Anda di halaman 1dari 69

IMPLEMENTASI HEDGING PADA BURSA KOMODITI EMAS DI

INDONESIA BERDASARKAN PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

Syamsul Bahri
NIM: 1111046100044

PROGRAM PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M
ABSTRAK

Syamsul Bahri, 1111046100044. Implementasi Hedging Pada Bursa


Komoditi Emas Di Indonesia Bersdasarkan Perspektif Ekonomi Syariah.
Konsentrasi Perbankan Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1439H/2018M

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat


menimbulkan risiko dalam bursa komoditi di Indonesia, pandangan islam tentang
bursa komoditi, pandangan islam tentang hedging.

Berdasarkan analisis dari hasil studi pustaka, diketahui bahwa dalam bursa
komoditi di Indonesia faktor-faktor yang dapat menimbulkan risiko adalah pialang
berjangka yang tidak sesuai standar, laverage, likuiditas dalam bursa komoditi, dan
daily settlement. Transaksi dalam bursa komoditi tidak sama dengan ba’i salam.
Transaksi hedging diperbolehkan karena untuk kemaslahatan antara penjual dan
pembeli.

Kata kunci : Bursa Komoditi, Hedging, Ekonomi Syariah

Pembimbing : A. M. Hasan Ali, MA

Daftar pustaka : Tahun 1990 sampai dengan tahun 2013

iv
ABSTRACT

Syamsul Bahri, 111046100044. Hedging Implementation In The Stock Of Gold


Commodity In Indonesia Based On The Perspective Of Sharia Economics.
Concentration of Syari'ah Banking, Faculty of Economics and Business, State Islamic
University Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1439H / 2018M

This study aims to analyze the factors that may pose risks in the commodity
exchanges in Indonesia, the Islamic view of commodity exchanges, the Islamic view of
hedging.

Based on the analysis of the literature study, it is known that in commodity


exchanges in Indonesia the factors that can pose risks are non-standard futures
brokers, laverage, liquidity in commodity exchanges, and daily settlement.
Transactions in commodity exchanges are not the same as ba'i salam. Hedging
transactions are allowed due to the benefit between the seller and the buyer.

Keywords : Commodity Exchange, Hedging, Sharia Economy


Advisor : A. M. Hasan Ali, MA

References : Year 1990 to 2013

vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji syukur atas limpahan karunia allah SWT yang telah
mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh
keluarga dan sahabatnya yang selalu istiqamah dalam menegakkan agama islam.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar S1 (Strata- Satu), yang
di pandang sebagai salah satu proses untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dan
mahasiswinya. Pada penulisan skripsi ini membuat penulis berfikir secara ilmiah
untuk dapat menyampaikan apa yang penulis bahas dalam penelitian ini.

Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang penulis rasakan namun
dengan dukungan dan motivasi dari para pihak yang membuat penulis
merasa tidak terbebani dalam menulis skripsi ini. Penulis juga ingin
menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para
pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak AM. Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi
Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vii
5. Bapak A.M. Hasan Ali, MA, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
waktu luangnya untuk memberikan banyak arahan kepada penulis.

6. Segenap dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan
kepada penulis, semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat

7. Keluarga Besar PMII Muamalat, terimakasih telah banyak memberikan support


dan motivasi kepada penulis.

8. Keluarga Besar Lingkar Studi Ekonomi Syariah (Lisensi), terimakasih telah


menjadi tempat penulis mengembangkan ilmu dan telah memberikan inspirasi
dalam penulisan skripsi ini.

9. Komunitas penulis di kampus yang membuat penulis selalu ingin berlama-lama di


kampus, Jakampus UIN, Djakarta Vespa Uin (The Djavu), UINPRENEURS.
Terimakasih, ingatlah darimana kau berasal, komunitaslah yang membesarkanmu.

10. Kepada yayasan yang memberikan beasiswa kepada penulis, Yayasan Beasiswa
Jakarta dan Yayasan Orbit.

11. Kepada mentor dan anbim Orbit, khususnya Irul, Faisal, Filza dan Dillah.

12. Kepada Keluarga Besar The Jakmania Korwil Kebon Jeruk, terimakasih telah
menjadi tempat penulis mengembangkan pengalaman organisasi diluar kampus.

13. Keluarga Besar Balle Classic, khususnya kepada Odenk, Yasin, Embe, Adam,
Bogel, Doni, Royhan dan Evan. Terimaksih atas dukungan nyata agar penulis
menjadi sarjana.

14. Rekan Bisnis, baik di Agenpos Sukabumi Utara, Ini Sablon, dan Orenjoy Jakarta.

15. Kedua Orang Tua, Bapak Sofyan Tsauri (Alm.) terimakasih telah membentuk
karakter penulis, dan selalu menjadi sumber inspirasi penulis, semoga bahagia di
viii
Surga. Ibu Alidah yang sangat luar biasa, menjadi single parent untuk keempat
anaknya, yang doa nya selalu diijabah oleh Allah, semoga anakmu bisa
membahagianmu.

16. Kepada keluarga penulis, Ka Epi, Faizah, Yasser, Bilqis, Fatih, dan Bang Jun.
Teimakasih selalu memberikan keceriaan di dalam rumah. Bersama kalian sungguh
terasa baiti jannati.

17. Sahabat PS B 2011, khusunya, gilang, uchil, nimas, ijal, bayu, indra, serty, anggit,
subhi, didi, icun dan firda.

18. Keluarga Besar RKJ Ngayab, terimakasih telah menemani penulis menjelajah
indahnya alam Indonesia.

18. Semua Mahasiswa Terakhir Perbankan Syariah 2011, khususnya, aufar, agung,
juliandi, rifki, abe, kemal dan latif, terimakasih telah berjuang bersama-sama
melawan DO.

19. Bidadari penyemangat, Maulidiniah, terimakasih atas motivasinya sehingga skripsi


ini dapat selesai pada waktunya, semoga segala do’a dan harapan kita dapat terwujud.

Jakarta, 3 Mei 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING.................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
D. Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 6
E. Kajian Pustaka.................................................................................................... 6
F. Metode Penelitian............................................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................. 12
A. Bursa Komoditi ................................................................................................ 12
B. Hedging ............................................................................................................ 19
C. Hedging pada Bursa Komoditi ......................................................................... 30
D. Bursa Komoditi dan Hedging dalam Perspektif Islam..................................... 30
BAB III PROFIL JAKARTA FUTURES EXCHANGE (JFX) ................................. 38
A. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangan JFX ............................................. 38
B. Visi dan Misi Jakarta Futures Exchange .......................................................... 39
C. Organisasi ......................................................................................................... 40
x
D. Produk-Produk JFX.......................................................................................... 42
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 46
A. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Risiko dalam Bursa Komoditi ........ 46
B. Pandangan Islam tentang Bursa Komoditi ....................................................... 48
C. Pandangan Islam tentang Hedging ................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 54
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 55

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Harga, kuantitas dan pendapatan dalam aturan korelasi negatif ................ 21
Tabel 2. 2 Perhitungan total pendapatan yang dengan short hedge ............................ 22
Tabel 2. 3 Perhitungan total pendapatan yang dengan future contract ....................... 23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Karakteristik future contract................................................................... 21


Gambar 2. 2 Pada saat kontrak dibuat (TO)................................................................. 25
Gambar 2. 3 Pada saat jatuh tempo (setelah 3 bulan) ................................................. 26

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan zaman, sekarang ini mulai banyak
perkembangan berbagai jenis transaksi keuangan, baik yang berbasis konvensional
maupun yang berbasis syariah. Manusia mencoba mengatasi masalah ekonomi yang
datang dengan menggunakan transaksi baru. Ketidakpastian nilai tukar rupiah merasa
perlu dengan adanya transaksi hedging.

Hedging timbul didasari oleh ketidakpastian akan masa yang akan datang.
Apakah musim akan berganti, apakah keamanan barang yang disimpan akan terjamin,
apakah nilai tukar mata uang asing akan naik/turun atau bagaimana nilai suku bunga
yang akan datang. Semua ketidakpastian ini mendorong orang untuk melakukan suatu
tindakan guna mengurangi risiko yang ada.

Hedging yang dilakukan dalam perdagangan berjangka merupakan bentuk lain


dari kegiatan asuransi yang diciptakan berdasarkan mekanisme pasar yaitu dengan
melalui pasar turunan atau derivative dari pasar fisiknya.1

Namun, hedging berbeda dengan asuransi, meskipun keduanya memiliki


tujuan yang sama, yaitu sama-sama mengurangi risiko terhadap kerugian yang
ditimbulkan atas suatu peristiwa yang terjadi. Dalam kegiatan perekonomian, sebuah
risiko tidak mungkin dapat dihilangkan. Hal ini menjelaskan bagaimana diperlukan
peran perantara keuangan untuk mempunyai kemampuan dalam mengelola risiko,
bukan menghindar dari risiko. Dan pelaku ekonomi harus mengerti tentang aturan

1
BAPPEBTI, “Hedging Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi”, diakses pada 1 Maret 2015 dari
http://www.bappebti.go.id/id/edu/articles/detail/2987.html
1
2

pertama dari sebuah kegiatan ekonomi yaitu “Tidak ada yang berani, maka tidak akan
mendapatkannya2.”

Maka dari itu, hedging dapat dikatakan sebagai alat untuk memperkecil risiko
atas ketidakpastian harga yang terjadi di pasar fisik. Dengan adanya hedging pelaku
ekonomi dapat menutupi kerugian yang terjadi dengan keuntungan yang telah
diperoleh atas transaksi yang dilakukan. Banyak pihak yang sebenarnya dapat
memperoleh keuntungan dari transaksi hedging ini, mulai dari petani, produsen
komoditas, pengusaha, konsumen, investor, serta pialang dalam pasar bursa komoditi.

Pada praktiknya Instrumen hedging menggunakan komponen bunga. Di dalam


prinsip ekonomi Islam, bunga diidentikan dengan riba3, sehingga status hukumnya
haram. Sementara itu, menurut Rahma Diana Bastoni untuk dapat bersaing dengan
bank konvensional, keberadaan instrument yang islami untuk dapat mengurangi
kerugian fluktuasi mata uang asing sangatlah dibutuhkan oleh Bank Syariah.4

Bursa komoditi (Commodity Exchange) ialah suatu asosiasi atau gabungan


pedagang-pedagang yang mengadakan pasaran yang terurus dan teratur untuk
pembelian dan penjualan komoditi tertentu. Komoditi yang diperdagangkan itu tidak
dibawa ke tempat transaksi dan tentang benar adanya komoditi disaksikan atau
dinyatakan oleh dokumen-dokumen yang menerangkan banyaknya serta mutunya.
Perdagangan dalam Commodity Exchange pada mulanya adalah tujuan hedging
(lindung nilai) melalui pembelian serta penjualan dengan syarat penyerahan di
kemudian hari apa yang dikenal dengan future trading.

2
Sami al-Suwailem, Hedging in Islamic Finance (Jeddah : King Fahad National Library IDB 2006),
h.111
3
Murasa Sarkanipura, Ruqyah Syar’iyyah : Teori, Model dan Sistem Ekonomi (Cirebon: Al-Ishlah
Press & STEI, 2009)
4
Rahma Diana Bastoni, “Konsep Hedging Pada Transakasi Jual Beli Komponen Helikopter NBELL-
412 dalam Perspektif Ekonomi Islam (studi Pada PT. Garuda Angkasa Biru)”, (Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h.3
3

Lazimnya, sistem perdagangan ini, pembeli (buyer) tidak melihat secara


langsung jenis barang (komoditi) yang biasanya banyak diperdagangkan dalam bursa
ini contohnya CPO (crude palm oil, minyak sawit mentah), logam (emas, perak, nikel),
dan bahan-bahan baku serta hasil-hasil bumi lainnya yang dapat digolongkan dengan
cermat berdasarkan mutu (kualitasnya). Dalam hal ini, pembeli melalui sebuah komisi
dagang tertentu dapat mengetahui sifat, jenis dan mutu barang yang ditaransaksikan.
Dengan kemajuan teknologi telekomunikasi, pelaksanaan transaksi dapat dilakukan
dengan menggunakan telex, fax, telepon dan internet. Kesepakatan antara pembeli dan
penjual terhadap ketentuan harga jual beli suatu komoditi pertanda transaksi telah
mencapai final, yang dilanjutkan dengan penyerahan barang di kemudian hari (future).
Atau customer dapat menyimpannya pada commission house sebagai stock commodity
yang dapat dijadikan objek transaksi oleh customer lainnya.

Target pasar bursa adalah menciptakan pasar simultan dan kontinu di mana
penawaran dan permintaan serta orang-orang yang hendak melakukan perjanjian jual
beli dipertemukan. Namun di sisi lain ia mengandung banyak sekali unsur kezhaliman
dan kriminalitas, serta perjudian, perekrutan uang dengan cara haram, monopoli jual
beli, memakan uang orang dengan batil, mempermainkan keseimbangan masyarakat.
Karena disebabkan oleh bursa itu, banyak kekayaan dan potensi ekonomi yang hancur
terpuruk dalam pelimbahan dalam waktu pendek, persis seperti kehancuran akibat
gempa bumi atau bencana alam lainnya.5

Di dalam bursa, komoditi yang boleh ditransaksikan adalah komoditi yang


dipastikan ketersediaannya untuk ditransaksikan di Pasar Komoditi Syariah
sebagaimana ditetapkan oleh Bursa atas Persetujuan Dewan Pengawas Syariah, kecuali
indeks dan valuta asing.6

5
Abdullah al-Mushlih dan Shalah al-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Penerjemah Abu Umar
Basyir, (Jakarta: Darul Haq,2004), h.291
6
FATWA DSN-MUI NO: 82/DSN-MUI/VIII/2011 Tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan
Prinsip Syariah di Bursa Komoditi
4

Direktur Utama Jalatama Artha Berjangka (JAB) Jacob Ongkowidjojo,


mengatakan bahwa opsi hedging melalui perdagangan berjangka untuk komoditas
emas dalam pasar fisik dan berjangka dalam Kontrak Berjangka Emas (KBE) memang
kerap menguntungkan. Harga emas selalu naik dan liquid, jadi emas jadi alat yang
cocok untuk melakukan lindung nilai, terutama untuk mengatasi inflasi.7
Seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam Islam tidak boleh ada transaksi yang
mengandung unsur riba dan gharar. Jadi dapat disimpulkan, barang yang
diperjualbelikan dalam transaksi perdagangan harus jelas dari sisi nilai, harga, sifat,
zat, kualitas dan ukurannya.8

Tertarik terhadap masalah di atas maka penulis akan mencoba mengangkat


permasalahan dan menuangkannya dalam tulisan yang diberi judul
“IMPLEMENTASI HEDGING PADA BURSA KOMODITI EMAS DI
INDONESIA BERDASARKAN PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


Pembatasan Masalah

Dalam penyusunan karya tulis pembatasan sangat penting agar masalah yang
diteliti tidak terlalu luas. Membatasi masalah memiliki implikasi pada penyempitan
teori dan variabel yang akan diteliti. Pembatasan permasalahan merupakan hal yang
penting untuk menghindari dari melebar dan meluasnya objek kajian skripsi. Oleh
karena itu, penulisan skripsi terfokus pada konsep hedging pada transaksi jual beli.
Yakni konsep hedging pada bursa komiditi emas di Indonesia dalam perspektif
ekonomi syariah.

7
http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/09/16/hedging-emas-melalui-pialang-berjangka-kerap-
menguntungkan
8
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syari’ah, cet.1, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2009), h.210
5

Perumusan Masalah

Setelah memperhatikan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan


masalah-masalah yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini, antara lain sebagai
berikut:

1. Apakah faktor-faktor yang dapat menimbulkan risiko dalam bursa komoditi?


2. Bagaimana pandangan Islam tentang bursa komoditi?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang hedging?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat menimbulkan risiko dalam bursa


komoditi.
2. Untuk menganalisis bagaimana pandangan Islam tentang bursa komoditi.
3. Untuk menganalisis bagaimana pandangan Islam tentang hedging.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan:

a. Bagi Penulis
Manfaat penelitian bagi penulis adalah terlatihnya kepekaan akan prosedur
ilmiah, dan keberanian menyampaikan gagasan untuk merumuskan jalan keluar
6

dari masalah-masalah yang berkembang di lingkungan masyarakat sekitar,


khususnya permasalahan di bidang ekonomi.
b. Bagi Dunia Akademis
Mengenalkan dan menambah wawasan tentang konsep hedging pada transaksi
jual beli, khususnya pada bursa komoditi dalam perspektif ekonomi syariah.
c. Bagi Masyarakat
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
yang lebih mendalam tentang dunia ekonomi syariah, khususnya pengetahuan
tentang hedging.

D. Kerangka Pemikiran
Dalam bertransaksi emas tentunya seseorang atau perusahaan memiliki tujuan
agar kegiatan usahanya tersebut dapat berkelanjutan secara berkesinambungan dan
dapat memberikan keuntungan yang sesuai dengan harapan. Ketidakpastian harga
emas dan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang lain membuat pelaku usaha
kadangkala mengalami kerugian. Untuk memperkecil potensi kerugian sebagai akibat
dari fluktuasi kurs mata uang asing dalam bursa komoditi, maka perusahaan domestik
dapat memanfaatkan instrument lindung nilai (hedging).

E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah ringkasan tertulis mengenai artikel dari jurnal, buku, dan
dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi baik masa lalu maupun saat
ini, mengorganisasikan pustaka ke dalam topik dan dokumen yang dibutuhkan untuk
proposal penelitian.9 Berikut merupakan kajian pustaka yang penulis jadikan bahan
rujukan:

9
John W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and
Qualitative Research. 3rd edition. (New Jersey: Pearson Prentice, 2008) h.89
7

1. Skripsi berjudul Bursa Komoditi Dalam Perspektif Hukum Islam Skripsi


Nurlaila (107043101983) Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fikih Program
Studi Perbandingan Mazhab Dan Hukum Fakultas Syariah Dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Kesimpulan dalam pandangan
syari’ah, pembahasan yang dilakukan oleh ulama mengenai kontrak berjangka
dan instrument turunan (derivative) lainnya umumnya terletak pada kandungan
gharar yang berlebihan di dalamnya. Perbedaannya dengan penulis adalah
penulis akan mencoba memasukkan fatwa DSN-MUI tentang perdagangan
komoditi berdasarkan prinsip syariah di bursa komoditi.
2. Jurnal berjudul Analisis Kesesuaian Instrumen Hedge Konvensional terhadap
Prinsip Syariah, Penulis Agus Fajri Zam, Setiawan Budi Utomo, dan Iwan
Kurniawan Hadianto (2008) Kesimpulan Bank syariah membutuhkan
instrument lindung nilai atau hedge sebagai sarana di dalam melakukan
pengelolaan risiko yang dihadapi terutama risiko pasar yang diakibatkan oleh
fluktuasi nilai tukar antar mata uang dalam kaitannya transaksi bank syariah
dengan mata uang luar negeri. Perbedaannya dengan penulis adalah pada objek
penelitian, penulis mengambil objek bursa komoditi bukan bank syariah dan
penulis akan menggunakan fatwa DSN-MUI tentang lindung nilai.
3. Tesis Manajemen Resiko Perdagangan Komoditi Kopi dengan Menggunakan
Instrumen Derivatif (Hadiyan Wijaya, Tesis pasca sarjana ITB, Bandung, 2004)
kesimpulan penelitian ini bertujuan untuk membangun alternatif mekanisme
manajemen risiko kerugian akibat fluktuasi harga yang dapat digunakan
eksportir dalam pengambilan keputusan penerimaan kontrak komoditi kopi,
alternative mekanisme manajemen risiko dibangun melalui pendekatan
hedging (transfer risiko) dengan menggunakan instrumen finansial (transaksi
derivative) future contract. Perbedaannya dengan penulis adalah dari obek
penelitiannya penulis menggunakan objek emas bukan kopi.
4. Perdagangan Berjangka Komoditi: Aspek Fiqh dan Ekonomi, penulis AM. M.
Hafidz MS., M.Ag. (2013) kesimpulan obyek akad dalam perdagangan
8

berjangka komoditi tidak mengandung unsur gharar, karena obyek yang


ditransaksikan telah terstandarisasi. Praktek spekulatif di lantai bursa berjangka
merupakan patologi sosio-ekonomi, sehingga bukan merupakan dalih untuk
“mengharamkan” perdagangan berjangka komoditi di lantai bursa.
Perbedaannya dengan penulis adalah penulis akan mengkaji lebih dalam
berdasarkan fatwa DSN-MUI tentang perdagangan komoditi berdasarkan
prinsip syariah di bursa komoditi.

F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
pengumpulan data penelitiannya.10 Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan
metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu
metode. Dengan demikian, metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan baru yang terdapat dalam penelitian.11

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Deskriptif artinya adalah


metode pencarian fakta yang bertujuan untuk menggambarkan atau menganalisa hasil
penelitian, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.12 Penelitian diskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel
atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan
variabel yang lain.13 Adapun data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,
dan bukan angka-angka. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penerapan metode

10
Suharsimi Arikunto, Metodelogi penelitian. (Yogyakarta: Bina Aksara, 2006) h. 136
11
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
1998), Cet. II, h.42
12
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, ed., Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 2002, Cet.
Kedua), h. 45
13
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003) h. 11
9

kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap
apa yang sudah diteliti.14 Metode penelitian kulitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.15 Pada penelitian ini yang akan dideskripsikan oleh penulis berupa faktor-
faktor yang dapat menimbulkan risiko dalam bursa komoditi, cara hedging
menanggulangi risiko pada bursa komoditi, dan konsep hedging dalam pandangan
Islam.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penyusunan penelitian, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,


yaitu dengan melakukan analisis implementasi hedging pada bursa komoditi di
Indonesia dengan cara mengurai dan mendeskripsikan konsepdan mekanisme hedging
di lantai bursa komoditi berdasarkan putusan fatwa, kemudian dihubungkan dengan
masalah yang diajukan sehingga ditemukan kesimpulah yang objektif, logis, konsisten,
16
dan sistematis. penelitian yang dilakukan dengan cara penelitian hokum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Tentunya terkait dengan berbagai
macam referensi yang berdasarkan kajian tentang topik pembahasan yang penulis teliti,
dengan menggunakan landasan atau dasar dari Hukum Islam.

14
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, Edisi Revisi, Cet.
Keduapuluh, 2006), h. 11

15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2010) h.15

16
Zainal Asikin Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003).
10

3. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder adalah
data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui
orang lain atau mencari melalui dokumen.17 Data ini diperoleh dengan menggunakan studi
literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang
berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari
internet. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yakni
penelitian yang berusaha menyajikan pemaparan dan penjelasan terhadap masalah
yang diangkat dari data yang telah diperoleh peneliti sehingga pada akhirnya akan
mendapatkan suatu kesimpulan-kesimpulan dari permasalahan yang ada.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan penelitian studi
pustaka, yaitu kajian yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang
komprehensif tentang konsep yang akan dikaji. Bahan yang akan digunakan dalam
kajian pustaka ini adalah buku, fatwa DSN, Al-Qur’an, Hadits, majalah, internet dan
beberapa makalah yang berkaitan dan relevan dengan kajian ini.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini penulis menggunakan buku pedoman


penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2005) h.62
11

G. Sistematika Penulisan
Berdasarkan yang dituliskan di atas dan metode yang digunakan serta dalam
rangka memudahkan penulisan skripsi, maka pembahasan dibagi menjadi lima (5) bab.
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

merupakan bab pendahuluan yang dimana dalam bab ini dikemukakan dan
dijelaskan garis-garis besar materi yang akan dibahas dalam penulisan
skripsi ini. Diawali dengan latar belakang masalah, pembatasan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian keputusan, metodologi
penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN LITERATUR ATAU TINJAUAN PUSTAKA

merupakan bab yang membahas tinjauan teoritis mengenai gambaran


umum tentang hedging, manajemen risiko, akad-akad dalam jual-beli dan
bursa komoditi.

Bab III PROFIL PERUSAHAAN

merupakan bab yang membahas tentang profil perusahaan, sejarah


berdirinya perusahaan, visi dan misi perusahaan, serta produk-produk
dalam bursa komoditi.

Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

merupakan hasil penelitiaan dan analisis data yang mengenai implementasi


hedging pada bursa komoditi di Indonesia berdasarkan perspektif ekonomi
syariah.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN merupakan bagian penutup yang berisi


tentang kesimpulan dan saran yang relevan untuk disampaikan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini akan dijelaskan tentang bursa komoditi atau perdagangan
berjangka komoditi, hedging, pandangan islam mengenai hedging dan beberapa kata
kunci diperoleh dari sumber-sumber referensi yang berkaitan dengan hedging.

A. Bursa Komoditi
1. Pengertian
Kata Bursa diambil dari kata bourse,18 yang berarti tempat bertemunya penjual
dan pembeli komoditas tertentu dengan penyelenggaranya melalui prosedur
perantara.19
Sedangkan menurut istilah bursa memiliki sejumlah definisi karena
mempertimbangkan sejumlah tinjauan (tempat, pertemuan dan jenis kinerja yang
dilakukan). Ditinjau dari segi tempat, bursa adalah tempat di mana sejumlah
perusahaan perusahaan melangsungkan perdagangan seputar hasil-hasil pertanian,
industri dan surat-surat berharga (sekuritas).20
Sedangkan komoditi, memiliki beberapa definisi, di antaranya:21
Pertama; Sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat
diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat
dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat
dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka.

18
Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990), h. 10
19
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Prenada
Media, 2004), h. 11
20
Sya’ban M. Islam al-Barwary, Busroh al-Auraq al-Maliyah min Mandhury Islamiy (Damaskus: Dar
al-Fikr, 2002), h. 23
21
Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.
410
12
13

Kedua; Secara lebih umum, suatu produk yang diperdagangkan termasuk


valuta asing, instrument keuangan dan indeks. Karakteristik dari komoditi yaitu harga
adalah ditentukan penawaran dan permintaan pasar bukan ditentukan oleh penyalur
ataupun penjual dan harga tersebut adalah berdasarkan perhitungan harga masing-
masing pelaku komoditi. Contohnya adalah produk pertanian seperti kopi, kakao, gula,
kedelai, jagung, minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), olein, dan emas.
Bursa Komoditi adalah sebuah pasar terbuka yang terorganisir di mana penjual
dan pembeli saling berhubungan untuk bertransaksi komoditi dan instrumen keuangan
secara langsung maupun berjangka. Kontrak berjangka ialah kontrak yang memiliki
opsi penyerahan fisik atau penyelesaian tunai dengan harga, waktu dan tempat yang
tela distandarisasi oleh Bursa Komoditi.22
Dalam perdagangan berjangka, komoditas itu digantikan dengan kontrak dan
nilai satuan yang digunakan adalah lot. Apabila kontrak berjangka dilakukan dengan
cara penyelesaian tunai (tanpa penyerahan barang) maka pelaku perdagangan
berjangka yang mengalami kerugian wajib untuk mentransfer sejumlah uang tunai
kepada pelaku perdagangan yang memperoleh keuntungan. Kontrak berjangka dengan
penyerahan tunai hanya diperbolehkan kalau harga penyelesaian aset acuan sudah
dapat diterima umum seperti misalnya harga saham yang diperdagangkan di bursa
saham.23
Menurut UU No. 32 pasal 1 Tahun 1997 tentang perdagangan berjangka
komoditi, Perdagangan berjangka komoditi (commodity futures trading) adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian
berdasarkan kontrak berjangka dan opsi atas kontrak berjangka.24
Perdagangan berjangka adalah suatu bentuk perjanjian jual – beli yang dibuat
melalui anggota bursa yang mengikat si penjual dan si pembeli untuk menyerahkan

22
PT. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, Sekilas Mengenai ICDX: Peluang Investasi di
Perdagangan Berjangka Komoditi (Commodity Future), (Jakarta: PT. BKDI/ICDX, 2013), h 3
23
Abe Layman, Scalping (The art of Science) Cara Dahsyat Mengeruk Keuntungan Dari Pasar Uang,
cet.I (Jakarta: Visimedia, 2010), h.4
24
UU No. 32 pasal 1 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi
14

atau menerima sejumlah komoditi dengan mutu tertentu dan waktu penyerahan di
kemudian hari .25
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bursa komoditi berjangka adalah
tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak spot dan berjangka komoditi atau
instrumen finansial dengan harga yang telah disepakati dan penyerahan barangnya
dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.26
2. Macam-Macam Transaksi Bursa Komoditi
Berdasarkan waktunya, bursa komoditi terbagi menjadi dua macam:27
a. Transaksi Spot (tunai/langsung) yaitu transaksi dimana dua pihak yang
melakukan transaksi melakukan serah terima jual beli secara langsung atau
paling lambat dua kali 24 jam.
b. Transaksi Forward (berjangka) yaitu transaksi yang diputuskan setelah
beberapa waktu kemudian yang ditentukan dan disepakati saat transaksi.
Bahkan terkadang harus diklarifikasi lagi pada hari-hari yang telah
ditetapkan oleh komite bursa dan ditentukan serah terimanya di muka.

3. Pelaku dalam Perdagangan Berjangka Komoditi.


Perdagangan berjangka yang efektif haruslah didukung oleh pelaku yang cukup
banyak, karena mereka yang mempunyai kepentingan dalam melakukan perdagangan
kontrak berjangka. Pelaku perdagangan berjangka adalah sekelompok orang yang
memanfaatkan perdagangan berjangka untuk mencari keuntungan atau melindungi
usahanya dari risiko fluktuasi harga. Menurut siegel, et.al (1990), yaitu motif spekulasi,
motif untuk melindungi usahanya dari risiko kerugian yang dihadapi, serta untuk

25
Badan Pelaksana Bursa Komoditi, Departemen Perdagangan, Struktur dan Peranan Industri
Perdagangan Berjangka (Jakarta : Bapebti, 1994), h.1
26
PT. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, Sekilas Mengenai ICDX: Peluang Investasi di
Perdagangan Berjangka Komoditi (Commodity Future), (Jakarta: PT. BKDI/ICDX, 2013), h. 20
27
Abdullah al-Mushlih dan Shalah al-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul Haq,
2004), h. 292
15

memperoleh keuntungan arbitrage. Berikut adalah pelaku dalam perdagangan


berjangka komoditi:
a. Investor
Investor adalah pihak yang bersedia untuk mengambil risiko (risk taker) pada
perdagangan berjangka dengan harapan mendapatkan keuntungan (siegel, et. Al,
1990). Investor dalam perdagangan berjangka akan berusaha memperoleh laba
sebesar mungkin dalam waktu secepatnya dengan cara menjual/membeli kontrak
berjangka pada waktu naik turunnya harga di bursa. Keuntungan yang diharapkan
diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli. Menurut Rambey (1997) dengan
berperannya investor, harga pasar diharapkan dapat merefleksikan seluruh
informasi yang tersedia (pasar yang efisien).
Keberadaan investor dalam perdagangan berjangka sangat penting dalam
menciptakan likuiditas pasar. Hal ini disebabkan karena investor setiap saat
melakukan transaksi di bursa dan dapat menyediakan dana yang cukup untuk
menyerap transaksi hedging. Meskipun seorang investor bertransaksi dalam
jumlah yang relatif kecil dibanding dengan hedger, serta menahan kontraknya
dalam waktu yang relative singkat, namun mereka dapat dijadikan jembatan antara
hedger yang ingin menjual sekarang dengan hedger lain yang akan membeli
dikemudian hari (Jhon Hull, 1989).
b. Hedger
Hedger adalah orang yang aktif berperan dalam perdagangan berjangka motif
untuk mengurangi risiko yang disebabkan oleh pergerakan harga komoditi, harga
sekuritas, nilai tukar ataupun suku bunga (Siegel, et al, 1990). Menurut (Todd
Lofton, 1995) hedger terdiri dari para produsen (pedagang komoditi), dan
konsumen (prossesor, industry pemakai) yang melakukan transaksi perdagangan
berjangka dengan maksud untuk meminimalkan risiko kerugian dalam
perdagangan fisik akibat perubahan harga. Dalam meminimalkan risiko usahanya,
hedger akan melakukan hedging.
16

c. Arbitrageur
Arbitrageur adalah seorang trager yang mencoba untuk mendapatkan keuntungan
dari perbedaan antara harga di pasar berjangka dengan pasar fisik atau perbedaan
harga antara perdagangan berjangka itu sendiri (siegel et al, 1990)
d. Pialang Berjangka
Pialang berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli komoditi
berdasarkan kontrak berjangka atas amanat nasabahdengan menarik sejumlah uang
dan/ atau surat berhaga tertentu sebagai margin untuk menjamin transaksi tersebut
(BAPPEBTI, 1997). Pialang berjangka pada hakekatnya adalah “penggerak
hedging dan spekulasi di bursa”. Pialang berjangka berperan menciptakan pasar
berjangka yang ramai dan efektif melalui penyebar luasan informasi, peyanan jasa
konsultan dan nasehat secara tepat.

4. Fungsi Ekonomi Perdagangan Berjangka Komoditi


Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(BAPPEBTI,1997), fungsi ekonomi dari Perdagangan Berjangka Komoditi, yaitu:
a. Transfer risiko (transfer of risk)
Perdagangan berjangka menyediakan sarana untuk melakukan transfer risiko.
Transfer atau pengalihan risiko terjadi di antara mereka yang menghadapi risiko
akibat perubahan harga (hedger) dan mereka yang bersedia menerima/mengambil
risiko tersebut dengan tujuan mencari keuntungan dari selisih harga (investor).
Transfer risiko dilakukan melalui hedging di bursa. Hedging dapat memberikan
peluang, baik kepada produsen maupun kepada konsumen atau pihak lain, untuk
melindungi diri dari risiko akibat perubahan harga.
b. Penetapan Harga
Penjual atau pembeli akan menghadapi kesulitan dalam menetapkan harga karena
kurangnya informasi. Demikian pula sulit memperkirakan besarnya permintaan
(demand) maupun penawaran (supply) dari komoditi yang bersangkutan.
17

Pada perdagangan berjangka, harga ditetapkan oleh para anggota bursa yang
bertransaksi . dengan perkataan lain terjadinya transaksi berarti terjadinya harga
yang disepakati antara pembeli dengan penjual.
Dalam suatu kegiatan transaksi sering terjadi adanya kemungkinan variasi harga,
sehingga harga yang ditetapkan pada hari itu adalah harga tertiggi dan terendah dari
transaksi yang terjadi. Apabila “pada suatu hari perdagangan” tidak terjadi
transaksi atau tidak ada harga, maka harga yang ditetapkan adalah harga dari hari
sebelumnya atau harga kesepakatan yang bersumber dari anggota bursa. Dengan
adanya harga tertinggi dan terendah ini, maka akan mempermudah produsen serta
konsumen dalam pengambilan suatu keputusan melakukan transaksi jual atau beli
pada hari perdagangan yang bersangkutan.
c. Pembentukan harga (price discovery)
Pembentukan harga di perdagangan berjangka merupakan refleksi dari kekuatan
pasar yang sebenarnya dan terjadi secara transparan. Harga yang terbentuk (price
discovery) merupakan informasi yang menjadi dasar atau pegangan bagi pihak-
pihak yang berkepentingan untuk melakukan kegiatan berikutnya. Bursa akan
memberikan informasi atas setiap perubahan harga yang terbentuk di lantai
perdagangan . informasi ini akan membantu produsen (pabrikan) dan pedagang
untuk lebih efektif dalam merencanakan usahanya secara efisien.
d. Efisiensi biaya
Dengan adanya perdagangan berjangka, maka produsen maupun konsumen tidak
perlu menumpuk komoditinya di gudang, karena penjualan (pembelian) dapat
dilakukan saat ini, sedangkan penerimaan (penyerahan) komoditinya dilakukan
pada waktu yang akan datang. Dalam tenggang waktu inilah, produsen dan
konsumen tidak perlu membayar sewa gudang, sehingga biaya dapat diefisiensikan.
Disamping itu pabrikan/processor itu juga mempunyai kepastian persediaan bahan
baku untuk kelangsungan produksinya.
18

e. Alternatif investasi
Perdagangan berjangka sebagai alternative investasi tidak selalu menggunakan
uang dalam jumlah yang besar, namun dapat juga dalam jumlah yang kecil
tergantung dari ukuran besaran komoditi yang diperdagangkan. Hal ini terjadi
karena pada saat terjadi pembelian, jumlah uang yang digunakan untuk melakukan
pembayaran hanya sebagian kecil dari jumlah yang tertera pada kontrak, yang
disebut initial margin, sedangkan sisanya dibayarkan pada saat kontrak jatuh
tempo. Dengan demikian, sisa pembayaran dapat digunakan untuk menjalankan
usahanya terlebih dahulu.
Kelompok yang memanfaatkan perdagangan berjangka untuk tujuan investasi
adalah mereka yang dikenal sebagai investor atau investor. Mereka memanfaatkan
adanya perubahan harga untuk mencari keuntungan, yaitu membeli pada saat harga
rendah dan menjualnya kembali pada saat harga tertinggi (spekulasi).
5. Keuntungan Memiliki Perdagangan Berjangka Komoditi.
Keuntungan memiliki Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI, 1997),
antara lain sebagai berikut:
a. Adanya rujukan harga bagi produk-produk Indonesia. Harga yang terjadi di
bursa dimanfaatkan sebagai harga rujukan (reference price) oleh pihak yang
membutuhkan.
b. Petani kecil dapat memanfaatkan harga di bursa. Mereka dapat menjual
komoditinya di bursa berjangka sebelum panen tiba jika harga di bursa
pada waktu itu baik, sehingga dapat menghapus praktek ijon, serta dapat
memperpendek jalur tatniaga pertanan dari petani.
c. Para konsumen dapat menikmati harga yang stabil dari barang-barang
kebutuhannya. Ini akan memberikan kepastian dalam merencanakan biaya
produksinya.
d. Portofolio penggunaan hedging di bursa luar negeri lebih mahal.
19

e. Memberikan kepercayaan kepada perbankan dalam menyalurkan kreditnya,


karena transaksi yang dilindungi kontrak berjangka lebih aman.
f. Menciptakan lapangan usaha baru, antara lain : pialang, pedagang
berjangka, piranti lunak computer, akuntan dan penasehat hukum.

B. Hedging
1. Pengertian
Lindung nilai atau hedging, atau hedge merupakan istilah yang sangat populer
dalam perdagangan berjangka. Dimana hedging merupakan salah satu fungsi
ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu transfer of risk. Hedging merupakan
suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh turun-
naiknya harga.
Menurut Paul Merrick (1998) seperti dikutip oleh Kusmanto, hedging atau hedge
didefinisikan sebagai berikut : “ A hedge is one or more traders performed in order
to protect an existing market exposure against market movement”. Jadi pada
dasarnya hedging merupakan suatu cara produsen atau investor untuk melindungi
posisi suatu asset atau (underlying assets) dari risiko perubahan pasar.
Hedging adalah suatu proses pengambilan posisi pada cashmarket dan sekaligus
mengambil posisi yang berlawanan pada future market, dengan tujuan menghindari
kerugian akibat fluktuasi harga yang merugikannya (Thomas, et, al 1981)
2. Pelaku dalam Hedging

Individu atau perusahaan yang melakukan kegiatan hedging pada perdagangan


berjangka disebut “hedger”. Hedger mempunyai usaha pokok pada pasar fisik
(cash market), sedangkan aktivitas mereka pada perdagangan berjangka (futures
market) untuk memperkecil risiko dari fluktuasi harga yang tidak menguntungkan.
Dengan melakukan kegiatan tersebut keuntungan yang ditargetkan dapat direalisir,
atau kalaupun menyimpang, penyimpangannya tidak terlalu jauh. Hedger terdiri
20

dari hedger pembeli (hedge long) dan hedger penjual (hedge short), berikut
penjelasannya:28

a. Hedger pembeli atau hedge long umumnya berencana akan membeli


komoditas di pasar fisik di masa yang akan datang untuk melindungi
transaksinya dari fluktuasi. Hedger pembeli biasanya dilakukan oleh kalangan
eksportir, prosesor, pengguna bahan baku seperti pabrik dan sebagainya.
b. Hedger penjual atau hedge short adalah hedger yang akan menjual komoditas
tertentu di pasar fisik di masa yang akan datang. Untuk melindungi harga
penjualan komoditasnya, hedger akan membuka kontrak berjangka sekarang
dengan posisi short (jual). Selling hedge biasanya dilakukan oleh para
produsen, terutama para petani, dengan tujuan untuk melindungi dari
kemungkinan penurunan harga komoditas pada waktu panen.
3. Teknik Hedging29
a. Hedging memakai future contract
Pada prinsipnya, penggunaan future contract ini sama dengan teknik hedging
pada forward contract. Future contract biasanya digunakan untuk melindungi
transaksi yang relatif lebih kecil dan sesuai dengan sifat futures market.30
Artinya future contract adalah persetujuan untuk mempertukarkan sejumlah
mata uang dengan mata uang lain untuk penyerahan masa depan, dengan waktu,
tempat dan harga yang sudah ditetapkan (fixed). {Sunil K Parameswaran,
Futures markets : Theory and Practice, h.94}. berikut gambar 2.1 yang
menunjukkan return akan semakin tinggi, apabila pasar semakin bullish. {
Bullish menggambarkan kondisi pasar yang kecenderungannya naik/bergairah
sehingga ada banyak kesempatan para investor untuk masuk.} Hal itu

28
Sunil K Parameswaran, Future Markets : Theory and Practice, h. 118-120
29
Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional Jilid 1 ( Jakarta: Erlangga 2000),h.322-333
30
Agus Zainul Arifin, Modul Manajemen Investasi (Pusat Pengembangan Bahan Ajar, UMB), h 4
21

disebabkan pada saat pasar bullish, nilai tukar future sangat tinggi, sehingga
menguntungkan bagi pembeli kontrak.

Gambar 2. 1 Karakteristik future contract

Profit

Spot at expiration
(Jatuh Tempo)

Dalam setiap kegiatan perdagangan, pengusaha selalu mengharapkan keuntungan,


akan tetapi juga dihadapkan kepada risiko kerugian yang selalu melekat dalam kegiatan
usahanya. Berikut diasumsikan seorang petani gandum yang tidak dalam posisi untuk
memprediksi hasil panennya dengan pasti, namun ia mengetahui kuantitas yang
dipanen dan harga yang diterima akan berkorelasi negatif, yaitu jika pasokan tinggi,
harga akan rendah dan sebaliknya. Parameswaran mengilustrasikannya seperti pada
tabel 2.1 berikut: 31

Tabel 2. 1Harga, kuantitas dan pendapatan dalam aturan korelasi negatif


Tingkat Harga Per Kg Kuantitas Jumlah
Kemungkinan (ST) (QT) Pendapatan
(E) (dalam rupee) (dalam kg) (ST X QT)
(dalam rupee)
0,20 8 100.000 800.000
0,20 10 90.000 900.000

31
Sunil K Parameswaran, Future Markets : Theory and Practice, h 136-138
22

0,20 12 80.000 960.000


0,20 14 70.000 980.000
0,20 16 50.000 800.000
*diasumsikan untuk tingkat kemungkinan keberhasilan terburuk
Perkiraan kuantitas yang didapat = E(QT) = (100.000 x 0,20) + (90.000 x 0,20) +
(80.000 x 0,20) + (70.000 x 0,20) + (50.000 x 0,20) = 78.000 kg
Perkiraan harga pada saat penjualan = E(ST) = F = (8 x 0,20) + (10 x 0,20) + (12 x 0,20)
+ (14 x 0,20) + (16 x 0,20) = 12
Jika menggunakan short hedge maka Qf = E(QT) = 78.000. Sehingga diperoleh
persamaan :

W = QT ST + Qf ( F – FT)
= QT ST + Qf (F – ST)
= QT ST + 78.000 ( 12 – ST )
Untuk notasi, W = Hedged revenue dengan ST ≠ F
F = Future price,
Qf = Kuantitas pada posisi future
ST = Harga Per Kg
Penggunaan persamaan diatas tertera pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2. 2Perhitungan total pendapatan yang dengan short hedge

Tingkat Harga Per Hedged Revenue


Kemungkinan (E) Kg (ST) (dalam rupee)
0,20 8 (8x100.000) + 78.000(12-8) = 1.112.000
0,20 10 (10x90.000) + 78.000(12-10) = 1.056.000
0,20 12 (12x80.000) + 78.000(12-12) = 960.000
0,20 14 (14x70.000) + 78.000(12-14) = 824.000
0,20 16 (16x50.000) + 78.000(12-16) = 488.000
*diasumsikan untuk tingkat kemungkinan keberhasilan terburuk
namun jika menggunakan future contract maka diperoleh
23

Qf = Cov (QTST, ST) = 4.000kg.


Var(ST)
Sehingga diperoleh persamaan:
W = QT ST + Qf (F-FT)

= QT ST + 4.000 (12 – ST)

Tabel 2. 3 Perhitungan total pendapatan yang dengan future contract

Tingkat Harga Hedget Revenue


Kemungkinan Per Kg (dalam rupee)
(E) (ST)
0,20 8 (8x100.000) + 4.000 (12-8) = 816.000
0,20 10 (10x90.000) + 4.000 (12-10) = 908.000
0,20 12 (12x80.000) + 4.000 (12-12) = 960.000
0,20 14 (14x70.000) + 4.000 (12-14) = 972.000
0,20 16 (16x50.000) + 4.000 (12-16) = 784.000
*diasumsikan untuk tingkat kemungkinan keberhasilan terburuk
Berdasarkan kedua perhitungan tersebut (tabel 2.2 dan tabel 2.3), maka dapat
dikatakan bahwa hedging dapat memperkecil risiko kerugian yang ditimbulkan dari
hasil panen yang tidak dapat diperkirakan. Sehingga dapat dilakukan pilihan dari
kombinasi kedua perhitungan tersebut. Jika harga per kg kurang dari 12 rupee,
maka petani dapat melakukan pilihan dengan menggunakan short hedge, namun
sebaliknya jika harga per kg nya lebih besar dari 12 rupee maka petani dapat
menggunakan future contract.
b. Hedging memakai forward contract
Teknik hedging dengan menggunakan forward contract ini banyak dilakukan
oleh perusahaan besar yang bertransaksi internasional untuk melindungi
24

receivable atau payable-nya yang relatif besar terhadap risiko fluktuasi valas.32
Forward contract umumnya digunakan pada perdagangan mata uang asing
(foreign exchange) atau valas yang disebut forward exchange contract.33

Tujuan dari forward contract adalah:


1) Forward contract digunakan untuk meng-cover risiko exchange
2) Rate untuk pembelian/penjualan mata uang asing di masa mendatang.
3) Jika ada suatu transaksi bisnis, forward contract dapat menghilangkan
currency exposure karena kurs valuta untuk masa yang kan datang telah
ditetapkan.
4) Perhitungan kalkulasi biaya yang pasti.
Berikut contoh perhitungan hipotetik dari forward contract 34
Mata Uang Lokal Rupiah (Rp)
Mata Uang Asing US Dollar ($)
Periode 3 Bulan
Tingkat suku bunga pada pasar domestik 10%
Tingkat suku bunga pada pasar asing 5%
Spot Rate Rp. 9.200/$
Nilai yang di-hedge $1.000

a) Nilai investasi pada mata uang asing saat jatuh tempo (T₀)
Nilai yang di-hedge = $1.000 = $ 952,38
(1+R$) (1.05)

32
Agus Zainul Arifin, Modul Manajemen, h. 2
33
Sunil K Parameswaran, Future Markets : Theory and Practice, h. 91
34
Zamir Iqbal and Abbas Mirakhor, Theory and Practice : An Introduction to Islamic
Finance (Singapura: Saik Wah Press Pte Ltd 2007), h. 212-213
25

b) Nilai investasi pada mata uang lokal saat jatuh tempo (T₀)
Foreign Amount x spot rate = $952.38 x Rp 9.200 = Rp 8.761.896
c) Forward rate kepada importir:
F = Spot x (1 + RRp) = Rp 9.200 x 1.1 = Rp 9.638,09/$
(1 + R$) 1.05

Berikut ini gambar ilustrasi dari perhitungan forward contract: 35

Gambar 2. 2 Pada saat kontrak dibuat (TO)

35
Zamir Iqbal and Abbas Mirakhor, Theory and Practice : An Introduction ti Islamic Finance, h.214
26

Gambar 2. 3 Pada saat jatuh tempo (setelah 3 bulan)

Banyak yang berperan sebagai intermediasi antara investor dengan importir


melakukan forward contract untuk melindungi nilai investasi yang diberikan investor
sebesar Rp 8.671.896. Sehingga pada saat jatuh tempo kontrak, bank dapat menjual
$1000 kepada importir dan menerima pengembalian sebesar Rp 9.638.090 dari
importir. Dengan demikian bank telah melakukan hedging sebesar Rp 966.194 (= Rp
9.638.090 – Rp 8.671.896).
c. Hedging memakai instrumen pasar uang (money market)
Money market hedging adalah serangkaian kontrak untuk meng-hedge risiko
perubahan nilai tukar yang dilakukan dengan cara meminjamkan seluruh mata uang
tertentu dan menukar pinjaman (hutang) pokok tersebut dengan mata uang lain di
pasar uang.36
Berikut asumsi perhitungan nilai hutang impor suatu PT X yang harus dibayar
dengan menggunakan hedging dengan instrumen money market:
1) Nilai hutang impor pada saat jatuh tempo (selama 30 hari) US$ 40.425,25

36
O’Shea, P. Dan Bosshard, M, Advance Hedging Techniques. (Whitley, J. Mac Millan Publisher Co
1992), h. 207
27

2) Nilai sekarang (PV) dari hutang impor (Tingkat bunga deposito USD
sebesar 3,73%) = US$ 40.425,25 = US$ 40.299,98
{1+(3,73% :12)}
3) Nilai sekarang dalam rupiah (diasumsikan 1 US$ = Rp 14.000)
Pinjaman dalam IDR = Present Value (PV) x spot rate
= US$ 40.229,98 x Rp 14.000
= Rp 563.219.720
4) Nilai hutang yang dibayar (ditambah tingkat suku bunga pinjaman sebesar
16.32% per tahun) pada saat jatuh tempo = Rp 563.219.720 x
{1+(16.32%:12)} = Rp 570.879.508,20

Dengan mentranslasi nilai sekarang (PV) dari hutang tersebut ke dalam rupiah,
lalu meminjam rupiah sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut untuk
diinvestasikan kedalam USD. PT X dapat menghilangkan kerugian pada saat
jatuh tempo sebesar Rp 7.659.788,20 (= Rp 570.879.508,20 – Rp 563.219.720),
sehingga dapat menutupi hutang.
d. Hedging memakai opsi (option) valuta
Option contract adalah kontrak yang memberikan hak pada pembeli option, tapi
bukan kewajiban, namun untuk membeli (call) atau menjual (put) sejumlah tertentu
mata uang asing dengan nilai tukar per unit tertentu dan waktu tertentu.37
Dalam membeli options contract, pembeli kontrak dapat memilih 3 posisi, yaitu:38
1) At the money (ATM) : Exercise price (E) = Harga spot.
2) In the money (ITM) : Exercise price (E) lebih menguntungkan dibanding
harga spot.
3) Out the money (OTM) : Exercise price (E) lebih rugi dibanding harga spot.

37
David Eiteman et.al., Multinational Business Finance 10th Edition, (USA : Addison-Wesley
Publishing Company 2004), h. 116
38
O’Shea,P. dan Bosshard, M. Advance Hedging Techniques, h 66-72
28

e. Hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan hedging.39


1) Manajemen risiko, terutama pada perubahan valas. Manajemen risiko ini
ditujukan untuk menjaga dan mengantisipasi kurs yang dapat berpengaruh
terhadap nilai aset-aset perusahaan.
2) Dalam doktrin teori purchasing power parity dan interest rate parity, harga
komoditi dipengaruhi oleh kurs valas dan tingkat bunga yang tingkat inflasi
sebagai denominator harga. Tingkat suku bunga yang tinggi di dalam negeri
akan menyebabkan kurs domestik menjadi turun. Begitu pun inflasi,
semakin tinggi tingkat inflasi suatu negara dibandingkan dengan negara lain
akan menyebabkan harga komoditi di dalam negeri menjadi turun.
3) Salah satu cara yang dapat digunakan dalam manajemen risiko valas adalah
dengan melakukan hedging utang perusahaan. Hedging ini diterapkan
melalui eksposur terdiri atas eksposur transaksi, ekonomi, dan akuntansi.
Tiap eksposur ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lain berdasarkan sudut pandang analisis.
4) Ketelitian dan kecermatan manajer keuangan dalam mengamati perubahan
kurs, baik mata uang domestik maupun mata uang asing, merupakan satu
diantara bermacam faktor keberhasilan memanajemen risiko valas. Hal ini
disebabkan oleh fluktuasi perubahan kurs valas yang tidak dapat diprediksi,
apalagi dalam kondisi perekonomian tidak menentu.
5) Penetapan perlu tidaknya hedging dilakukan oleh perusahaan merupakan
keputusan mutlak yang harus diambil oleh manajemen perusahaan.
Hedging perlu dilakukan bilamana komposisi struktur modal perusahaan
sebagian besar menggunakan utang jangka panjang.
6) Bilamana suatu saat kegiatan operasional dipandang mangalami risiko
kerugian tinggi, lembaga penjamin atau asuransi dapat dipergunakan
sebagai alternatif untuk lebih menjamin aset-aset keuangan perusahaan.

39
Itjang D. Gunawan, Transaksi Derivatif, Hedging dan Pasar Modal, Jakarta, Grasindo, 2003. h.37
29

7) Selain dengan menggunakan hedging, pemagaran terhadap perubahan


risiko valas dapat pula menggunakan spekulasi dan arbitrase.
4. Alasan untuk Tidak Melakukan Hedging:40
a. saham lebih mampu untuk melakukan diversifikasi risiko nilai tukar dari pada
manajemen perusahaan.
b. Pengelolaan nilai tukar tidak meningkatkan arus kas yang diharapkan.
c. Manajemen perusahaan sering melakukan hedging untuk keuntungan
manajemen, sementara itu ada biaya yang harus ditanggung oleh pemegang
saham.
d. Manajer tidak dapat menebak pasar. Apabila pasar dalam kondisi equilibrium,
maka sesuai dengan teori pariti yaitu “net present value” yang diharapkan dari
hedging adalah nol.
e. Motivasi manajemen untuk mengurangi keadaan yang berubah-ubah kadang-
kadang didorong oleh alasan akuntansi.
5. Alasan untuk Melakukan Hedging:41
a. Mengurangi risiko dalam arus kas yang akan datang, dan kebijakan ini dapat
meningkatkan kapabilitas perencanaan perusahaan.
b. Pengurangan risiko dalam arus kas yang akan datang dapat mengurangi
kemungkinan arus kas jatuh pada tingkat yang lebih rendah dari minimal yang
diperlukan.
c. Manajemen mempunyai keuntungan kompetitif dibandingkan dengan
pemegang saham secara individual dalam mengetahui risiko nilai tukar yang
sebenarnya.
d. Pasar biasanya dalam posisi tidak equilibrium karena struktur dan institusi yang
tidak sempurna.

40
David Eiteman et.al., Multinational Business Finance 10th Edition, (USA : Addison-Wesley
Publishing Company 2004), h. 200-201
41
David Eiteman et.al., Multinational Business Finance 10th Edition, (USA : Addison-Wesley
Publishing Company 2004), h. 201-202
30

C. Hedging pada Bursa Komoditi


Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hedging pada bursa komoditi
adalah suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh
turun-naiknya harga pada sebuah pasar terbuka yang terorganisir di mana penjual
dan pembeli saling berhubungan untuk bertransaksi komoditi dan instrumen
keuangan secara langsung maupun berjangka.

D. Bursa Komoditi dan Hedging dalam Perspektif Islam


1. Bursa Komoditi dalam Perspektif Islam
Transaksi bursa ada yang bersifat tunai, pasti dan permanen, serta ada juga yang
berjangka dengan syarat uang di muka. Sedangkan jika dilihat dari objeknya bisa
berupa jual beli barang komoditi biasa ataupun saham dan obligasi. Oleh karena
transaksi yang terdapat dalam bursa ini bermacam-macam, maka tidak bisa ditetapkan
hukum syari’atnya sehingga bisa ditentukan hukumnya secara terpisah. 42
Salah satu syarat dari jual beli adalah objek transaksinya harus dimiliki secara
penuh oleh penjual dari apa yang ia jual untuk dirinya sendiri. Maka tidak
diperkenankan menjual sesuatu yang belum menjadi miliknya, walaupun pada
akhirnya objek tersebut akan menjadi miliknya setelah transaksi berlangsung, sebagai
aplikasi dari sebuah shahih tentang larangan seseorang menjual sesuatu yang bukan
miliknya.43
Larangan hadis terhadap seseorang untuk menjual sesuatu yang bukan miliknya
itu jika yang dimaksud dalam transaksi yang penyerahan obyek transaksinya harus
dilakukan pada waktu akad berlangsung maka hal demikian dibolehkan, karena illat
dari larangan hadis adalah adanya unsur gharar yang timbul akibat ketidakmampuan
dalam penyerahan komoditi, dan gharar tersebut akan hilang atau berkurang tatkala ada

42
Abdullah al-Mushlih dan Shalah al-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Penerjemah Abu Umar
Basyir, cet I, (Jakarta:Darul Haq,2004), h.296
43
Hussein Syahatah dan Siddiq Muhammad al-Amin adh-Dharir, Transaksi dan Etika Bisnis Dalam
Islam, h.237
31

keyakinan dari pihak penjual untuk mendapatkan komoditi dan kemudian diserahkan
kepada pembeli.44
Menurut Imam Syafi’i tidak dibenarkan untuk menjual apapun, bahan pangan,
tanah atau kebun sebelum mengambil alih hak milik barang tersebut. Dalam masalah
ini Imam Ahmad tidak menyebutkan barang tertentu misalnya barang-barang yang
mudah membusuk, yang tidak ada di tangan penjual, oleh Nabi SAW dilarang karena
mengandung unsur yang meragukan untuk sampai ke tangan pembeli. Terdapat
semacam untung-untungan bahwa pengirimannya tidak akan diselesaikan oleh penjual
oleh karena berbagai alasan yang tidak terduga. Kurang lebihnya ini sama halnya
dengan judi, barang tersebut mungkin dikirim, mungkin juga tidak. Dengan jelas disitu
terdapat unsur yang meragukan dan untung-untungan. Disamping itu, akan merugikan
pembeli apabila barang tersebut hilang atau rusak selama dalam pengiriman
kepadanya. 45

2. Fatwa DSN-MUI Tentang Bursa Komoditi

Fatwa DSN yang mengatur tentang bursa komoditi adalah fatwa Nomor 82/DSN-
MUI/VIII/2011 Tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa
Komoditi. Berikut adalah ketentuan umum dalam fatwa DSN No. 82/DSN-
MUI/VIII/2011:46

a. Bursa adalah PT Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) yang


telah memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI) untuk mengadakan kegiatan Pasar Komoditi Syariah;

44
Hussein Syahatah dan Siddiq Muhammad al-Amin adh-Dharir, Transaksi dan Etika Bisnis Dalam
Islam, h.239-240
45
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid IV, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,1996),
h.114
46
Fatwa DSN No. 82/DSN-MUI/VIII/2011
32

b. Perdagangan adalah perdagangan komoditi di Bursa berdasarkan prinsip


syariah berupa kegiatan jual beli komoditi antara Peserta Pedagang Komoditi
dengan Peserta Komersial, antara Peserta Komersial dengan Konsumen
Komoditi; dan dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan, jual beli
dilakukan antara Konsumen Komoditi dengan Peserta Pedagang Komoditi;
c. Perdagangan Serah Terima Fisik adalah perdagangan yang diakhiri dengan
penerimaan komoditi secara fisik oleh Konsumen Komoditi sebagai pembeli;
d. Perdagangan dengan Penjualan Lanjutan adalah perdagangan yang
dilanjutkan dengan penjualan komoditi oleh Konsumen Komoditi;
e. Komoditi di Bursa adalah komoditi yang dipastikan ketersediaannya untuk
ditransaksikan di Pasar Komoditi Syariah sebagaimana ditetapkan oleh Bursa
atas Persetujuan Dewan Pengawas Syariah, kecuali indeks dan valuta asing;
f. Penjual adalah Peserta Pedagang Komoditi, Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) yang menjadi Peserta Komersial, atau Konsumen Komoditi;
g. Pembeli adalah Peserta Komersial atau Konsumen Komoditi, dan Peserta
Pedagang Komoditi dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan;
h. Peserta Pedagang Komoditi adalah peserta yang menyediakan stock komoditi
di Pasar Komoditi Syariah;
i. Peserta Komersial adalah LKS yang membeli komoditi dari Pedagang
Komoditi;
j. Konsumen Komoditi adalah pihak yang membeli komoditi dari Peserta
Komersial;
k. Peserta Agen adalah pihak yang melaksanakan amanat Peserta Pedagang
Komoditi atau melaksanakan amanat Peserta Komersial;
l. Wa‘d adalah janji sepihak yang disampaikan salah satu pihak untuk
melaksanakan suatu transaksi;
m. Bai‘ adalah jual beli, yaitu pertukaran harta dengan harta yang menjadi sebab
berpindahnya kepemilikan obyek jual beli;
33

n. Murabahah adalah penjualan suatu barang (komoditi) dengan menegaskan


harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih tinggi sebagai laba;
o. Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
(Muwakkil/pemberi kuasa) kepada pihak lain (wakil) untuk melakukan hal-hal
yang boleh diwakilkan;
p. Qabd adalah penguasaan komoditi oleh pembeli yang menyebabkan ia berhak
untuk melakukan tindakan hukum (tasharruf, seperti menjual) terhadap
komoditi tersebut, menerima manfaat atau menanggung risikonya;
q. Qabdh Haqiqi adalah penguasaan komoditi oleh pembeli atas fisik komoditi
yang dibelinya;
r. Qabdh Hukmi adalah penguasaan komoditi oleh pembeli secara dokumen
kepemilikan komoditi yang dibelinya baik dalam bentuk catatan elektronik
maupun non-elektronik; dan
s. Muqayadhah adalah salah satu bentuk jual beli yang berupa pertukaran
komoditi dengan komoditi lainnya, baik pertukaran antar komoditi yang
sejenis maupun pertukaran antar komoditi yang berbeda jenis.

3. Hedging dalam Perspektif Islam


Umumnya Hedging digunakan untuk menetralkan dan meminimalkan risiko. Ini
merupakan tujuan alami yang diperlukan dalam ekonomi Islam. Dengan demikian,
ini bukan merupakan suatu masalah. Namun masalahnya adalah bagaimana cara
untuk mencapai tujuan ini. Jika ini merupakan murni spekulasi dan perjudian
(gambling) yang menimbulkan qimar47 dan maysir, maka kegiatan tersebut
menjadi tidak sah.48
4. Fatwa DSN-MUI Tentang Hedging

47
Qimar menurut sebagian ulama sama dengan maysir, dan menurut sebagian ulama lain qimar
hanya pada mu’amalat yang berbentuk perlombaan atau pertaruhan.
48
Sami Al-suwailem. Hedging in Islamic Finance, h. 58
34

Fatwa DSN yang mengatur tentang hedging adalah fatwa Nomor 96/DSN-
MUI/IV/2015 tentang transaksi lindung nilai syariah (Al-Tahawwuth Al-Islami /
Islamic Hedging) atas nilai tukar. Berikut adalah ketentuan umum dalam fatwa
DSN Nomor 96/DSN-MUI/IV/2015:49

a. Lindung Nilai (al-Tahawwuth/Hedging) atas Nilai Tukar adalah cara atau


teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan
timbul akibat adanya fluktuasi nilai tukar;
b. Lindung Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/Islamic Hedging) atas Nilai
Tukar adalah cara atau teknik lindung nilai atas nilai tukar berdasarkan prinsip
syariah;
c. Transaksi Lindung Nilai atas nilai tukar adalah transaksi (akad) yang bertujuan
untuk lindung nilai;
d. Forward Agreement (al-Muwa'adat li 'aqd al-sharf al-fawri fi al-mustaqbal)
adalah saling berjanji untuk transaksi mata uang asing secara spot dalam jumlah
tertentu di masa yang akan datang dengan nilai tukar atau perhitungan nilai
tukar yang disepakati pada saat itu;
e. Transaksi Mata Uang Asing secara Spot (selanjutnya disebut, Transaksi
Spot)adalah transaksi pembelian dan penjualan mata uang asing untuk
penyerahan pada saat itu atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka
waktu dua hari atau sesuai kelaziman;
f. 'Aqd al-Tahawwuth al-Basith (Transaksi Lindung Nilai Sederhana) adalah
transaksi lindung nilai dengan skema Forward Agreementyang diikuti dengan
Transaksi Spot pada saat jatuh tempo serta penyelesaiannya berupa serahterima
mata uang;
g. 'Aqd al-Tahawwuthal-Murakkab (Transaksi Lindung Nilai Kompleks) adalah
transaksi lindung nilai dengan skema berupa rangkaian Transaksi Spotdan

49
Fatwa DSN No. 96/DSN-MUI/IV/2015
35

Forward Agreement yang diikuti dengan Transaksi Spot pada saat jatuh tempo
serta penyelesaiannya berupa serahterima mata uang;
h. 'Aqd al-Tahawwuth fi Suq al-Sil'ah (Transaksi Lindung Nilai melalui Bursa
Komoditi Syariah) adalah transaksi lindung nilai dengan skema berupa
rangkaian transaksi jual-beli komoditi (sil'ah) dalam mata uang rupiah yang
diikuti dengan jual-beli komoditi (sil'ah) dalam mata uang asing serta
penyelesaiannya berupa serah terima mata uang pada saat jatuh tempo;
i. Bursa Komoditi Syariah adalah Bursa yang menyelenggarakan kegiatan pasar
komoditi syariah;
j. Penjual Komoditi Syariah adalah Peserta Pedangan Komoditi yang menjadi
Peserta Komersial atau Konsumen Komoditi;
k. Konsumen Komoditi Syariah adalah pihak yang membeli komoditi dari Peserta
Komersial;
l. Peserta Komersial adalah pembeli komoditi dari pedagang komoditi;
m. Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT) adalah surat yang
diterbitkan oleh Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti atas kepemilikan dan
penguasaan komoditi syariah;
n. Peserta Pedagang Komoditi adalah peserta yang menyediakan stok komoditi di
pasar komoditi syariah;
o. Mata Uang yang Diterima adalah mata uang yang akan diterima oleh pihak
yang melakukan lindung nilai pada akhir transaksi;
p. Mata Uang yang Diserahkan adalah mata uang yang akan diserahkan oleh pihak
yang melakukan lindung nilai pada akhir transaksi.

5. Dalil-dalil Pendukung Bursa Komoditi dan Hedging

a. Dalam suatu hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu bahwa Rasulullah Shallallahu a’laihi wa sallam bersabda:
36

‫احبَهُ فَِإََِا‬
ِ ‫ص‬َ ‫ش ِري َكي ِْن َما لَ ْم يَ ُخ ْن أ َ َحدُ ُه َما‬ ُ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ َرفَ َعهُ قَا َل ِإ َّن هللاَ يَقُو ُل أَنَا ثَا ِل‬
َّ ‫ث ال‬ َ
)‫ ضعيف‬: ‫خَانَهُ خ ََرجْ تُ ِم ْن بَ ْينِ ِه َما * (تحقيق األلباني‬

Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berkata, “Aku adalah pihak ketiga (Yang
Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah
seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada mitranya. Apabila diantara
mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak
melindungi)”. (HR. Abu Daud no.3383, dan Al-Hakim no.2322).

b. Hadits Nabi SAW riwayat al-Hakim dan al-Baihaqi dari Ibnu Abbas RA:

، َ‫ َو ِغنَا َءكَ قَ ْب َل فَ ْق ِرك‬، َ‫سقَ ِمك‬


َ ‫ص َّحتَكَ قَ ْب َل‬
ِ ‫ َو‬، َ‫شبَابَكَ قَ ْب َل ه ََر ِمك‬ ً ‫ا ْغتَنِ ْم خ َْم‬
َ :‫سا قَ ْب َل خ َْم ٍس‬
َ‫ َو َحيَاتَكَ قَ ْب َل َم ْوتِك‬، َ‫ش ْغلِك‬
ُ ‫غكَ قَ ْب َل‬
َ ‫ َوفَ َرا‬.

"Ambillah kesempatan dalam lima kondisi sebelum datang kondisi lainnya:


mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum
miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu".
(HR. Al-Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341).

c. Hadits Nabi dari Anas bin Malik

‫الس ْع ُر ِبا ْل َمدِينَ ِة‬ َ :َ‫ قَال‬، ٍ‫ ع َْن أَنَ ِس ب ِْن َمالِك‬، ‫ َو ُح َم ْي ٍد‬، ‫ت‬
ِ َ‫غال‬ ٍ ‫ َوثَا ِب‬، َ‫ع َْن قَتَا َدة‬
، ِ‫سو َل هللا‬ ُ َّ‫ َفقَا َل الن‬، ‫سو ِل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬
ُ ‫ يَا َر‬: ‫اس‬ َ ‫علَى‬
ُ ‫ع ْه ِد َر‬ َ
‫َّللاَ ُه َو‬
َّ َّ‫ ِإن‬: ‫سو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬، ‫س ِع ْر لَنَا‬
َ َ‫ ف‬، ‫الس ْع ُر‬
ِ َ‫غال‬ َ
، ‫ ع ََّز َو َج َّل‬، َ‫َّللا‬ ْ ‫ ِإنِي أل َ ْر ُجو‬، ‫ق‬
َّ ‫أن أ َ ْل َقى‬ ُ ‫الر َّزا‬
َّ ‫ط‬ ِ ‫ض ا ْلبَا‬
ُ ‫س‬ ُ ‫س ِع ُر ا ْل َقا ِب‬
َ ‫ا ْل ُم‬
.‫ْس أ َ َح ٌد ِم ْن ُك ْم َي ْطلُبُنِي ِب َم ْظ ِل َم ٍة فِي د ٍَم َوالَ َما ٍل‬
َ ‫َولَي‬
Diriwayatkan dari Anas RA, pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW,
harga-harga barang naik di kota Madinah, kemudian para sahabat meminta
Rasulullah SAW menetapkan harga. Maka Rasululah bersabda:
37

Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang Maha Menetapkan harga, yang Yang
Maha Memegang, Yang Maha Melepas, dan Yang Memberikan rezeki. Aku
sangat berharap bisa bertemu Allah SWT tanpa seorang pun dari kalian yang
menuntutku dengan tuduhan kedzaliman dalam darah dan harta. (HR. Anas
RA)
BAB III

PROFIL JAKARTA FUTURES EXCHANGE (JFX)

A. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangan JFX

Jakarta Futures Exchange (JFX) adalah bursa berjangka pertama di Indonesia.


JFX berdiri pada tanggal 19 Agustus 1999 dengan landasan untuk membawa manfaat
besar bagi komunitas bisnis dan sebagai sarana lindung nilai. Peran utama JFX adalah
selaku penyedia fasilitas bagi para anggotanya untuk melakukan transaksi kontrak
berjangka berdasarkan harga yang ditetapkan melalui interaksi yang efisien
berdasarkan permintaan dan penawaran dalam sistem perdagangan elektronik.
Pendirian JFX dilandasi oleh Undang Undang Nomor 32 tahun 1997 Tentang
Perdagangan Berjangka Komoditi.

JFX berkomitmen memberikan solusi dan pelayanan terbaik bagi Industri


Perdagangan Berjangka (PBK). Proses transformasi dan pendayagunaan teknologi
informasi terkini dioptimalkan untuk merespon tuntutan pasar serta lingkungan bisnis
yang dinamis. JFX konsisten melakukan inovasi, pengembangan produk, peningkatan
kapasitas serta kompetensi seluruh fungsi dan lini organisasi, serta penyediaan
infrastruktur perdagangan komoditi yang berskala internasional.

JFX bangga telah menjadi bagian dari sistem penggerak transaksi perdagangan
sektor komoditi di tingkat domestik dan global.

Pada 19 Agustus 1999 JFX didirikan dengan nama badan usaha PT Bursa
Berjangka Jakarta. 2 September 1999 Peresmian JFX oleh Menteri Perdagangan dan
Perindustrian Rahardi Ramelan. 15 December 2000 Perdagangan perdana. December
2000 Kontrak Berjangka Olein, produk baru JFX secara resmi diluncurkan.
Agustus 2002 Kontrak Berjangka Emas 1kg, produk baru JFX secara resmi
38
39

diluncurkan. 17 Maret 2004 Penghargaan untuk peserta industri perdagangan


berjangka. November 2004 Kontrak Gulir Index Emas produk baru JFX secara resmi
diluncurkan. April 2005 Kontrak Derivatif Indeks produk baru JFX secara resmi
diluncurkan. September 2008 Kontrak Gulir Emas USD 100oz produk baru JFX secara
resmi diluncurkan. Desember 2008 Kontrak Gulir Emas 1 Kg produk baru JFX secara
resmi diluncurkan. Mei 2009 Kontrak Derivatif Antar Mata Uang Asing produk baru
JFX secara resmi diluncurkan. Juni 2009 Pasar Fisik Terorganisir CPO produk baru
JFX secara resmi diluncurkan. Oktober 2010 Kontrak Berjangka Olein 20 Ton produk
baru JFX secara resmi diluncurkan. 20 Desember 2010 Peresmian kantor baru JFX
yang beralamat di TCT Building Lt.20, Jl. M.H. Thamrin No. 81 Jakarta. Oktober 2011
Kontrak Berjangka Kakao produk baru JFX secara resmi diluncurkan. 28 Maret 2012
Pendirian JFX Center yang pertama di Universitas Kristen Indonesia, Jakarta. April
2012 Pasar Fisik Kakao produk baru JFX secara resmi diluncurkan. Juni 2012 Kontrak
Berjangka Emas 100 gram produk baru JFX secara resmi diluncurkan. Desember 2013
Pasar Fisik Karet produk baru JFX secara resmi diluncurkan. April 2014 Kontrak
Derivatif Saham Tunggal Asing produk baru JFX secara resmi diluncurkan. Juli 2014
Pasar Fisik Batubara produk baru JFX secara resmi diluncurkan. June 2015
Pengangkatan Direksi dan Komisaris JFX Periode 2015 - 2020 berdasarkan RUPS
Tahunan

B. Visi dan Misi Jakarta Futures Exchange

1. Visi

Dalam rangka mewujudkan sistem perdagangan berjangka komoditi, JFX


bekerja berlandaskan visi menjadi bursa yang mampu menyediakan mekanisme price
discovery terpercaya, menghasilkan harga acuan komoditi yang diakui dunia, memiliki
produk inovatif yang diminati sebagai sarana investasi alternatif dan pengelolaan risiko
yang transparan, teratur, wajar, efisien dan efektif.
40

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, Perseroan menetapkan misi membangun


sarana perdagangan berjangka yang berciri :

a. Mampu memfasilitasi mekanisme price discovery yang menghasilkan referensi


harga yang terpercaya, khususnya untuk komoditas/ jasa yang memiliki peran
penting bagi perekonomian nasional;
b. Mampu memfasilitasi kebutuhan lindung nilai yang efisien;
c. Mampu memberi perlindungan maksimal (optimal) bagi nasabah Perdagangan
Komoditi Berjangka;
d. Mampu melayani kebutuhan pasar dengan tetap memelihara dan
mempertahankan integritas pasar;
e. Mampu mendidik masyarakat investor dalam mengelola risiko secara
bertanggung jawab;
f. Mampu mengembangkan kesempatan usaha bagi para anggota melalui
diversifikasi dan diferensiasi produk/ instrumen;
g. Mampu merespon arus globalisasi dengan tetap mengutamakan perekonomian
dalam negeri.

C. Organisasi

Sebagaimana umum berlaku dalam ranah hukum di Indonesia, BBJ beroperasi


dengan sistem 2 (dua) dewan, yaitu: Dewan Komisaris dan Direksi. Sebagai tambahan
dari ketentuan ini, Undang-undang Perdagangan Berjangka Nomor 32 Tahun 1997
menyebutkan bahwa minimal 1(satu) orang anggota Dewan Komisaris mewakili
masyarakat dan semua Direktur adalah profesional yang bekerja penuh waktu. Baik
anggota Dewan Komisaris maupun Jajajaran Direksi harus melalui dan lolos dari fit
and proper test yang diselenggarakan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (Bappebti). Sehari-hari, Manajemen dijalankan oleh Direksi di mana masing-
41

masing mengawasi 3(tiga) dari 6(enam) divisi yang ada sebagaimana tercantum dalam
struktur organisasi.

Dewan Komisaris (per Juni 2015)

Komisaris Utama : Ardiansyah Parman

Anggota : Hansen Wibowo


Anggota : Fridericus Wishnubroto

Jajaran Direksi (per Juni 2015)


Direktur Utama : Stephanus Paulus Lumintang
Direktur : Donny Raymond

Struktur Keanggotaan Bursa Berjangka Jakarta


Anggota BBJ terdiri atas 4(empat) kategori, yaitu:

1. Pedagang, yaitu anggota bursa yang telah terdaftar di Bappebti. Peran ini terdiri
atas :

a. Pedagang perusahaan, hanya dapat bertransaksi untuk rekeningnya sendiri


dan/atau kelompok usahanya;
b. Pedagang perusahaan, harus memiliki setidaknya 1 seat;
c. Pedagang perorangan, hanya dapat bertransaksi untuk rekeningnya sendiri;
d. Pedagang perorangan, harus memiliki seat atau menyewa minimal 1 (satu) seat.

2. Pialang, yaitu anggota bursa berbentuk badan usaha perusahaan dan telah
mendapatkan izin dari Bappebti. Pialang boleh menerima amanat dari nasabah.
Sebagai tambahan Pialang harus memiliki minimal 1(satu) seat.
3. Pihak yang sedang dalam proses untuk menjadi Pialang atau Pedagang.
42

4. Pemegang Saham Pendiri, yang tidak memiliki izin atau terdaftar selaku Pialang
atau Pedagang, sebagaimana diatur dalam Pasal 12(2) Undang Undang Nomor 32
Tahun 1997.

Anggota Bursa (AB) tak harus menjadi pemegang saham. Saat ini hanya
pemegang saham pendiri yang menjadi pemegang saham bursa dan hanya mereka yang
berhak untukk mengangkat Dewan Komisaris dan Jajaran Direksi.

Para pemegang saham secara otomatis menjadi Anggota Bursa. Anggota Bursa
tak secara otomatis mempunyai akses ke Sistem Perdagangan Bursa (JAFeTS). Agar
dapat mengakses JAFeTS, AB harus membeli seat sebagai Perpetual Bond yang
dikeluarkan oleh Bursa tanpa nilai nominal dan tanpa bunga. Kepemilikan (dengan cara
membeli atau menyewa) seat memberi privilege kepada Anggota Bursa untuk
mengakses JAFeTS. Seat dapat dibeli dari Bursa atau dari AB yang menjual seat di
pasar sekunder, melalui prosedur yang sesuai dengan Peraturan dan Tata Tertib Bursa.
Transaksi jual beli seat di pasar sekunder dilakukan melalui sistem penyepadanan harga
penawaran dan harga permintaan yang diselenggarakan Bursa.

Transaksi jual-beli atau sewa-menyewa seat harus dilakukan melalui


persetujuan Bursa dan harus sesuai dengan ketentuan Peraturan dan Tata Tertib Bursa.

D. Produk-Produk JFX

1. Produk Berjangka
a. Kontrak Berjangka Emas 1 Kg
b. Kontrak Berjangka Emas 250 gr
c. Kontrak Berjangka emas 100gr
d. Kontrak Berjangka OLEIN 20 Ton
e. Kontrak Berjangka Olein 10 Ton
f. Kontrak Berjangka Kakao
43

g. Kontrak Berjangka Kopi Robusta


h. Kontrak Berjangka Kopi Arabika
i. Kontrak Gulir Indeks Emas
j. Kontrak Berjangka Indeks Emas
k. Kontrak Gulir Emas 1 Kg
l. Kontrak Gulir Emas USD 10 oz
m. Kontrak Gulir Emas USD 100 oz
n. Kontrak Gulir Emas USD 100 troy oz Fixed
o. Kontrak Berkala Emas 5 Gram
p. Kontrak Berkala Emas 25 Gram
q. Kontrak Berkala Emas 10 Gram
r. Kontrak Berkala Emas 50 Gram
s. Kontrak Berkala Emas 100 Gram
2. Pasar Fisik
a. Pasar Fisik CPO
b. Pasar Fisik Kopi
c. Pasar Fisik Kakao
d. Pasar Fisik Karet
e. Pasar Fisik Batubara
f. Pasar Fisik Teh

3. Pasar Komoditi Syariah

Pasar Komoditi Syariah merupakan pasar yang dikembangkan bersama dengan


Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) untuk mendukung
aktivitas industri keuangan syariah di Indonesia. Industri keuangan syariah dunia
menggunakan transaksi jual-beli sebagai underlying aktivitas bisnisnya. DSN-MUI
melihat potensi di mana Indonesia adalah penghasil terbesar sejumlah komoditi dan
adanya JFX sebagai bursa komoditas, maka DSN-MUI berkeyakinan bahwa
44

mekanisme perdagangan komoditi sebagai underlying bagi aktivitas industri keuangan


syariah yang lebih memenuhi prinsip-prinsip syariah bisa dibentuk dan dijalankan di
Indonesia. Komoditi Syariah diharapkan bisa menjadi instrumen yang dapat
mendorong perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia. Mekanisme Pasar
Komoditi Syariah dirancang untuk memfasilitasi aktivitas-aktivitas jual beli komoditi
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dengan cepat. Dengan kehadiran Pasar
Komoditi Syariah ini, industri keuangan syariah bisa membuat produk-produk yang
lebih variatif dan kompetitif yang antara lain mencakup pembiayaan pembelian
komoditi, manajemen likuiditas lembaga keuangan syariah, lindung nilai syariah.

4. Sistem Perdagangan Alternatif

Sistem Perdagangan Alternatif adalah sistem perdagangan yang berkaitan


dengan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif
Syariah, yang dilakukan di luar Bursa Berjangka, secara bilateral melalui penarikan
Margin yang didaftarkan ke Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka. Sistem
perdagangan ini diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2011 (amandemen
dari Undang Undang Nomor. 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi).

Dalam perdagangan kontrak derivatif global, ada dikenal banyak dan ragam
produk yang diperdagangkan secara OTC (over the counter). Umumnya nasabah
bertransaksi langsung dengan penyelenggara OTC kontrak derivatif. Sistem
Perdagangan Alternatif menyempurnakan perdagangan OTC, dimana ada pedagang
penyelenggara yang menjadi market maker bagi banyak pihak, sementara nasabah
bertransaksi melalui pialang berjangka yang menyediakan jasa penyampaian amanat.
Semua transaksi didaftarkan ke Bursa Berjangka Jakarta lalu ke Lembaga Kliring
Berjangka dalam rangka penarikan dan perhitungan margin. Melalui mekanisme ini,
45

pialang diharapkan mampu untuk memberikan layanan jasa penyampaian amanat


transaksi secara lebih optimal. Jenis-jenis kontrak yang diperdagangkan dalam Sistem
Perdagangan Alternatif ini mencakup:

a. Kontrak derivatif antar mata uang;


b. Kontrak derivatif indeks;
c. Kontrak derivatif komoditi;
d. Kontrak derivatif saham tunggal.

Sebagai kontrak derivatif dengan tingkat leverage yang tinggi, volume


perdagangan global terhadap kontrak-kontrak ini sangat tinggi sehingga menghasilkan
perdagangan yang likuid. Leverage yang tinggi memungkinkan kontrakyang
diperdagangkan dapat memberikan hasil signifikan dalam waktu singkat. Hal inilah
yang menyebabkan kontrak Sistem Perdagangan Alternatif banyak diminati oleh
pelaku pasar yang ingin memanfaatkan peluang memperoleh capital gain dalam waktu
singkat. Selain itu, sistem ini juga memberikan akses bagi pelaku industri komoditas
terkait pemanfaatan kontrak-kontrak derivatif komoditi global dalam rangka lindung
nilai.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Risiko dalam Bursa Komoditi


Di Jakarta Futures Exchange atau Bursa Berjangka Jakarta, investor tidak dapat
secara langsung menjalankan transaksi di bursa berjangka, karena harus melalui
pialang berjangka atau broker yang merupakan anggota bursa komoditi. Pialang
berjangka berperan untuk meneruskan order dari investor dan trader ke bursa
berjangka.

Pialang berjangka adalah anggota bursa berbentuk badan usaha perusahaan dan
telah mendapatkan izin dari Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi). Namun, masih banyak pialang berjangka yang legalitasnya belum jelas dan
banyak melakukan penipuan di dalam bursa berjangka.

Oleh karena itu, investor harus cermat dan teliti sebelum memilih broker atau
pialang berjangka. Investor juga perlu memperhatikan isi perjanjian dari pialang
berjangka agar sesuai dengan peraturan yang diterbitkan oleh Bappebti. Apabila sudah
jelas isi perjanjian dan legalitas pialang berjangka, maka investor dapat melakukan
transaksi dalam bursa komoditi.

Dalam bursa komoditi, investor atau trading harus benar-benar memahami


kondisi bursa, pengalaman dan kemampuan finansial agar siap untuk menghadapi
berbagai risiko yang ada dalam bursa komoditi. Apabila kemampuan finansial trader
sangat kecil, maka trader bisa memanfaatkan laverage dari pialang berjangka.

Laverage adalah dana pinjaman yang diberikan pialang berjangka kepada


trader untuk digunakan dalam bertransaksi di dalam bursa. Laverage memiliki risiko
yang sangat tinggi, akan tetapi bisa menjadi fasilitas yang sangat menguntungkan bagi
trader yang memiliki dana kecil.

46
47

Pialang berjangka bisa menawarkan laverage kepada trader sebesar 90 persen


sampai 95 persen dari nilai kontrak. Hal ini berarti seorang trader dengan dana kecil
hanya perlu menyetorkan sekitar 10 persen dari nilai kontrak yang disepakati
sebenarnya. Dalam memanfaatkan laverage, trader harus benar-benar mampu
menganalisis kondisi pasar agar tidak terjadi kerugian yang sangat besar.

Di dalam bursa, trader juga harus memperhatikan likuiditas di dalam bursa


komoditi. Kondisi likuiditas dalam bursa berjangka komoditi berbeda-beda untuk
setiap jenis aset dan juga bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Apabila keadaan bursa sedang mengalami liquid market, maka trader dapat
melakukan aktifitas di dalam bursa dengan cepat. Liquid market adalah suatu keadaan
di dalam bursa dimana pembelian dan penjualan dapat dengan mudah dilakukan
dengan perbedaan harga yang sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi nilai aset.

Dalam bursa berjangka komoditi masalah akan muncul ketika harga futures
suatu komoditi bergerak naik atau turun, tetapi saat itu tidak ada pembeli kontrak
berjangka atau tidak ada penjual kontrak berjangka yang diinginkan. Karena tingkat
likuiditas sangat berpengaruh pada investasi di bursa berjangka komoditi, maka treder
harus memperhatikan volume trading dan open interest.

Selain harus memperhatikan likuiditas dalam bursa berjangka komoditi, trader


juga harus memperhatikan daily settlement price. Daily setllement price adalah harga
rata-rata perdagangan kontrak yang dihitung dari harga pembukaan dan penutupan
setiap hari hari trading, sekaligus merupakan harga yang digunakan untuk menentukan
profit atau loss dari setiap kontrak yang terjadi.

Daily settlement price dapat digunakan untuk menurunkan risiko dan dapat
digunakan untuk menghindari loss yang lebih besar pada suatu kontrak berjangka saat
berakhirnya kontrak. Namun, loss dalam kontrak di bursa berjangka komoditi harus
diselesaikan dia akhir sesi perdagangan.
48

B. Pandangan Islam tentang Bursa Komoditi


Bursa komoditi berjangka adalah tempat untuk melakukan perdagangan
berjangka komoditi. Perdagangan berjangka komoditi adalah perjanjian jual-beli suatu
komoditi dengan spesifikasi yang jelas mengenai jumlah, jenis dan mutu untuk
diserahkan pada waktu yang ditentukan.

Sebagai contoh dalam perdagangan berjangka komoditi, misalnya seorang


petani padi pada awal musim tanam menginginkan agar harga padi tidak jatuh pada
saat musim panen tiba. Petani ini membutuhkan pihak yang bersedia membeli padinya
pada saat musim panen dengan harga yang ditentukan. Pada sisi yang lain, pengusaha
beras rajarela memerlukan jaminan ketersediaan stok beras agar proses usahanya tidak
terganggu, sekaligus memerlukan stabilitas harga beras sehingga harga pokok produksi
beras dapat diperkirakan dengan baik. Petani padi dan pengusaha beras rajarela
bertemu untuk melakukan perjanjian jual-beli dimana penyerahan berasnya akan
dilakukan pada saat musim panen dengan harga yang telah disepakati pada perjanjian.

Dalam kasus diatas petani padi dan pengusaha beras rajarela telah melakukan
perdagangan berjangka dengan menggunakan hedging (lindung nilai) berupa harga
kesepakatan. Hedging (lindung nilai) dilakukan untuk mengurangi risiko fluktuasi
harga yang sangat berisiko pada kerugian. Namun, dalam bursa komoditi harus
menggunakan pialang berjangka untuk melakukan transaksi.

Sekilas, transaksi perdagangan berjangka diatas mirip dengan ba’i salam dalam
salah satu akad muamalat. Dalam jual beli ini, pembeli membayar harga barang pada
saat transaksi, sementara penyerahan barangnya dilakukan belakangan saat petani
panen sesuai kesepakatan diawal.

Namun transaksi dalam bursa berjangka komoditi dengan ba’i salam memiliki
beberapa perbedaan. Perbedaan itu antaranya:
49

1. Dalam ba’i salam, pembeli membayar lunas harga yang disepakati di awal akad,
sehingga penjual menerima 100% harga barang yang dijualnya. Sedangkan dalam
perdagangan berjangka di bursa berjangka komoditi pembeli hanya membayar
margin sesuai yang ditetapkan oleh pialang di bursa komoditi berjangka.
2. Dalam ba’i salam, tingkat penyerahan barang dilakukan secara fisik. Ketika jatuh
tempo, maka penjual harus menyerahkan semua barang yang sepakati di akad
kepada pembeli. Sedangkan dalam bursa komoditi berjangka sangat terjadi
penyerahan secara fisik.

Perdagangan dalam bursa berjangka komoditi memang tidak dapat dikatakan


sama ba’i salam. Karena bursa berjangka komoditi tercipta untuk kegiatan lindung
nilai dan cenderung bersifat spekulatif.

Pada dasarnya keberadaan bursa komoditi adalah untuk kemaslahatan pembeli


dan penjual dengan menggunakan hedging (lindung nilai). Namun, motif spekulasi
yang dilakukan oleh para spekulan dalam bursa komoditi membuat bursa komoditi
seolah menjadi sarang gharar.

Namun, dalam bursa komoditi sebenarnya unsur gharar sudah diminimalisir


dengan penyebutan barang secara spesifik, baik jenis, jumlah, kualitas dan tempo.
Dengan kata lain ini adalah kegiatan untuk memastikan sebuah ketidakpastian sebagai
salah satu manajemen risiko.

Jika sesorang bertransaksi pada bursa komoditi dan bisa menghindari gharar
dan maysir, hal itu masih diperbolehkan. Karena islam bukan mengenal tempatnya tapi
transaksinya.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan komoditi. Oleh karena itu,
keberadaan bursa komoditi sangatlah penting untuk menunjang kemajuan ekonomi.
Namun, masih banyak pengusaha muslim yang enggan bermain di bursa komoditi di
Indonesia karena masih menganggap bursa komoditi banyak mengandung gharar.
50

Dalam bursa komoditi pada saat akad, komoditas yang diperjualbelikan belum
jelas keberadaannya secara fisik. Karena dalam bursa komoditi, yang diperjualbelikan
adalah kontrak-kontrak yang dilakukan oleh anggota bursa.

Oleh sebab itu dalam fatwa DSN-MUI Nomor 82/DSN-MUI/VIII/2011


Tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi,
dijelaskan bahwa dalam setiap perdagangan bursa komoditi harus ada barang yang
ditransaksaksikan secara fisik.

Hadirnya fatwa DSN-MUI Nomor 82/DSN-MUI/VIII/2011 Tentang


Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi telah
mendorong adanya bursa komoditi syariah di Indonesia. Hal ini membuat pengusaha
muslim dapat bermain di dalam bursa komoditi syariah untuk meningkatkan
perekonomian umat.

Dalam bursa komoditi syariah pengusaha bisa menjalankan bisnis tanpa takut
melanggar syariat islam. Nilai gharar dan maysir yang banyak terjadi pada bursa
komoditi syariah telah dihilangkan.

Saat ini di Jakarta Future Exchange sudah tersedia bursa komoditi syariah yang
sesuai dengan ketentuan syariah, dengan pengawasan Dewan Syariah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Hal ini tentu saja membuat Ekonomi Syariah
semakin mampu menyaingi ekonomi konvensional.

Dalam praktiknya, bursa komoditi syariah mengacu pada fatwa DSN-MUI,


diantaranya fatwa Nomor 82/DSN-MUI/VIII/2011 Tentang Perdagangan Komoditi
Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi. fatwa DSN-MUI Nomor 96/DSN-
MUI/IV/2015 tentang transaksi lindung nilai syariah (Al-Tahawwuth Al-Islami /
Islamic Hedging) atas nilai tukar.
51

Karena sesuai dengan prinsip syariah maka setiap transaksi yang ada dalam
bursa komoditi syariah diperbolehkan dalam islam. Namun masih hanya terbatas pada
penjualan jangka pendek.

C. Pandangan Islam tentang Hedging


Pada tahun 2017, di Indonesia harga cabai pernah mencapai dua ratus ribu
rupiah per kilogramnya. Harga yang di waktu normal hanya pada kisaran tujuh puluh
ribu rupiah sampai sembilan puluh ribu rupiah. Pada saat harga naik tentu permintaan
suatu komoditi akan menurun, dan biasanya berdampak pada kerugian pedagang itu
sendiri. Hal yang seharusnya dapat dihindari dengan hedging, sehingga harga stabil.

Harga emas yang selalu berfluktuasi menghasilkan sesuatu yang tidak pasti
pada suatu transaki perdagangan. Dalam satu tahun terakhir fluktuasi harga emas
cenderung mengalami kenaikan. Hal ini membuat keuntungan yang dialami
perusahaan menjadi tidak pasti, maka itu diperlukan hedging untuk menjaga kestabilan
harga emas itu.

Emas yang merupakan mata uang zaman Nabi berupa dinar sebenarnya
mempunyai nilai riil yang lebih stabil jika dibandingkan dengan mata uang saat ini.
Namun, fungsi emas pada saat ini bukanlah sebagai alat pertukaran melainkan suatu
komoditas yang bisa diperjual-belikan.

Hedging adalah alat yang digunakan dalam bursa komoditi untuk menghindari
kerugian dimasa yang akan datang. Fluktuasi harga komoditi yang selalu bergerak
membuat pengusaha menggunakan hedging untuk menghindari fluktuasi ekstrim, baik
harga turun maupun harga naik.

Hedging menjadi alat untuk meramal masa depan suatu harga komoditi dalam
bursa komoditi, termasuk emas. Namun, tak jarang hedging tak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
52

Inilah yang membuat pelaku dalam bursa komoditi yang beragama Islam
enggan bermain dalam bursa komoditi yang menggunakan hedging. Karena dianggap
mengandung ghrarar (ketidakpastian) dan maysir (perjudian).

Dalam islam Rasulullah SAW pernah diminta untuk menentukan harga gandum
yang selalu berfluktuasi ke atas. Namun, Rasulullah menolaknya dan menyerahkannya
kepada “pasar” dengan berkata, sesungguhnya Allah adalah dzat yang menetapkan
harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, Sang Pemberi rezeki. Sementara
aku berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorangpun dari
kalian yang menuntutku disebabkan kezalimanku dalam urusan darah dan harta.

Dalam hadits diatas Rasulullah enggan untuk menentukan harga, karena takut
menzalimi umatnya, sementara Rasulullah adalah hakim yang paling adil selama
sejarah peradaban manusia.

Menurut penulis, dalam kasus diatas Rasulullah bertindak sebagai kepala


negara, berbeda dalam kasus hedging yang bersepakat adalah kedua belah pihak yang
bertransaksi. Dalam islam jika keduanya sama-sama ridho maka boleh saja dilakukan
perjanjian. Dan jika perjanjian itu sudah dibuat, maka islam sangat melarangnya untuk
menghianatinya.

Rasulullah bersabda dalam hadits qudsi, “Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha
Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang di antara
mereka tidak berkhianat kepada kawan syarikatnya. Apabila di antara mereka ada yang
berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka.

Menurut penulis, berdasarkan hadits diatas boleh melakukan perjanjian dalam


bermuamalat, seperti halnya hedging yang juga mengandung perjanjian antara dua
pihak yang bertransaksi. Maka hedging boleh saja dilakukan asalkan sama-sama ridho
dan sama-sama setuju dengan konsekuensi dari perjanjian itu sendiri.
53

Dalam islam kita diperintahkan untuk berhati-hati dan menghindari kerugian


atau kemudharatan seperti dalam kaidah fiqih yang bermakna “Segala mudharat
(bahaya) harus dihilangkan” dan juga kaidah fiqih yang bermakna “bahaya atau dharar
dicegah sebisa mungkin”.
Hal ini sejalan dengan hedging yang berupaya untuk menghindari kerugian
pada suatu usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang.
Seperti hadits nabi yang memerintahkan untuk menjaga masa yang akan datang dan
jangan terlena dengan masa sekarang.
Hadits yang artinya berbunyi “Ambillah kesempatan dalam lima kondisi
sebelum datang kondisi lainnya: mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu,
kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum
matimu”. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim.
Hadits ini semakin membuktikan adanya dukungan Islam mengenai hedging,
dimana dalam hadits ini kita diperintahkan untuk menjaga suatu yang sedang baik agar
tidak menjadi buruk di masa yang akan datang. Hedging yang berarti lindung nilai,
selalu berupaya melindungi nilai yang saat ini baik agar tidak menjadi buruk sehingga
dapat menimbulkan kerugian di masa yang akan datang pada suatu perusahaan dalam
suatu perjanjian.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko dalam bursa komoditi adalah a. Pialang
berjangka yang tidak sesuai standar.
b. Laverage, dana pinjaman yang diberikan pialang kepada trader, apabila terjadi
loss maka trader harus menyiapkan dana untuk mengembalikan dana ke pialang.
c. Likuiditas dalam bursa komoditi.
d. daily settlement
2. Transaksi dalam bursa komoditi syariah tidak sama dengan ba’i salam.
3. Semua transaksi dalam bursa komoditi syariah diperbolehkan, karena sesuai
dengan aturan dan dalam pengawasan DSN-MUI
4. Transaksi hedging diperbolehkan karena untuk kemaslahatan antara penjual dan
pembeli.
5. Transaksi hedging diperbolehkan, asalkan kedua pihak sama-sama ridho dan
menerima konsekuensi dari perjanjian.
6. Transaksi hedging dalam bursa komoditi diperbolehkan, asalkan tidak
mengandung gharar dan maysir.

B. Saran
1. Sebaiknya DSN-MUI membuat fatwa tentang transaksi hedging jangka panjang
yang berkala, agar ekonomi islam dapat lebih bersaing dengan ekonomi
konvensional.
2. Dibuat standarisasi nilai hedging pada setiap komoditi agar tidak terlalu
merepotkan perusahaan dalam menentukan hedging.
3. Untuk penelitian lebih lanjut, agar dapat meneliti pada komoditas lain, bukan
hanya emas.

54
55

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah al-Mushlih dan Shalah al-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam,


Penerjemah Abu Umar Basyir, cet I, (Jakarta:Darul Haq,2004),
Abe Layman, Scalping (The art of Science) Cara Dahsyat Mengeruk Keuntungan Dari
Pasar Uang, cet.I (Jakarta: Visimedia, 2010)
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid IV, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf,1996)
Agus Zainul Arifin, Modul Manajemen
Agus Zainul Arifin, Modul Manajemen Investasi (Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
UMB)
Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010)
Badan Pelaksana Bursa Komoditi, Departemen Perdagangan, Struktur dan Peranan
Industri Perdagangan Berjangka (Jakarta : Bapebti, 1994)
BAPPEBTI, “Hedging Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi”, diakses pada 1
Maret 2015 dari http://www.bappebti.go.id/id/edu/articles/detail/2987.html
David Eiteman et.al., Multinational Business Finance 10th Edition, (USA : Addison-
Wesley Publishing Company 2004)
Fatwa DSN No. 96/DSN-MUI/IV/2015
FATWA DSN-MUI NO: 82/DSN-MUI/VIII/2011 Tentang Perdagangan Komoditi
Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
Bumi Aksara, 1998), Cet. II,
Hussein Syahatah dan Siddiq Muhammad al-Amin adh-Dharir, Transaksi dan Etika
Bisnis Dalam Islam
Itjang D. Gunawan, Transaksi Derivatif, Hedging dan Pasar Modal, Jakarta, Grasindo,
2003
56

Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional Jilid 1 ( Jakarta: Erlangga 2000)


John W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. 3rd edition. (New Jersey: Pearson
Prentice, 2008)
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, Edisi
Revisi, Cet. Keduapuluh, 2006)
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta :
Prenada Media, 2004)
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, ed., Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
LP3ES, 2002, Cet. Kedua)
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syari’ah, cet.1, (Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta, 2009),
Murasa Sarkanipura, Ruqyah Syar’iyyah : Teori, Model dan Sistem Ekonomi (Cirebon:
Al-Ishlah Press & STEI, 2009)
O’Shea, P. Dan Bosshard, M, Advance Hedging Techniques. (Whitley, J. Mac Millan
Publisher Co 1992)
PT. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, Sekilas Mengenai ICDX: Peluang
Investasi di Perdagangan Berjangka Komoditi (Commodity Future), (Jakarta:
PT. BKDI/ICDX, 2013)
Rahma Diana Bastoni, “Konsep Hedging Pada Transakasi Jual Beli Komponen
Helikopter NBELL-412 dalam Perspektif Ekonomi Islam (studi Pada PT.
Garuda Angkasa Biru)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012)
Sami al-Suwailem, Hedging in Islamic Finance (Jeddah : King Fahad National Library
IDB 2006),
Sami Al-suwailem. Hedging in Islamic Finance
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2010)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2005)
57

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003)


Suharsimi Arikunto, Metodelogi penelitian. (Yogyakarta: Bina Aksara, 2006)
Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1990)
Sunil K Parameswaran, Future Markets : Theory and Practice
Sya’ban M. Islam al-Barwary, Busroh al-Auraq al-Maliyah min Mandhury Islamiy
(Damaskus: Dar al-Fikr, 2002)
Tribunnews, Hedging Emas Melalui Pialang Berjangka Kerap Menguntungkan.
diakses pada 1 Maret 2017 dari
http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/09/16/hedging-emas-melalui-
pialang-berjangka-kerap-menguntungkan
UU No. 32 pasal 1 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi
Zainal Asikin Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003).
Zamir Iqbal and Abbas Mirakhor, Theory and Practice : An Introduction to Islamic
Finance (Singapura: Saik Wah Press Pte Ltd 2007)

Anda mungkin juga menyukai