Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

ACARA IV

SENYAWA ORGANIK

OLEH :

NAMA : TASYA JANUA SHELLA

NIM : B1A021093

HARI/TANGGAL : KAMIS/ 18 NOVEMBER 2021

ASISTEN : CINDI SHEILIYANI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS


JENDERAL SOEDIRMAN LABORATORIUM KIMIA DASAR

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO


2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

JUDUL PRAKTIKUM............................................................................................1

I. TUJUAN...............................................................................................................1

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................1

III. PROSEDUR PERCOBAAN..............................................................................5

3.1. Alat..................................................................................................................5

3.2. Bahan..............................................................................................................5

3.3. Cara Kerja.......................................................................................................5

3.4. Skema Kerja....................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

i
SENYAWA ORGANIK

I. TUJUAN
1. Menguji sifat asam dan basa beberapa senyawa organik dengan
menggunakan kertas lakmus serta mengukur pH dengan pH-paper
universal.
2. Membuat etilasetat dari alcohol dan asam asetat dengan katalisator
asam sulfat.
3. Mengetahui adanya sifat mereduksi, pada senyawa karbohidrat,
khusus gula yang mempunyai rantai terbuka.
4. Menunjukkan adanya ikatan rangkap dalam asam lemak.
5. Mengidentifikasi protein dengan reaksi warna biuret.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom
karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau
fosfor disebut senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa
organik. Pada awalnya, senyawa karbon secara tidak langsung
memperlihatkan relasinya dengan sistem kehidupan. Namun dalam
perkembangannya, terdapat senyawa organik yang tidak mempunyai korelasi
dengan sistem kehidupan. Salah satu contohnya terdapat pada urea yang
merupakan senyawa organik dari makhluk hidup yang bersumber dari urin.
Pembuatan urea dilakukan dengan cara menguapkan garam amonium sianat
yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Siswoyo,
2009).
Kimia organik diartikan sebagai kimia dari senyawa yang muncul dari
benda hidup sehingga timbul istilah organik. Kebanyakan ilmuwan tak dapat
mengabaikan suatu pengetahuan mengenai kimia organik. Hal tersebut
disebabkan sistem kehidupan sebagian besar terdiri dari air dan senyawa
organik, hampir semua bidang yang berurusan dengan tanaman, hewan, atau

1
2

mikroorganisme bergantung pada prinsip kimia organik (Fessenden, 1997).


Senyawa organik yang mengandung karbon dan hidrogen yang dapat
dibedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh disebut sebagai
senyawa hidrokarbon. Alkana dikategorikan sebagai senyawa hidrokarbon
jenuh, sedangkan alkena, alkuna, dan senyawa aromatik termasuk dalam
senyawa hidrokarbon tak jenuh. Suatu senyawa dapat dikatakan sebagai
senyawa organik apabila senyawa utamanya terdiri dari kombinasi atom C,
H, O, dan N. Atom-atom tersebut berikatan dalam suatu konformasi yang
khas dan membentuk berbagai senyawa yang memiliki sifat dan fungsi
tersendiri. Sifat suatu zat merupakan suatu hal yang sangat penting dan
berkaitan erat dengan penggunaannya (Syukri, 1999).
Pengkategorian senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus
fungsi yang dikandungnya. Gugus fungs sendiri memiliki arti, yaitu
kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan
gugus fungsi tertentu yang menunjukan gejala reaksi yang sama.
Pengategorian pada pengelompokan senyawa dapat dilakukan sesuai
kesamaan gejala reaksi tersebut. Senyawa organik yang hanya mengandung
karbon dan hidrogen yang dapat dibedakan atas hidrokarbon jenuh dan tak
jenuh disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Senyawa organik selalu dimulai
dari senyawa hidrokarbon. Senyawa tersebut terdiri atas hidrokarbon alifatik
dan hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon alifatik adalah senyawa hidrokarbon
yang tidak mengandung inti benzena, baik dalam senyawa yang berantai lurus
dan bercabang sedangkan hidrokarbon aromatik mengandung inti benzena,
yaitu enam rantai kanan yang melingkar tapi stabil (Syukri, 1999).
Pada mulanya, senyawa organik hanya menyebabkan terlibatnya
senyawa yang diturunkan dari makhluk hidup. Dalam penyintesisan senyawa-
senyaw tersebut, makhluk hidup dianggap mempunyai ‘tenaga gaib’.
Frederich Wohler, seorang kimiawan asal Jerman memanaskan ammonium
sionat yang berasal dari senyawa organik dan didapatkan senyawa urea pada
tahun 1978. Lebih dari sejuta senyawa terdiri dari penggabungan karbon
dengan hidrogen, oksigen, nitrogen atau beberapa unsur tertentu. Keseluruhan
3

senyawa tersebut merupakan bagian dari kimia organik. Kemampuan untuk


mengadakan ikatan kovalen yang kuat dengan sesamanya membuat unsur
karbon menjadi spesial (Petrucci, 1987).
Definisi dari kata ‘organik’ itu sendiri mengimplikasikan bahwa
cabang ilmu kimia ini berkaitan dengan organisme atau makhluk hidup. Pada
awalnya, kimia organik memang hanya berkaitan dengan zat-zat yang
bersumber dari makhluk hidup. Kimiawan meluangkan banyak waktu untuk
mengekstraksi, memurnikan, dan menganalisis zat dari hewan dan tumbuhan
bertahun-tahun yang lalu. Mereka termotivasi oleh Keingintahuan yang
muncul dalam diri tentang materi hidup menjadi motivasi dan juga keinginan
untuk memperoleh bahan-bahan untuk obat, zat pewarna, dan produk berguna
lainnya dari alam (Hart, 2003). Berbagai pendapat dapat ditemukan mengenai
perbedaan antara senyawa organik dan anorganik, di antaranya mengatakan
bahwa senyawa organik memiliki karbon sedangkan anorganik tidak. Namun,
hal ini tidak sepenuhnya benar. Ada juga yang mengatakan bahwa senyawa
organik memiliki ikatan karbon-hidrogen, sedangkan anorganik tidak.
Penjelasan ini sebagian besar valid sehingga alasan ini tepat dalam
diferensiasi senyawa organik dan anorganik (Irwandi, 2012).
Alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, ester, dan benzena
merupakan gugus fungsional yang sering ditemui pada senyawa organik.
Gugus fungsional di antaranya bisa menghasilkan turunan senyawa seperti
fenol, amina, dan amida. Reaksi yang berbeda pada suatu indikator
disebabkan oleh setiap gugus yang memiliki sifat berbeda . Zat tertentu dapat
diutilisasi sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu gugus secara
kualitatif (Elizabeth, 2010). Ikatan pada alkana merupakan ikatan tunggal,
kovalen, dan nonpolar sehingga alkana relatif tidak reaktif. Alkana tidak
bereaksi dengan kebanyakan asam, basa, pengoksidasi atau pereduksi, karena
sifatnya yang tidak bereaksi ini, alkana bisa digunakan sebagai pelarut untuk
ekstraksi atau untuk melakukan reaksi-reaksi kimia zat lain. Alkana bereaksi
dengan beberapa pereaksi seperti oksigen dan halogen. Dan apabila alkana
4

dan halogen disimpan pada suhu rendah dalam kamar gelap, maka reaksi
tidak akan terjadi (Rasyid, 2009).
Hal pertama yang harus dilakukan dalam menentukan struktur suatu
senyawa organik adalah menentukan rumus molekulnya. Sebelum sampai
pada rumus molekul, rumus empiris harus ditentukan terlebih dahulu. Rumus
empiris merupakan perbandingan relatif unsur-unsur penyusunnya. Penentuan
banyaknya karbon dan hidrogen dilakukan dengan mengoksidasi senyawa
organik tersebut kemudian zat hasil oksidasi tersebut dinvestigasi. Alkena
mudah larut dalam pelarut zat-zat organik nonpolar. Misalnya benzene,
karbon tetra klorida, eter dan kloroform tidak larut dalam air dan zat-zat
pelarut polar (Respati, 1986).
Senyawa organik banyak bersangkutan dengan tiap aspek kehidupan,
dan memiliki beragam manfaat dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal
tesebut terdapat pada bahan makanan, bahan sandang, obat-obatan, kosmetik,
dan berbagai jenis plastik. Dalam tubuh pun bahkan banyak terdapat sejumlah
senyawa organik dengan fungsi yang juga bermacam-macam. Senyawa
organik hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu yang mengandung
satu atom karbon atau lebih. Kimia organik barangkali lebih baik diartikan
sebagai kimia senyawa yang mengandung karbon. Kenyataan ini adalah
konsekuensi dari kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan atom
karbon lain. Jika sifat unik ini disertai dengan kemampuan atom karbon
membentuk empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka berbagai susunan
atom dapat terwujud. Saat ini, jutaan senyawa organik telah ditetapkan
karakteristiknya dan setiap tahun puluhan ribu zat yang baru ditambahkan ke
dalam daftar ini, baik sebagai hasil penemuan di alam ataupun sebagai hasil
pembuatan di laboratorium (Estevanus, 2007).
III. PROSEDUR PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi senyawa
organik, yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, kertas lakmus,
pH meter atau pH-paper universal, pipet tetes, gelas kimia, termometer,
penjepit, penyumbat, pembakar spirtus, kaki tiga, dan korek api.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan uji sifat asam dan
basa beberapa senyawa organik yaitu alkohol/etanol yang meliputi glukosa,
fenol, fruktosa, asam asetat, anilin, asam benzoat, dan piridin, campuran
alkohol, asam cuka pekat, asam sulfat pekat, air, glukosa, laktosa, sakarosa,
fruktosa, larutan pati, larutan luff encer, kloroform, pereaksi Hubl, minyak
zaitun, minyak kacang, minyak jarak, minyak kelapa, larutan protein (putih
telur), KOH atau NaOH, dan CuSO4.

III.3 Cara Kerja


III.3.1 Uji Sifat Asam dan Basa Beberapa Senyawa Organik
1. Tabung reaksi dan cawan petri diambil dan diisi larutan
glukosa, fenol, fruktosa, asam asetat, anilin, asam benzoat, dan
piridin dengan masing-masing bahan sebanyak 1 mL.
2. Masing-masing bahan diuji dengan kertas lakmus.
3. Asam dan basanya diukur dengan menggunakan pH-paper
universal atau pH meter.
4. Hasilnya dicatat.

5
6

III.3.2 Reaksi Esterfikasi


1. Sebanyak 5 tetes asam cuka pekat dan 5 tetes asam sulfat pekat
ditambahkan pada campuran alkohol 1 mL.
2. Asam cuka pekat dan asam sulfat pekat yang sudah
ditambahkan pada campuran alkohol dipanaskan beberapa lama
dengan hati-hati.
3. Bau ditimbulkan dari etil asetat.
4. Tabung reaksi ditutup dengan gabus, didinginkan, dan
kemudian diencerkan dengan banyak air supaya bau harum
terasa lebih nyata.

III.3.3 Daya Mereduksi Aldehida dan Keton


1. Masing-masing 5 tabung reaksi diisi dengan 2 mL 0,02 M
fruktosa, 2 mL 0,02 M glukosa, 2 mL 0,02 M laktosa, 2 mL
0,02 M sakarosa, dan 2 mL 0,7% larutan pati.
2. Sebanyak 1 mL larutan luff encer ditambahkan ke dalam
masing- masing tabung.
3. Hasil campuran dicampur betul-betul dan dicelupkan ke dalam
penangas air mendidih selama 15 menit.
4. Perubahan dan kecepatannya diamati.

III.3.4 Sifat Senyawa tak Jenuh


1. Sebanyak 10 mL kloroform dicampur dengan 10 tetes pereaksi
Hubl.
2. Isi dari campuran kloroform dan pereaksi Hubl dituangkan ke
minyak zaitun ke tabung reaksi nomor 1, minyak kacang ke
tabung reaksi nomor 2, minyak jarak ke tabung reaksi nomor 3,
dan minyak
7

3. kelapa ke tabung nomor 4 dengan masing-masing jenis minyak


sebanyak satu tetes.
4. Tabung yang berisi campuran minyak dengan kloroform dan
pereaksi Hubl dikocok dan diamati perubahan warnanya.
5. Setetes demi setetes minyak yang bersangkutan ditambahkan
apabila warna merah muda belum hilang.
6. Jumlah tetes minyak yang dipergunakan untuk menghilangkan
warna dicatat.

III.3.5 Reaksi Warna untuk Menunjukkan Protein


1. Sebanyak 2 mL 10% KOH (atau 1 mL 40 % NaOH)
dituangkan pada 2 mL larutan protein (putih telur).
2. Beberapa tetes larutan 0,1 M CuSO4 ditambahkan.
3. Larutan tersebut dicampur dan dikocok sampai bercampur betul
dan kemudian warnanya diamati.

III.4 Skema Kerja


III.4.1 Uji Sifat Asam dan Basa Beberapa Senyawa Organik

Larutan glukosa, fenol, fruktosa, asam


asetat, anilin, asam benzoat,
dan piridin

- Dimasukkan ke tabung reaksi dan


cawan petri

- Diuji masing-masing bahan dengan


kertas lakmus

- Diukur kekuatan asam dan basanya


dengan pH-paper universal atau pH meter
7

Hasil uji larutan


8

III.4.2 Reaksi Esterfikasi

Sebanyak 5 tetes asam cuka pekat dan 5 tetes


asam sulfat

 Ditambahkan pada campuran alkohol 1


mL.

 Dipanaskan dengan hati-hati beberapa


lama.

 Ditimbulkan bau dari etil asetat

 Ditutup tabung reaksi dengan gabus,

didinginkan, kemudian diencerkan


dengan banyak air

Hasil percobaan

III.4.3 Daya Mereduksi Aldehida dan Keton

2 mL 0,02 M Fruktosa, 2 mL 0,02 M


glukosa, 2 mL 0,02 M laktosa, 2 mL 0,02 M
sakarosa, dan 2 mL 0,7% larutan pati.

- Dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi.

 Ditambahkan sebanyak 1 mL larutan


luff encer ke dalam masing-masing
tabung.

 Dicampur betul-betul dan dicelupkan


8

Hasil percobaan
9

III.4.4 Sifat Senyawa tak Jenuh

10 mL kloroform

- Dicampur dengan 10 tetes pereaksi


Hubl

 Dituangkan ke minyak zaitun ke


tabung

reaksi nomor 1, minyak kacang ke tabung

reaksi nomor 2, minyak jarak ke tabung

reaksi nomor 3, dan minyak kelapa ke

tabung nomor 4 dengan masing-masing

jenis minyak sebanyak satu tetes.

 Dikocok dan diamati perubahan


warnanya.

 Ditambahkan setetes demi setetes


minyak yang bersangkutan apabila warna
merah muda belum hilang

 Dicatat jumlah tetes minyak yang

dipergunakan untuk menghilangkan

Hasil pengamatan
9
10

III.4.5 Reaksi Warna untuk Menunjukkan Protein

2 mL 10% KOH (atau 1 mL 40 % NaOH)

- Dituangkan pada 2 mL larutan protein

(putih telur).

 Ditambahkan beberapa tetes larutan


0,1

M CuSO4.

 Dicampur dan dikocok sampai

bercampur betul
Hasil pengamatan
10
DAFTAR PUSTAKA

Siswoyo, R. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Fessenden, Ralph J, dan Joan S. (1997). Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta:


Bina Aksara.

Syukri, S. (1999). Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Petrucci, R.H. (1987). Kimia Dasar (Prinsip dan Terapan Modern). Jakarta:
Erlangga.

Hart. (2003). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Jakarta:

Erlangga.

Irwandi, D. (2012). Experiment's book of General Chemistry II. Jakarta: P. IPA-


FITK Press.

Elizabeth, K. (2010). Petunjuk Praktikum Kimia. Salatiga: UKSW.

Rasyid, M. (2009). Kimia Organik I. Makassar: UNM.

Respati. (1986). Pengantar Kimia Organik. Jakarta: Aksara Baru.

Estevanus K. H. (2007). Identifikasi Mineral Magnetik pada Lindi (Leachate).


Jurnal Geofisika. Vol. 2: No. 1 Hal. 1-13.

11

Anda mungkin juga menyukai