Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH RENCANA KEPERAWATAN DENGAN

KASUS REMATHOID ARTHRITIS

Disusun Oleh Kelompok 1:


 Ade Irma s.wihel
 Adonia dina latuny
 Agnes P.M Waisiri
 Agosta sahulata
 Ayu lestari ruslan
 Ailiscya sipora saimima
 Anggi
 Chindy A.Padatuan
 Deviana
 Videl ramos sigidifat

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan
judul “Konsep Dasar Kehamilan Fisiologis” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Keperawatan
Maternitas. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Sorong, 28 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 4

A. Latar Belakang ………………………………………….. 4

B. Rumusan Masalah …………………………………….. 4

C. Tujuan ……………………………………………………… 4

D. Manfaat ……………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN …………………………………… 5

A. Pengertian Persalinan ……………………………….. 5

B. Penyebab Persalinan ................………………..…. 5

C. Tahap/Kala Persalinan ….......................…..…… 7

D. Jenis-jenis Persalinan ..................................… 8

BAB III PENUTUP ………………………………………… 9

A. Kesimpulan ………………………………………… 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................... 10


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

"Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin dibutuhkan

mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan. Artritis reumatoid

merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya terdapat banyak tanda-

tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering

merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur

dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada

laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak

diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi

terhadap penyakit.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan

sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid secara langsung dan cepat.

b. Tujuan Khusus

Penulis mampu :

1. Mengkaji klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis

reumatoid.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

muskuloskeletal: artritis reumatoid.

3. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.

4. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk

pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


muskuloskeletal: artritis reumatoid.

5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada

klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.

6. menyusun laporan hasil pengamatan dan asuhan keperawatan kasus dalam bentuk asuhan
keperawatan dengan pedoman yang telah di tetapkan Rumusan Masalah

Apakah perbedaan dari persalinan normal dan persalinan secara caesar

B. Tujuan

Untuk mengetahui apa yang menyebabkan proses persalinan itu sendiri terjadi

C. Agar kita bisa mengetahui lebih dalam tentang persalinan normal maupun persalinan secara
caesar beserta tahap dan jenis persalinan itu sendiri

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan

manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Kapita

Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).

Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses

inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,

progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.

(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.165)

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang

mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin

Tucker.1998).

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai

membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian,
kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C. Baughman. 2000 ).

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan

degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara terus-menerus terutama

pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan,

kapsul fibrosa sendi, legamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel

darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan

granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada

sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut.

Pembentukan panus terjadi oleh penebalan sinovium yang dilapisi jaringan granular.

Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan

parut memacu kerusakan sendi dan deformitas. Biasanya jaringan ikat yang pertamakali mengalami
kerusakan adalah jaringan ikat yang membentuk lapisa sendi,yaitu membran sinovium.

2.2 Etiologi

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya

merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem

reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,

mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:

1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan

infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin

disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang

menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. Faktor pencetus

mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip

dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-
organisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-

organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain

biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi yang ditujukan ke

komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi,

dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan. AR diperkirakan terjadi

karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu artritis rheumatoid :

1. Kelainan pda daerah artikuler

- Stadium I (Stadium sinovitis)

- Stadium II (Stadium destruksi)

- Stadium III (Stadium deformitas)

2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler

Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra artikuler adalah :

- Otot : terjadi miopati

-Nodul subkutan

-pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima,lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa

-Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran limfe sendi,hiperplasi
folikuler,peningkatan aktifitas system retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan
splenomegali

- saraf : terjadi nekrosis fokal ,eaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit

- visera

" Klasifikasi struktural persendian :

 Persendian fibrosa

 Persendian kartilago

 Persendian sinovial.

 Klasifikasi fungsional persendian :

 Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati

Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa

atau kartilago.
 Amfiartrosis

Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya

sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi"

-diartrosis

"Sendi ini dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sinovial. Sendi ini

memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu kapsul sendi

yang menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial

dilapisi kartilago artikular.

 Klasifikasi persendian sinovial :

 Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju

ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.

 Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh :

persendian pada lutut dan siku.

 Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis

sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang radius

dan ulna.

 Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut

kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang

karpal.

 Sendi pelana : Contoh : ibu jari.

 Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang

dengan tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra"

" Fungsi sistem Muskular

 Pergerakan

 Penopang tubuh dan mempertahankan postur

 Produksi panas.

 Ciri-ciri otot

 Kontraktilitas

 Eksitabilitas
 Ekstensibilitas

 Elastisitas

 Klasifikasi Jaringan Otot

Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang

(lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunteer

(sadar) atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi, seperti otot

jantung, yang hanya ditemukan di jantung.

 Jenis-jenis Otot

 Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.

 Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat

ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus,

serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,

reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.

 Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada

jantung.

Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti

vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial

menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian

ini granulasi membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk

ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan

gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila

kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena

jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang

menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau

dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan

osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari

serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi yang lain terutama yang

mempunyai faktor reumatoid (seropositif gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi

kronis yang progresif.

Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.

Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan

memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya

membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi

tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan

generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot."


PAHTWAY

Reaksi faktor R dengan antibody reaksi peradangan nyeri

Faktor metabolic,infeksi

dengan kecenderungan virus

kekakuan sendi synovial menebal kurangnya

informasi

hambatan mobilitasi panus defisiensi pengetahuan ansietas

fisik

nodul infiltrasi dalam os,

sobcondria

deformitas sendi hambatan nutrisi pada

kartilago artikularis

gangguan citra tubuh

kartilago nekrosis kerusakan kartilago dan tulang

erosi kartilago tendon dan ligament


adhesi pada permukaan melemah

sendi

ankilosis fibrosa

hambatan mobilitas fisik

kekuatan sendi ankilosis tulang

keterbatasan gerakan mudah luksasi dan sublukasi hilangnya kekuatan otot

sendi

defisit perawatan diri resiko cidera

Anda mungkin juga menyukai