Anda di halaman 1dari 14

Kondisi Tasyri’ pada masa Tabi’ Tabi’in (Abad II sampai abad Iv Hijriyah)

Diajukan Sebagai Makalah Mata Kuliah Tarikh Tasyri ‘

Oleh kelompok VII :

1. Fahrul Wahidji
2. Moh. Kemal Posangi
3. Moh. Nurhidayat Safriansyah Hasaniah

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2021
I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Periode ini dimulai sejak berdirinya Dinasti Abbasiyah setelah runtuhnya Dinasti Umayyah pada
tahun 132 Hijriyah dan berakhir pada pertengahan abad ke-4 H ketika Dinasti Abbasiyah mengalami
kemunduran dan tidak ada yang tersisa dari kekuasaan dinasti tersebut kecuali hanya tinggal
namanya saja.

Zaman ini dianggap sebagai zaman yang paling gemilang dalam sejarah fiqih Islam. Karena pada
masa ini terjadi pembukuan dan penyempurnaan fiqih. Pada masa keemasan Islam ini ditandai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak hanya terjadi pada bidang fiqih, namun juga
terjadi pada bidang ilmu lain seperti tafsir, hadits, tauhid, dan bahasa. Yang pengaruhnya dapat
dirasakan hingga sekarang oleh kita.

Pada masa ini, hukum Islam dan ilmu pengetahuan terpancar keseluruhan wilayah Islam hingga ke
manca negara, bahkan Baghdad merupakan pusat kota dan ibukota Islam yang menjadi pusat
kebudayaan dan peradaban yang tinggi saat itu. Saat ini diharapkan agar Islam bangkit dan menjadi
acuan dalam segala hal termasuk dalam perkembangan hukum yang telah dicapai zaman keemasan.

B. Rumusan Masalah

1. Tasyri’ pada masa awal abad II sampai abad IV Hijriyah

2. Perkembangan tasyri’ dan ilmu pengetahuan pada awal abad II sampai abad IV H. Dan
faktor Pemicunya

3. Sumber tasyri’ pada awal abad II sampai abad IV H.

4. Pemegang otoritas tasyri’ pada awal abad II sampai abad IV H.


II. PEMBAHASAN1

1. Tasyri’ Masa awal abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H

Periode ini disebut sebagai periode gemilang karena fiqih dan ijtihad ulama semakin berkembang.
Pada periode inilah muncul berbagai mazhab, khususnya mazhab yang empat, yaitu Mazhab Hanafi,
Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali.

Kitab-kitab fiqih pun mulai disusun pada periode ini, dan pemerintah pun mulai menganut salah satu
mazhab fiqh resmi negara, seperti dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah yang menjadikan fiqh
Mazhab Hanafi sebagai pegangan para hakim di pengadilan. Disamping sempurnanya penyusunan
kitab fiqh dalam berbagai mazhab, dalam periode ini juga disusun kitab-kitab ushul fiqh, seperti kitab
ar-Risalah yang disusun oleh Imam Syafi’i. Sebagaimana pada periode ketiga, pada periode ini fiqih
iftiradi semakin berkembang karena pendekatan yang dilakukan dalam fiqih tidak lagi pendekatan
aktual di kala itu, tetapi mulai bergeser pada pendekatan teoritis. Oleh sebab itu, hukum untuk
permasalahan yang mungkin akan terjadi pun sudah ditentukan.

2. Perkembangan tasyri’ dan ilmu pengetahuan pada awal abad II sampai abad IV H. Dan faktor
Pemicunya

Faktor yang Menyebabkan Berkembangnya Hukum Islam faktor yang Menyebabkan Berkembangnya
Hukum Islam faktor yang menyebabkan berkembangnya hukum Islam pada periode ini aalah:

1. Luasnya wilayah Islam (seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya).

2. Para ulama dalam menetapkan perundang-undangan dan memberi fatwa telah menguasai
metode tasyri’ secara luas dan mudah, seperti halnya yang dilakukan para imam mujtahid dalam
mencari dan mamahami sumber-sumber tasyri’ dan mengetahui berbagai peristiwa yang pernah
terjadi dan sejumlah kemusykilan yang sudah diatasi jalan keluarnya oleh para ulama sebelumnya.

3. Telah dibukukannya beberapa sumber hukum yang dibutuhkan oleh para ulama/hakim/mufti
yaitu: al-Qur’an, hadis, fatwa sahabat, fatwa tabi’in.

4. Antusiasme masyarakat dalam menyeleraskan seluruh aspek kehidupan agar bersesuaian dengan
syari’at Islam, mendorong mujtahid menjadi produktif dan menghasilkan pemikiran-pemikiran, dan
menjadikan lapangan ijtihad semakin berkembang.

5. Munculnya tokoh-tokoh yang mempunyai bakat dan kemampuan yang brilian sehingga hukum
Islam semakin berkembang. Tokoh-tokoh itu adalah para pemuka mazhab serta para sahabat
dan murid mereka

1 Khallaf, Abdul Wahhab.2000. Perkembangan Sejarah Hukum Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia
Dinamika hukum Islam mencapai masa keemasan setelah runtuhnya Daulah Umayah. Naiknya 2
Daulah Bani Abbas memberikan angin segar bagi perkembangan hukum Islam. Faktor utama yang
mendorong perkembangan hukum Islam adalah berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam.
(Supiana, 2000 : 300)

Masa ini adalah masa kecemerlangan hukum Islam (fiqh). Pada masa ini, fiqh telah berkembang dan
menjadi ilmu yang mandiri. Masa ini juga ditandai dengan mulai dirintisnya ilmu ushul fiqh,
perumusan metodologi serta kaidah-kaidah ijtihad yang dipakai para mujtahid dalam pengambilan
hukum. Para imam madzhab datang dengan tawaran metodologis yang matang.

Selain perhatian yang besar dari para khalifah Bani Abbas, ada beberapa hal yang menjadi penyebab
lahirnya masa keemasan ini yaitu Pertama, meluasnya daerah kekuasaan Islam Kedua, karya-karya
dari masa sebelumnya, seperti dibukukannya Al-Qur’an. Ketiga, munculnya tokoh-tokoh besar.
Keempat, tumbuh suburnya kajian-kajian ilmiah. Beriringan dengan fenomena itu, adalah gerakan
penerjemahan buku-bukuYunani dan Romawi, selain itu lahirnya fiqh dengan corak baru. Kelima,
kebebasan berfikir. Perhatikan Khalifah Bani Abbas terhadap fiqih dan fuqaha terlihat dari berbagai
stimulasi dan penciptaan suasana yang konstruktif bagi tumbuh suburnya ijtihad. Keenam, fiqh
menuju era keemasan. Ketujuh, kodifikasi ilmu. Kedelapan, umat Islam berusaha menghendaki
supaya ibadah, mu’amalah dan sebagainya sesuai dengan hukum Islam. (Naim, 2005: 52-55)

Dengan berkembang luasnya mujtahid dan banyaknya permasalahan baru yang bermunculan di
berbagai negeri-negeri Islam pada periode Abbasiah yang terkenal dengan masa pembangunan dan
kesempurnan atau disebut dengan masa kegemilangan, yang melahirkan para imam-imam mujtahid,
imam mazhab, dan para fuqoha yang mengabdikan ilmunya untuk agama dan masyarakat. (Khallaf,
2000: 91-98)

Banyaknya imam mujtahid, menyebabkan timbulnya ajaran-ajaran baru dari mazhab-mazhab yang
ada. Dan berkembangnya masa serta meluasnya daerah serta semakin canggihnya dunia, maka tidak
semua imam mazhab tersebut solid didalam ajaran-ajarannya.

1. Madzhab Hanafi

Pendiri madzhab ini adalah an-Nu’man bin Zuhdi, dan lebih dikenalsebagai Imam Abu Hanafi. Beliau
lahir di Kufah tahun 80 H dan wafat tahun150 H. Abu Hanifah hidup dalam dua generasi, pada masa
Bani Umayah selama 52 tahun dan pada masa Abbasiyah selama 18 tahun.

2 Naim, Ngainun, Diktat Sejarah Pemikiran Hukum Islam, Tulungagung, STAIN Tulungagung
Pengalaman keilmuannya diawali dari studi filsafat dan dialektika,setelah menguasai ini, beliau
mendalami fiqh dan hadist. Guru utamanyaadalah Imam Hammad bin Zaid, beliau belajar di bawah
bimbingan ulama besar ini selama 18 tahun. Ketika gurunya wafat, beliau menggantikan posisinya 3
karena kedalaman ilmunya dan kemuliaan karakter pribadinya, parakhalifah Bani Umayah sangat
menghormatinya. Imam Abu Hanifahdigolongkan sebagai tabi’in kecil, yaitu murid sahabat, karena
telah bertemudengan beberapa sahabat dan meriwayatkan sejumlah hadits dari mereka.

Imam Abu Hanifah juga memiliki beberapa murid terkenal,diantaranya Abu Yusuf, Muhammad Zufar
dan Hasan bin Ziyad. Mereka bersama dengan Hanifah membentuk madzhab Hanafi.

Sumber hukum madzhab Hanafi:

a. Al-Qur’an, merupakan sumber hukum utama yang tidak perludiperdebatkan lagi.

b. Sunnah, sebagai sumber hukum setelah Al-Qur’an, tetapi dengan beberapa kualifikasi
dalam penggunaannya.

c. Ijma’ sahabat, dalam hal ini ijma’ sahabat lebih diutamakan daripada pendapat pribadi
Abu Hanifah dan murid-muridnya.

d. Qiyas.

e. Istihsan.

f. Urf

Fiqh Abu Hanifah :

Ada beberapa pemikiran Abu Hanifah dalam bidang hukum, misalnyaia berpendapat bahwa benda
wakaf masih tetap milik wakif, kedudukan wakaf dipandang sama dengan ‘ariyah (pinjam
meminjam). Pendapatnya yang lainadalah bahwa perempuan boleh menjadi hakim di pengadilan
yang tugasnyakhusus menangani masalah perdata, bukan masalah pidana.

3 Naim, Ngainun, Diktat Sejarah Pemikiran Hukum Islam, Tulungagung, STAIN Tulungagung
2. Madzhab Maliki4

Pendiri madzhab ini adalah Imam Malik bin Anas al-Asy bahial-‘Arabi. Beliau lahir pada tahun 93 H
(713 M) di Madinah, beliau lahir padamasa Al-Walid bin ‘Abd Al-Malik (Bani Umayah) dan wafat
pada masaHarun Al-Rasyid (Bani Abbasiyah).

Di bawah didikan Az-Zuhri beliau mulai belajar ilmu Hadist,sedangkan dalam bidang ilmu hukum
Islam, beliau belajar kepada Nafi’Maula Ibn Umar dan Yahya bin Sa’id al-Anshari. Karya monumental
beliaudalam bidang hadist adalah al-Muwattha’. Selain itu, beliau juga menyusunkitab al-
Mudawwamah yang berisi asas-asas fiqh. (Khallaf, tt: 57)

Beliau mulaimengumpulkan hadist-hadist yang kemudian dimuat dalam kitab ini atas permintaan
khalifah Abbasiyah, Abu Ja’far al-Mansyur (754-775 M) yangmenginginkan sebuah kitab Undang-
undang hukum yang komprehensif dengan berdasarkan sunnah Nabi SAW yang bisa diterapkan
secara seragamdi seluruh wilayah kekuasaannya, madzhab Maliki merupakan antitesis darimadzhab
Hanafi yang rasionalis.

Imam Malik cenderung berfikir secara tradisional dan kurang menggunakan rasional dalam corak
pemikiranhukumnya, beliau juga dianggap sebagai wakil ahli hadist.

Sumber hukum madzhab Maliki:

a. Al-Qur’an, sebagaimana imam yang lain, Imam Malik menempatkan Al-Qur’an sebagai
landasan utamanya.

b. Sunnah, walaupun sama-sama menggunakan sunnah sebagaimana imamlainnya tetapi


Imam Malik memiliki konsepsi sendiri.

c. Ijma’ sahabat.

d. Pendapat individu sahabat.

e. Qiyas

f. Istislah (maslahat)5

4 Khallaf, Abdul Wahhab.2000. Perkembangan Sejarah Hukum Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia

5 Supiana, 2000. Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdak arya,
g. Urf.

Fiqih Imam Malik :

Imam Malik memiliki pendapat yang mandiri, diantaranya dalam halini:

1) Ulama sepakat tentang ketidakbolehan menikah bagi wanita yang sedangdalam masa
‘iddah, baik ‘iddah hamil, ditinggal mati maupun cerai. (Q.S.Al-Baqoroh 228 dan 234), Imam
Malik berpendapat bahwa wanita ituwajib dipisahkan dan baginya diharamkan (selamanya)
menikah lagidengan laki-laki yang menikahinya dalam masa ‘iddah.

2) Hanafi berpendapat bahwa shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan
dilaksanakan dua rokaat yang dilakukan seperti shalat Idul Fitri, IdulAdha dan shalat Jum’at.
Sedangkan menurut Malik dan Jumhur, shalat dua gerhana itu dilaksanakan dua rokaat dan
terdapat dua ruku’ dalamsetiap rokaatnya.

3) Imam Malik berpendapat bahwa jumlah minimal mahar adalah tigadirham atau
seperempat dinar.

3. Madzab Syafi’i

Pendiri madzab ini adalah Muhammad bin Idris as-Syafi’i. Beliau lahir di kota kecil Ghazzah di
kawasan mediterania (Syam) pada tahun 769 M.Menginjak usia remaja beliau belajar fiqih dan
hadits kepada Imam Malik.

Mazhab Syafi’i terdiri dari dua macam: Qaul Qadim, yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu hidup di
Irak. Qaul Jadid, yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu beliau hidup di Mesir pindah dari Irak.

Dasar-dasar Mazhab Syafi’i dalam mengistinbat hukum syara’ adalah:

a) Al-Qur’an

b) As-Sunnah
c) Al-Ijma’6

d) Khabar Ahad

e) Al-Qiyas

f) Al-Istishab

Keistimewaan Imam Syafi’i dibanding dengan Imam Mujtahidin yaitu bahwa beliau merupakan
peletak batu pertama ilmu Ushul Fiqh dengan kitabnya Ar-Risaalah.

Dan kitab dalam bidang Fiqh yang menjadi induk dari mazhabnya yaitu Al-Umm.

Pokok pikiran dan prinsip dasar ini kemudian disebarluaskan dan dikembangkan oleh ketiga
muridnya yang terkemuka seperti Yusuf bin Yahya al-Buwaiti, Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-
Muzani, dan ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi.

Madzhab Hanbali

Pemikiran Mazhab Hanbali diawali oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau lahir di Baghdad pada tahun
164 H, wafat tahun 241 H.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziah dalam kitab I’laamul Muwaaqi’in, prinsip dasar Mazhab Hanbali
adalah sebagai berikut:

1. Nash Al-Qur’an dan atau nash hadits,

2. Fatwa sebagian sahabat,7

6 Supiana, 2000. Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,


3. Pendapat sebagian sahabat,8

4. Hadits mursal atau hadits dhaif,

5. Qiyas.

Para pengembang Mazhab Hanbali diantaranya: al-Atsram Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin
Hani, Ahmad bin Muhammad bin al-Hajjaj, Abu Ishaq Ibrahim al-Harbi, dan lain-lainnya.Menurut Al-
Ulwani cara ijtihad Ahmad Ibn Hambal hampir sama dengan cara ijtihad Al-Syafi’i. Ibn Qayyim Al-
Jauziyyah menjelaskan pendapat-pendapat Ahmad Ibn Hanbal dibangun atas lima dasar yaitu:

a) Nash al-Qur’an dan Al-Sunnah

b) Menukil fatwa shohabat yang shahih

c) Memilih salah satu pendapat yang lebih dekat kepada nash Al-Qur’an

d) Hadist mursal dan dla’if

Gagasan-gagasan Ahmad Ibn Hanbal yang dilestarikan dalam beberapa kitab diantaranya adalah
mukhtashar Al-Khurqi, al-Mughniysyarh ‘ala Mukhtashar al-khurqi majmu’ patawa, ghayah al-
muntaha Fi jam’ dan masih banyak lagi kitab-kitab lainnya.

Sumber Hukum Madzhab Hanbali

1. Al-Qur’an (mempunyai kedudukan yang tinggi dalam mengatasi semua sumber hukum
lainnya untuk semua keadaan).

7.Khallaf, Abdul Wahhab.2000. Perkembangan Sejarah Hukum Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia

8. Supiana, 2000. Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2. Al-Sunnah

3. Ijma’ Sahabat. Imam Hanbali menempatkan ijma’ sebagai sumber hukum pada posisi
ketiga diantara prinsip-prinsip dasar lainnya.9

4. Apabila terjadi khilaf, Imam Hanbali memilih yang paling dekat kepada Al-Qur’an dan
sunnah.

5. Hadist-hadist mursal dan dla’if. (Khallaf, 2000: 91-98)

C.Sumber Tasyri Pada awal abad 2-4

a) Al-Qur’an

b) As-Sunnah

c) Al-Ijma’

d) Al-Qiyas

e) Ditambah Dengan metode-metode yang di ciptakan Imam Madzhab, Para ulama


yang menemukan metodologi (formulasi) dan pengkajian hukum Baru seperti:

1. Imam Abu Hanifah, menyusun metodologi hukum yang belum dirumuskan oleh ulama
sebelumnya, yaitu al-istihsan.

2. Imam Malik merumuskan metodologi al-Maslahah al-mursalah, al-urf dan Amal ahli
Madinah.

9 Supiana, 2000. Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,


3. Imam Syafi’i merumuskan metodologi analogi (qiyas). Ahli sejarah menyatakan bahwa orang
yang pertama kali merumuskan dan menulis ilmu ushul fiqh adalah imam Syafi’i dengan
karya tulisnya ar-Risalah.I

Ilmu Ushul Fiqh dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:10


1. Mutakallimin; yakni adalah yang memakai pola fikir falsafi, dengan menggunakan kerangka
fikir logika dan induktif. Tokohnya adalah Imam syafi’i. Dan Mazhab yang memakai poka fikir
ini adalah Mazhab Syafi’i, maliki, dan Hambali.
2. Ahnaf, yang memakai kerangka fikir deduktif. Tokohnya adalah Imam hanafiyah. Mazhab
Hanafiyah adalah mazhab yang memakai pola

D.Pemegang otoritas tasyri’ pada awal abad II sampai abad IV H.

Hal yang lebih pokok adalah otoritas tasyri’ dipegang penganut mazhab yng fanatik, tentu saja hasil
fatwanya akan bercorak mazhab yang dianutnya. sebaliknya, madzhab yang tidak dekat dengan
penguasa, pendapatnya tidak dpakai, dengan sendirinya madzhab itu mati secara perlahan

Contohnya Di Indonesia lebih condong atau mayoritas menggunakan pemahamannya Imam Syafi'i
sedangkan di Arab Saudi Lebih condong menggunakan pemahaman imam hambali.

10 Khallaf, Abdul Wahab. Tt. Ikhtisar Sejarah Pembentukan Hukum Islam, (Terj.) Imron Am, Surabaya: tp
III.Penutup

Kesimpulan

A. Periode ini disebut sebagai periode gemilang karena fiqih dan ijtihad ulama semakin
berkembang. Pada periode inilah muncul berbagai mazhab, khususnya mazhab yang empat, yaitu
Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali.

Kitab-kitab fiqih pun mulai disusun pada periode ini, dan pemerintah pun mulai menganut salah satu
mazhab fiqh resmi negara, seperti dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah yang menjadikan fiqh
Mazhab Hanafi sebagai pegangan para hakim di pengadilan. Disamping sempurnanya penyusunan
kitab fiqh dalam berbagai mazhab, dalam periode ini juga disusun kitab-kitab ushul fiqh, seperti kitab
ar-Risalah yang disusun oleh Imam Syafi’i. Sebagaimana pada periode ketiga, pada periode ini fiqih
iftiradi semakin berkembang karena pendekatan yang dilakukan dalam fiqih tidak lagi pendekatan
aktual di kala itu, tetapi mulai bergeser pada pendekatan teoritis. Oleh sebab itu, hukum untuk
permasalahan yang mungkin akan terjadi pun sudah ditentukan.

B. Faktor yang Menyebabkan Berkembangnya Hukum Islam faktor yang Menyebabkan


Berkembangnya Hukum Islam faktor yang menyebabkan berkembangnya hukum Islam pada periode
ini adalah:

1. Luasnya wilayah Islam (seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya).

2. Para ulama dalam menetapkan perundang-undangan dan memberi fatwa telah menguasai
metode tasyri’ secara luas dan mudah, seperti halnya yang dilakukan para imam mujtahid
dalam mencari dan mamahami sumber-sumber tasyri’ dan mengetahui berbagai peristiwa
yang pernah terjadi dan sejumlah kemusykilan yang sudah diatasi jalan keluarnya oleh para
ulama sebelumnya.

3. Telah dibukukannya beberapa sumber hukum yang dibutuhkan oleh para


ulama/hakim/mufti yaitu: al-Qur’an, hadis, fatwa sahabat, fatwa tabi’in.

4. Antusiasme masyarakat dalam menyeleraskan seluruh aspek kehidupan agar bersesuaian


dengan syari’at Islam, mendorong mujtahid menjadi produktif dan menghasilkan
pemikiran-pemikiran, dan menjadikan lapangan ijtihad semakin berkembang.
5. Munculnya tokoh-tokoh yang mempunyai bakat dan kemampuan yang brilian sehingga
hukum Islam semakin berkembang. Tokoh-tokoh itu adalah para pemuka mazhab serta para
sahabat dan murid mereka.

C.Sumber Tasyri Pada awal abad 2-4

a) Al-Qur’an

b) As-Sunnah

c) Al-Ijma’

d) Al-Qiyas

e) Ditambah Dengan metode-metode yang di ciptakan Imam Madzhab, Para ulama


yang menemukan metodologi (formulasi) baru

D. Pemegang otoritas tasyri’ pada awal abad II sampai abad IV H.

Hal yang lebih pokok adalah otoritas tasyri’ dipegang penganut mazhab yng fanatik, tentu saja hasil
fatwanya akan bercorak mazhab yang dianutnya. sebaliknya, madzhab yang tidak dekat dengan
penguasa, pendapatnya tidak dpakai, dengan sendirinya madzhab itu mati secara perlahan

Contohnya Di Indonesia lebih condong atau mayoritas menggunakan pemahamannya Imam Syafi'i
sedangkan di Arab Saudi Lebih condong menggunakan pemahaman imam hambali.
DAFTAR PUSTAKA

Khallaf, Abdul Wahhab.2000. Perkembangan Sejarah Hukum Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia

Khallaf, Abdul Wahab. Tt. Ikhtisar Sejarah Pembentukan Hukum Islam, (Terj.) Imron Am, Surabaya:
tp

Naim, Ngainun, Diktat Sejarah Pemikiran Hukum Islam, Tulungagung, STAIN Tulungagung

Supiana, 2000. Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Anda mungkin juga menyukai