Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN STUDI KASUS

FARMASI KLINIS

Dosen Pengampu :

Di susun Kelompok 9 :

1. Alif Wachidatul F. (1902050259)


2. Bagus Cahyo R. (1902050287)
3. Siti Mujiati (1902050295)
4. Thohirah Ali Fanny H. (1902050258)
5. Yurika Nur Fitria (1902050299)

PROGAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan farmasi klinis ini.

Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki laporan farmasi klinis ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan farmasi klinis ini bermanfaat

bagi masyarakat dan dapat memberikan informasi maupun inspirasi terhadap

pembaca.

Lamongan, 10 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
A. KASUS
- Silakahkan identifikasi DRP yang ada pada terapi tersebut jika ada.
B. EFEK SAMPING DAN INDIKASI MASING-MASING OBAT PADA
KASUS
a. Griseofulvin

Griseofulvin adalah obat antijamur yang digunakan untuk mengobati infeksi

seperti kurap , kutu air , gatal di selangkangan , dan infeksi jamur pada kulit

kepala, kuku tangan, atau kuku kaki (Drugs.com).

Indikasi :

Infeksi jamur pada kulit, rambut, dan kuku bila terapi topikal gagal.

Dosis :

Dewasa dan lansia, 500 mg satu kali sehari dosis tunggal atau terbagi. Anak-

anak, dosis harian 10 mg/kg BB satu kali sehari dosis tunggal atau terbagi.

Kontraindikasi :

Porfiria, kegagalan hepatoselular atau lupus eritematosus, kehamilan.

Interaksi :

Antikoagulan koumarin: menurunkan renspon antikoagulan kumarin. Obat

penginduksi enzim hati (barbiturat): menurunkan efektivitas griseofulvin.

Kontrasepsi oral: meningkatkan risiko pendarahan uterus, amenore, dan

kegagalan kontrasepsi. Alkohol: meningkatkan efek alkohol.

Efek Samping :

Reaksi urtikaria, ruam kulit, sakit kepala, tidak nyaman pada lambung, pusing,

kelelahan, granulositopenia, leukopenia, fotosensitivitas pada pasien, SLE,

eritema multiform, nekrolisis epidermal toksis, neuropati peripheral,


kebingungan dengan gangguan koordinasi, kandidiasis oral, kolestasis,

peningkatan enzim hati, hepatitis.

Peringatan :

Tidak untuk profilaksis, kerusakan sel sperma, dianjurkan tidak merencanakan

kehamilan selama terapi 6 bulan setelahnya, mengemudi dan mengoperasikan

mesin (PIONAS).

C. IDENTIFIKASI DRP SESUAI PCNE


a. Problem

P2 Keamanan Pengobatan
Dosis yang diberikan tidak sesuai untuk anak 2 tahun, seharusnya diberikan
10 mg/KgBb/hari selama 2 minggu.

b. Causes

C2 Bentuk Obat
Pada kasus diatas tidak dijelaskan bentuk sediaan obat yang diberikan pada
pasien.
C3 Dosis Obat
Dosis obat tidak sesuai dengan pasien, karena pada kasus diatas pasiennya
anak-anak sedangkan dosis obat yang diberikan yaitu dosis untuk orang
dewasa.

c. Planed Intervention

I1 Karena pasiennya anak-anak, sedangkan pada kasus diatas dosisnya


untuk orang dewasa

d. Acceptance

A2 Intervensi tidak diterima (karena salah pengobatan).


e. Status On The DRP

O3 Masalah tidak terselesaikan

D. PEMBAHASAN
Drug related problems (DRPs) merupakan suatu peristiwa atau keadaan
dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat mempengaruhi hasil terapi
yang diinginkan (Bemt and Egberts, 2007; Pharmaceutical Care Network
Europe Foundation, 2010).
Menurut Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) (2010), terdiri dari
delapan kategori yaitu obat tanpa indikasi, obat salah, indikasi tanpa obat, dosis
obat kurang, dosis obat berlebih, interaksi obat, reaksi obat merugikan, dan
kegagalan dalam menerima obat.
Pada kasus kali ini yaitu An. FH bersama ibunya sedang periksa di poli
spesialis kulit dan kelamin karena mengeluhkan gatal-gatal dan ada putih-putih
seperti isi cairan yang bentuknya melingkar di tangan, kaki, dan leher. Dokter
meresepkan Griseofulvin tiap 12 jam selama 2 minggu. An. FH berusia dua
tahun dan setiap hari selalu minum susu saat pagi, siang, dan malam. Saat
minum obat pun An. FH harus dengan susu, tidak mau dengan air mineral.
Berdasarkan kasus diatas maka dapat diketahui bahwa Drpsnya ada masalah
keamanan pengobatannya yaitu dosis yang diberikan tidak sesuai untuk anak 2
tahun, seharusnya diberikan 10 mg/KgBb/hari selama 2 minggu. Penyebabnya
ada dua yaitu bentuk obat yaitu pada kasus diatas tidak dijelaskan bentuk
sediaan obat yang diberikan pada pasien, dan dosis obatnya yaitu dosis obat
tidak sesuai dengan pasien, karena pada kasus diatas pasiennya anak-anak
sedangkan dosis obat yang diberikan yaitu dosis untuk orang dewasa.
Intervensinya yaitu Karena pasiennya anak-anak, sedangkan pada kasus diatas
dosisnya untuk orang dewasa. Penerimaannya yaitu intervensi tidak diterima
(karena salah pengobatan). Dan status di Drps nya yaitu masalahnya tidak
terselesaikan.
Pemberian informasi dan edukasi mengenai indikasi obat, dosis obat, cara
penggunaan, interaksi obat, reaksi obat yang merugikan dan kegagalandalam
menerima obat sangatlah penting untuk menghindari interaksi obat yang
merugikan.

E. KESIMPULAN

Pada kasus ini diketahui bahwa ada masalah keamanan yaitu pada dosis yang diberikan,
pada kasus di atas dosis tidak sesuai dengan dosis yang di berikan untuk anak umur 2
tahun, dan masalah bentuk obat yang akan di berikan kepada pasien, jadi diperlukan
ketelitian dan pengecekan informasi agar tidak terjadi interaksi obat yang merugikan
bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai