Anda di halaman 1dari 5

FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT

PADA KONDISI KHUSUS PENYAKIT SOROSIS HEPATIK

Nama : Jujur Krisnawati Gea


BP : 1704021
Lokal : A

1. Resume
a. FK dan FD penyakit sirosis hepatik
Sirosis hepatik gangguan hati merupakan mengakibatkan kerusakan sel-sel hati,
konsekuensinya adalah gangguan produksi berbagai enzim di hati seperti cytochrome P450. Pada
penyakit ini, akan memperlambat metabolisme obat sehingga nilai clearance akan menurun, dan
mengakibatkan akumulasi obat di dalam tubuh dan efek toksik.
Pada penyakit sirosis hepatik, berbagai perubahan patofisiologi di dalam hati, seperti:
a. Perubahan farmakokinetik obat
b. Nodule abnormal (kelenjar dengan dengan konsistensi padat dan dapat diketahui dengan
meraba) dapat terbentuk pada pasien sirosis.
c. Pembentukan nodul ini mengakibatkan penurunan aliran darah ke hati serta penurunan
metabolisme obat
d. Perubahan fungsi hati dan perkembangan penyakit sirosis bervariasi dari pasien yang satu
dengan lainnya tergantung kepada etiologi cirrhosis
Catatan:
a. Perubahan aliran darah ke hati tidak berpengaruh terhadap obat dengan ekstraksi rasio tinggi.
b. Untuk obat dengan extraction ratio rendah, tidak terjadi perubahan clearance obat dengan
perubahan aliran darah.
c. Untuk obat dengan extraction ratio tinggi, peningkatan aliran darah akan menurunkan
extraction ratio, sebaliknya penurunan aliran darah akan menurunkan extraction ratio.
Konsentrasi mula mula atau ekstraksi rasio:
Nilai E berkisar antara 0 dan 1.
- Bila tak ada obat yang dieliminasi, maka nilai E = 0
- Bila tak ada obat yang keluar dari organ, maka nilai E = 1
Golongan obat :
1. Obat dengan extraction ratio tinggi antara lain adalah imipramine, promethazine,
lovastatine, chlorpromazine, midazolam, metoprolol, propranolol, sidenafil, dan verapamil.
2. Kelompok obat dengan extraction ratio menengah antara lain ciprofloxacin, diltiazem,
erythromycin, simvastatin, haloperidol, dan omeprazole.
3. Sirosis hepatik mengakibatkan penurunan clearance hepatic, metabolisme hepatik, dan
ikatan dengan albumin.
4. Untuk gangguan hati kategori berat, direkomendasikan agar dipilih obat yang
metabolismenya melalui konjugasi, bukan melalui enzim CYP.
b. Penggunaan obat pada pasien dengan gangguan ginjal
Ginjal merupakan organ utama pengeliminasi berbagai senyawa dari dalam tubuh termasuk
obat dan metabolitnya. Eliminasi obat dan metabolitnya berkurang pada pasien dengan Penyakit
Ginjal Kronik (PGK) dan akan mengakibatkan akumulasi di dalam tubuh selanjutnya dapat
mengakibatkan berbagai masalah terhadap pasien termasuk efek toksik.
Oleh karena itu dosis obat untuk pasien dengan gangguan ginjal perlu disesuaikan dengan
fungsi ginjal.
1. Perubahan farmakokinetik
a. Perubahan absorpsi obat
Dipengaruhi perubahan pH di saluran pencernaan yang dialami oleh pasien sebagai
akibat peningkatan ureum di dalam saliva dan pemberian obat seperti histamin H2-
inhibitor.
Untuk obat yang bersifat basa, peninggian pH akan menurunkan konsentrasi obat tak
teionisasi di dalam saluran pencernaan, yang selanjutnya akan menurunkan absorpsi,
bioavailabilitas, dan efek terapi.
b. Perubahan distribsi obat
Volume distribusi obat pada pasien dengan gangguan ginjal dapat meningkat, menurun
ataupun tidak berubah.
Peninggian volume distribusi dapat terjadi sebagai akibat penurunan ikatan antara obat
dengan protein, kompetisi obat terhadap protein, dan akumulasi cairan di dalam tubuh.
Hipoalbuminemia selalu dialami oleh pasien dengan gangguan ginjal karena terganggu
produksi albumin oleh ginjal. Kondisi ini dapat mengakibatkan penurunan ikatan antara
obat yang bersifat asam dengan protein (seperti cefazolin, furosemide, gentamisin, and
penitoin) yang seterusnya meningkatkan kadar obat bebas di dalam darah, meningkatkan
distribusi obat ke dalam organ-organ lain, ikatan jaringan, efek, pada akhirnya
meningkatkan toksisitas.
- Pasien dengan PGK sering diberi polifarmasi sehingga dapat mengakibatkan masalah
terkait penggunaan obat termasuk interaksi obat.
- Salah satu diantaranya ialah penggeseran suatu ikatan obat dengan protein plasma akibat
berkompetisi dengan obat lain terhadap protein plasma.
- Sebagai contoh yaitu phenylbutazone menggeser asam salisilat dari ikatan protein
plasma. Kondisi ini akan meningkatkan konsentrasi dan volume distribusi asam salisilat.
- Strategi yang dapat dilakukan adalah mengatur dan menurunkan dosis asam salisilat saat
phenylbutazone diberikan kepada pasien.
- Selain hal tersebut, penumpukan cairan tubuh juga dapat meningkatkan volume
distribusi obat yang bersifat hidrofil (seperti β-lactams) yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan kadar obat berada di bawah level terapi.
- Disamping itu, kondisi ini merupakan faktor pemicu terjadinya resistensi bakteri
terhadap golongan β-lactam tersebut.
- Pemilihan terhadap dosis lazim maksimum dan monitoring konsentrasi obat bebas
adalah penting untuk menyelesaikan masalah ini.
c. Perubahan metabolisme dan ekskresi
Obat yang memiliki kerja vasokonstriksi seperti dopamine dan epinephrine juga
mengurangi aliran darah ke hati. Selain itu beberapa obat dapat menginduksi ataupun
menghambat aktivitas enzim di hati, yang selanjutnya mempengaruhi nilai clearance obat-
obat tertentu. Semua perubahan metabolisme dan eksresi ini berdampak terhadap efek
farmakologi obat.
Umumnya obat-obatan dan metabolitnya dieksresikan melalui ginjal, sebagian kecil juga
dieksresikan melalui organ-organ lain seperti GIT, kulit, saliva, dan cairan mata. Pada
pasien dengan gangguan ginjal, kemampuan ginjal untuk mengeliminasi senyawa-senyawa
dari dalam tubuh menurun. Perhatian harus difokuskan terhadap obat dan metabolitnya
karena dapat mengakumulasi di dalam tubuh, selanjutnya meningkatkan respons dan
menimbulkan efek toksik sebagai akibat penurunan fungsi ginjal.
- Allopurinol yang diberikan kepada pasien dengan gangguan ginjal untuk mengobati batu
asam urat, dimetabolisme menjadi inhibitor xanthine oxidase (oxypurinol).
- Contoh lain adalah metabolit aktif dari cefotaxime yang dikenal sebagai desacetyl
cefotaxime.
- Perhatian harus difokuskan terhadap obat-obat yang secara ekstensif dieksresikan dalam
bentuk tidak berubah melalui ginjal seperti sefalosporin, penicillins, and ranitidin.
- Dalam hal ini untuk mencegah efek toksik, maka dosis obat harus diturunkan
berdasarkan kepada fungsi ginjal.
2. Perubahan farmakodinamik
Efek farmakodinamika obat dapat berubah sebagai akibat perubahan biokimia dan
fisiologi pasien dengan gangguan ginjal. Maka untuk mengoptimalkan terapi, dosis obat
terutama yang bersifat nefrotoksik dan rentang terapi sempit yang diberikan kepada pasien
dengan gangguan ginjal harus disesuaikan berdasarkan kepada fungsi ginjal.
Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan terapi yaitu:
- Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
- Pendekatan praktis berdasarkan kepada fungsi ginjal.
2. Pertanyaan
1. Gangguan hati atau sirosis hepatik akan mengakibatkan kerusakan sel-sel hati seperti gangguan
produksi enzim. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap.......
a. Peningkatan aliran darah ke hati
b. Perubahan terhadap farmakodinamik obat
c. Memperlambat metabolisme obat sehingga nilai clearance akan menurun
d. Peningkatan metabolisme obat
e. Aliran darah
2. Salah satu perubahan patofisiologi di dalam hati adalah, kecuali.....
a. Nodule abnormal
b. Penurunan aliran darah ke hati
c. Peningkatan aliran darah ke hati
d. Perubahan fungsi hati
e. Perubahan farmakinetik obat
3. Gejala pengurangan aliran darah ke hati dan penurunan eliminasi obat terjadi karena.....
a. Efek sirosis hepatik ketersediaan hayati meningkat
b. Tidak ada obat yang dieliminasi
c. Perubahan aliran darah ke hati
d. Ekstraksi ratio obat
e. Clearance obat
4. Hubungan ekstraksi ratio obat pada kategori obat ekstarksi ratio tinggi adalah......
a. Peningkatan
b. Penurunan
c. Tinggi
d. Rendah
e. Tidak berubah
5. Kelompok obat dengan extraction ratio menengah antara lain, kecuali.....
a. Diltiazem
b. Erytrhromycin
c. Omeprazol
d. Allopurinol
e. Haloperidol
6. Hal yang harus disesuaikan untuk mengoptimalkan terapi, dosis obat, dan rentang terapi sempit
yang diberikan kepada pesien gangguan ginjal harus berdasarkan pada......
a. Konsentrasi obat
b. Fungsi ginjal
c. Fisiologi pasien
d. Obat dan metabolitnya
e. Absorpsi obat

Anda mungkin juga menyukai