BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dalam Pasal 1 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007, dijelaskan bahwa Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupunmasyarakat pada
umumnya. Selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 74 ayat 1, bahwa Perseroanyang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alamwajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Kemudian dalam Pasal 74ayat 2,
bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroanyang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannyadilakukan
dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran.
Pasal 74 UUPT Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (1) Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (2) Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 81 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perusahaan Terbatas (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sesungguhnya TJSL bukan merupakan issue yang baru
bagi masyarakat ekonomi dunia; konon beberapa negara seperti Inggris, Belanda dan Swedia
dalam peraturan perundang-undangannya telah mewajibkan pencantuman laporan tentang
pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di dalam Laporan Tahunan dari
Perseroan di masingmasing negara. Namun menurut kelompok pengusaha yang
mempermasalahkan TJSL tersebut, walaupun beberapa negara telah mewajibkan keterbukaan
dalam bentuk laporan pelaksanaan TJSL tersebut, akan tetapi menurut kelompok tersebut
tiada suatu negarapun yang memuat dalam UndangUndangnya ketentuan yang mengharuskan
dilaksanakannya CSR tersebut dengan ancaman sanksi jika tidak dilaksanakan.
Sebenarnya paham tentang Tanggung Jawab Sosial atau disebut juga Corporate
Social Responsibility (CSR), tidak timbul secara serta merta, tetapi melalui suatu proses
perkembangan yang relatif lama. Kita harus menoleh pertama-tama ke zaman Romawi Kuno
sewaktu timbulnya ide yang diakui sebagai kreasi ilmu hukum yang dapat disebut sebagai
“master piece”, yaitu diakuinya Perseroan sebagai subjek hukum yang mandiri dalam lalu
lintas hukum, sebagaimana layaknya manusia yang cakap dan mampu bertindak.
Paham atau teori tentang Perseroan sebagai Separate Legal Entity tersebutlah
yang telah membawa perubahan mendasar di dunia, yaitu dengan didirikannya Perseroan
yang mampu menemukan dan membuka Benua Afrika, Amerika dan bahkan 82 Vol. 6 No. 2
- Juni 2009 Indonesia, serta yang menjadi penggerak dari Revolusi Industri. Setelah
diakuinya teori Perseroan sebagai Separate Legal Entity tersebut beberapa paham baru telah
muncul, antara lain paham bahwa bukan hanya manusia yang dapat melakukan tindak pidana,
namun Perseroanpun dapat melakukan tindak pidana, sehingga dikenakan hukuman pidana.
Jadi Perseroan juga harus memperhatikan dengan cermat tindak tanduknya dalam lalu lintas
hukum, di masyarakat jika tidak memperhatikan ketentuan tersebut tidak mustahil Perseroan
pun dapat dikenakan hukuman pidana sebagaimana halnya dengan manusia. Dari pendapat
tersebut terlihat bahwa perbedaan antara manusia dengan Perseroan telah menjadi semakin
menipis.
C. Istilah TJSL
E. Pelaksanaan TJSL
Bagi Perseroan yang Tidak Mengelola atau Tidak Berdampak terhadap Sumber
Daya Alam. Dengan diwajibkannya TJSL bagi Perseroan yang mengelola Sumber Daya
Alam dan memanfaatkan Sumber Daya Alam ataupun bagi Perseroan yang kegiatan
usahanya berdampak pada fungsi Sumber Daya Alam; bukan berarti bahwa Perseroan yang
tidak termasuk dalam kelompok Perseroan yang disebut terdahulu; tidak dapat melaksanakan
TJSL.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tanggung Jawab Sosial Sebagai Sebuah Gagasan
Cowen, et al., (dalam Anggraini, 2006) mengatakan bahwa perusahaan
yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertang
gungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan Image perusahaan danmeningkatkan
penjualan. Dari hasil penelitian, Anggraini (2006) menemukan bahwavariabel persentase
kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaandalam mengungkapkan
informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi.Semakin besar kepemilikan
manajer di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan
semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan kegiatan yang telah dilakukan
didalam program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Pemikiran yang melandasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang seringdianggap inti dari
etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi
dan legal (artinya kepada pemegang saham / shareholders) tetapi jugakewajiban-kewajiban
terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan ( stakeholders) yang jangkauannya
melebihi kewajiban ekonomi dan legal. Tanggung Jawab Sosial Perusahaanterjadi di antara
sebuah perusahaan dengan semua stakeholder , termasuk di dalamnya adalah pelanggan,
pegawai, komunitas, investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.
3.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan
Apabila dilihat secara konseptual, perusahaan yang berkewajiban untukmelaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) adalah perusahaan yangkegiatan dan
tujuannya berkaitan dengan sumber daya alam, seperti halnya perusahaan yang bergerak
di bidang perminyakan, eksplorasi laut dan lepas pantai, kehutanan, perkebunan, dan lain
sebagainya. Sementara yang dimaksud dalam kaitannya dengan sumber daya alam, yaitu
perusahaan yang salah satu produknya merupakan hasil modifikasi maupun turunan atau
komponen – komponennya menggunakan hasil – hasil dari alam. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan Pasal 74 UU PT No. 40 Tahun 2007. Sebagaimana dikatakan pula oleh
Mazurkiewicz (2005) bahwa kemampuan perusahaan untuk menutupi implikasi lingkungan
yang berasal dari produk opeasi dan fasilitas, menghilangkan limbah dan emsi,
memaksimalkan efisensi dan produktivitas sumber daya alam dan meminimalkan praktik –
praktik yang buruk dapat memengaruhi kenikmatan sumber daya alam suatu negara bagi
generasi mendatang.
Dengan demikian, maka Perseroan yang tidak menjalankan usaha di bidang sumberdaya alam
atau menjalankan usaha yang tidak berdampak pada fungsi kemampuan sumberdaya alam
tidak dibebankan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Untuk merealisasikan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut,Pasal 74
UUPT No. 40 Tahun 2007 menentukan agar Perseroan menganggarkan kegiatantanggung
jawab sosial dan lingkungan tersebut sebagai biaya Perseroan. Hal ini antara laindengan
memasukkan biaya program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut kedalam
Rencana Kerja Tahunan Perseroan tahun berikutnya sebagaimana dimaksud Pasal 63UU PT
No.40 Tahun 2007.
Ada berbagai macam bentuk tanggung jawab sosial, namun yang paling utama adalah
melakukan ‘penyelamatan’ terhadap sumber daya alam yang semakin lama semakin
terganggu keseimbangannya (Devita, 2012). Bentuk lainnya bisa bermacam-macam,
sepertimembantu dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan masyarakat di sekitar
perusahaan,melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan, mengedukasi masyarakat dengan
berbagai pengetahuan yang bermanfaat, program kemitraan antara pengusaha kecil dan pengu
saha besar, dan sebagainya.
.3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Indonesia
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan mendapatkan
perhatian paling sedikit dibandingkan dengan kegiatan
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaanyang lainnya, seperti pelayanan sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain sebagainya. Saidi danAbidin (2004) juga menunjukkan bahwa Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan terhadapLingkungan mendapatkan suntikan biaya paling kecil jika
dibandingkan dengan kegiatansosial lainnya. Selain di Indonesia, hasil penelitian yang sama
juga menunjukkan
bahwa penerapan dan pengungkapan CSR yang baik terhadap lingkungan memiliki pengaruh
negatif terhadap harga saham (Izzo & Di Donato, 2012).
Gambar 3.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan
Sumber: Saidi & Abidin, 2004 (dalam Ivyannoproject, 2012)Dari grafik di atas, sebanyak
279 kegiatan sosial dalam setahun yang dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia
dengan total sebesar 115,3 Miliar. Kegiatan sosial terbesardicurahkan oleh beberapa
perusahaan di Indonesia untuk 95 kegiatan pelayanan sosialdengan total biaya sebesar 38
Miliar. Sedangkan pada urutan terakhir, kegiatan sosial
lewat pembangunan prasarana perumahan yang hanya terdapat 5 kegiatan dengan total biayas
ebesar 1,3 Miliar. Namun di antara dua hal tersebut, kegiatan Tanggung Jawab
SosialPerusahaan terhadap Lingkungan disalurkan kepada 15 kegiatan, dengan total biaya
palingkecil di antara tujuh kegiatan sosial yang lain (Tabel 3.1), yaitu hanya sebesar 395 juta
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
4.1. Kesimpulan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan mendapatkan
perhatian paling sedikit dibandingkan dengan kegiatan
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaanyang lainnya, seperti pelayanan sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain sebagainya. Saidi danAbidin, 2004 (dalam Ivyannoproject, 2012)
menunjukkan bahwa Tanggung Jawab Sosial perusahaan Indonesia terhadap Lingkungan
mendapatkan suntikan biaya paling kecil jikadibandingkan dengan kegiatan sosial lainnya.Di
samping itu, kenyataannya masih ada beberapa perusahaan yang belummemahami
pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam konsepTanggung
Jawab Sosial Perusahaan (CSR).
4.2. Saran
PelaksanaanTanggung JawabSosial dan Lingkungan (TJSL) akan menguntungkan bagi perus
ahaan yang menjalankannya, antara lain pengembangan citra perusahaan di matakonsumen
dan investor, perusahaan dapat mengeliminasi konflik lingkungan dan sosialdi sekitar
perusahaan, perusahaan dapat meningkatkan kerja sama dengan para pemangku
kepentingan, serta perusahaan dapat menonjolkan keunggulan komparatif.2. Tulisan
dalam paper ini hanya mengkaji fenomena dan hasil penelitian dari kasus yangterjadi dalam
hubungannya dengan konsep CSR dan TJSL dari sudut pandang penulis.Sehingga
memerlukan kajian yang lebih mendalam ataupun penelitian lebih lanjutterhadap praktik-
praktik CSR dan TJSL yang terbaru, agar dapat menghasilkanimplikasi yang bermanfaat baik
secara teoretis maupun praktis.