Maklhsc472 - Daniel - Content Creator-P
Maklhsc472 - Daniel - Content Creator-P
Abstrak
Media sosial kini menjadi salah satu elemen yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat
modern, khususnya bagi Generasi Z. Media yang kerapkali menggantikan interaksi tatap muka dalam
komunikasi ini menjadi sebuah platform interaksi sosial yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Munculnya slogan “Sandang, Pangan, Wi-Fi” menegaskan ketergantungan masyarakat modern akan
eksistensi di media sosial. Media sosial yang semula bertujuan sebagai media komunikasi interaktif yang
bersifat dua arah, kini membuka peluang baru dalam inovasi industri kreatif. Lahirnya content creator
sebagai profesi menjadi salah satu wujud inovasi industri kreatif dengan bantuan media sosial di dunia
bisnis. Tak hanya itu, content creator membuka peluang bagi siapapun untuk menciptakan jati diri secara
utuh (personal branding), sekaligus mendapatkan penghasilan melalui model bisnis baru, baik itu
influencer, endorsement, campaign, dan lain sebagainya. Paper ini akan membahas tentang (1) fenomena
content creator dalam industri kreatif; (2) kaitan content creator dengan personal branding; (3) peran
media sosial dalam menunjang profesi content creator. Paper ini akan membuka perspektif baru tentang
inovasi industri kreatif melalui peran media sosial, khususnya dalam profesi content creator melalui
metode kualitatif dengan jenis pendekatan fenomenologi dan studi kasus.
Kata Kunci: content creator, industri kreatif, personal branding, media sosial
Abstract
Social media is now one of the elements that play an important role in the lives of modern
society, especially for Generation Z. Media that often replaces face-to-face interaction in communication
becomes a platform for social interaction that affects daily life. The emergence of the slogan "Clothing,
Food, Wi-Fi" confirms the dependence of modern society on existence on social media. Social media which
was originally intended as an interactive communication medium that is two-way, now opens new
opportunities in creative industry innovation. The birth of content creator as a profession is one form of
innovation in the creative industry with the help of social media in the business world. Not only that,
content creators open opportunities for anyone to create a complete identity (personal branding), while
earning income through a new business model, be it influencers, endorsements, campaigns, and so on.
This paper will discuss (1) the phenomenon of content creators in the creative industry; (2) link between
content creator and personal branding; (3) the role of social media in supporting the content creator
profession. This paper will open up new perspectives on creative industry innovation through the role of
social media, especially in the content creator profession through qualitative methods with the types of
phenomenological approaches and case studies.
I. Pendahuluan
Dewasa ini, media sosial berperan penting dalam proses komunikasi bagi masyarakat modern.
Pepatah “menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh” menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat
dilepaskan dari munculnya sosial media. Posting foto, membuat caption yang menarik, menantikan like,
serta membalas komentar menjadi sebuah aktivitas yang lazim dilakukan di media sosial (Lestari, 2017).
Tak jarang, media sosial menjadi dunia virtual yang menggantikan interaksi tatap muka, sekaligus
membangun lingkungan sosial baru bagi masyarakat modern.
Fenomena penggunaan media sosial di kalangan masyarakat modern memunculkan peluang
bisnis baru dalam bidang industri kreatif. Profesi content creator menjadi satu dari sekian banyak profesi
baru yang diciptakan oleh media sosial. Content creator sendiri dapat dibagi menjadi beberapa profesi
spesifik, yakni Selebgram, YouTuber, Beauty Vlogger, Endorser, Fotografer, Travel Blogger, dan masih
banyak lainnya (MLDSPOT, 2017).
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), mayoritas pengguna
internet di kalangan masyarakat Indonesia termasuk dalam kelompok usia 19 – 34 tahun (49,52%), diikuti
kelompok usia 35 – 54 tahun (29,55%), kelompok usia 13 – 18 tahun (16,68%), dan kelompok usia di atas
54 tahun (4,24%) (Katadata, 2018).
35 – 54 tahun
19 – 34 tahun
Media Sosial
Media sosial adalah segala bentuk media komunikasi interaktif yang memungkinkan terjadinya
interaksi dua arah dan umpan balik (Kent, Sommerfeldt, & Saffer, 2016). Karakteristik dari media sosial
adalah (1) partisipasi, (2) keterbukaan, (3) membangun hubungan, (4) reliabilitas, (5) membangun
komunitas (Damani , 2018). Beberapa media sosial yang popular di kalangan masyarakat Indonesia adalah
YouTube, Facebook, WhatsApp, Instagram, Line, dan lain sebagainya (Katadata.co.id, 2018).
Media Sosial yang Paling Sering Digunakan di Indonesia
(2017)
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Industri Kreatif
Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia, industri kreatif adalah industri yang
berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta
individu tersebut (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008).
Ciri-ciri dari industri kreatif adalah (1) memiliki unsur utama kreativitas, keahlian, dan talenta yang
berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual; (2) terdiri dari penyediaan
produk kreatif langsung kepada pelanggan dan pendukung penciptaan nilai kreatif pada sektor lain yang
secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan; (3) siklus hidup singkat, margin tinggi,
keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru (Howkins, 2001).
Jenis ekonomi kreatif dibagi menjadi 14 sektor industri atau ekonomi kreatif, yaitu (1) periklanan,
(2) arsitektur, (3) pasar barang seni, (4) kerajinan (handicraft), (5) desain, (6) fashion, (7) film, video, dan
fotografi, (8) permainan interaktif, (9) musik, (10), seni pertunjukan, (11) penerbitan dan percetakan, (12)
layanan komputer dan piranti lunak, (13) radio dan televisi, dan (14) riset dan pengembangan
(Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008). Content creator tergolong pada inovasi industri
kreatif pada sektor periklanan.
Content Creator
Content creator adalah profesi yang membuat suatu konten, baik berupa tulisan, gambar, video,
suara, ataupun gabungan dari dua atau lebih materi. Konten tersebut dibuat untuk media, khususnya
media digital, seperti YouTube, Instagram, Blogger, dan berbagai platform media sosial lainnya (Sayugi,
2018). Seorang content creator yang sukses diharapkan mampu (1) mengatur jadwal, (2) mengetahui
industri yang dibuat kontennya, (3) mempunyai gaya penulisan yang up to date, (4) berpikir seperti
audiens, dan (5) mempunyai jaringan yang luas (Street, 2014).
Personal Branding
Personal branding adalah sebuah proses untuk menciptakan reputasi diri yang profesional, diakui,
serta diingat orang lain sebagai gambaran diri yang utuh (Lake, 2018). Personal branding akan
meningkatkan citra diri seseorang di mata orang yang melihatnya, baik sebagai seorang pribadi maupun
sebuah bisnis. Tak heran jika membangun personal branding yang positif dan professional menjadi sebuah
hal yang krusial dalam membangun citra diri yang baik, khususnya dalam profesi content creator.
Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur personal branding seseorang adalah (1)
authenticity (keaslian), (2) integrity (integritas), (3) consistency (konsistensi), (4) specialization
(spesialisasi), (5) authority (wibawa), (6) distinctiveness (kekhasan), (7) relevant (relevan), (8) visibility
(visibilitas), (9) persistence (kegigihan), (10) goodwill (kebaikan), dan (11) performance (kinerja)
(Rampersad, 2008).
Authenticity dibangun dari kepribadian sejati dalam diri dan mencerminkan karakter, nilai-nilai,
dan visi yang dimiliki pribadi. Integrity dilihat dari kode moral dan perilaku dalam personal branding.
Consistency dilihat dari kekonsistenan pesan dan perilaku dalam personal branding. Specialization dilihat
dari fokus pada satu bidang bakat atau keterampilan. Authority dilihat dari diakui dalam bidang tertentu,
berpengalaman, dan sebagai pemimpin yang efektif. Distinctiveness dilihat dari membedakan diri
berdasarkan merek, unik, dan berbeda dari kompetisi. Relevant dilihat dari personal branding
berhubungan dengan khalayak dan dianggap penting.
Visibility dilihat dari personal branding disiarkan berkali-kali, terus menerus, konsisten dan
berulang kali. Persistence dilihat dari konsistensi terhadap personal branding yang dibentuk,
membutuhkan dedikasi, pengorbanan, perencanaan, dan kesabaran. Goodwill dilihat dari hubungan baik,
pengakuan positif dan bermanfaat. Terakhir, performance dilihat dari perbaikan diri atas personal
branding (Butar Butar & Fithrah Ali, 2018).
Secara umum, selebgram yang diikuti di media sosial banyak mempengaruhi pengikutnya untuk
mengikuti gaya hidup, proses keputusan pembelian produk, dan mencari inspirasi baru. Namun
selebgram yang diikuti belum sepenuhnya menjadi role model bagi pengikutnya. Mereka diikuti karena
menyuguhkan konten yang menarik, unik, dan berbeda dari yang lain. Sekaligus menyuguhkan konten
yang update dan kekinian.
Melalui media sosial, seorang content creator dapat menunjukkan personal branding pada
platform yang sesuai dengan keahlian, minat, serta kepribadian yang dimiliki oleh content creator
tersebut. Sebagai contoh, Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, Line, dan lain sebagainya. Setiap media
sosial mempunyai karakteristik dan pendekatan yang berbeda sesuai dengan fitur yang dimiliki oleh media
sosial tersebut. Konten yang dipromosikan di Instagram, tentu harus ditampilkan secara berbeda ketika
ditampilkan di Twitter. Demikian juga dengan media sosial lainnya. Konsistensi konten, variasi bentuk
konten, serta jadwal posting berkala akan membantu seorang content creator lebih dikenal oleh target
pasar (Putri, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan anak muda di Generasi Z menunjukkan bahwa
personal branding yang kuat sangat mempengaruhi anak muda dalam proses pengambilan keputusan
untuk pembelian produk yang diendorse oleh selebgram yang bersangkutan. Mayoritas anak muda
melihat bahwa selebgram menjadi referensi yang tepat untuk mencari tren gaya hidup, makanan, wisata,
fesyen, dan hiburan yang kekinian. Namun selebgram belum menjadi role model bagi anak muda dalam
mempengaruhi kepribadian.
Personal
Brand
Tren
Keputusan
Pembelian
V. Penutup
Profesi content creator dapat menjadi sebuah ekses dari inovasi industri kreatif sektor periklanan
dengan pemanfaatan media sosial. Media sosial berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan personal
branding yang dimiliki di ranah dunia digital sesuai dengan karakter, minat, dan kepribadian dari content
creator itu sendiri. Seorang content creator yang sukses akan memberikan pengaruh yang besar bagi
followers yang mengikuti akun mereka, baik dalam hal gaya hidup, kepribadian, hingga keputusan
pembelian.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengukur efektivitas promosi melalui selebgram
dalam proses pemasaran bagi perusahaan, baik dalam hal brand awareness, peningkatan sales, maupun
brand recognizion dari masyarakat yang mengikuti selebgram tertentu. Selain itu, melihat kepribadian
pengguna Instagram yang mengikuti selebgram tertentu juga dapat menjadi studi empiris lanjutan untuk
melihat keterikatan antara selebgram dengan pengguna Instagram yang mengikuti akun mereka sebagai
wujud dari efektivitas personal branding.
Referensi
Adam, A. (2017, April 28). Tirto.id. Retrieved from Selamat Tinggal Generasi Milenial, Selamat Datang
Generasi Z: https://tirto.id/selamat-tinggal-generasi-milenial-selamat-datang-generasi-z-cnzX
Damani , A. (2018, February 25). Social Media Marketing and Its Characteristics. Retrieved from Galaxy
Weblinks: https://blog.galaxyweblinks.com/social-media-marketing-and-its-characteristics/
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
Jakarta: Depdag RI.
Haroen, D. (2016, February 20). Apa itu Personal Branding? Retrieved from dewiharoen:
https://dewiharoen.wordpress.com/2016/02/20/apa-itu-personal-branding/
Howkins, J. (2001). The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. London: Penguins
Books.
Katadata. (2018, February 23). Katadata. Retrieved from Usia Produktif Mendominasi Pengguna
Internet: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/23/usia-produktif-
mendominasi-pengguna-internet
Katadata.co.id. (2018, February 1). Ini Media Sosial Paling Populer di Indonesia. Retrieved from
Katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/01/media-sosial-apa-
yang-paling-sering-digunakan-masyarakat-indonesia
Kent, M. L., Sommerfeldt, E. J., & Saffer, A. J. (2016). Social networks, power, and public relations:
Tertius Iungens as a cocreational approach to studying relationship networks. Public Relation
Review, 91–100.
Lake, L. (2018, February 19). Personal Branding and What You Need to Know About It. Retrieved from
the balancesmall business: https://www.thebalancesmb.com/what-is-personal-branding-
4056073
Lestari, A. M. (2017, Desember 12). Generasi Media Sosial, Handphone, dan Tertawa Sendiri. Retrieved
from GeoTimes: https://geotimes.co.id/opini/generasi-media-sosial-handphone-dan-tertawa-
sendiri/
MLDSPOT. (2017, Maret 23). MLDSPOT. Retrieved from 5 Profesi Content Creator Terpopuler:
https://www.mldspot.com/hobby/2017/03/23/5-profesi-content-creator-terpopuler
Putri, C. N. (2016). 12 Kiat Maksimalkan Kanal Media Sosial untuk Promosi Bisnis. Retrieved from Wanita
Wirausaha Femina: http://www.wanitawirausaha.com/article/marketing-services/12-kiat-
maksimalkan-kanal-media-sosial-untuk-promosi-bisnis
Sayugi. (2018, February 14). Content Creator, Apa sih artinya? . Retrieved from GRProject:
https://grproject.tech/2018/02/14/content-creator-apa-sih-artinya/
Street, T. (2014, Maret 13). 5 Characteristics of a Good Content Creator. Retrieved from Inbound
Marketing Agents: http://www.inboundmarketingagents.com/inbound-marketing-agents-
blog/bid/338803/5-Characteristics-of-a-Good-Content-Creator
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method). In Sugiyono.
Bandung: Alfabeta.
Tohir, M. (2014, Desember 12). Pengertian Viral Marketing dan Contohnya. Retrieved from Lebah
Master: https://www.lebahmaster.com/pengertian-viral-marketing-dan-contohnya/