Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Akhlak dan Aktualisasinya Dalam Kehidupan”


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen : Makmun, S.Ag, M.Ag, Ph.D

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN 2021
DISUSUN OLEH :
Kelompok 9 (utama)
1. Nurha’linda (2110035031)
2. Annisa Fadila Syahab (2110035009)
3. Dita Ranissa (2110035021)
4. Nur Hidayah Ad-Diniyati (21100350240
5. Lulu Farikha Farid (2110035042)
TINGKAT : 1A/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini yang berjudul “Akhlak dan Aktualisasinya Dalam Kehidupan” dapat tersusun sampai
dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bapak Makmun, S.Ag,
M.Ag, Ph.D memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan mengenai Akhlak
dan Aktualisasinya Dalam Kehidupan. Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan baik
dari dalam diri kami sendiri maupun dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT Makalah ini dapat terselesaikan.

Adapun penulisan makalah bertema tokoh “Akhlak dan Aktualisasinya Dalam


Kehidupan” ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen,teman-teman mahasiswa


serta pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, kami selaku penulis memohon maaf apabila ada ketidak
sesuaian kalimat dan ketidak sempurnaan makalah ini. Meskipun demikian, kami terbuka pada
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah.
DAFTAR ISI
Kata pengantar ………………………………………………………………………………...

Daftar isi ………………………………………………………………………………………

Bab 1

Latar belakang masalah .……………………………………………………………………...

Rumusan masalah ……………………………………………………………………………..

Tujuan makalah ……………………………………………………………………………….

Bab 2

Pembahasan ……………………………………………………………………………………

Bab 3

Kesimpulan ……………………………………………………………………………………

Saran …………………………………………………………………………………………..

Daftar pustaka …………………………………………………………………………………


BAB 1
LATAR BELAKANG
Islam menempatkan akhlak pada tempat yang sangat strategis, hal ini terwujud dalam
bebrapa hal diantaranya; Rassulullah SAW diutus kepada umatnya untuk membawa risalah
yang telah diwahyukan Allah SWT melalui Malaikat Jibril AS, diantaranya yaitu untuk
menyempurnakan Akhlak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya;
“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluluran Akhlak.(HR.Malik).
mendefinisikan agama sebagai akhlak yang baik. Dalam sabda Rasulullah SAW, ketika beliau
ditanya tentang makna agama, Beliu menjawab; “bahwa agama adalah akhlak yang baik”.
Rasulullah SAW juga bersabda “Timbangan yang berat pada hari perhitungannanti adalah
Takwa kepad Allah dan Akhlak yang mulia”.

Cara-cara untuk membentuk akhlak yang baik:

1. Mengetahui macam-macam akhlak yang baik dan akhlak yang buruk


2. Mengetahui dan menyadari akan pentingnya berakhlak
3. Merealisasikan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari
4. Memelihara Ma’ani-ma’ani akidah dalah diri

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang
hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai
formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-
tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
RUMUSAN MASALAH
a) Pengertian akhlak
b) Macam-macam akhlak
c) Membentengi akhlak dari dekadensi moral
d) Peran generasi muda dalam membentuk akhlakul karimah
e) Akhlak terhadap Allah,manusia,dan lingkungan

TUJUAN MAKALAH

a) Mengetahui Pengertian akhlak


b) Mengetahui macam-macam akhlak
c) Mengetahui cara membentengi akhlak dari dekadensi moral
d) Mengetahui peran generasi muda dalam membentuk akhlakul karimah
e) Mengetahui akhlak terhadap Allah,manusia,dan lingkungan
BAB 2
PEMBAHASAN (ISI)
a. Pengertian Akhlak

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu “Al-Khulk ” yang berarti tabeat,
perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat
yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan
senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak
berarti budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak
adalah sebagai berikut:

Menurut Abu Hamid Al Ghazali : Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa
manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang
dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.

Menurut Ahmad bin Mushthafa : Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya
dapat diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya
keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat.

b. Macam-macam Akhlak

Berdasarkan sifatnya, akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak
terpuji (akhlak mahmudah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah). Adapun
penjelasan dan macam-macam akhlak terpuji dan akhlak tercela adalah sebagai berikut:
Akhlak Terpuji (akhlak mahmudah)
Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab, akhlaq mahmudah.
Mahmudah merupakan bentuk maf'ul dari kata hamida yang berarti "dipuji". Akhlak
terpuji disebut pula dengan akhlak karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq
(akhlaq mulia), atau akhlaq al munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).

1. Akhlak Terhadap Allah SWT

1) Menauhidkan Allah SWT


Yaitu pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat rubbubiyah
(Allallah yang mencipta, memiliki, mengatur, memberi, mengkehendaki dll) dan
uluhiyyah (mengimani Allah SWT sebagai satu satunya yang disembah), serta
kesempurnaan nama dan sifat-Nya.
2) Berbaik Sangka
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT merupakan salah satu akhlak terpuji
kepada-Nya. Di antara cirri akhlak terpuji ini adalah ketaatan yang sungguh-sungguh
kepadanya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
"Janganlah salah seorang diantara kalian meninggal, melainkan dia berbaik
sangkaterhadap Rabbnya." (HR. Muslim)

3) Zikrullah
Mengingat Allah (Zikrullah) adalah asas dari setiap ibadah kepada Allah SWT. karena
pertanda hubungan antara hamba dan pencipta pada sitiap saat dan tempat.

4) Tawakal
Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT
membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki kawasan-kawasan
hokum dan ketentuan. Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam
menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT.

2. akhlak terhadap Diri Sendiri

1) Sabar
Sabar adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai keridhoan
Tuhannya dan menggantinya dengan bersungguh sungguh menjalani cobaan-cobaan
Allah swt. terhadapnya. Sabar terbagi menjadi tiga, yakni sabar dari maksiat (bersabar
diri untuk tidak melakukan hal yang dilarang agama), sabar karena taat kepada Allah
swt (sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya) dan
sabar karena musibah yakni ketika ditimpa kemalangan, ujian serta cobaan dari Allah.³

2) Syukur
Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat yang diberikan
oleh Allah swt dalam melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur terhadap nikmat
Allah swt adalah dengan jalan mempergunakan nikmat tersebut dengan sebaik-baiknya.
Apabila kita sudah mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT berarti
kita telah berskukur kepada-Nya sebagai pencipta. Semakin banyak kita bersyukur,
maka semakin banyak pula nikmmat yang akan kita terima.
3) Menunaikan Amanah
Amanah secara bahasa adalah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran.
Amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam
melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta benda, rahasia
ataupun rugas kewajiban.

4) Benar dan Jujur


Maksut akhlak terpuji ini adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam perkataan maupun
perbuatan. Benar dalam perkataan adalah mengatakan yang sebenarnya, tidak
mengada-ada dan tidak pula menyembunyikan. Benar dalam perbuatan adalah
mengerjakan sesuatu sesuai dengan perintah agama.

5) Menepati Janji
Dalam Islam, janji merupakan utang dan utang harus di bayar. Firman Allah SWT
dalam QS. Al-Isra' 34 "...Dan tepatilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggung
jawabannya." (QS. Al-Isra': 34)

6) Memelihara Kesucian Diri


Yaitu menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah dan memelihara kehormatan. Upaya
memelihara kesucian diri hendaknya dilakukan setiap hari agar diri tetap berada dalam
status kesucian.

3. Akhlak Terhadap Keluarga

1) Berbakti kepada Orang Tua


Berbakti kepada orang tua merupakan factor utama diterimanya doa seorang anak, juga
merupakan amal shalih yang paling utama yang dilakukan oleh seorang muslim. Salah
satu keutamaan berbuat baik terhadap orang tua selain melaksanakan ketaatan atas
perinta Allah SWT adalah menghapus dosa-dosa besar.

2) Bersikap baik kepada Saudara Agama Islam memerintahkan untuk berbuat baik
kepada sanak saudara atau kaum kerabat sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah
SWT. dan Ibu Bapak.
4. Akhlak terhadap Masyarakat

1) Berbuat Baik Terhadap Tetangga


Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Rasullullah SAW bersabada: "Demi
Allah, tidaklah beriman. Demi allah tidaklah beriman. Demi Allah tidaklah beriman".
kemudian beliau ditanya, 'siapa wahai rasullullah:'. beliau menjawab "Orang yang
tetangganya tidak aman dari kejelekannya (kejahatannya)" (IIR. Bukhari dan Muslim).

2) Suka Menolong Orang Lain


Dalam hidup ini jarang sekali ada orang yang tidak memerlukan pertolongan orang lain.
Ada kalanya karena sengsara dalam hidup. penderitaan batin atau kegelisahan jiwa,
mendapat musibah dll. Olch sebab itu, semua manusia baik kaya maupun miskin sangat
memerlukan bantuan dari orang lain. Baik berupa material maupun immaterial.

5. Akhlak Terhadap Lingkungan


Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber. dari
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia
dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti
pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.

Akhlak Tercela (akhlaq madzmumah)


1. Al-Nani'ah
Yaitu sifat egois. tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Manusia sebagai
makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial. Oleh karenanya, dalam mengejar
kepentingan pribadi, hendaknya memperhatikan kepentingan orang lain janganlah
boros dan juga kikir. namun hendaknya berada di antaranya yaitu pemurah..

2. Al-Bukhlu
Yaitu kikir. Orang yang kikir, tidak mau membelanjakan hartanya, baik untuk dirinya,
misalnya biar makan tidak baik dan bergizi, padahal uang ada, baik untuk kepentingan
keluarganya, maupun untuk kepentingan orang banyak, yang merupakan zakat, infak
atau sadakah. Bagi orang yang kikir, mendengar istilah-istilah tersebut bagaikan petir
di siang hari. Sifat kikir ini dapat mempersempit pergaulan, sering menuduh orang
tama' (ingin diberi). Kemudian orang yang kikir itu apabila hartanya telah berkumpul,
ia merasa kaya dan tidak lagi memerlukan bantuan orang lain yang juga lupa kepada
pemberinya. Allah berfirman dalam surat al-Lail ayat 8-10 yang artinya, "Tetapi orang
yang kikir dan merasa dirinya serba cukup, dan mendustakan yang baik, akan kami
mudahkan baginya (jalan) kesukaran."

3. Al-Butan
Yaitu suka berdusta. Berdusta adalah mengada-adakan sesuatu baik dengan ucapan,
tulisan, maupun dengan isyarat. padahal sebenarnya tidak ada, mungkin untuk
kepentingan dirinya atau membela orang lain, atau sengaja untuk menjatuhkan nama
orang lain, apalagi lempar batu sembunyi tangan. Firman Allah dalam surat al-Nisa ayat
112 yang artinya. "Siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkan
kepada orang lain yang tidak bersalah, sesungguhnya dia memikul kebohongan dan
dosa yang jelas."

4. Khianat
Yaitu tidak menempati janji. Khianat ini lawan dari amanat, apabila amanat dapat
melapangkan rezeki, maka khianat akan dapat menimbulkan kefakiran. Sifat khianat
ini seringkali tidak nampak, sehingga kadang kadang ada orang yang membela orang
yang khianat karena ia tidak. mengetahuinya. Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat
107 yang artinya, "Dan janganlah engkau membela orang-orang yang khianat kepada
dirinya sendiri, sesungguhnya Tuhan tidak menyukai orang-orang yang khianat dan
berdosa."

5. Al-Jubn
Yaitu pengecut. Orang pengecut penuh dengan rasa takut, yang menyebabkan dirinya
menjadi hina, sebab sudah mundur sebelum dicoba, tidak berani berjalan untuk
mendapatkan kemenangan. Ia selalu iri terhadap keuntungan atau hasil yang dicapai
orang lain. Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat 72 dan 73 yang artinya, "Dan
sesungguhnya di antara kamu ada orang yang lembek/pengecut kalau kamu ditimpa
bahaya (dalam perjuangan), dia berkata, sesungguhnya Tuhan memberi karunia
kepadaku karena aku tidak ikut beserta mereka. Dan kamu memperoleh karunia dari
Tuhan (atas perjuanganmu), mereka tentu mengatakan, sebagai tidak ada hubungan
kasih sayang antara kamu dengan mereka, supaya aku turut mendapat kemenangan
yang besar."

6. Al-Gibah
Yaitu menggunjing atau mengumpat. Menggunjing adalah mengatakan keadaan orang
lain dibelakangnya dengan celaan kepada orang-orang yang ada dimukanya, dengan
tujuan untuk menjatuhkan nama orang tersebut atau tujuan lain, meskipun memang
sebenarnya keburukan itu ada pada orang yang digunjingnya. Bila tidak ada, hal itu
merupakan fitnah. Firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 12 yang artinya, "Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sebagian
kecurigaan itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang, dan janganlah
mempergunjingkan orang satu sama lain.".5

7. Al-Hasad
Yaitu dengki. Dengki atau hasud suatu perbuatan kerusakan terhadap orang lain,
kemungkinan timbul disebabkan ni'mat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain
dengan keinginan agar ni'mat orang lain itu terhapus. Dengki juga karena benci dan
dendam atas kegagalan usaha dirinya, kemudian membuat cara-cara yang tidak diridlai
Allah Swt. Allah berfirman dalam surat al-Falak ayat 1-5 yang artinya, "Katakanlah.
Aku berlindung kepada Tuhan subuh, terhadap bahaya makhluk yang diciptakan-Nya,
dan dari kegelapan ketika ia telah datang, dan dari bahaya hembusan dalam ikatan, dan
dari bahaya dengki ketika ia mendengki."

8. Al-Ifsad
Yaitu berbuat kerusakan. Seringkali sifat perusak mendorong manusia dalam usaha
mencapai kepentingan pribadinya dengan tidak memperhatikan akibatnya, misalnya
merusak lingkungan baik sendiri sendiri, maupun bersama-sama dengan orang lain.
c. Membentengi akhlak dari dekadensi moral

PENDIDIKAN MORAL
Pendidikan sejati merupakan proses pembentukan moral masyarakat beradab,
masyarakat yang tampil dengan wajah kemanusiaan dan pemanusiaan yang normal.
Kata lainnya, pendidikan adalah ‘moralisasi masyarakat’ terutama peserta
didik.Pendidikan yang dimaksudkan di sini bukan hanya sekedar sekolah, akan tetapi
pendidikan sebagai jaring-jaring kemasyarakatan. Hal senada juga disampaikan
Mulyasa bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang dapat mengembangkan potensi
masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan nafsu generasi
bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara optimal bagi
kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh.Pengertian ‘moral’
memiliki pengertian yang sama dengan akhlak(khulq), character, dispotsition, budi
pekerti, dan etika. Moralitas, moralisasi, tindakan moral, dan demoralisasi merupakan
realitas hidup dan ada di sekitar kita. Terkadang konsep moralitas (morality) itu telah
disingkirkan,meski tidak mungkin akan hilang (raib) di dunia ini. Konsep moralitas itu
akan menjadi konsep yang bisa kita akui memiliki tempat di dalam suatu cara hidup
yang koheren, bermakna dan memuaskan bagi kita. Kebermaknaan itu tercermin dari
keamanan, kenyamanan, kebersahabatan, kebertanggungjawaban, ketenangan, tanpa
prasangka, kepastian bertindak,memegang kesepakatan, dan keceriaan hidup.Dalam
Islam moral sering merupakan terjemahan dari kata akhlak. Di kalangan ulama terdapat
berbagai pengertian tentang apa yang dimaksud dengan akhlak., misalnya, mengatakan
bahwa akhlak mengacu kepada suatu perbuatan yang bersifat manusiawi, yaitu
perbuatan yang lebih bernilai dan sekedar perbuatan alami seperti makan, tidur, dan
sebagainya. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang memiliki nilai, seperti
berterimakasih, Khidmah kepada orang tua, dan sebagainya. Apabila seseorang
mendapatkan perlakuan yang demikian baik dari orang lain, maka orang tersebut sudah
pasti akan berterimakasih kepadanya. Hal senada juga disampaikan oleh Ibn Miskawaih
(tt: 143),menurutnya ahklak adalah suatu perbuatan yang lahir dengan mudah dari jiwa
yang tulus, tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran lagi. Berdasarkan definisi
ini, maka perbuatan akhlak harus memiliki lima ciri sebagai berikut. Pertama, perbuatan
tersebut telah mendarah daging atau mempribadi, sehingga menjadi identitas orang
yang melakukannya. Kedua,perbuatan tersebut dilakukannya dengan sangat mudah,
gampang, serta tanpa memerlukan pikiran lagi, sebagai akibat dari telah
mempribadinya perbuatan tersebut. Ketiga, perbuatan tersebut dilakukannya atas
kemauan dan pilihan sendiri, bukan karena paksaan dari luar. Keempat, perbuatan
tersebut dilakukan dengan sebenarnya, bukan berpura-pura, sandiwara, tipuan atau
yang sering kita dengar saat ini dengan perbuatan ‘pencitraan’.Kelima, perbuatan
tersebut dilakukan semata-mata niat karena Allah Swt.
d. Peran generasi muda dalam membentuk akhlakul karimah
1) Memberikan Teladan yang Baik kepada yang lebih muda
Sejak awal Anda harus mengetahui anak-anak adalah peniru yang paling handal artinya
apa yang mereka lihat akan cenderung dicontoh. Anak akan mencontoh apa yang
mereka dengar dan lihat kemudian melakukan hal yang sama. Ketika anak sering
melihat orang lain melakukan kebaikan maka otomatis dia akan belajar tentang hal
tersebut dan menirukannya. Jika dilakukan berulang kali maka akan menjadi karakter
yang membentuk akhlak anak.

2) Ajak yang lebih muda Melakukan Aktivitas Bersama


Anda bisa mengikuti cara membentuk akhlak seperti yang diajarkan oleh Imam Syafi’i
yaitu mengajak sesame untuk melakukan aktivitas bersama. Anak mumayyiz adalah
mereka yang telah berusia 7 tahun dimana sudah bisa membedakan hal apa saja yang
baik dan buruk. Anak akan belajar bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhannya
sesuai dengan pengetahuannya.

3) Berikan Penilaian pada Apa yang Dilakukan


Cara membentuk akhlak mulia yang selanjutnya adalah dengan memberikan penilaian
terhadap apa yang dilakukan. Berikan pujian ketika telah melakukan sesuatu yang baik
dan kebaikan. Sebaliknya, berikan teguran dan peringatan setiap melakukan sesuatu
yang dilarang agama dan tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku.

4) Menanamkan Nilai Kebaikan di semua lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana kita mempelajari banyak hal sehingga sangat
berpengaruh pada karakter dan akhlaknya. Itulah mengapa pentingnya menanamkan
nilai kebaikan dimana saja.
e. Akhlak terhadap Allah,manusia,dan lingkungan
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
TuhanselainAllah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang
jangankanmanusia,malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak terhadap manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional
danoptimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama
dansaling tolong-menolong dengan orang lain.
Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara,Karena ia berjasa dalam
ikut serta mendewasaan kita, danmerupakan orang yang paling dekat dengan kita.
Caranya dapat dilakukandengan memuliakannya, memberikan bantuan,
pertolongan dan menghargainya
3. Akhlak terhadap lingkungan
khlak terhadap lingkungan, manusia dituntut untuk berinteraksi dengan baik.
Manusia memiliki tanggung jawab pada pelestarian dan pemeliharaan lingkungan
hidup. Bahkan, inti dari risalah Nabi Muhammad SAW atau agama Islam adalah
berkasih sayang terhadap alam semesta. (Al-Anbiya ayat 107). Dengan demikian,
perilaku umat Islam menjadikan kasih sayang terhadap alam semesta termasuk
pelestarian lingkungan sebagai orientasi beragama mereka. Umat Islam dalam
bentuk yang konkret berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan ekosistem baik
di darat maupun di laut. Umat Islam menanggung amanah yang besar dalam
menjaga kualitas air, kesegaran udara, kebersihan tanah, dan bahkan memelihara
suasana dari polusi suara. \
BAB 3
KESIMPULAN
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak merupakan
hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia
yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Akhlak baik terhadap Allah
Swt.,terhadap Rasulullah Saw,Pribadi, Sesama Manusia dan Lingkungan hidup perlu
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

SARAN
Diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-
hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam
golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. 69187-ID-dekadensi-moral-di-kalangan-pelajar-revi (1).pdf
2. AKHLAK DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN – siti khotimah (unnes.ac.id)
3. BAB II.pdf (uinsu.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai