Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PERMOHONAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

(TJSL) PT. KRISNA WIJAYA OIL


BAB I
PENDAHULUAN

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang


selanjutnya disebut CSR merupakan sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan
kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka
dengan para pihak yang berkepentingan secara sukarela (European Commision dalam Baker,
2004). Di Indonesia sendiri,konsep CSR telah diwajibkan dan tertera di dalam Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang


telah mulai berlaku sejak diundangkannya, yaitu pada tanggal 16 Agustus 2007, di tengarai
telah menjadi suatu berita besar yang meresahkan bagi sementara dunia usaha, yaitu mereka
yang merupakan sekelompok pengusaha yang berasal dari dalam negeri dan investor asing,
karena UUPT memuat ketentuan tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Mereka yang mempermasalahkan ketentuan TJSL tersebut mengemukakan alasan, bahwa tiada
suatu negarapun di dunia yang mengharuskan pelaksanaan TJSL dalam bentuk ketentuan
Undang-Undang, kecuali Indonesia.

Meskipun pelaksanaan CSR telah diatur dalam Undang-Undang, namun


penerapannya masih dijalankan secara setengah – setengah oleh berberapa perusahaan di
Indonesia. Dalam laporan Indonesia Business Links (Hasibuan-Sedyono,2007)
mengungkapkan hasil temuan Focus Group Discussion (FGD) dengan 20 CEO di perusahaan
Indonesia yang menyatakan bahwa mayoritas dari mereka tidak benar – benar percaya bahwa
kegiatan CSR yang dicantumkan ke dalam hukum perusahaan akan membantu dan menjamin
bahwa kegiatan tersebut saling menguntungkan bagi perusahaan dan masyarakat lokal. Dalam
laporan Antara News mengungkapkan bahwa kurang dari 50% perusahaan di Indonesia yang
memperhatikan dan melakukan kegiatan CSR, terlebih khusus dalam kegiatan di bidang
lingkungan (Burhani, 2007).

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility


)telah dikemukakan oleh banyak pakar. Di antaranya adalah definisi yang dikemukakan
olehMagnan & Ferrel yaitu:“A business acts in socially responsible manner when its
decision and actions account for and balance diverse stakeholder interest”. Definisi
tersebutmenekankan pada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap
kepentingan berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang
diambil para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab (Susanto,
2009).

Definisi ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility (dalam Lingkar


StudiCSR, 2013), menyatakan“Responsibility of an organization for the impacts of its
decisions and activities on society and the environment, through transparent and ethical
behavior thatcontributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes
into accountthe expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and
consistent withinternational norms of behavior; and is integrated throughout the organization
and  practiced in its relationships.”Definisi tersebut menekankan pada tanggung
jawaborganisasi terhadap dampak keputusan dan kegiatan masyarakat serta
lingkungan,melalui perilaku yang transparan dan etis yang memberikan kontribusi.
Pembangunan berkelanjutan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat; memperhi
tungkan harapan stakeholder; sesuai dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan
norma-norma perilaku internasional; dan terintegrasi ke seluruh organisasi serta dipraktikkan 
dalamhubungan tersebut”.

Dalam Pasal 1 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007, dijelaskan bahwa Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupunmasyarakat pada
umumnya. Selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 74 ayat 1, bahwa Perseroanyang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alamwajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Kemudian dalam Pasal 74ayat 2,
bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroanyang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannyadilakukan
dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran.

Dari berberapa pengertian tersebut di atas, disimpulkan bahwa Tanggung Jawab


Sosial dan Lingkungan (TJSL) merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan agar dapat
mengatur mengolah, dan meningkatkan efisiensi bisnis perusahaan, melainkan juga
berdampak positif terhadap lingkungan sebaik – baiknya yang tidak hanya menguntungkan
dan meningkatkan efisiensi bisnis perusahaan, melainkan juga berdampak posisitif terhadap
lingkungan dan sosial masyarakat di masa yang akan datang.

Pasal 74 UUPT Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (1) Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (2) Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 81 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perusahaan Terbatas (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sesungguhnya TJSL bukan merupakan issue yang baru
bagi masyarakat ekonomi dunia; konon beberapa negara seperti Inggris, Belanda dan Swedia
dalam peraturan perundang-undangannya telah mewajibkan pencantuman laporan tentang
pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di dalam Laporan Tahunan dari
Perseroan di masingmasing negara. Namun menurut kelompok pengusaha yang
mempermasalahkan TJSL tersebut, walaupun beberapa negara telah mewajibkan keterbukaan
dalam bentuk laporan pelaksanaan TJSL tersebut, akan tetapi menurut kelompok tersebut
tiada suatu negarapun yang memuat dalam UndangUndangnya ketentuan yang mengharuskan
dilaksanakannya CSR tersebut dengan ancaman sanksi jika tidak dilaksanakan.

B. Bagaimana Timbulnya Paham Tanggung Jawab Sosial Perseroan

Sebenarnya paham tentang Tanggung Jawab Sosial atau disebut juga Corporate
Social Responsibility (CSR), tidak timbul secara serta merta, tetapi melalui suatu proses
perkembangan yang relatif lama. Kita harus menoleh pertama-tama ke zaman Romawi Kuno
sewaktu timbulnya ide yang diakui sebagai kreasi ilmu hukum yang dapat disebut sebagai
“master piece”, yaitu diakuinya Perseroan sebagai subjek hukum yang mandiri dalam lalu
lintas hukum, sebagaimana layaknya manusia yang cakap dan mampu bertindak.

Paham atau teori tentang Perseroan sebagai Separate Legal Entity tersebutlah
yang telah membawa perubahan mendasar di dunia, yaitu dengan didirikannya Perseroan
yang mampu menemukan dan membuka Benua Afrika, Amerika dan bahkan 82 Vol. 6 No. 2
- Juni 2009 Indonesia, serta yang menjadi penggerak dari Revolusi Industri. Setelah
diakuinya teori Perseroan sebagai Separate Legal Entity tersebut beberapa paham baru telah
muncul, antara lain paham bahwa bukan hanya manusia yang dapat melakukan tindak pidana,
namun Perseroanpun dapat melakukan tindak pidana, sehingga dikenakan hukuman pidana.
Jadi Perseroan juga harus memperhatikan dengan cermat tindak tanduknya dalam lalu lintas
hukum, di masyarakat jika tidak memperhatikan ketentuan tersebut tidak mustahil Perseroan
pun dapat dikenakan hukuman pidana sebagaimana halnya dengan manusia. Dari pendapat
tersebut terlihat bahwa perbedaan antara manusia dengan Perseroan telah menjadi semakin
menipis.

Perkembangan yang lebih mutakhir dari paham tentang Perseroan yang


kedudukannya semakin mirip dengan manusia, adalah paham tentang Perseroan sebagai
Good Corporate Citizen yang mengemukakan pendapat, bahwa Perseroan sebagaimana
layaknya manusia tidak boleh hanya memperhatikan kepentingan dirinya sendiri, namun
harus menaruh perhatian pula terhadap kebutuhan masyarakat sekelilingnya bahkan
masyarakat pada umumnya yang masih memerlukan bantuan.

Perseroan sebagai Good Corporate Citizen sangat diharapkan kepekaannya


terhadap kebutuhan masyarakat dan Perseroan tidak boleh bersikap egois atau hanya
memperhatikan tujuan Perseroan yang mendasar yaitu mengejar keuntungan atau laba bagi
Perseroan. Dengan demikian adalah tidak pada tempatnya jika Perseroan dalam menjalankan
kegiatan usaha bersikap tidak mau tahu akan dampak yang diterima masyarakat sebagai
akibat operasi dari Perseroan. Misalnya asap yang keluar dari cerobong pabrik Perseroan
harus mendapat perhatian dari Perseroan misalnya dengan dibuat filternya, sehingga dampak
dari asap pabrik tersebut tidak sampai merugikan kesehatan penduduk maupun kesuburan
tanaman yang ada di sekitar pabrik Perseroan. 83 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
dalam Perspektif Filsafat Pancasila Perseroan diharapkan peka terhadap keadaan dan
kemakmuran masyarakat, oleh karena kesulitan ekonomi di masyarakat dapat pula membawa
resiko ketidak tenteraman bagi Perseroan. Sedangkan masyarakat yang makmur akan
membawa pula dampak positip bagi Perseroan karena masyarakat yang makmur tersebut
akan menjadi daerah pemasaran bagi produksi Perseroan atau tempat untuk mencari tenaga
kerja yang sehat dan terampil yang dibutuhkan Perseroan.

Perseroan yang memberi perhatian yang pantas tentang keadaan/kesulitan dalam


masyarakat, dapat mengharapkan adanya kerjasama dan bantuan dari masyarakat,
setidaktidaknya Perseroan akan dapat merasa berada di sekitar di rumah sendiri dan di
masyarakat yang merupakan kumpulan orang asing. Kesadaran akan hubungan saling
memerlukan seperti yang diuraikan di ataslah yang menjadi dasar dari paham Corporate
Social Responsibility dalam mendorong peran serta Perseroan untuk turut serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan, yang bukan saja bermanfaat bagi masyarakat setempat dan masyarakat pada
umumnya, namun juga penting bagi Perseroan sendiri.

C. Istilah TJSL

Menarik untuk mencermati bahwa UUPT memakai istilah “Tanggung Jawab


Sosial Dan Lingkungan” atau “TJSL” dan bukan “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”
sebagai padanan kata “Corporate Social Responsibility” atau “CSR”, sebagaimana halnya
dengan istilah yang telah dipergunakan dalam UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal yang telah lebih dahulu berlaku sebelum berlakunya UUPT.

Istilah TJSL tersebut dengan sengaja dipergunakan dalam UUPT, untuk


menekankan pentingnya peran Perseroan untuk turut serta dalam pemeliharaan lingkungan
hidup, baik yang ada disekitar lokasi tempat beroperasinya Perseroan, 84 Vol. 6 No. 2 - Juni
2009 maupun ditempat lainnya yang berada di luar atau yang tidak terkait langsung dengan
ruang lingkup usaha Perseroan.

UUPT memandang bahwa tanggung jawab Perseroan atas lingkungan atau


Sumber Daya Alam merupakan aspek yang sangat mendasar dari Tanggung Jawab Sosial
Perseroan. Mengingat pentingnya aspek Tanggung Jawab Perseroan terhadap lingkungan
dalam kerangka Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, maka UUPT menyatakan secara tegas
bahwa Perseroan yang mengelola dan memanfaatkan Sumber Daya Alam atau Perseroan
yang kegiatan usahanya membawa dampak pada fungsi kemampuan Sumber Daya Alam
“Wajib” melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

UUPT mengakui bahwa hampir seluruh Perseroan memanfaatkan Sumber Daya


Alam, hanya berbeda dalam kuantitasnya, tetapi tidak setiap Perseroan “Wajib”
melaksanakan TJSL. UUPT mewajibkan TJSL bagi Perseroan yang selain memanfaatkan
sekaligus juga mengelola Sumber Daya Alam. Selanjutnya UUPT juga mewajibkan
pelaksanaan TJSL bagi Perseroan yang tidak mengelola Sumber Daya Alam, namun kegiatan
usahanya berdampak pada fungsi kemampuan Sumber Daya Alam.

Jadi dengan demikian jelaslah bahwa UUPT sangat menekankan pentingnya


aspek lingkungan atau Sumber Daya Alam dalam kaitannya dengan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan. Sehingga istilah yang dipergunakan dalam UUPT bukan “Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan” melainkan “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”.

D. Pelaksanaan TJSL menurut UUPT UUPT

Mengatur struktur organisasi dalam suatu Perseroan Terbatas bagaimana bentuk


kewenangan dan hubungan kerja diantara organ yang ada di dalam tubuh Perseroan.
Sehingga dengan demikian UUPT berkenaan dengan TJSL mengatur tentang bagaimana
TJSL tersebut akan dilaksanakan oleh Perseroan. UUPT mengatur secara singkat 85
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Perspektif Filsafat Pancasila mengenai tata
cara tersebut dan memerintahkan pengaturan lebih lanjut mengenai TJSL dengan peraturan
pemerintah. UUPT menentukan bahwa biaya yang digunakan untuk melaksanakan
“kewajiban” TJSL akan dianggarkan dan diperhitungkan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran. Di dalam rancangan peraturan pemerintah yang mengatur ketentuan lebih
lanjut tentang TJSL tersebut, terdapat ketentuan yang mengharuskan dimasukkannya
anggaran biaya untuk TJSL tersebut ke dalam Rencana Kerja Perseroan.

Rencana kerja Perseroan tersebut dibuat oleh Direksi dengan mendapat


persetujuan dari Dewan Komisaris atau dari RUPS. Namun tidak atau belum adanya Rencana
Kerja yang memuat pula anggaran biaya untuk TJSL tersebut tidak dapat dipakai sebagai
dalih oleh Perseroan yang wajib melaksanakan TJSL; untuk meniadakan atau menunda
pelaksanaan TJSL yang sesungguhnya telah diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya UUPT tidak menentukan berapa besarnya jumlah dana yang dialokasikan untuk
biaya TJSL tersebut, namun menyerahkan penentuan besarnya biaya tersebut kepada masing-
masing Perseroan dengan memperhatikan azas kepatutan dan kewajaran.

Sesungguhnya UUPT tidak memberikan suatu bentuk TJSL baru melainkan


menggaris bawahi kewajiban TJSL yang telah diberikan oleh peraturan perundang-undangan
antara lain berdasarkan: a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; b.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup; c. Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia; 86 Vol. 6
No. 2 - Juni 2009 e. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; f. Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja; g. Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 tentang BUMN; h. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
dan i. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara.

E. Pelaksanaan TJSL

Bagi Perseroan yang Tidak Mengelola atau Tidak Berdampak terhadap Sumber
Daya Alam. Dengan diwajibkannya TJSL bagi Perseroan yang mengelola Sumber Daya
Alam dan memanfaatkan Sumber Daya Alam ataupun bagi Perseroan yang kegiatan
usahanya berdampak pada fungsi Sumber Daya Alam; bukan berarti bahwa Perseroan yang
tidak termasuk dalam kelompok Perseroan yang disebut terdahulu; tidak dapat melaksanakan
TJSL.

UUPT pada dasarnya menggugah setiap Perseroan untuk melaksanakan TJSL


secara sukarela. Pelaksanaan TJSL bagi Perseroan yang tidak mengelola atau tidak
berdampak terhadap Sumber Daya Alam menurut ketentuan yang termuat dalam Rancangan
Peraturan Pemerintah harus dilakukan dengan memasukkan TJSL tersebut dalam Rencana
Kerja Perseroan. Sebagai Rancangan bagi Perseroan yang dimaksud untuk melaksanakan
TJSL menurut Rancangan Peraturan Pemerintah kepada Perseroan yang sedemikian dapat
diberi penghargaan oleh instansi terkait dalam bentuk insentif atau keringanan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tanggung Jawab Sosial Sebagai Sebuah Gagasan
Cowen, et al., (dalam Anggraini, 2006) mengatakan bahwa perusahaan
yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertang
gungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan Image perusahaan danmeningkatkan
penjualan. Dari hasil penelitian, Anggraini (2006) menemukan bahwavariabel persentase
kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaandalam mengungkapkan
informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi.Semakin besar kepemilikan
manajer di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan
semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan kegiatan yang telah dilakukan
didalam program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Pemikiran yang melandasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang seringdianggap inti dari
etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi
dan legal (artinya kepada pemegang saham / shareholders) tetapi jugakewajiban-kewajiban
terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan ( stakeholders) yang jangkauannya
melebihi kewajiban ekonomi dan legal. Tanggung Jawab Sosial Perusahaanterjadi di antara
sebuah perusahaan dengan semua stakeholder , termasuk di dalamnya adalah pelanggan,
pegawai, komunitas, investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.
3.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan
Apabila dilihat secara konseptual, perusahaan yang berkewajiban untukmelaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) adalah perusahaan yangkegiatan dan
tujuannya berkaitan dengan sumber daya alam, seperti halnya perusahaan yang bergerak
di bidang perminyakan, eksplorasi laut dan lepas pantai, kehutanan, perkebunan, dan lain
sebagainya. Sementara yang dimaksud dalam kaitannya dengan sumber daya alam, yaitu
perusahaan yang salah satu produknya merupakan hasil modifikasi maupun turunan atau
komponen – komponennya menggunakan hasil – hasil dari alam. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan Pasal 74 UU PT No. 40 Tahun 2007. Sebagaimana dikatakan pula oleh
Mazurkiewicz (2005) bahwa kemampuan perusahaan untuk menutupi implikasi lingkungan
yang berasal dari produk opeasi dan fasilitas, menghilangkan limbah dan emsi,
memaksimalkan efisensi dan produktivitas sumber daya alam dan meminimalkan praktik –
praktik yang buruk dapat memengaruhi kenikmatan sumber daya alam suatu negara bagi
generasi mendatang.
Dengan demikian, maka Perseroan yang tidak menjalankan usaha di bidang sumberdaya alam
atau menjalankan usaha yang tidak berdampak pada fungsi kemampuan sumberdaya alam
tidak dibebankan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Untuk merealisasikan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut,Pasal 74
UUPT No. 40 Tahun 2007 menentukan agar Perseroan menganggarkan kegiatantanggung
jawab sosial dan lingkungan tersebut sebagai biaya Perseroan. Hal ini antara laindengan
memasukkan biaya program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut kedalam
Rencana Kerja Tahunan Perseroan tahun berikutnya sebagaimana dimaksud Pasal 63UU PT
No.40 Tahun 2007.
Ada berbagai macam bentuk tanggung jawab sosial, namun yang paling utama adalah
melakukan ‘penyelamatan’ terhadap sumber daya alam yang semakin lama semakin
terganggu keseimbangannya (Devita, 2012). Bentuk lainnya bisa bermacam-macam,
sepertimembantu dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan masyarakat di sekitar
perusahaan,melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan, mengedukasi masyarakat dengan
berbagai pengetahuan yang bermanfaat, program kemitraan antara pengusaha kecil dan pengu
saha besar, dan sebagainya.
.3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Indonesia
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan mendapatkan
perhatian paling sedikit dibandingkan dengan kegiatan
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaanyang lainnya, seperti pelayanan sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain sebagainya. Saidi danAbidin (2004) juga menunjukkan bahwa Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan terhadapLingkungan mendapatkan suntikan biaya paling kecil jika
dibandingkan dengan kegiatansosial lainnya. Selain di Indonesia, hasil penelitian yang sama
juga menunjukkan
bahwa penerapan dan pengungkapan CSR yang baik terhadap lingkungan memiliki pengaruh
negatif terhadap harga saham (Izzo & Di Donato, 2012).
Gambar 3.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan

Sumber: Saidi & Abidin, 2004 (dalam Ivyannoproject, 2012)Dari grafik di atas, sebanyak
279 kegiatan sosial dalam setahun yang dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia
dengan total sebesar 115,3 Miliar. Kegiatan sosial terbesardicurahkan oleh beberapa
perusahaan di Indonesia untuk 95 kegiatan pelayanan sosialdengan total biaya sebesar 38
Miliar. Sedangkan pada urutan terakhir, kegiatan sosial
lewat pembangunan prasarana perumahan yang hanya terdapat 5 kegiatan dengan total biayas
ebesar 1,3 Miliar. Namun di antara dua hal tersebut, kegiatan Tanggung Jawab
SosialPerusahaan terhadap Lingkungan disalurkan kepada 15 kegiatan, dengan total biaya
palingkecil di antara tujuh kegiatan sosial yang lain (Tabel 3.1), yaitu hanya sebesar 395 juta

Gambar 3.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan


 Sumber: Saidi & Abidin, 2004 (dalam Ivyannoproject, 2012)
Berikut ini adalah beberapa contoh perusahaan yang melaksanakan programTanggung Jawab
Sosial terhadap Lingkungan.
1.PT Unilever Indonesia, di antaranya melakukan Green and Clean dengan mendaur
ulangkantong bekas produk Unilever dan pemberdayaan petani kedelai hitam.
2. PT Adaro Indonesia, di antaranya menyediakan pusat air bersih dan menjualnya
kepadamasyarakat dengan harga terjangkau. Sementara pengaturannya dilakukan
olehmasyarakat itu sendiri.
3.PT Telekomunikasi Indonesia, di antaranya melakukan perbaikan dan
pengembangandrainase, penanaman pohon lindung, pengerasan dan pengaspalan jalan.
4. PT HM Sampoerna, di antaranya menciptakan air bersih untuk masyarakat, danmelakukan
penanaman pohon untuk reboisasi.
5. PT Tambang Batubara Bukit Asam, di antaranya membuat kolam pengendap
lumpur, pemanfaatan tanaman minyak kayu putih, dan membangun taman hutan raya.6.
 PT Bakrieland Development, di antaranya membangun kawasan resapan air,
penggunaan  solar energy system, dan program Goes Green di Bali Nirwana Resort.
7. PT Berau Coal, di antaranya pemanfaatan lahan menjadi area tanaman buah-buahan,
area peternakan sapi, lahan perkebunan, kehutanan, tanaman karet, dan lain-lain.

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
4.1. Kesimpulan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan mendapatkan
perhatian paling sedikit dibandingkan dengan kegiatan
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaanyang lainnya, seperti pelayanan sosial, kesehatan,
pendidikan, dan lain sebagainya. Saidi danAbidin, 2004 (dalam Ivyannoproject, 2012)
menunjukkan bahwa Tanggung Jawab Sosial perusahaan Indonesia terhadap Lingkungan
mendapatkan suntikan biaya paling kecil jikadibandingkan dengan kegiatan sosial lainnya.Di
samping itu, kenyataannya masih ada beberapa perusahaan yang belummemahami
pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam konsepTanggung
Jawab Sosial Perusahaan (CSR).
4.2. Saran
PelaksanaanTanggung JawabSosial dan Lingkungan (TJSL) akan menguntungkan bagi perus
ahaan yang menjalankannya, antara lain pengembangan citra perusahaan di matakonsumen
dan investor, perusahaan dapat mengeliminasi konflik lingkungan dan sosialdi sekitar
perusahaan, perusahaan dapat meningkatkan kerja sama dengan para pemangku
kepentingan, serta perusahaan dapat menonjolkan keunggulan komparatif.2. Tulisan
dalam paper ini hanya mengkaji fenomena dan hasil penelitian dari kasus yangterjadi dalam
hubungannya dengan konsep CSR dan TJSL dari sudut pandang penulis.Sehingga
memerlukan kajian yang lebih mendalam ataupun penelitian lebih lanjutterhadap praktik-
praktik CSR dan TJSL yang terbaru, agar dapat menghasilkanimplikasi yang bermanfaat baik
secara teoretis maupun praktis.

Anda mungkin juga menyukai