Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

DEFINISI MENTAL DAN KARAKTER

DISUSUN OLEH
NAMA : ZAKI AHMAD FIKRI
NIM : 20602244122
PKO B

PENDIDIKAN KEPELATIHAN KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah.


Analisis untuk menilai tingkat keberhasilan bank pada periode tertentu berdasarkan rencana
kerja, laporan realisasi rencana kerja, dan laporan berkala bank; aspek yang dinilai terutama
meliputi modal (capital), aset (assets), manajemen (management), hasil (earning), dan
likuiditas (liquidity), disingkat CAMEL, kepatuhan terhadap ketentuan, dan aspek lain; di
Indonesia analisis kinerja bank pada dasarnya dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai bank
sentral; analisis kinerja juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk berbagai tujuan.”
Kinerja merupakan bagian yang sangat penting dan menarik karena terbukti sangat penting
manfaatnya, suatu lembaga menginginkan karyawan untuk bekerja sungguh-sungguh sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai hasil kerja yang baik, tanpa adanya
kinerja yang baik dari seluruh karyawan, maka keberhasilan dalam mencapai tujuan akan
sulit tercapai. Kinerja pada dasarnya mencakup sikap mental dan perilaku yang selalu
mempunyai pandangan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan saat ini harus lebih berkualitas
daripada pelaksanaan pekerjaan masa lalu, untuk saat yang akan datang lebih berkualitas
daripada saat ini. Seorang pegawai atau karyawan akan merasa mempunyai kebanggaan
dan kepuasan tersendiri dengan prestasi dari yang dicapai berdasarkan kinerja yang
diberikannya untuk perusahaan. Kinerja yang baik merupakan keadaan yang diinginkan
dalam dunia kerja. Seorang karyawan akan memperoleh prestasi kerja yang baik bila
kinerjanya sesuai dengan standar, baik kualitas maupun kuantitas.
mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka
seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi mental yang sehat akan
membantu perkembangan seseorang kearah yang lebih baik dimasa mendatang
(Adityawarman, 2010). Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu
menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberi kontribusi terhadap lingkunganya (WHO,
2016).
Penanaman nilai-nilai karakter sangat penting sekali untuk mengatasi berbagai masalah
penyimpangan akhlak dan perilaku yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Keadaan ini
juga berkaitan dengan penyimpangan perilaku murid yang diantaranya adalah hilangnya
rasa hormat kepada orang tua, tawuran antar pelajar, konsumsi narkoba dan minuman
keras, pergaulan bebas, hilangnya kejujuran, lemahnya kreatifitas, tanggungjawab, dan
berbagai kerusakan akhlak dan perilaku yang sudah menjadi masalah bersama dan ikut
memberi andil terjadinya masalah di lingkungan masyarakat
DEFINISI MENTAL

Pengertian mental, adalah kondisi di mana individu memiliki kesejahteraan yang tampak
dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk
mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja
secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada
komunitasnya. Untuk bisa menjadi orang yang sukses diperlukan karakter dan mental yang
baik dan kuat, agar apa yang dilakukan bisa dilakukan dengan baik dan teliti. Tidak
melakukan sesuatu dengan cara yang tidak baik, hanya mementingkan keuntungan semata
dan tidak melihat apapun akibatnya.

KESEHATAN MENTAL
Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang
tersebut tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu, bisa saja menjadi
hal yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya
(Sias,2006). Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan
dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki
estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau
kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki
kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa terdapat banyak cara dalam
mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene) sebagai berikut :
a. Karena tidak mengalami gangguan mental
b. Tidak jatuh sakit akibat stessor
c. Sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
d. Tumbuh dan berkembang secara positif.
Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental Orang yang sehat mentalnya
adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa.
Vaillaint (dalam Notosoedirjo & Latipun, 2005), mengatakan 14 bahwa kesehatan mental
atau psikologis itu “as the presence of successfull adjustmet or the absence of
psychopatology”. Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang berada dalam keadaan
sakit atau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan psikisnya, dan jika
ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang sakit. Dengan kata lain sehat dan
sakit mental itu bersifat nominal yang dapat dibedakan kelompok- kelompoknya. Frank, L. K.
(dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) merumuskan pengertian kesehatan mental secara
lebih komprehensif dan melihat kesehatan mental secara ”positif”. Dia mengemukakan
bahwa kesehatan mental adalah orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan
matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian (tanpa
membayar terlalu tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam berpartisipasi dalam
memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya. Federasi Kesehatan Mental Dunia
(World Federation for Mental Health) merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai
kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik,
intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain. Sebuah
masyarakat yang sehat secara mental adalah masyarakat yang membolehkan anggota
masyarakatnya berkembang sesuai kemampuannya. Dalam konteks Federasi Kesehatan
Mental Dunia ini jelas bahwa kesehatan mental itu tidak cukup dalam 15 pandangan
individual tetapi sekaligus mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untuk berekembang
secara optimal. Berdasarkan dari sekian pemaparan tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
kesehatan mental adalah kesesuaian diri dengan lingkungannya serta tumbuh dan
berkembang secara positif serta matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab dan
memelihara aturan sosial di dalam lingkungannya.

PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MENTAL


Prinsip-prinsip pengertian kesehatan mental adalah sebagai berikut: a. Kesehatan mental
adalah lebih dari tiadanya perilaku abnormal. Prinsip ini menegaskan bahwa yang dikatakan
sehat mentalnya tidak cukup kalau dikatakan sebagai orang yang tidak megalami
abnormalitas atauorang yang normal. Karena pendekatan statistik memberikan kelemahan
pemahaman normalitas itu. Konsep kesehatan mental lebih bermakna positif daripada
makna keadaan umum atau normalitas sebagaimana konsep statistik. b. Kesehatan mental
adalah konsep yang ideal.
Prinsip ini menegaskan bahwa kesehatan mental menjadi tujuan yang amat tinggi bagi
seseorang. Apalagi disadari bahwa kesehatan mental itu bersifat kontinum. Jadi sedapat
mungkin orang mend apatkan kondisi sehat yang paling optimal dan berusaha terus untuk
mencapai kondisi sehat yang setingi-tingginya. 16 c. Kesehatan mental sebagai bagian dan
karakteristik kualitas hidup.
Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang salah satunya ditunjukkan oleh
kesehatan mentalnya. Tidak mungkin membiarkan kesehatan mental seseorang untuk
mencapai kualitas hidupnya, atau sebaliknya kualitas hidup seseorang dapat dikatakan
meningkat jika juga terjadi peningkatan kesehatan mentalnya. Berdasarkan pemaparan
diatas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana
kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang tersebut dapat berfungsi secara
optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan dan stressor, menjalankan
kapasitasnya selaras dengan lingkungannya, menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan
diri sendiri, menemukan penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial dalam
budayanya, terus menerus bertumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, dapat
menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah- masalah
dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan
dalam hidupnya.
DEFINISI KINERJA

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana
dikemukakan oleh Mangkunegara (2005) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Menurut Notoatmodjo bahwa kinerja tergantung pada kemampuan pembawaan (ability),
kemampuan yang dapat dikembangkan (capacity), bantuan untuk terwujudnya performance
(help), insentif materi maupun nonmateri (incentive), lingkungan (environment), dan
evaluasi (evaluation). Kinerja dipengaruhi oleh kualitas fisik individu (ketrampilan dan
kemampuan, pendidikan dan keserasian), lingkungan (termasuk insentif dan noninsentif)
dan teknologi.
Secara umum kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan seseorang
dalam melaksanakan pekerjaannya. Robbins (2001) menjelaskan bahwa kinerja merupakan
suatu hasil yang dicapai oleh pekerjaan dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang
berlaku untuk suatu pekerjaan.

EVALUASI KINERJA
Menurut A. A. Prabu Mangkunegara dalam bukunya Evaluasi Kinerja SDM (2005)
manajemen kinerja merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian terhadap pencapaian kinerja dan dikomunikasikan secara terus menerus oleh
pimpinan kepada karyawan, antara 20 karyawan dengan atasannya langsung. Selanjutnya A.
A. Prabu Mangkunegara mengemukakan tujuan dari pelaksanaan manajemen kinerja, bagi
para pimpinan dan manajer adalah :
a. Mengurangi keterlibatan dalam semua hal;
b. Menghemat waktu, karena para pegawai dapat mengambil berbagai keputusan sendiri
dengan memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan serta pemahaman yang
diperlukan untuk mengambil keputusan yang benar.
c. Adanya kesatuan pendapat dan menguarangi kesalahpahaman diantara pegawai tentang
siapa yang mengerjakan dan siapa yang bertanggungjawab;
d. Mengurangi frekuensi situasi dimana atasan tidak memiliki informasi pada saat
dibutuhkan;
e. Pegawai mampu memperbaiki kesalahannya dan mengidentifikasikan sebab-sebab
terjadinya kesalahan atau inefesiensi Adapun tujuan pelaksanaan manajemen kinerja bagi
para pegawai adalah :
a. Membantu para pegawai untuk mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan dan
mengapa hal tersebut harus dikerjakan serta memberikan kewenangan dalam mengambil
keputusan;
b. Membarikan kesempatan bagi para pegawai untuk mengembangkan keahlian dan
kemampuan baru.
c. Mengenali rintangan-rintangan peningkatan kinerja dan kebutuhan sumber daya yang
memadai.
d. Pegawai memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pekerjaan dan
tanggungjawa kerja mereka (Mangkunegara, 2005).
Berdasarkan definisi dan tujuan-tujuan yang dikemukakan oleh Mangkunegara, maka
manajemen kinerja adalah suatu proses perencanaan dan pengendalian kerja para aparatur
dalam melaksanakan pekerjaannya, dalam tujuan Mangkunegara berbicara tentang
bagaimana adanya pehaman antara pimpinan dan bawahan dalam menyelesaikan,
mengambil keputusan dan mendapatkan pemahaman yang baik tentang pekerjaan dan
tanggung jawab.
Evaluasi kinerja yang dikemukakan Payaman J. Simanjuntak adalah “suatu metode dan
proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau
unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau
tujuan yang ditetapkan lebih dahulu.” (Simanjuntak, 2005). Berdasarkan pengertian
tersebut maka evaluasi kinerja merupakan suatu proses yang digunakan oleh pimpinan
untuk menentukan prestasi kerja seorang karyawan dalam melakukan pekerjaannya
menurut tugas dan tanggung jawabnya.
Evaluasi kinerja kemudian di definisikan oleh Society for Human Resource Management
yaitu: “The process of evaluting how well employees perform their jobs when compared to
a set of standards, and then communicating that information to employees.
(Proses mengevaluasi sejauh mana kinerja aparatur dalam bekerja ketika dibandingkan
dengan serangkaian standar, dan mengkomunikasikan informasi tersebut pada aparatur).”
(Dalam Wirawan 2009) Berdasarkan definisi di atas, maka evaluasi kinerja merupakan suatu
proses untuk mengetahui sejauh mana kinerja aparatur bila dibandingan dengan
serangakain standarisasi yang dilakukan untuk bekerja sesuai komunikasi informasi yang
telah diberikan oleh pimpinan.
Evaluasi kinerja dilakukan juga untuk menilai seberapa baik aparatur bekerja setelah
menerima informasi dan berkomunikasi dengan aparatur yang lain agar pekerjaan sesuai
dengan kemauan pimpinan dan kinerja para aparatur itu sendiri dapat terlihat secara baik
oleh pimpinan dan masyarakat selaku penilai.
DEFINISI KARAKTER
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti : Sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan dari yang lain. Menurut (Ditjen Mandikdasmen --
Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia
buat. W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan
berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak
etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-
sifat yang relatif tetap.
Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter
artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Wyne mengungkapkan bahwa kata
karakter berasal dari bahasa Yunani "karasso" yang berarti "to mark" yaitu menandai atau
mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam
atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku
jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter
erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.

Unsur dalam Pembentukan Karakter


Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran, yang di
dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan
pelopor segalanya. Dua Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang
akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika
program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka
perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa
ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan
penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius.unsur dalam
karakter sebagai berikut :

Emosi

Secara umum, definisi emosi adalah suatu perasaan atau gejolak jiwa yang muncul dalam
diri seseorang sebagai akibat dari adanya rangsangan, baik dari dalam diri sendiri maupun
dari luar.
Konsep diri
Konsep diri (self conception) adalah cara pandang dan sikap seseorang terhadap dirinya
sendiri. Konsep diri sangat erat hubungannya dengan dimensi fisik, karakter individu, dan
motivasi diri.

Kebiasaan dan kemauan


Kebiasaan dan kemauan yang kuat dalam diri seseorang akan sangat berpengaruh pada
pembentukan karakternya. Suatu kebiasaan dalam berperilaku dan bertindak merupakan
cerminan dari karakter seseorang.

Kepercayaan
Dalam hal ini, kepercayaan merupakan komponen yang didapatkan dari faktor sosio psikologis
yang juga dapat berpengaruh pada karakter seseorang. Kepercayaan seseorang dapat
membangun watak dan karakter seseorang melalui proses pembelajaran.

JENIS KARAKTER
Jenis karakter

Karakter secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis berikut:

Sanguinis

Jenis karakter ini secara mendasar menjelaskan karakter yang bercirikan individu tertentu
suka bergaul dengan orang lain yang berada di lingkungan sekitarnya. Jenis karakter ini
seringkali diistilahkan dengan ekstrovet.

Melankolis

Jenis karakter melankolis secara mendasar menjelaskan karakter yang bercirikan individu
yang tidak suka bergaul dengan individu lain di lingkungan sekitar, atau cenderung menutup
diri dari luar lingkungannya, pemikir keras serta cenderung bersifat pesimis.

Jenis karakter melankolis seringkali diistilahkan sebagai introvert.

Koleris

Jenis karakter koleris secara mendasar menjelaskan karakter yang bercirikan memiliki
kepribadian yang tegas dalam mengambil keputusan, gemar mengatur, senang
berpetualang, senang dengan hal yang menantang, serta optimistis atau tidak mudah
menyerah.

Plegmatis
Jenis karakter plegmatis secara mendasar menjelaskan karakter yang identik dengan sifat
pembawaan yang cenderung santai dan acuh tak acuh. Jenis karakter ini dapat lebih mudah
berdamai dengan kehidupan dalam berbagai macam keadaan.

PENTINGNYA PENDIDIKAN MENTAL DAN KARAKTER


Pendidikan mental dan karakter dapat melahirkan pribadi yang unggul dari sisi kognitif yang
didukung dengan karakter yang dapat mendukung kesuksesan seseorang.
Kepandaian pada bidang pendidikan saja belum cukup tanpa bekal mental dan karakter
yang kuat. Agar saat siswa terjun di masyarakat dan dunia kerja nanti tidak terjadi
penyalahgunaan ilmu yang dipelajari selama pendidikan. Dengan begitu, generasi-generasi
Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan mental dan karakter.
Manfaat Pendidikan mental dan karakter:

1. Membentuk karakter diri

Pendidikan karakter menjadikan individu yang maju, mandiri, dan kokoh dalam
menggenggam prinsip.

2. Mengetahui peluang dan bahaya lingkungan


Pendidikan karakter akan menjadi benteng dalam memerangi berbagai perilaku berbahaya.
Membantu mempersiapkan anak menghadapi banyak peluang dan bahaya yang tidak
diketahui yang ada di masyarakat saat ini. Pendidikan karakter memberi pengetahuan yang
mereka butuhkan untuk mengetahui bahaya apa yang ada di masyarakat dan menanganinya
dengan benar.

3. Melatih mental dan moral


Mencegah terjadinya kondisi mental yang lemah dengan moral yang tidak baik. Dengan
meningkatnya kondisi mental dan moral individu, maka akan menciptakan suasana yang
kondusif dan mencegah terjadinya perpecahan.

4. Baik dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab


pendidikan ini sangat berperan penting dalam mempengaruhi kemampuan berfikir individu.
Oleh karenanya, seseorang akan lebih bijak dalam mengambil keputusan. Dan mendorong
rasa tanggung jawab yang besar.

5. Displin
Sekolah yang mengajarkan pendidikan karakter melaporkan kinerja akademik yang lebih
tinggi, kehadiran yang lebih baik, pengurangan kekerasan, lebih sedikit masalah disiplin,
pengurangan penyalahgunaan zat, dan lebih sedikit vandalisme.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai