Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Pondasi

Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena
pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban ( hidup dan mati ) yang berada di atasnya dan
gaya – gaya dari luar. Pada pondasi tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat  ataupun
penurunan pondasi merata melebihi dari batas – batas tertentu.

Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar bangunan
tersebut, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung
pondasi.Pondasi pada tanah miring lebih dari 10 %, maka pondasi bangunan tersebut harus
dibuat rata atau dibentuk tangga dengan bagian bawah dan atas rata.Jenis pondasi dibagi menjadi
dua, yaitu :

1.      Pondasi dangkal

2.      Pondasi dalam

2.2. Pondasi dangkal

Pondasi dangkal adalah pondasi yang digunakan pada kedalaman 0.8 – 1 meter. Karena
daya dukung tanah telah mencukupi. Jenis –  jenis pondasi dangkal :
2.2.1 Pondasi rollag bata

Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk menopang
berat beban pada bangunan.Namun, pada saat ini pondasi rollag bata telah lama
ditinggalkan.Selain mahal, pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak
memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakanuntuk menahan
beban ringan, misalnya pada teras.

2.2.2 Pondasi batu kali


Pondasi batu kali sering kita temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini
masih digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk murah.Bentuknya yang
trapesium dengan ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar pondasi bawah 60 – 80 Cm dan lebar pondasi
atas 25 – 30 Cm.

Bahan lain yang murah sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali adalah
memanfaatkan bongkaran bekas pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran
jalan.Bekas bongkaran tersebut cukup kuat digunakan untuk pondasi, sebab mutu beton yang
digunakan ialah K-250 s/d K-300.Permukaannya yang tajam dan kasar mampu mengikat
adukukan semen dan pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi rollag bata, tentu bongkaran bekas
beton jauh lebih kuat.Ukurannya rata – rata 30 x 30 Cm.

2.2.3 Pondasi sumuran

Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80 Cm dengan


kedalaman satu – dua meter.Di dalamnya dicor beton yang kemudian dicampur dengan batu kali
dan sedikit pembesian dibagian atasnya.Pondasi ini kurang populer sebab banyak
kekurangannya, di antaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar. Hal
tersebut membuat pondasi ini kurang diminati.

2.2.4 Pondasi plat beton lajur

Pondasi palt beto lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari beton bertulang tetapi
harganya lebih mahal dibandingkan dengan pondasi batu kali.Ukuran lebar pondasi lajur ini
sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali, yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi plat beton
lajur adalah pengganti pondasi batu kali.

2.2.5 Pondasi bor mini / Strauss pile

Pondasi bor mini atau strauss pile ini digunakan pada kondisi tanah yang jelek, seperti
bekas empang atau rawa yang lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi
ini bisa digunakan untuk rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai.Kedalamannya dua –
lima meter.Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya dengan mesin
bor atau secara manual. Di atas pondasi bor mini ada blok beton ( pile cap ). Pile cap ini
merupakan media untuk mengikat kolom dengan sloof.
2.3 Pondasi dalam

Di pakai untuk bangunan bertanah lembek, bangunan berbentang lebar (memiliki jarak
kolom lebih dari enam meter), dan bangunan bertingkat.

2.2.6 Bore pile

Bore pile adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari dua meter.Digunakan untuk
pondasi bangunan – bangunan tinggi.Sebelum memasang bore pile, permukaan tanah dibor
terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor. Hingga menemukan daya dukung tanah yang 
sangat kuat untuk menopang pondasi.Setelah itu tulang besi dimasukan kedalam permukaaan
tanah yang telah dibor, kemudian dicor dengan beton.Pondasi ini berdiameter 20 Cm keatas.Dan
biasanya pondasi ini terdiri dari dua atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.

2.2.7 Tiang pancang / Paku bumi

Tiang pancang pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya sja yang membedakan bahan
dasarnya.Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah
dengan menggunakan mesin pemancang.Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku,
oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran.

2.3 Beban bangunan

Untuk mengetahui berat bangunan perlu diketahui fungsi ruang di dalam rumah serta
elemen struktur dan arsitektur apa saja yang digunakan. Elemen struktur dan arsitektur tersebut
adalah elemen yang ada di atas pondasi dan pondasinya sendiri, seperti berat atap, berat dinding,
berat perabotan, dan berat pondasi.

Berat bangunan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Berat bangunan
tersebut harus dapat disalurkan oleh pondasi ke permukaan tanah keras. Contohnya, bila sebuah
rumah dilengkapi dengan perpustakaan, maka beban yang dihitung harus lebih besar, karena
buku-buku memiliki berat lebih besar setiap meter perseginya.

Menurut Wolfgang Schueller , “beban yang bekerja pada bangunan dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, seperti beban iklim, beban mati, dan beban hidup”. Beban iklim adalah beban
akibat cuaca, misalnya terpaan hujan dan hembusan angin. Beban mati adalah beban struktur
yang tidak dapat dipindah-pindah atau dihilangkan, seperti berat kolom, balok, dan atap.
Sementara itu, beban hidup adalah beban yang masih dapat diadakan atau ditiadakan, seperti
perabot, manusia, dan kendaraan bermotor.

Pada intinya, pondasi menjaga kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri akibat dari
beban struktur bangunan dan beban hidup maupun gaya dari luar bangunan, seperti angin,
gempa, dan air hujan.

2.3.1 Pondasi-Menerus

Pondasi bangunan dibedakan atas pondasi-dangkal dan pondasi-dalam. Menurut Ir. Rudi
Gunawan dalam buku Pengantar Teknik Pondasi, dijelaskan bahwa perbedaan antara pondasi-
dangkal dan pondasi-dalam terletak pada perbandingan antara kedalaman dasar pondasi dari
muka tanah (D) dengan lebar pondasinya (B).

Biasanya rumah tinggal menggunakan pondasi- dangkal dengan perbandingan D lebih


kecil atau sama dengan B (D<=B). Kedalaman pondasi (D) biasanya antara 0,6 m sampai 3 m.
Pondasi-dangkal juga dikenal dengan nama pondasi-langsung, karena semua beban bangunan
langsung disalurkan ke permukaan tanah keras dengan cara menyebarkan beban bangunan.

Sesuai dengan prinsipnya, beban harus langsung disebarkan ke permukaan dasar pondasi.
Dengan demikian, setiap sentimeter persegi permukaan dasar pondasi harus menyalurkan beban
kurang atau sebesar dari daya dukung tanah yang ada.

Masih menurut Ir. Rudi Gunawan, ada beberapa jenis pondasi-dangkal, yaitu pondasi-
menerus, pondasi-telapak, pondasi-kaki gabungan, dan pondasi-plat. Pondasi yang biasa
digunakan untuk rumah tinggal tidak bertingkat adalah pondasi-menerus. Artinya, pondasi dibuat
sepanjang dinding yang ada di rumah tersebut.

Lebar dasar pondasi-menerus adalah 2,5 kali dari tebal dinding. Jadi, tebal pondasi
minimal 70 cm untuk dinding 1/2 bata(1) dan minimal 90 cm untuk dinding satu bata(2).
Kedalaman pondasi-menerus untuk di atas tanah keras dengan dinding 1/2 bata cukup 60 cm
sampai 80 cm, sedangkan untuk dinding satu bata, kedalamannya 80 cm sampai 100 cm. Bila
bangunan memikul beban yang cukup berat, sementara daya dukung tanahnya kecil, maka
digunakan pondasi-menerus dari plat beton bertulang.
Di atas batu kali pada pondasi-menerus harus dipasangi balok sloof beton bertulang untuk
meratakan beban. Fungsi lain dari sloof adalah sebagai pengikat antara struktur bagian atas tanah
dengan struktur bagian dalam tanah atau pondasi. Ikatan antara sloof dengan elemen struktur
lainnya dapat menggunakan angkur.

2.3.2 Pondasi-Telapak

Salah satu jenis pondasi yang biasa digunakan pada rumah tinggal adalah pondasi-telapak.
Pondasi ini harus memiliki ketebalan yang cukup, untuk menghindari sobekan pada telapaknya
akibat beban yang cukup berat.

Untuk menghitung luas permukaan dasar pondasi-menerus dan pondasi-telapak digunakan


rumus:

A (cm2) = Total berat bangunan (kg)

Daya dukung tanah (kg/cm2)

Luas permukaan dasar pondasi harus cukup besar, sesuai dengan ketebalan dinding. Selain
permukaan pondasi tersebut dapat menyalurkan beban merata ke permukaan tanah keras, juga
sebagai penstabil bangunan. Contoh perhitungan dapat dilihat pada boks.

Ada satu jenis pondasi lain yaitu pondasi rollag, yang khusus digunakan untuk pondasi-
teras atau emperan. Pondasi jenis ini tidak untuk memikul dan menyalurkan beban bangunan
yang berat. Pondasi ini terbuat dari batu bata atau dari batu kali, yang kedalamannya hanya 40
cm sampai 70 cm dan memiliki lebar 30 cm sampai 70 cm.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ketepatan Pemilihan

Memilih pondasi yang akan digunakan pada rumah tinggal haruslah tepat. Ketidaktepatan
dalam pemilihan pondasi akan berakibat fatal pada bangunan, seperti penurunan bangunan,
sehingga tanah yang mengalami desakan akan terangkat naik. Akibat lain, struktur bangunan
akan mengalami pergerakan dan terjadi retak-retak pada badan bangunan. Semakin lama retak
tersebut akan semakin besar dan dapat menimbulkan keruntuhan bangunan.

Pemilihan pondasi, selain memperhitungkan keadaan tanah (daya dukung tanah), juga
perlu memperhatikan lokasi dan fungsi bangunan. Jika bangunan tidak bertingkat berlokasi di
tepi jalan raya yang dilewati oleh kendaraan berat, maka sebaiknya menggunakan pondasi-
menerus yang ditambah perkuatan ekstra. Apalagi bila bangunan tersebut berada di tanah yang
memiliki perbedaan ketinggian yang cukup besar. Perkuatan ekstra yang dimaksud adalah
pebambahan pondasi-menerus plat beton bertulang atau pondasi-telapak pada titik-titik pondasi
di bawah kolom struktural.

Anda mungkin juga menyukai