Anda di halaman 1dari 11

STUDI AKIDAH AKHLAK

( aplikasi aklahk terhadap peserta didik, akhlak kebangsaan dan bernegara)


Oleh:

[Dewi Teti Setiawati]

Mahasiswa Prodi PAI Non Reguler Program Magister (S2) UIN SU Medan Kampus II UIN
SU Medan : Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371
e-mail: tetid777@gmail.com

ABSTRAK

Guru harus memberikan segala macam cara kepada peserta didiknya dengan cara
menunjukkan ahklak yang baik.karena akhlak guru yang dilihat oleh peserta didik sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan ahklah peserta didik. Makalh
ini membahas apa saja akhlak yang harus dilakukan seorang guru terhada peserta didik.

Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu,
manusia mempunyai tugas menjadi hamba yang selalu beribadah kepada Allah. Sedangkan
sebagai makhluk sosial, manusia harus berinteraksi dengan orang lain, baik dalam lingkup
masyarakt bahkan sampai pada lingkup berbangsa dan bernegara.Kewajiban membela Negara
merupakan kewajiban seluruh warga Negara yang ada di negeri ini,dalam rangka
menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap
kadaulatan Negara. Makalah ini juga membahas akhlak yang sehrusnya dilakukan oleh warga
negara terhadap bangsa dan negaranya.

Kata kunci: Ahklak, berbangsa dan benegara

1
A.PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dalam
kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan bahwa dengan pendidikanlah manusia mampu
mengangkat martabat dirinya menuju kepada peradaban budaya dan pola pikir yang lebih
maju, dinamis dan ilmiah.

Melalui pendidikan itu akhlak manusia dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari
akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik
seseorang tidak akan terpengaruh pada hal-hal yang negatif. Akhlak dalam agama Islam telah
diajarkan kepada semua pemeluknya agar dirinya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya
serta berguna bagi orang lain. Manusia yang berakhlak akan dapat menghiasi dirinya dengan
sifat kemanusiaan yang sempurna, menjadi manusia yang shaleh ataupun shalehah dalam arti
yang sebenarnya, selalu menjaga kualitas kepribadiannya sesuai dengan tuntunan Allah SWT,
dan Rasul-Nya.

Pentingnya pendidikan akhlak guna menopang masa depan manusia yang gemilang,
sehingga sedini mungkin ana-anak dibiasakan oleh orang tua maupun guru untuk senantiasa
berakhlak mulia. Ibnu Qayyim menjelaskan urgensitas pendidikan akhlak untuk anak harus
diperhatikan dengan ekstra dalam masa perkembangan anak. Anak akan tumbuh dan
berkembang sesuai pembiasaan diri dari orang yang mendidiknya pada waktu kecil.
Pendidikan akhlak yang diajarkan pada anak akan menjadi kebiasaan yang mampu mengakar
kuat pada dirinya. Anak yang terbiasa dididik dengan akhlak mulia, maka dewasanya akan
menjadi orang yang mulia, sebaliknya anak yang ditempa dengan pendidikan akhlak yang
tercela, maka diwaktu dewanya akan tumbuh menjadi orang yang rusak akhlaknya.1

B. PEMBAHASAN

1. ahlak terhadap peserta didik


Muhammad Husain Abdullahmemberikan definisi bahwa akhlak adalah sifat-sifat
yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan
berbagai aktivitasnya. Sifat-sifat akhlak ini tampak pada diri seorang muslim tatkala dia
melaksanakan berbagai aktivitas seperti ibadah, mu‟amalah dan lain sebagainya.2

1
Abdul Jabar, Penerapan Model Pendidikan Ahklak Syaih Ustamin Di Sdit, ( Vol.3 No. 3 September
2019),h. 55
2
M. Hidayat Ginanjar, Pembelajaran Akidah Akhlak Dan Korelasinya Dengan Paningkatan Al-Karimah
Peserta Didik , ( Bogor: 2018),h. 10

2
Akhlak merupakan bagian yang sangat urgen dari perincian kesempurnaan tujuan
pendidikan islam. Oleh sebab itu, pendidikan akhlak merupakan salah satu pondasi yang
penting dalam membentuk iman yang berakhlak mulia, guru menciptakan manusia yang
bertakwa dan menjadi seorang muslim yan sejati,dengan pelaksanaan pendidikan tersebut,
diharapkan setiap muslim mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan
akhlak dapat mengantarkan pada jenjang kemuliaan akhlak. Karena dengan pendidikan
akhlak tersebut, manusia menjadi semakin mengerti akan kedudukan dan tugasnya sebagai
hamba dan khalifah di bumi.3

Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing,pelatih, yang


dapat menciptakan kondisi dan suasanabelajar yang kondusif, yaitu suasana belajar
menyenangkan, menarik, memberi rasaaman, memberi ruang pada siswa untuk berpikir aktif,
kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.4

Guru harus mengenal diri peserta didiknya. Bukan saja mengenai sifat dan
kebutuhannya secara umum sebagai sebuah kategori, bukan saja mengenal jenisminat dan
kemampuan, serta cara dan gaya belajarnya, tetapi juga mengetahui secara khusus sifat, bakat
atau pembawan, minat, kebutuhan, pribadi serta aspirasi masing- masing anak didiknya.5

Berikut adalah pengaplikasian akhlak yang harus dimiliki guru terhadap peserta
didiknya:

1. menurut kh hasy’ari akhlak guru terhadap anak didiknya, di sini digambarkan


bagaimana sebaiknya guru memperlakukan anak didiknya dengan kasih
sayang, berlaku adil dan tidak diskriminatif serta memiliki kepekaan yang kuat
terhadap perkembangan dan kondisi anak didiknya.6
2. Imam al-Ghazali menyatakan bahawa 7
1. akhlak seorang pendidik ialah bersifat kasih sayang dan simpati iaitu
menyayangi murid seperti anak sendiri.

3
Nur Alifah Rasyid, Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Terhadap Peningkatan Minat Balajar
Aqidah Akhlak Di MA Manongkoki , ( Makassar: 2018), h. 2
4
Nur Alifah Rasyid, Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Terhadap Peningkatan Minat Balajar
Aqidah Akhlak Di MA Manongkoki , ( Makassar: 2018), h. 3

5
Nur Alifah Rasyid, Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Terhadap Peningkatan Minat Balajar
Aqidah Akhlak Di MA Manongkoki , ( Makassar: 2018), h. 3

6
Ani Hayatul Mukhlisoh, Akhlak Guru Menurut KH Hasy’Ari, ( Purwokerto: 2019), h. 89
7
Sofiah Mohamed, Akhlak Guru Dan Pembelajaran Pendidikan Islam, (Akademika 86(2), Oktober
2016:31-42), h.33

3
2. ialah ikhlas yaitu mengajar dengan niat semata-mata untuk mencari
keredhaan Allah S.W.T. serta mentaqarrubkan diri kepadaNya tanpa
mengharapkan ganjaran, upah atau ucapan terimakasih . Al-Ghazali
membuktikan pendapatnya dengan firman Allah S.W.T. dalam surah Hud
ayat 29 yang bermaksud:
Terjemah Kemenag 2002
29. Dan wahai kaumku! Aku tidak meminta harta kepada kamu (sebagai
imbalan) atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak
akan mengusir orang yang telah beriman. Sungguh, mereka akan bertemu
dengan Tuhannya, dan sebaliknya aku memandangmu sebagai kaum yang
bodoh.

3. Akhlak yang ketiga pula ialah nasihat yaitu guru sentiasa menasihati murid
dengan memberikan kata-kata yang baik.
4. Akhlak guru dengan murid seterusnya pula ialah mencegah kesilapan
dengan berhikmah. Teguran guru melalui kata-kata yang mudah difahami
dan disenangi murid kerana jika ditegur secara keras dibimbangi murid
akan berani menentang gurunya
5. Akhlak kelima pula ialah pengajaran bertahap mengikut kemampuan akal
murid.

4
KASIH SAYANG DAN
SIMPATI
- mengenali dan
menyebur nama murid
- panggilan 'sayang'
- wajah ceria

BERAMAL DENGA N ILMU


- MENGAMALKAN IHKLAS
SYARIAT ISLAM MELALUI BERSUNGGUH-SUNGGUH
PAKAIAN TINGKAH LAKU MENGAJAR
DAN TUTURKATA

akhlak
guru
terhdadap
murid
MENGAJAR BERTAHAP MENCEGAH KEHILAFAN
-MENGIKUTI PEMAHAM BERHIKMAH
MURID -MENCEGAH PERBUATAN
-MENGIKUTI TAHAP BURUK DENGAN CARA
PEMIKIRAN BAIK

MEMBERI NASEHAT
-MENGINGATKAN MURID
-MEMBERI PERINGATAN

2. Akhlak berkebangsaan dan bernegara


Berkenaan dengan akhlak dalam bernegara, maka akan terlihatdengan sikap dan
perilaku yang dilaksanakan dengan, sebagai berikut.
1. Musyawarah
Kata ( ‫ ) شورى‬Syûrâ terambil dari kata ( ‫اورة‬L‫ إستش‬-‫ مشاورة‬-‫ )شاورة‬menjadi ( ‫ورى‬LL‫) ش‬
Syûrâ. Kata Syûrâ bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik
dengan menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain.8

Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai Musyawarah
adalah surah Al-Syura ayat 38:
ۙ ‫ت يَوْ ٍم َّم ْعلُوْ ٍم‬
ِ ‫فَ ُج ِم َع ال َّس َح َرةُ لِ ِم ْيقَا‬
Terjemah Kemenag 2002
38. Lalu dikumpulkanlah para pesihir pada waktu (yang ditetapkan) pada hari yang telah
ditentukan,

Dalam ayat diatas , syura atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi masyarakat Islam
dituturkan setelah iman dan shalat . Menurut Taufiq asy-Syawi , hal ini memberi
pengertian bahwa musyawarah mempunyai martabat setelah ibadah terpenting , yakni
shalat , sekaligus memberi pengertian bahwa musyawarah merupakan salah satu

8
Andi Nurmansyah, Ahklak dan fungsinya dalam berbangsa dan bernegara, (Makassar;2014), h. 6

5
ibadah yang tingkatannya sama dengan shalat dan zakat . Maka masyarakat yang
mengabaikannya dianggap sebagai masyarakat yang tidak menetapi salah satu
ibadah .

Memang , musyawarah sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang


paling baik disamping untuk memperkokoh rasa persatuan dan rasa tanggung jawab
bersama . Ali Bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam musyawarah terdapat tujuh
hal penting yaitu , mengambil kesimpulan yang benar , mencari pendapat , menjaga
kekeliruan , menghindari celaan , menciptakan stabilitas emosi , keterpaduan hati.

2. Menegakkan Keadilan
Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (Bahasa Arab), yang mempunyai arti antara lain
sama dan seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat diartikan sebagai
membagi sama banyak, atau memberikan hak yang sama kepada orang-orang atau
kelompok. Dengan status yang sama. Misalnya semua pegawai dengan kompetensi
akademis dan pengalaman kerja yang sama berhak mendapatkan gaji dan tunjangan
yang sama. Semua warga negara – sekalipun dengan status sosial – ekonomi – politik
yang berbeda-beda – mendapatkan perlakuan yang sama dimata hukum.

Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak seimbang
dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya.

a. Perintah Berlaku Adil


Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia
berlaku adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan ada
yang khusus dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum misalnya :9

Lِ L‫ ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك‬L‫رْ ٰبى َويَ ْن ٰهى ع َِن ْالفَحْ َش‬LLُ‫۞ اِ َّن هّٰللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيت َۤاِئ ِذى ْالق‬
‫ر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم‬L
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (QS. An-Nahl 16:90)

9
Endang Surahman, Pengembangan materi pembelajaran Pendidikan kewarbanegaraan tingkat
sekolah menengah atas dalam persfektif islam, ( Vol. 3 No. 2 2014), h. 8

6
b. Keadilan Hukum
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat
dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status sosial,
ekonomi, politik dan lain sebagainya.Keadilan hukum harus ditegakkan walaupun
terhadap diri sendiri, atau terhadap keluarga dan orang-orang yang dicintai.

Mengingat pentingnya menengakkan keadilan itu menurut ajaran Islam, maka orang
yang diangkat menjadi hakim haruslah yang betul-betul memenuhi syarat keahlian
dan kepribadian. Kecuali mempunyai ilmu yang luas, dia juga haruslah seorang yang
taat kepada Allah, mempunyai akhlaq yang mulia, terutama kejujuran atau amanah.
Apabila hakim itu seorang yang lemah, maka dia mudah dipengaruhi, ditekan dan
disuap. Akibatnya orang-orang yang bersalah dibebaskan dari hukumnya, sekalipun
kesalahan atau kejahatannya sangat merugikan masyarakat dan negara.

c. Keadilan dalam Segala Hal


Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada umat manusia, terutama
orang-orang yang beriman untuk bersikap adil dalam segala aspek
kehidupan,meliputi:
1. Adil terhadap diri sendiri
2. Adil terhadap isteri dan anak-anak
3. Adil dalam mendamaikan perselisihan
4. Adil dalam berkata
5. Adil terhadap musuh sekalipun

3. Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Secara harfiah amar ma’ruf nahi munkar (al-amru bi ‘l-ma’ruf wa ‘n-nahyu ‘an
‘lmunkar) berarti menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar.Abduh, Muhammad ‘Ali ash-Shabuni mendefinisikan ma’ruf dengan “apa
yang diperintahkan syara’ (agama) dan dinilai baik oleh akal sehat” (ma amara bibi
asy-syara’ wa ‘stabsanahu al-‘aqlu as-salim), sedangkan munkar adalah “apa yang
dilarang syara’ dan dinilai buruk oleh akal sehat” (ma naha ‘anhu asy-syara’
wa’staqbahahu al-‘aqlu as-salim).

7
Terlihat dari definisi diatas, bahwa yang menjadi ukuran ma’ruf atau munkarnya
sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani. Bisa kedua-duanya
sekaligus atau salah satunya. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf,
begitu juga sebaliknya, semua yang dilarang oleh agama adalah munkar.10
Dengan pengertian di atas tentu ruang lingkup yang ma’ruf dan munkar sangat luas
sekali, baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq maupun mu’amalat (sosial, politik,
ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dlsb). Tauhidullah, mendirikan
shalat, membayar zakat, amanah, toleransi beragama, membantu kaum dhu’afa’ dan
mustadh’afin, disiplin, transparan dan lain sebagainya adalah beberapa contoh sikap
dan perbuatan yang ma’ruf.
Dibandingkan dengan amar ma’ruf, nahi munkar lebih berat karena berisiko tinggi.
Nahi munkar dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi yang mampu
melakukan dengan tangan (kekuasaannya) dia harus menggunakan kekuasaannya itu,
apalagi tidak bisa dengan kata-kata, dan bila dengan kata-kata juga tidak mampu
paling kurang menolak dengan hatinya.

4. Hubungan Pemimpin Dan Yang Dipimpin


Selain akhlak-akhlak atau perilaku yang dilakukan dalam hidup berbangsa dan
bernegara, ada hal lain yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan bernegara yaitu
adalah masalah seorang pemimpin, karena cirri suatu Negara yaitu salah satunya
ketika ada yang memimpim dan ada yang dipimpin, maka berikut akan di bahas.

a. Kriteria Pemimpin dalam Islam


Orang – orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin minimal
harus memenuhi empat kriteria sebagaimana dijelaskan dalam surat Al – Maidah ayat
55 .
َ‫اِنَّ َما َولِ ُّي ُك ُم هّٰللا ُ َو َرسُوْ لُهٗ َوالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا الَّ ِذ ْينَ يُقِ ْي ُموْ نَ الص َّٰلوةَ َويُْؤ تُوْ نَ ال َّز ٰكوةَ َوهُ ْم ٰر ِكعُوْ ن‬
55. Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman,
yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah).

1. Beriman kepada Allah SWT


2. Mendirikan Shalat
3. Membayarkan Zakat

10
Endang Surahman, Pengembangan materi pembelajaran Pendidikan kewarbanegaraan tingkat
sekolah menengah atas dalam persfektif islam, ( Vol. 3 No. 2 2014), h. 9

8
4. Selalu Tunduk ,Patuh kepada Allah SWT

b. Konsep Leader is a Ladder


Konsep ini merupakan konsep Hubungan Pemimpin dan yang dipimpin yang
merupakan hasil ijtihad dari penulis , dimana Konsep Leader is a Ladder merupakan
konsep dimana seorang pemimpin merupakan sebuah tangga yang akan menjadi
perantara atau jembatan bagi calon pemimpin selanjutnya .
Pemimpin yang baik disini adalah pemimpin yang mencetak sebanyak mungkin calon
Pemimpin , yang nantinya dapat melanjutkan kepemimpinan selanjutnya dengan lebih
baik dan lebih matang .

Adapun hambatan yang dihadapi ketika ingin menerapkan konsep di atas :


1. Egois : kenapa Egois , karena kebanyakan para pemimpin hanya mau dia sajalah
merasakan bangku kepemimpinan tersebut , tanpa harus memikirkan orang
setelahnya yang akan menduduki posisi pimpinan tersebut . Sehingga mereka
terlalu 'masa bodoh' dengan bawahannya.
2. Sombong : penyakit kekuasaan yang satu ini tentunya telah mengakar sejak
zaman dahulu kala , penyakit kesombongan karena merasa sudah diatas sehingga
melupakan bawahannya . Hal ini menggambarkan bahwa seorang pemimpin tidak
sepantasnya bersikap sombong , karena pemimpin bagaikan tangga maka
pemimpin harus menjadi fasilitator.
3. Iri dan Dengki : walaupun sudah menjadi pemimpin , penyakit iri dan dengki
masih saja menjangkiti para pemimpin . Sebagian kecil dari pemimpin tersebut
masih saja iri melihat bawahannya yang mendapatkan jatah lebih banyak dari
dirinya . Maka si pemimpin akan iri terhadap bawahannya , dan mengambil jatah
bawahannya.

c. Persaudaraan antara Pemimpin dan yang Dipimpin

Sekalipun dalam struktur bernegara ada hirarki kepemimpinan yang mengharuskan


umat atau takyat patuh kepada pemimpinnya , tetapi dalam pergaulan sehari – hari
hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin tetaplah dilandaskan kepada prinsip –
prinsip ukhuwah islamiyah , bukan prinsip – prinsip atasan dengan bawahan .11
11
Endang Surahman, Pengembangan materi pembelajaran Pendidikan kewarbanegaraan tingkat
sekolah menengah atas dalam persfektif islam, ( Vol. 3 No. 2 2014), h. 10

9
KESIMPULAN
Akhlak guru terhadap peserta didik.
1. Guru harus mempunyai ahklak penyayang pada peserta didik
2. Guru harus ikhlas memberikan ilmu para peserta didik
3. Guru harus sering memberikan nasihat untuk peserta didik
4. Guru harus bisa mecegah kesilapan peserta didik dengan berhikmah
5. Guru harus mengajar dengan bertahap sesuai kemampuan peserta didik.

Akhlak terhadap dalam berbangsa dan bernegara yaitu:

1. Dengan melakukan musyawarah untuk menyelesaikan suatu masalah atau


merencanakan sesuatu.
2. Menegakkan keadilan, setiap warga negara harus mempunyai ahklak
menegakkan keadilan dimanapun dia berada
3. Amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu harus saling berlomba- lomba dalam
kebaikan .
4. Hubungan pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai akhlak yang baik
agar bangsa dan negara aman sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jabar, Penerapan Model Pendidikan Ahklak Syaih Ustamin Di Sdit, Vol.3 No. 3

September 2019

Ani Hayatul Mukhlisoh, Akhlak Guru Menurut KH Hasy’Ari, Purwokerto: 2019

Endang Surahman, Pengembangan materi pembelajaran Pendidikan kewarbanegaraan tingkat

sekolah menengah atas dalam persfektif islam, Vol. 3 No. 2 2014,

10
Nur Alifah Rasyid, Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Terhadap Peningkatan Minat

Balajar Aqidah Akhlak Di MA Manongkoki , Makassar: 2018

Sofiah Mohamed, Akhlak Guru Dan Pembelajaran Pendidikan Islam, Akademika 86(2),

Oktober 2016:31-42

Andi Nurmansyah, Ahklak dan fungsinya dalam berbangsa dan bernegara, Makassar;2014.

M. Hidayat Ginanjar, Pembelajaran Akidah Akhlak Dan Korelasinya Dengan Paningkatan

Al-Karimah Peserta Didik , Bogor: 2018

11

Anda mungkin juga menyukai