Rosalia Intan Meyana (1901044)
4. Veranda Prasasti (1901051)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


KLATEN

TAHUN 2021/2022
PENGESAHAN PEMBIMBING
MAKALAH

Makalah yang berjudul : Desa Siaga Sehat Jiwa Dan Posyandu Jiwa

Disusun oleh :

1. Ajeng Fitria Eri Desviana (1901007)


2. Alfandi Tri Pamungkas (1901008)
3. Rosalia Intan Meyana (1901044)
4. Veranda Prasasti (1901051)

Program : Strata Satu (S1)

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Klaten, 28 September 2021

Disetujui oleh Pembimbing

Retno Yuli Hastuti, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.J

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Klaten, 28 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
PENGESAHAN PEMBIMBING.....................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................1
C. Manfaat.................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
A. TINJAUAN TEORI.............................................................................................3
1. Definisi Desa Siaga Sehat Jiwa dan Posyandu Jiwa.......................................3
2. Tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa dan Posyandu Jiwa.......................................4
3. Karakteristik Desa Siaga Sehat Jiwa:.............................................................5
4. Pengelolaan Desa Siaga Sehat Jiwa.................................................................5
4. Pelayanan posyandu jiwa.................................................................................6
5. Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan Posyandu Jiwa.................7
B. KERANGKA TEORI.........................................................................................11
BAB III...........................................................................................................................12
IMPLIKASI KEPERAWATAN...................................................................................12
KASUS........................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................13
A. Pengkajian..........................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................15
C. Rencana Asuhan Keperawatan.........................................................................15
D. Implementasi Keperawatan...............................................................................17
E. Evaluasi...............................................................................................................20
BAB IV............................................................................................................................26
PENUTUP.......................................................................................................................26
A. Kesimpulan.........................................................................................................26

iii
B. Saran...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maraknya bencana alam seperti tanah longsor, banjir, gempa, tsunami dan
lain-lain, akhir-akhir ini telah memperparah kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan di tanah air kita. Pencemaran lingkungan, penggundulan hutan
pengungsian dan wabah penyakit, Kejadian Luar Biasa (KLB) serta adanya
wabah COVID-19 yang telah terjadi di sebagian besar Negara kita. Konflik
sosial yang berkepanjangan telah menimbulkan kerusakan dan pertikaian,
stress, gangguan jiwa dan kemiskinan.
Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini yang
kesemuanya mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka perlu adanya
Desa Siaga Sehat Jiwa dan Posyandu Jiwa.
Dalam undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 24
tentang kesehatan jiwa menyebutkan :
Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
optimal baik intelektual maupun emotional.
Kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa,
pencegahan dan penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa,
penyembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa.
Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat, didukung
sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainnya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi desa siaga sehat jiwa dan posyandu jiwa
2. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya desa siaga sehat jiwa dan posyandu
jiwa
3. Untuk mengetahui karakteristik desa siaga sehat jiwa

1
4. Untuk mengetahui pengelolaan desa siaga sehat jiwa
5. Untuk mengetahui pelayanan posyandu jiwa
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan
Posyandu Jiwa

C. Manfaat
1. Penulis
- Menambah pengalaman bekerja secara tim dan pengkajian, penemuan
masalah dan pemecahan masalah secara langsung, sehingga tumbuh
sikap profesional dalam diri dan peningkatan keahlian, tanggung
jawab dan rasa kesejawatan profesi keperawatan dalam suatu tim kerja
yang solid.
2. Pembaca
- Menambah wawasan dan pengetahuan lebih tentang Desa Siaga Sehat
Jiwa Dan Posyandu Jiwa

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi Desa Siaga Sehat Jiwa dan Posyandu Jiwa
a. Desa siaga sehat jiwa
Desa siaga sehat jiwa merupakan desa yang masyarakatnya sadar,
mau, dan mampu melakukan upaya-upaya dalam kesehatan jiwa.
Desa siaga sehat jiwa (dssj) adalah sebuah model layanan
program kesehatan jiwa berbasis masyarakat yang dibentuk dari
pengembangan desa siaga. Makna program tersebut, membawa
sebuah komunitas atau masyarakat agar dapat bersama-sama peduli
dan aktif melakukan upaya-upaya sehingga terwujud derajat
kesehatan jiwa yang berkualitas ditengah-tengah masyarakat.
b. Posyandu jiwa
Pemahaman mengenai posyandu Kesehatan jiwa dapat ditinjau
dari dua aspek, yakni pemahaman mengenai posyandu dan
pemahaman mengenai kesehatan jiwa. Departemen Kesehatan RI
(2006) memaparkan bahwa posyandu merupakan kegiatan
pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibimbing oleh petugas terkait. Posyandu
diselenggarakan pada populasi dengan ciri karakteristik tertentu,
misalnya balita, lansia, dan orang dengan masalah kesehatan jiwa.
Johnson (1997) mengemukakan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari
hubungan interpersonal yang memuaskan, konsep diri yang positif,
dan kestabilan emosional.
Posyandu Jiwa adalah pemeliharaan kondisi sehat psikologis,
emosional, dan sosial yang dilakukan dari, oleh, dan untuk
masyarakat yang dibimbing petugas yang memiliki kekampuan,
ketrampilan dan kemauan untuk meningkatkan kesehatan jiwa
(Windarwati, et al, 2016).

3
Posyandu jiwa merupakan pusat pelayanan terpadu pada pasien
yang mengalami gangguan jiwa, Keberlangsungan posyandu tidak
lepas dari peran kader oleh karena itu pentingnya pengetahuan dan
ketrampilan kader agar meningkatkan kualitas pelayanan posyandu.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan pasien yang
mengalami kekambuhan dapat memberikan semangat para kader
untuk rutin menjalankan kegiatan posyandu, selain itu mereka juga
mengajarkan ketrampilan pada pasien ODGJ agar meningkatkan
produktifitasnya.

2. Tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa dan Posyandu Jiwa


a. Desa siaga sehat jiwa
Desa siaga sehat jiwa bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan jiwa, meningkatkan
kemampuan masyarakat desa menolong dirinya dalam bidang
kesehatan jiwa, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya kesehatan jiwa, meningkatkan dukungan
dan peran aktif stakeholder, serta meningkatnya masyarakat desa
dalam melaksanakan Perilaku Sehat Jiwa. Selain itu desa siaga sehat
jiwa juga mempunyai tujuan untuk mendeteksi pasien gangguan jiwa
yang belum terdeteksi dan membantu pemulihan pasien yang telah
dirawat di rumah sakit.
b. Posyandu jiwa
Penyelenggaraan Posyandu Jiwa diadakan dengan tujuan untuk:
1) Menurunkan angka kekambuhan pada orang dengan masalah
kejiwaan (ODMK) maupun pada orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ) yang dilihat dari beberapa indikator yakni penurunan
tanda dan gejala gangguan jiwa, peningkatan kemandirian dan
produktivitas peserta.
2) Mempertahankan kondisi sehat jiwa melalui indikator
kemandirian dan produktivitas.

4
3) Meningkatan peran serta masyarakat untuk mengembangkan
egiatan kesehatan jiwa serta kegiatan lainnya yang
menunjang tercapainya masyarakat sehat jiwa sejahtera dan
penurunan stigma pada orang dengan masalah kejiwaan
(ODMK) dan pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

3. Karakteristik Desa Siaga Sehat Jiwa:


a. Memiliki kader kesehatan jiwa (KKJ)
b. Memiliki kelompok tokoh agama, pengobat tradisional, guru dan
petugas keamanan.
c. Memiliki kantor DSSJ.
d. Mempunyai survey keluarga kondisi keswa keluarga.
e. Memiliki system rujukan keswa.
f. Menerapkan perilaku sehat jiwa

4. Pengelolaan Desa Siaga Sehat Jiwa


a. Kemitraan
Kemitraan dibentuk agar semua sector baik pemerintah, swasta
maupun masyarakat dapat menyelenggarakan pelayanan adan
pembinaan berdasarkan bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan
bersama. Kemitraan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:a.Kemitraan
lintas sektorKemitraan ini dibentuk oleh tenaga kesehatan terutama
perawat CMHN dengan sektor pemerintah maupun non pemerintaha
dalam pemberian pelayanan kesehatan jiwa di
masyarakat.b.Kemitraan lintas programKemitraan listas program
adalah kerjasama yang dibangun berdasarkan hasil kesepakatan
bersama terkait peran dan tanggung jawab antar tenaga kesehatan
(dokter, bidan psikolog klinik, psikiater) dalam memberi pelayanan
kesehatan jiwa di masyarakat.
b. Pemberdayaan
Kader merupakan sumber daya masyarakat yang harus
dikembangkan dalam pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa.

5
Pemberdayaan kader ini diharapkan mampu mendukung program
CMHN di masyarakat.
c. Managerial
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pemgobatan
serta bantuan kepada pasien. Manajemen keperawatn sangat perlu
untuk diterapkan karena pelayanan keperawatan dilakukan oleh
banyak orang sehingga ilmu manajemen perlu untuk diterapkan.

4. Pelayanan posyandu jiwa


Penyelenggaraan Posyandu Jiwa mengacu pada sistem lima meja,
dimana di tiap-tiap meja memiliki fokus kegiatan yang berbeda, yaitu:

a. Meja 1
Meja pertama adalah meja pendaftaran atau registrasi peserta yang
didata oleh kader Kesehatan jiwa. Pada meja ini, kader kesehatan
jiwa menyiapkan instrumen registrasi berupa format pendaftaran
yang terdiri dari kolom nomor, tanggal, nomor registrasi, usia, jenis
kelamin, dan alamat.
b. Meja 2
Setelah peserta selesai registrasi pada meja pertama, maka
selanjutnya adalah meja kedua. Meja kedua bertugas melakukan
kegiatan pengukuran berat dan tinggi badan peserta yang dipantau
oleh kader kesehatan jiwa. Hasil pengukuran akan dicatat pada Kartu
Menuju Sehat Jiwa (KMSJ).
c. Meja 3
Meja ketiga bertugas untuk mengidentifikasi tanda seta gejala-gejala
yang dirasakan oleh peserta. Tujuan dari meja ketiga adalah
mengetahui gejalagejala fisik yang dirasakan peserta, mengetahui
gejala perilaku yang timbul pada peserta dan mengetahui gejala
perasaan yang dirasakan peserta.
d. Meja 4

6
Meja keempat bertugas untuk mengidentifikasi tingkat kemandirian
dan produktivitas peserta yang dilakukan oleh kader kesehatan jiwa.
Hasil identifikasi digunakan untuk melakukan pelatihan
keterampilan hidup sehari-hari, perawatan diri serta peningkatan
hubungan dan komunikasi peserta.
e. Meja 5
Setelah peserta melakukan pendaftaran hingga identifikasi tingkat
kemandirian dan produktivitas pada meja-meja sebelumnya, terakhir
adalah meja kelima yang memberikan pelayanan Kesehatan jiwa
oleh petugas kesehatan. Pelayanan Kesehatan yang diberikan pada
meja kelima ini adalah penambahan nutrisi, pemberian vitamin,
pemantauan psikofarmaka, dan konsultasi kesehatan jiwa ataupun
pemberian Pendidikan kesehatan jiwa bagi peserta dan keluarga
yang mendampingi.

5. Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan Posyandu Jiwa


a. Faktor pendidikan
Pendidikan diketahui merupakan salah satu faktor potensial yang
mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan suatu pelayanan
kesehatan atau tidak. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
partisipasi dan peran serta masyarakat dalam berperilaku. Pendidikan
juga diketahui sebagai salah satu faktor yang dapat berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan dan sikap seseorang mengenai
perawatan pasien. Seseorang yang menerima pendidikan yang lebih
baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu berpikir secara obyektif
dan rasional. Sehingga membuat seseorang untuk lebih mudah
menerima hal-hal baru yang dianggap menguntungkan bagi dirinya
(notoatmodjo, 2010).
Tingkat pendidikan seseorang tentu memiliki pengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan, makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin tinggi pula kecenderungan orang
tersebut untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan atau posyandu

7
jiwa. Syahlan (1996) mengemukakan bahwa pada keluarga yang
tingkat pendidikannya rendah akan cenderung pasrah ketika
mendapat gangguan kesehatan atau masalah kesehatan pada anggota
keluarganya. Mereka akan mencari bantuan kesehatan ketika
masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya sudah
tergolong berat, maka pendidikan merupakan salah satu faktor
penentu dalam upaya pencarian pelayanan kesehatan.
b. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan penghasilan atau
sebagai mata pencaharian (Nasrudin, 2017).
Diketahui bahwa pasien gangguan jiwa yang memiliki anggota
keluarga tidak bekerja mempunyai peluang lebih besar dibandingkan
dengan pasien gangguan jiwa yang memiliki anggota keluarga
bekerja. Hal tersebut dapat diakibatkan karena adanya
kecenderungan responden sebagai anggota keluarga yang tidak
bekerja memanfaatkan Posyandu Jiwa dibandingkan yang bekerja.
Anggota keluarga pasien gangguan jiwa yang tidak bekerja
mempunyai waktu lebih banyak untuk menemani pasien datang ke
Posyandu Jiwa karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan
dirumah dibandingkan mereka yang bekerja.
Selain itu bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu, sehingga dalam situasi tertentu salah satu kegiatan yang akan
berlangsung secara bersamaan harus di pertimbangkan prioritasnya.
c. Faktor Sikap
Sikap merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
bisa terlihat secara nyata. Hal ini bisa dilihat dari kesiapan seseorang
untuk bertindak. Sikap tidak bisa terwujud dalam tindakan, untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan maka diperlukan faktor
pendukung (Notoatmodjo, 2007).

8
Diketahui bahwa pasien dengan anggota keluarga yang memiliki
sikap positif mengenai Posyandu Jiwa berpeluang lebih besar
memanfaatkan Posyandu Jiwa dibandingkan dengan pasien dengan
anggota keluarga yang memiliki sikap negatif terhadap Posyandu
Jiwa. Banyaknya masyarakat yang mempunyai sikap positif,
dikarenakan masyarakat menganggap adanya manfaat dan
pentingnya untuk datang ke Posyandu Jiwa dalam menunjang
kesembuhan pasien. Seseorang dalam keluarga yang memiliki sikap
menerima kemudian merespon terhadap apa yang diketahui tentang
pentingnya memberikan dukungan. Maka, apabila sikap positif terus
ditanamkan pada keluarga pasien gangguan jiwa yang memiliki
sikap positif rendah terhadap Posyandu Jiwa, akan berdampak pada
makin baiknya sikap yang dimiliki keluarga tersebut sehingga sikap
positif tersebut dapat meningkat menjadi sedang atau bahkan tinggi
(Azwar, 2005).
Salah satu cara untuk memperbaiki sikap keluarga adalah
memberikan dukungan atau merawat pasien dengan meningkatkan
pengetahuan keluarga terlebih dahulu karena sikap dan perilaku
seseorang akan ditentukan oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.
Sikap keluarga harus mengarah ke hal positif misalnya mencari
informasi dan memahami dampak gangguan jiwa yang bisa
mengubah pandangan keluarga bersikap positif terhadap keteraturan
berobat klien.
d. Faktor Pengetahuan
Salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi status
kesehatan perorangan maupun kelompok adalah pengetahuan.
Pengetahuan yang dimiliki keluarga sangat dibutuhkan untuk
merawat pasien gangguan jiwa seperti skizofrenia, misalnya dengan
mengikuti program intervensi keluarga yang menjadi satu dengan
pengobatan skizofrenia (Irmansyah, 2009).

9
Diketahui pasien dengan anggota keluarga yang memiliki
pengetahuan mengenai gangguan jiwa dan Posyandu Jiwa yang baik
berpeluang lebih besar memanfaatkan Posyandu Jiwa dibandingkan
dengan pasien dengan anggota keluarga yang memiliki pengetahuan
kurang. Pengetahuan masyarakat yang baik akan mendorong
masyarakat untuk memanfaatan Posyandu Jiwa. Hal ini disebabkan
masyarakat yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai
wawasan yang lebih luas mengenai Kesehatan jiwa, dengan begitu
mereka akan lebih mudah memperoleh informasi dan akan lebih
peduli terhadap kesehatan jiwa keluarganya.
e. Faktor Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dukungan keluarga mempunyai
pengaruh besar dalam kepatuhan berobat pasien gangguan jiwa.
Dukungan keluarga akan memberikan kepercayaan diri dan
dorongan untuk patuh berobat (Ratnawati. 2016). Elemen-elemen
dukungan keluarga misalnya mengetahui adanya kegiatan Posyandu
Jiwa, melakukan pendampingan pada saat pasien melakukan
kunjungan ke Posyandu Jiwa, rasa tanggungjawab keluarga, merawat
dan melakukan pengobatan pada pasien gangguan jiwa.
Adanya keluarga yang mendukung pasien gangguan jiwa untuk
memanfaatkan Posyandu Jiwa seperti mengingatkan pasien
gangguan jiwa untuk datang ke Posyandu Jiwa, mengantarkan pasien
ke Posyandu Jiwa dan mengingatkan pasien gangguan jiwa untuk
minum obat tepat waktu. Sehingga dengan adanya dukungan
keluarga maka timbul motivasi pasien untuk datang ke Posyandu
Jiwa.

10
11
B. KERANGKA TEORI
Definisi Desa Siaga Sehat Jiwa

Tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa

Karakteristik Desa Siaga Sehat Jiwa

Pengelolaan Desa Siaga Sehat Jiwa


DESA SIAGA
SEHAT JIWA
Definisi Posyandu Jiwa

Tujuan Posyandu Jiwa


DESA SIAGA SEHAT
JIWA POSYANDU Pelayanan Posyandu Jiwa
JIWA
&
POSYANDU JIWA Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan Posyandu Jiwa

IMPLIKASI Kasus Pasung


KEPERAWATAN 1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
Asuhan Keperawatan 3. Rencana keperawan
4. Implikasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan

11
BAB III

IMPLIKASI KEPERAWATAN

KASUS
Di Desa Sukamaju telah didirikan posyandu jiwa karena mengingat masih
tingginya angka kasus gangguan jiwa di daerah tersebut. Selama bertahun-tahun
pasien ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) yang berada di Desa Sukamaju tidak
mendapatkan perawatan yang sewajarnya. Banyak ditemukan pasien ODGJ yang
di pasung oleh keluarganya karena dianggap membahayakan, pasien tidak terawat,
dikucilkan oleh keluarga, keluarga menganggap pasien tidak dapat disembuhkan
lagi selain itu keluarga malu ketika diketahui memiliki anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Berawal dari permasalahan yang ada dengan dana
swadaya dibentuklah posyandu jiwa yang khusus menangani kasus dengan
gangguan jiwa. Harapan dibentuknya posyandu tersebut dapat memberikan
perhatian dan perawatan pada pasien ODGJ sehingga mampu meningkatkan
harapan hidup mereka untuk kembali produktif. Kegiatan posyandu yang saat ini
sudah berjalan setiap satu bulan sekali dengan melakukan timbang berat badan,
melakukan pemeriksaan kesehatan, memberikan makanan sehat dan memberikan
perawatan diri pada pasien.

Untuk melakukan kegiatan rutin posyandu tersebut juga dibantu oleh


masyarakat sekitar yang bersedia menjadi relawan kader di posyandu jiwa.
Perlunya pendekatan khusus pada keluarga dalam memberikan pemahaman agar
bersedia membawa keluarganya yang mengalami gangguan jiwa untuk datang ke
posyandu jiwa. Untuk melakukan biaya perawatan dan pengobatan membutuhkan
biaya yang cukup besar sehingga keluarga lebih memilih untuk ke paranormal
untuk berobat atau membiarkan anggota keluarganya yang mengalami gangguan
jiwa. Pelayanan kesehatan Desa Sukamaju di bawah pelayanan pukesmas Dukuh
Maju Jaya yang memberikan pelayanan 24 jam. Masalah kesehatan yang ada di

12
lokasi paling banyak terkait masalah kesehatan jiwa seperti; depresi, isolasi sosial,
defisit perawatan diri, harga diri rendah dan perilaku kekerasan.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dalam pengkajian ODGJ yang dipasung di Desa Sukamaju ditemukan
sebuah kasus yaitu defisit perawatan diri, isolasi sosial, dan perilaku
kekerasan. Pengumpulan data di peroleh dari klien, keluarga klien dan warga
setempat. Hasil data yang didapat bahwa pemasungan dilakukan karena
keluarga mengalami masalah status ekonomi rumah tangga dan memiliki
masalah ketidaktahuan adanya fasilitas kesehatan. Selain itu keluarga juga
mengatakan bahwa para ODGJ dulu juga pernah melukai warga lain dan ada
yang hampir terbunuh.
Pada pengkajian keperawatan ODGJ yang dipasung di Desa Sukamaju
warga mengatakan bahwa para ODGJ tidak terawat, tidak pernah dimandikan
ataupun perawatan diri lainnya, pakainya kotor tidak diganti. Dikucilkan oleh
keluarga dan warga lainnya karena takut diamuk atau dilukai. Tidak ada
warga yang berani mendekat kecuali orang yang berani hanya sekedar untuk
memberi makan para ODGJ. Klien mengatakan bahwa dia tidak ingin
bertemu dengan orang lain takut akan dibunuh. Warga juga mengatakan para
ODGJ sering mengamuk. Pada saat pengkajian klien teriak-teriak tidak jelas
dan marah-marah. Maka dari itu keluarga ODGJ melakukan pamasungan.
Keluarga mengatakan bahwa jika ODGJ di lepaskan begitu saja takut melukai
warga desa lainnya.

Analisa Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS: Ketidakmampuan Perilaku
Warga mengatakan mengendalikan Kekerasan
para ODGJ sering dorongan marah

13
mengamuk dan dulu ditandai dengan
hampir membunuh mengumpat dengan
orang lain, kata-kata kasar, suara
DO: keras, bicara ketus,
Klien teriak-teriak tidak perilaku agresif/amuk
jelas dan marah-marah
2. DS: Perubahan status Isolasi Sosial
Klien mengatakan mental ditandai
bahwa dia tidak ingin dengan merasa ingin
bertemu dengan orang sendirian, merassa
lain takut akan dibunuh. tidak aman ditempat
DO: umum, menarik diri,
Tidak ada warga yang tidak
berani mendekat berminat/menolak
kecuali orang yang berinteraksi dengan
berani hanya sekedar orang lain atau
untuk memberi makan lingkungan.
para ODGJ
3. DS: Gangguan psikologis Defisit
Warga mengatakan dan/atau psikotik Perawatan Diri
bahwa para ODGJ tidak ditandai dengan
terawat, tidak pernah menolak melakukan
mandi ataupun perawatan diri
perawatan diri lainnya.
DO:
Pakaian yang dipakai
ODGJ kotor dan bau,
rambutnya berantakan,
dan badannya tidak
bersih

14
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan
mengendalikan dorongan marah ditandai dengan mengumpat dengan
kata-kata kasar, suara keras, bicara ketus, perilaku agresif/amuk
2. Isolasi Sosial berhubugan dengan perubahan status mental ditandai
dengan merasa ingin sendirian, merassa tidak aman ditempat umum,
menarik diri, tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan psikologis
dan/atau psikotik ditandai dengan menolak melakukan perawatan diri

C. Rencana Asuhan Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Perilaku Setelah dilakukan Manajemen Pengendalian
Kekerasan Tindakan selama Marah (I.09290)
1x 2 jam, pasien 1. Observasi
mampu mengatasi - Identifikasi penyebab/
prilaku kekerasan pemicu kemarahan
dengan kriteria 2. Terapeutik
hasil: - Gunakan pendekatan
1. Perilaku yang tenang dan
menyerang meyakinkan
orang lain - Fasilitasi
menurun mengekspresikan
2. Perilaku marah secara adaptif
melukai diri - Cegah kerusakan fisik
sendiri menurun akibat ekspresi marah
3. Perilaku agresif/ - Berikan penguatan
amuk menurun atas keberhasilan
4. Suara keras penerapan strategi
menurun pengendalian marah
5. Surara ketus 3. Edukasi
menurun - Jelaskan makna,
fungsi marah, frustasi
dan respons marah
- Ajarkan strategi untuk
mencegah ekspresi
marah maladaptive
- Ajarkan metode untuk
memodulasi

15
pengalaman emosi
yang kuat (mis.
Teknik relaksasi)
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat, jika perlu
2 Isolasi Sosial Setelah dilakukan Promosi sosial (I.13498)
Tindakan selama 1. Observasi
1x 2 jam, pasien - Identifikasi
mampu mengatasi kemampuan untuk
isolasi sosial berinteraksi dengan
dengan kriteria orang lain
hasil: - Identifikasi hambatan
1. Minat interaksi melakukan interaksi
meningkat dengan orang lain
2. Verbalisasi 2. Terapeutik
isolasi menurun - Motivasi
3. Perilaku meningkatkan
menarik diri keterlibatan dalam
menurun suatu hubungan
4. Kontak mata - Motivaasi
membaik berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
- Berikan umpan balik
dalam perawatan diri
- Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
3. Edukasi
- Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
- Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
- Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan
komunikasi
- Latih
mengekspresikan
marah dengan tepat
3 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
Perawatan Diri Tindakan selama (I.11348)

16
1x 2 jam, pasien 1. Observasi
mampu mengatasi - Identifikasi kebiasaan
defisit perawatan aktivitas perawatan
diri dengan kriteria diri sesuai usia
hasil: - Monitor tingkat
1. Kemampuan kemandirian
mandi - Identifikasi kebutuhan
meningkat alat bantu kebersihan
2. Kemampuan diri, berpakaian,
mengenakan berhias dan makan
pakaian 2. Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan
3. Kemampuan ke yang terapeutik
toilet (mis.suasana hangat,
(BAB/BAK) rileks, privasi)
meningkat - Siapkan keperluan
4. Verbalisasi pribadi (mis. Parfum
keinginan sikat gigi, dan sabun
melakukan mandi)
perawatan diri - Damping dalam
meningkat melakukan perawtan
5. Minat diri sampai mandiri
melakukan - Fasilitasi
perawatan diri kemandirian, bantu
meningkat jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri
- Jadwalkan rutinitas
perawtan diri
3. Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

D. Implementasi Keperawatan
DX TANGGAL/ IMPLEMENTASI RESPON TTD
JAM KEPERAWATAN
Perilaku 27/09/2021 1. Mengidentifikasi DS:
penyebab/
Kekerasan 09.00 Kebanyakan
pemicu
kemarahan pada klien
kliem
mengatakan

17
2. Menggunakan bahwa
pendekatan yang
penyebab
tenang dan
meyakinkan marah yaitu
untuk klien
dendam
3. Memfasilitasi
mengekspresikan kepada orang
marah secara lain.
adaptif untuk
klien DO:
Pandangan
klien tajam,
tangan
mengepal dan
mata melotot.
Klien masih
belum bisa
mengobrol
secara terbuka.
Isolasi 27/09/2021 1. Mengidentifikasi DS:
Sosial 10.00 kemampuan Keluarga
klien untuk
berinteraksi mengatakan
dengan orang bahwa
lain
sebagian
2. Mengidentifikasi
hambatan klien warga tidak
dalam mau
melakukan
interaksi dengan berinteraksi
orang lain dengan klien
3. Memotivasi
karena takut,
klien untuk
meningkatkan jadi klien
keterlibatan jarang
dalam suatu
hubungan berinteraksi
dengan orang
lain. Keluraga

18
juga
mengatakan
bahwa
interaksi
dengan orang
lain terhambat
karena klien
dalam keadaan
dipasung dan
tidak pernah
keluar dari
lingkungan
rumah.
DO:
Klien tampak
menarik diri,
keadaan
kakinya
terpasung
dengan kayu/
rantai.Klien
juga tampak
menundukkan
kepala dan
kadang-kadang
juga marah
saat bertemu
orang.
Defisit 27/09/2021 1. Mengidentifikasi DS: Keluarga
Perawatan 13.00 kebiasaan mengatakan
aktivitas
Diri perawatan diri klien tidak

19
sesuai usia klien pernah mandi
2. Memonitori karena dalam
tingkat
kemandirian keadaan
klien dipasung.
3. Mengidentifikasi
kebutuhan alat Keluarga
bantu kebersihan mengatakan
diri, berpakaian,
berhias dan hanya
makan pada menyediakan
klien
sikat gigi,
pasta gigi dan
air untuk
menggosok
gigi,
DO: Pakaian
yang dipakai
ODGJ tampak
kotor dan bau,
rambutnya
berantakan.

E. Evaluasi
HARI/ WAKTU DIAGNOSA EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN
Senin, 09.00 Perilaku Kekerasan S: Kebanyakan klien
27/09/2021 mengatakan bahwa
penyebab marah
yaitu dendam kepada
orang lain.
O: Pandangan klien
tajam, tangan

20
mengepal dan mata
melotot. Klien masih
belum bisa
mengobrol secara
terbuka
A: Klien mampu
mengungkapkan
pemicu kemarahan,
masalah lainnya
belum teratasi.
P: Lanjutkan
intervensi :
Terapeutik
- Cegah kerusakan
fisik akibat
ekspresi marah
Edukasi
- Berikan
penguatan atas
keberhasilan
penerapan
strategi
pengendalian
marah
- Jelaskan makna,
fungsi marah,
frustasi dan
respons marah
- Ajarkan strategi
untuk mencegah
ekspresi marah
maladaptive
- Ajarkan metode
untuk
memodulasi
pengalaman
emosi yang kuat
(mis. Teknik
relaksasi)

21
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat,
jika perlu
Senin, 10.00 Isolasi Sosial S: Keluarga
27/09/2021 mengatakan bahwa
sebagian warga tidak
mau berinteraksi
dengan klien karena
takut, jadi klien
jarang berinteraksi
dengan orang lain.
Keluraga juga
mengatakan bahwa
interaksi dengan
orang lain terhambat
karena klien dalam
keadaan dipasung
dan tidak pernah
keluar dari
lingkungan rumah.
O: Klien tampak
menarik diri,
keadaan kakinya
terpasung dengan
kayu/ rantai.Klien
juga tampak
menundukkan kepala
dan kadang-kadang
juga marah saat
bertemu orang.

22
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi
Terapeutik
- Motivaasi
berpartisipasi
dalam aktivitas
baru dan
kegiatan
kelompok
- Berikan umpan
balik dalam
perawatan diri
- Berikan umpan
balik positif pada
setiap
peningkatan
kemampuan
Edukasi
- Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
- Anjurkan
berbagi
pengalaman
dengan orang
lain
- Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
- Latih
mengekspresikan
marah dengan
tepat
Selasa, 13.00 Defisit Perawatan S: Keluarga

23
27/09/2021 Diri mengatakan klien
tidak pernah mandi
karena dalam
keadaan dipasung.
Keluarga
mengatakan hanya
menyediakan sikat
gigi, pasta gigi dan
air untuk menggosok
gigi,
O: Pakaian yang
dipakai ODGJ
tampak kotor dan
bau, rambutnya
berantakan.
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi :
Terapeutik
- Sediakan
lingkungan
yang terapeutik
(mis.suasana
hangat, rileks,
privasi)
- Siapkan
keperluan
pribadi (mis.
Parfum sikat
gigi, dan sabun
mandi)
- Damping dalam
melakukan
perawtan diri

24
sampai mandiri
- Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan
rutinitas
perawtan diri
Edukasi
- Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa siaga sehat jiwa merupakan desa yang masyarakatnya sadar, mau,
dan mampu melakukan upaya-upaya dalam kesehatan jiwa. Pemahaman

25
mengenai posyandu Kesehatan jiwa dapat ditinjau dari dua aspek, yakni
pemahaman mengenai posyandu dan pemahaman mengenai kesehatan jiwa.
Dan desa siaga sehat jiwa bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan jiwa, meningkatkan
kemampuan masyarakat desa menolong dirinya dalam bidang kesehatan jiwa,
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya
kesehatan jiwa, meningkatkan dukungan dan peran aktif stakeholder, serta
meningkatnya masyarakat desa dalam melaksanakan Perilaku Sehat Jiwa.

B. Saran
1. Pembaca harus mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
Desa Siaga Sehat Jiwa.
2. Penulis harus lebih memahami isi dari dari makalah Desa Siaga Sehat
Jiwa.
3. Pembaca harus memahami isi dari makalah yang disampaikan setelah
mengikuti kegiatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2005). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

26
Irmansyah. (2009). Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien
Skizofrenia, 3(1).

Kemenkes RI. 2010. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (Pegangan Bagi Kader
Kesehatan). Jakarta: Kemnkes.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010a). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ratnawati, R. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan 56 Kepatuhan


Berobat Penderita Skizofrenia, 6(4), 2–4.

Syahlan. (1996). Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Sumber Bina


Kesehatan.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

Windarwati, H. D., Budi, A. K., & Raden, I. I. (2016). Posyandu Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai