PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atas dasar itu, kiranya wajar apabila setiap langkah dalam pengembangan
pariwisata diharapkan selalu memperhatikan terpeliharanya seni dan budaya bangsa yang
dijadikan aset Pariwisata Indonesia. Dengan demikian, perlu ada tanggung jawab moral
bagi mereka yang mengambil kebijakan di lapangan untuk selalu menggunakan potensi
seni dan budaya yang dimiliki untuk bermacam-macam kegiatan, mulai dari bentuk
bangunan (architecture), cindera mata (souvenirs), bahan-bahan promosi (promotion
materials), makanan dan minuman (food and beverages), terutama dalam penyajiannya.
Tujuan utama dari semua itu, tidak lain adalah untuk menciptakan image dan
lebih penting lagi dengan cara itu Pariwisata Indonesia akan memiliki ciri yang khas atau
identitasnya sendiri berbeda dengan apa yang dimiliki oleh Negara-negara lain. Dalam
konteks ini, dapat dikatakan bahwa pariwisata sebagai suatu industri lebih bersifat padat
karya (labor intensive) dan sekaligus berfungsi sebagai katalisator dalam pembangunan
(agent of development) dan mempercepat proses pemerataan pendapatan masyarakat (re-
distribution of income)..
B. Rumusan Masalah
1. Reog Ponorogo Jawa Timur
2. Tari Wayang Topeng
3. Tari Gandrung
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian reog
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian
barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota
Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat
reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih
sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
b. Sejarah Reog
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat
tentang asal-usul Reog dan Warok (Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978-1979,
Reog di Jawa Timur, Jakarta). Namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita
tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre
Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu
murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok,
selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat
bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan
mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu
2
kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan
menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya
terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu
disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja
Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun
perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog. Dalam pertunjukan Reog
ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja
hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu
merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan
Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh
kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan
pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok,
yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu,
sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya
dengan menggunakan giginya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan
Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan
oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran
akan warok. Namun muridmurid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam.
Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan
karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya
memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo
yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu. Versi resmi alur cerita
Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri
Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong
dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak
Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria
berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan.
Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara KerajaanKediri dan Kerajaan
Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan
"kerasukan" saat mementaskan tariannya.
c. Pementasan Reog
3
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan,
khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa
rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanyadibawakan oleh 6-8 pria
gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan mukadipoles warna merah. Para penari
ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang
dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaikikuda. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan
oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda:
Tarian pembuka
Pada reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh penari lakilakiyang
berpakaian wanita.Tarian ini dinamakan tari jaran kepangatau jathilan,yang harus
dibedakan dengan seni tari lain yaitu tarikuda lumping.Tarian pembukaan lainnya jika
ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yangmembawakan adegan lucu yang disebut
Bujang Ganong atau Ganongan.
Tari inti
Tarian penutup
4
pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung danterutama
salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkanatmosfir mistis, unik,
eksotis serta membangkitkan semangat. Satu groupReog biasanya terdiri dari seorang
Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu
Kelono Suwandono. Jumlahkelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran
utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog.
Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang
sedang berlatih di atas kuda.
Warok
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad
suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang
sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok
karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang
baik.
Barongan
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam
kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan),
terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong.
Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang
memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut
Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu
membawa pusaka tersebut.
Bujang Ganong
5
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh
yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap
penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton khususnya anak-anak.
6
Surya Adiningrat (1898-1934). Ia juga mencatat terdapat perkumpulan wayang topeng di
bagian Malang Selatan pada tahun 1930-an, seperti di Sanggreng, Jenggala, Wijiamba,
dan Turen.
Wayang topeng Malangan ini mementaskan cerita Panji seperti Sayembara Sada
Lanang, Walang Sumirang, Rabine Panji, Laire Nogo Taun, dan Jenggala Mbangun
Candi, dimana tokoh-tokoh utama yang sering muncul antara lain, Panji Asmarabangun,
Dewi Sekartaji, Raden Gunungsari, Klana Sewandana, dan Bapang Jayasentika. Pigeaud
juga melanjutkan, bahwa pada tahun 1956 atau 1957, wayang topeng Malangan juga
sering dipertunjukkan di pendopo kabupaten, karena pada saat itu bupati Malang, R.
Djapan sangat berminat pada kesenian lokal.
Oleh para ahli kebudayaan (dalam Hariyono, 1988:130), topeng Malangan ini
dihubungkan dengan bentuk drama tari bertopeng pada abad ke-12 yang dikenal dengan
nama raket, atapukan, atau wayang wang. Karimun, salah seorang ahli waris dari R.
Sungging Mubengkoro, yang masih keturunan dari Sunan Brawijaya VII (Raja Majapahit
terakhir, 1498-1518) memimpin kelompok topeng Asmorobangun atau Sanggar
Asmorobangun yang didirikan sejak tahun 1931 di desa Kedungmonggo, dan mulai
dikenal masyarakat luas sebagai pengukir topeng sejak tahun 1970-an. Saat ini mbah
Karimoen sudah wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Tri Handoyo, menjadi
punggawa Sanggar Asmorobangun.
3. Tari Gandrung
Sebelum tahun 2003 sebagai maskot Kota adalah Menak Jinggo. Dalam
perekembangannya sejak pariwisata berkembang di Banyuwangi, mulai tahun 2003 yang
menjadi makot Kota adalah penari Gandrung. Yang menjadi masalah adalah bagaimana
Tari gandrung menjadi obyek wisata andalan Banyuwangi?
Jejak seni tradisional yang semula gandrung ditarikan oleh penari laki-laki
kemudian dalam perkembangannya ditarikan oleh Semi seorang penari perempuan. Oleh
dinas pariwisata daerah, tari Gandrung dijadikan daya tarik wisatawan disamping
8
keindahan alam, peninggalan sejarah dan purbakala. Sebagai obyek wisata, atraksi tari
Gandrung diperlukan pembenahan dan penggarapan kusus agar menarik. Tari gandrung
dikemas untuk kepentingan pariwisata. Menurut Sodarsono ciri kemasan wisata adalah
tiruan dari aselinya, dikemas secara padat dan ringkas, meninggalkan nilai sakral, dan
murah harganya bagi kantong wisatawan (Soedarsono, 1999:89). Tari gandrung dalam
perkembangannya selalu dinamis menyesuaikan kebutuhan, ada-kalanya sesuai pesanan
dan sering juga mengikuti aliran musik pengiringnya. Tari gandrung kemudian menjadi
sajian untuk menghibur para tamu sehigga menjadi tari hiburan dan pergaulan.
Titik tumpu, pada umumnya tarian Banyuwangi, bertitik tumpu pada berat badan
terletak pada tapak kaki bagian depan (jinjid).
Tubuh bagian dada di dorong kedepan seperti pada tari Bali.
Gerak tubuh ke depan yang di sebut dengan ngangkruk dan
Gerak persendian; terbagi dalam gerak leher, misalnya: (a) Deleg Duwur, yaitu
gerakan kepala dan leher yang digerakkan hanya leher bagian atas saja, gerak kepala
ke kiri dan ke kanan, (b) Deleg nduwur dinggel, yaitu sama dengan atas hanya saja
disertai dengan tolehan, (c) Deleg manthuk, yakni gerakan kepala mengangguk, (d)
Deleg layangan, yaitu gerakan deleg duwur yang di sertai dengan ayunan tubuh, (e)
Deleg gulu, yaitu gerakan kepala ke kiri dan ke kanan. Di samping, itu masih ada
lagi gerak persendian bahu. Gerakan ini dalam tari gandrung terdiri dari: (1) Jingket,
9
gerakan bahu yang di gerakan ke atas kebawah atau ke samping.(2) Egol pantat yang
lombo dan kerep, yakni gerakan pantat ke kanan ke kiri mengikuti iringan musik
gendang. (3) Sikap dan gerak jari, gerakan ini ada 3 (tiga) macam diantarannya jejeb,
cengkah dan ngeber.
Permainan sampur, merupakan komunikasi antara pria dan wanita. Dalam hal ini
ada beberapa macam antara lain (1) Nantang, yaitu sampur di lempar ke arah penari pada
gong pertama dan seterusnya, (2) Ngiplas atau nolak kanan dan kiri satu persatu, (3)
Ngumbul, yaitu membuang ujung sampur ke atas kedalam atau keluar, (4) Ngebyar,
yaitu kedua ujung sampur di kibaskan arah ke dalam atau ke luar, (5) Ngiwir, yaitu ujung
sampur di jipit dan di getarkan, dan (6) Nimpah, yaitu ujung sampur disampirkan ke
lengan kanan atau kiri pada gerakan sagah atau ngalang. Sikap dan gerakan kaki,
gerakan ini antara lain , (1) Laku nyiji, 2. Laku ngloro, (3) Langkah genjot, (4) Langkah
triol atau kerep.
e. Music gandrung
Gamelan dan biola
Kluncing
Kendhang
Kethuk
11
Kethuk estr
Kethuk jaler
Kempul
Saron bali dan angklung
12
PENUTUP
Kesimpulan
Reog Ponorogo adalah kesenian asli milik Indonesia, khususnya Ponorogo, Jawa
Timur. Kesenian yang satu ini memang sedikit berbau mistik. Tidak jarang juga dalam sebuah
pertunjukan reog ada pemain kesenian reog yang kesurupan. Namun, ada pawang yang telah
bertugas menangani jika ada pemain yang kesurupan. Kesenian ini terdiri dari lima tokoh
utama, yaitu Prabu Kelono Sewandono, bujang ganong, jathilan, warok, dan barongan,
Tari gandrung telah dikemas secara padat, ringkas, meninggalkan nilai sakral dan
dapat mudah dijangkau oleh para wisata. Unsur negatip dari tarian gandrung telah dapat
dihilangkan sehingga menimbulkan citra yang lebih baik. Sebagai sebuah pertunjukan tari,
gandrung merupakan salah satu daya tarik bagi para wisata untuk mengunjungi Banyuwangi.
Tari Topeng atau Wayang Topeng merupakan dramatari yang menceritakan tentang
roman Panji. Roman atau Cerita Panji merupakan karya sastra klasik yang cukup dikenal luas
oleh masyarakat Jawa, Indonesia, bahkan Asia Tenggara, disamping cerita Ramayana dan
Mahabarata
Saran
mari kita lestarikan budaya dan kesenian di daerah kita masing-masing sesuai, agar
perekonomian di indonesia ini bisa semakin maju. dengan adanya budaya tradisonal yang
selalu di jaga dan dirawat akan mampu mendobrak sektor pariwisata semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA
13
Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan dan Pariwisaata. Rangkuman Esai tentang Seni
Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata.Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
Munardi, A.M. 1954. Transvesi dam Seni Pertunjukan. Flores: Penari Soegeng Toekio 1984,
Memilih Simpai dari Paradoksal Seni, Sain dan Teknologi. Surakarta : STSI. Supanggah, R.
1991. “Musik Gandrung Banyuwangi Laporan Survey”
Ahimsa Putra, Dedy Shri, dkk. 2000. “Ketika orang Jawa Nyeni”. Galang Press, Yogyakarta.
Andiani, Nyoman Dini. (2007). Pengelolaan Wisata Konvensi. Jakarta. Graha Ilmu. Ardika, I
Wayan. (2007), Pusaka Budaya & Pariwisata. Jogjakarta. Pustaka Larasan
14