Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putri Wulandari (2111011118)

Kelas : 1C

Jawaban bu Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep. Sp.Mat

1. a. Penalaran yang bersifat deduktif yaitu simpulan yang didapat dari satu atau lebih
pernyataan yang lebih umum. Contohnya saat kita akan melakukan tindakan asuhan
keperawatan, apabila kita sudah mengetahui diagnosa keperawatan pasien misal pasien
menderita hipertermi maka kita akan melakukan tindakan yang befokus pada penurunan panas
pasien.
b. Penalaran yang bersifat induktif adalah penalaran yang berisi pernyataan-pernyataan
khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Contohnya pada saat kita melakukan
pengkajian pada pasien, maka kita akan menanyak pertanyaan yang bersifat pernyataan
khusus dari pasien seperti apa yang dirasakan pasien, dan gejala apa saja yang di alami
pasien, apabila data dari pasien sudah terkumpul maka kita dapat menyimpulkan atau
mendiagnosa penyakit yang di alami pasien

2. a. Hasil uji beda berpasangan diperoleh hasil pvalue 0,000 (pvalue < 0,05) menunjukkan hasil
bahwa pemberian ekstrak daun kelor dan ekstrak daun katuk secara efektif mampu
menaikkan produksi ASI dengan peningkatan berat badan bayi. Pada kalimat di atas
menggunakan dimensi ontologis karena pada kasus ini sudah di lakukan pengujian
atau penelitian sehingga data yang di dapat benar dan logis.

b Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak menyusui dan masa
kehamilan (kemenkes RI 2014)3 . Ibu dalam 6 bulan pertama menyusui membutuhkan
tambahan energi sebesar 500 kalori/hari untuk menhasilkan jumlah susu normal. Sehingga
total kebutuhan energi selama menyusui meningkat menjadi 2400 kkal perhari yang akan
digunakan untuk produkssi ASI dan aktifitas ibu sendiri (Dewi, 2013)4 . Kebutuhan gizi
bayi hingga usia enam bulan diperoleh melalui ASI. Produksi ASI yang cukup, baik jumlah
dan kualitasnya sangat menentukan pertumbuhan bayi. Upaya pencapaian gizi bayi optimal
hingga mencapai usia enam bulan hanya dapat dilakukan melalui perbaikan gizi ibu. Hal
ini menggambarkan bahwa makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh
terhadap produksi ASI. Pada kalimat di atas menggunakan dimensi epistemology
karena banyak berisi teori-teori pengetahuan, dan proses berfikir manusia untuk
membentuk suatu informasi

c. Selama kehamilan, hormon esterogen dan progesteron menginduksi (membangkitkan)


perkembangan alveolus dan duktus duktus laktiferus (Lctiferous duct) didalam mamae
(payudara), di asmping menstimulasi (merangsang) produksi kolostrum. Namun demikian
saat itu belum ada produksi ASI. Sesudah bayi dilahirkan, disusul kemudian terjadinya
peristiwa penurunan kadar hormon esterogen. Penurunan kadar esterogen ini mendorong
naiknya kadar prolaktin. Naiknya kadar prolaktin, mendorong produksi ASI. Maka dengan
naiknya prolaktin tersebut, mulailah aktivitas produksi ASI berlangsung. Ketika bayi mulai
menyusu pada ibunya, aktivitas bayi menyusu pada mamae ini menstimulasi terjadinya
produksi prolaktin yang terus-menerus secara berkesinambungan. Sekresi ASI sendiri,
berada dibawah pengaruh atau dikendalikan oleh neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan
pada payudara yakni ketika bayi menghisap puting susu menyebabkan timbulnya
rangsangan yang menyebabkan terjadiya produksi oksitosin. Oksitosin merangsang
terjadinya kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini disebut refleks ‘’let down’’ atau
‘‘pelepasan ASI’’ setelah berlangsung beberapa hari, emosi ibu dapat berpengaruh pada
fisiologi pengeluaran ASI. Sebagai contoh, rasa takut, lelah, malu, pendek kata kondisi
sterss pada ibu, dapat menghambat pelepasan ASI keluar payudara. Pada tahap awal emosi
ibu tersebut sama sekali tidak berpengaruh. Baru setelah bayi menghisap ASI pada hari-
hari berikutnya, (tidak sama pada setiap ibu, hari keberapa) maka emosi ibu berpengaruh
pada pelepasan ASI tersebut. Pada kalimat di atas menggunakan dimensi Aksiyologi
karena berisi teori tentang nilai-nilai yang mengacu pada permasalahan etika (dalam
kasus ini ada tanggung jawab seorang ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya
meskipun berpengaruh pada emosi ibunya dan estetika (dalam kasus ini keindahan
bahasanya bisa di rasakan juga oleh pembacanya)

3. a. modern nursing adalah perawat modern, kare pada era nightingale sudah memasuki era
perawat modern sesudah masa perang dunia II

b. Wellness and health promotion adalah wellness bekerjasama menuju kesehatan, health
promotion adalah promosi kesehatan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,yang dapat di
simpulkan adalah bekerjasama dalam menuju kesehatan melalui promosi kesehatan dari,
oleh, dan untuk, masyarakat.
Nama : Putri Wulandari (2111011118)

Kelas : 1C

Jawaban bu Ns. Awatiful Azza, M.Kep., Sp.Kep.Mat

1. Pada saat memberikan asuhan keperawatan perawat harus memandang pasien secara holistic
(utuh) dan komprehensif (menyeluruh) artinya perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pasien tidak hanya memenuhi kebutuhan biologisnya saja, karena banyak kasus yang terjadi
dalam melakukan pengkajian dan pemenuhan kebutuhan pasien, perawa hanya mengkaji
kebutuhan secara biologis, maka dari itu perawat harus juga memberi asuhan keperawatan
secara biologis, psikis, social, dan spiritual.
2. Paradigma keperawatan adalah suatu metode atau cara pandang seseoarang tentang
bagaimana cara orang melihat, mendengar, memikirkan, menyimpulkan, menyikapi dalam
memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan berbentuk ilmu, teori,
dan filosofi.
3. Teori keperawatan adalah sekumpulan konsep atau keperawatan yang terorganisir untuk
menjelaskan apa itu keperawatan, dan bagaimana praktik kerja perawat. Seperti yang di
kemukakan oleh salah satu profesor yang berasal dari Amerika bahwa konsep perawat itu di
bagi menjadi: pengkajian, intervensi. Implementasi, dan evaluasi. Dalam pemberian
intervensi kepada pasien perawat memerlukan banyak teori agar tidak terjadi kesalahan
dalam pemberian intervensi, sehingga teori tersebut menjadi dasar saat memberikan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai