Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL

MATA KULIAH

PENGANTAR EKONOMI

Dosen Pengampu :

Firdaus Al Maidah, S.Si., M.Sc.

Disusun oleh :

Kelompok 5 (1 MA8)

1. Vebi Agus Setiawan (221124445)


2. Verro Casparo (221124743)
3. Tegar Firmansyah (221124819)
4. Meilita Dwi Saputri (221124424)
5. Krossita Sindi Lukman A. (221124473)
6. Ken Citra Tarakenya (221124765)
7. Imelda Sillatul Hafizah (221124864)
8. Putri Dinah Rofidah (221124666)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN

INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS WIDYA GAMA LUMAJANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Kebijakan
Moneter Dan Kebijakan Fiskal” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Ekonomi. Selain itu, harapan kami adalah semoga dengan
penulisan makalah ini dapat membantu pembaca dan juga bagi penulis untuk
menambah wawasan tentang ekonomi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Pengantar Ekonomi yang telah membimbing kami dalam penyelesaian
makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.Semoga dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.

Lumajang, 27 Oktober 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan...............................................................................................1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3. Tujuan ...................................................................................................3
BAB II Pembahasan..............................................................................................4

2.1. Pengertian Kebijakan Moneter..............................................................4


2.2. Instrumen Kebijakan Moneter...............................................................7
2.3. Kebijakan Moneter dalam Keseimbangan Ekonomi.............................9
2.4. Efektivitas Kebijakan
Moneter……………………………………….10
2.5. Pengertian Kebijakan
Fiskal………………………………………….11
2.6. Pengaruh Pajak terhadap Pendapatan dan Konsumsi………………...12
2.7. Pengaruh Pajak terhadap Keseimbangan Ekonomi…………………..13
2.8. Efektivitas Kebijakan Fiskal………………………………………....15
BAB III Penutup………………………………………………………………..16
3.1.
Kesimpulan…………………………………………………………….16
3.2. Saran…………………………………………………………………...16
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Inflasi, pertumbuhan output, dan pengangguran merupakan tiga persoalan
dalm ilmu ekonomi makro. Sebenarnya, para pengambil kebijakan pemerintah
menginginkan kebijakan inflasi yang rendah. Namun pada kenyataannya, harapan
tersebut tidak mudah untuk direalisasikan, karena yang terjadi justru inflasi
dengan berbagai tingkatan baik pada negara maju maupun negara berkembang.
Inflasi yang terjadi akan menyebabkan harga yang terus melonjak sehingga
pertumbuhan output menjadi rendah. Selain itu, inflasi juga akan berdampak pada
jumlah pengangguran yang tinggi, seperti yang dijelaskan pada kurva Philips.
Amrini, et al (2013) menyatakan bahwa Inflasi merupakan fenomena ekonomi
yang selalu menarik dibahas terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas
terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi adalah kenaikan terus menerus dalam
rata-rata tingkat harga. Inflasi bisa berdampak positif atau negatif terhadap
perekonomian tergantung parah atau tidaknya inflasi. Inflasi cenderung terjadi
pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia dengan struktur
perekonomian bercorak agraris. Kegagalan atau guncangan dalam negeri akan
menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik dan berakhir dengan inflasi pada
perekonomian.
Saat ini, para pengambil kebijakan telah menerapkan beberapa kebijakan yang
dapat mengendalikan keadaan ekonomi makro. Kebijakan-kebijakan tersebut
diantaranya, kebijkan moneter, dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal diterapkannya saling berhubungan. Perkembangan perekonomian
yang semakin dinamis dan terintegrasi dengan perekonomian dunia memberikan
implikasi penting bagi para pelaku ekonomi terutama dalam mengambil kenijakan
makroekonomi. Kebijkan fiskal dan moneter merupakan bagian yang integral dari
kebijkan makroekonomi yang mempunyai target jangka Panjang dan jangka
pendek. Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik
akan memberikan sinyal yang positif bagi pasar dan menjaga stabilitas
makroekonomi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi menjadi fenomena penting
yang dialami dunia pada dua abad terakhir, yang oleh seorang ahli ekonomi
terkemuka Amerika Serikat, Kuznetz (peraih nobel), disebut sebagai Modern
Economic Growth. Dalam periode tersebut dunia telah mengalami perubahan
yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
Didalam kegiatan ekonomi, pertumbuhan berarti perkembangan ekonomi fiskal
yang terjadi disuatu negara, seperti pertambahan jumlah dan produksi barang
indistri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, dan berbagai
perkembangan lainnya. Tetapi akan sangat sukar untuk memberi gambaran
tentang berbagai perkembangan tersebut untuk menunjukkan
1
pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh karena itu dalam
analisis makroekonomi tingkat pertumbuhan yang dicapai suatu negara diukur
dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara.
Pembangunan ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari beberapa indikator
perekonomian. Salah satu di antaranya adalah tingkat pengangguran. Sejak krisis
ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut
memburuk. Padahal masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga
ada. Setiap pertumbuhan 1 %, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu
orang. Jika pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya hanya mampu menyerap
tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja maka akan menyebabkan adanya
sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah
pengangguran di indonesia bertambah setiap tahunnya (Lubis, 2013).
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan stabilitas harga
pokok telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, walaupun sempat
mengalami kenaikan pada periode 2005-2006. Data Susenas Maret 2008,
menunjukkan tingkat kemiskinan mencapai titik terendah. Penurunan ini terjadi
baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Sejak krisis ekonomi 1998 sampai
2005, jumlah penganggur mengalami kenaikan secara nominal dan persentase
terhadap angkatan kerja. Namun sejak tahun 2006, akselerasi laju pertumbuhan
ekonomi telah berhasil menciptakan net employment yang positif, sehingga
menghasilkan tingkat pengangguran yang menurun baik secara absolut maupun
secara persentase terhadap angkatan kerja.

2
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut;
1.2.1. Bagaimana pengertian kebijakan moneter?
1.2.2. Bagaimana instrumen kebijakan moneter?
1.2.3. Bagaimana hubungan kebijakan moneter dengan keseimbangan
ekonomi?
1.2.4. Bagaimana efektivitas kebijakan moneter?
1.2.5. Bagaimana pengertian kebijakan fiskal?
1.2.6. Bagaimana pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi?
1.2.7. Bagaimana pengaruh pajak terhadap keseimbanga ekonomi?
1.2.8. Bagaimana efektivitas kebijakan fiskal?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut;
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan moneter.
1.3.2. Untuk mengetahui instrumen kebijakan moneter.
1.3.3. Untuk mengetahui hubungan kebijakan moneter dengan keseimbangan
ekonomi.
1.3.4. Untuk mengetahui efektivitas kebijakan moneter.
1.3.5. Untuk mengetahui pengertian kebijakan fiskal.
1.3.6. Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi..
1.3.7. Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap keseimbangan ekonomi.
1.3.8. Untuk mengetahui efektivitas kebijakan fiskal.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kebijakan Moneter


A. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan atau otoritas moneter (bank sentral)


dalam bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer,
atau kredit perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian
yang diinginkan. Perekembangan yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas
harga, pertumbuhan ekonomi, dab kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan
moneter juga dapat diartikan upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Kebijakan moneter dapat melibatkan menggest standar bunga
pinjaman, “margin requirement”, kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak
sebagi peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan negoisasi dengan
pemerintah lain.

Kebijakan moneter adalah satu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai


keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) demi tercapainya tujuan ekonomi makro. Stabilisasi ekonomi dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian
terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan
stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang


bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan kesimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (Tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan

4
moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.

Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur kesimbangan


antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali,
tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang
agar tujuan dari kebijakan moneter dapat terealisasikan. Kebijakan moneter
dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen
sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, interverensi di pasar
valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang
apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Kebijakan moneter yang disebutkan di atas merupakan bagian integral dari


kebijakan ekonomi makro, yang pada umumnya dilakukan dengan
mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian suatu negara
tertutup atau terbuka, serta faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya. Dalam
pelaksanaannya, strategi kebijakan moneter dilakukan berbeda-beda dari suatu
negara dengan negara lain, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan
mekanisme transmisi yang diyakini berlaku pada perekonomian yang
bersangkutan. Berdasarkan strategi dan trasmisi yang dipilih, maka dirumuskan
kerangka operasional kebijakan moneter

B. Tujuan Kebijakan Moneter

Setiap program yang dibuat pemerintah pasti memiliki tujuan untuk


mengantisipasi terjadinya kerugian besar yang ditimbulkan. Berkaca dari tahun
1960- 1965 Indonesia yang memiliki banyak proyek besar tapi tidak ada rem
dalam pengambilan uang, tidak ada koordinir, tidak ada yang menjaga. Tapi
Indonesia belajar dari pengalaman masa lalu. Karena pengalaman adalah guru
yang tebaik. Jadi Indonesia memikirkan cara apa yang bisa membuat keuangan di
Indonesia stabil tanpa mendapat kerugian.

Kebijakan moneter memiliki beberapa tujuan, Adapun tujuan ekonomi


moneter adalah untuk mencapai stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan:
 Kesempatan kerja
Dengan adanya kesempatan kerja/lowongan kerja maka makin besar
dalam meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi maka

5
dapat juga membantu masyarakay yang menjadi pengangguran. Semakin
besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan
produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga
kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan
kesejahteraan karyawan.
 Kestabilan harga
Harga yang semakin tinggi kian membuat masyarakat menjadi resah, tiap
tahunnya harga barang bukannya menjadi turun tetapi semakin naik, untuk
mencegah harga yang semakin naik maka pemerintah menstabilkan harga
sehingga harga tidak mengalami kenaikan setiap tahunnya. Apabila
kestabilan harga tercapai maka akan menimbulkan kepercayaan di
masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang
akan sama dengan harga di masa depan.
 Neraca pembayaran internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi
ekonomi disuatu negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang,
maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
 Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange)
dalam perekonomian.
 Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian
dan stabilitas tingkat harga.
 Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan
ekonomi yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
 Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat
terealisasi melalui penerimaan yang normal.
 Untuk meningkatkan lapangan pekerjaan. Semua berawal dari pengusaha
yang apabila keuangan dalam kantoratau pabriknya stabil maka yang
terjadi adalah pengusaha akan membuka cabang yang ppastinya akan
membuka lapangan pekerjaan yang baru serta bisa juga berinvestasi.

C. Jenis-jenis Kebijakan Moneter


1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk

6
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan ekonomi ekspansif ini juga disebut sebagai kebijakan
moneter longgar (easy monetary policy). Penerapan kebijakan ini seperti :
a) Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
b) Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya
saham dan obligasi
c) Politik cah ratio (penurunan cadangan kas)
d) Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)
2. Kebijakan Moneter kontraktif
Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam
rangka mengruangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan
pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif
disebut juga kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan ini
diterapakan berupa :
a) Politik diskonto (peningkatan tingkat suku bunga)
b) Politik pasar terbuka (penjualan surat-surat berharga, misalnya
saham dan obligasi
c) Politik cah ratio (peningkatan cadangan kas)
d) Politik kredit selektif (pengetatan kredit longgar)
2.2. Instrumen Kebijakan Moneter

Berbagai instrumen yang umumnya digunakan oleh pemerintah dalam


mengambil kebijkan moneter, adalah sebagai berikut;

1. Operasi di Pasar Terbuka


Instrumen kebijakan moneter ini lebih sering disebut dengan kebijakan
pasar terbuka ataupun open market operation. Kebijakan ini ditempuh oleh Bank
Indonesia agar bisa memperjual belikan berbagai surat berharga seperti halnya
sertifikat Bank Indonesia atau SBI. Jika kebijakan ini memang tidak terjadi,
maka bank sentral akan mengurangi jumlah uang yang beredar di lingkungan
masyarakat. Hal tersebut terjadi karena Sertifikat Bank Indonesia sudah mampu
dibeli oleh masyarakat luas.

7
Jika bank sentral sudah memutuskan untuk membeli surat berharga
tersebut, maka bank sentral akan menambah jumlah uang didalam peredaran
masyarakat. Bank sentral biusa membuat keputusan atau menjual surat berharga,
tergantung pada keperluan negara.
2. Menyesuaikan Tingkat Suku Bunga Diskonto

Instrumen kebijakan moneter ini lebih banyak disebut dengan discount


rate. Bank sentral mempunyai wewenang agar bisa meningkatkan ataupun
menurunkan tingkatan bunga bank. Jika bank Indonesia memutuskan untuk
meningkatkan harga suku bunga, maka mereka akan mengurangi jumlah uang
dalam peredaran. Hal ini terjadi karena masyarakat lebih tertarik untuk
menyimpan atau menabung uangnya dibank. Mereka akan berfikir bahwa mereka
bisa memperoleh lebih banyak uang dibank dengan adanya suku bunga yang
tinggi.

Sedangkan jika bank sedang menurunkan suku bunganya, maka


masyarakat tidak akn tertarik untuk menyimpan atau menabung uangnya dibank.
Mereka akan lebih tertarik untuk menyimpan uang kas sendiri daripada
menyimpannya di bank.

3. Menyesuaikan Giro Wajib Minimum atau GWM

Instrumen kebijakan moneter ini lebih banyak dikenal dengan sebutan


cash ratio ataupun reserve requirement. Sama seperti sebelumnya, bank sentral
memiliki kewenangan untuk meningkatkan cadangan kas atau menurunkannya.
Bila bank sentral lebih memilih untuk meningkatkan cadangan kas, maka mereka
akan mengurangi peredaran uang di pasar.Hal ini ditempuh untuk mencegah dan
juga mengatasi inflasi. Bank umum pun harus menahan uang yang lebih banyak
sebagai cadangannya, sehingga uang tunai akan dikurangi jumlahnya.

Sedangkan jika bank sentral memilih untuk menurunkan cadangan kasnya, maka
mereka akan menambah peredaran uang. Hal ini dilakukan guna mengatasi
deflasi. Bank umum diharuskan untuk mengeluarkan uang yang lebih banyak lagi
ke masyarakat, sehingga jumlah uang yang beredar pun akan semakin banyak.

8
4. Kredit Selektif

Instrumen kebijakan moneter Kredit selektif lebih sering disebut dengan


istilah selective credit control. Bank sentral mempunyai kewenangan agar bisa
mengatur pinjaman mana yang diprioritaskan dan mana yang tidak diprioritaskan.
Hal ini memiliki keterkaitan yang erat dengan kepemilikan dan juga penggunaan
suatu kartu kredit. Setidaknya ada dua jenis kartu kredit yang harus Anda ketahui,
yakni kredit longgar dan kredit ketat. Kredit ketat adalah suatu kebijakan yang
dipilih oleh pihak bank sentral agar bisa mengatasi inflasi dengan mengurangi
jumlah peredaran uang di masyarakat. Sehingga, memperoleh pinjaman di bank
pun akan menjadi lebih sulit, karena ada banyak syarat yang dipersulit. Setiap
masyarakat dan pebisnis harus berusaha lebih keras untuk bisa mengajukan
pinjaman.

Sedangkan kredit longgar adalah suatu kebijakan yang diambil oleh bank
sentral agar bisa mengatasi deflasi dengan menambah peredaran uang di
masyarakat. Setiap masyarakat akan diberikan kemudahan untuk memperoleh
kredit. Hal ini adalah sebagai sarana untuk meningkatkan jumlah peredaran uang
di masyarakat.

5. Pembujukan Moral

Moral suasion atau pembujukan moral adalah suatu Instrumen kebijakan


moneter yang diambil oleh bank sentral dengan melakukan rapat pertemuan
dengan berbagai pimpinan bank umum. Hal tersebut biasanya berkaitan dengan
berbagai langkah yang harus ditempuh oleh bank umum agar sejalan dengan bank
sentral. Hal ini sangat penting untuk dilakukan, karena bank umum diharuskan
mengikuti berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh bank sentral. Bila bank umum
tidak bersedia mengikuti peraturan dari bank sentral, maka bank sentral memiliki
wewenang untuk melakukan tindakan lebih lanjut.

2.3. Kebijakan Moneter dan Keseimbangan Ekonomi

Pada dasarnya, kebijakan moneter ditujukan agar likuiditas dalamdalam


perekonomian berada dalam jumlah yang “tepat” sehingga dapat melancarkan
transaksi perdagangan tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya pelasanaan
pengaturan jumlah likuiditas dalam perekonomian ini dilakukan oleh bank

9
sentral, melalui beberapa instrumen, khususnya open markey operation (OMOs).
Dalam melaksanakan OMO, pada umumnya bank sentrak menjual atau membeli
obligasi negara jangka panjang. Jika likuiditas dalam perekonomian dirasakan
perlu ditambah, maka bank sentral akan membeli sejumlah obligasi negara di
pasar sekunder, sehingga uang beredar bertambah. Dilain pihak bank sentral
ingin mengurangi likuiditas dalam perekonomian, bank sentral akan menjual
Sebagian obligasi negara yang berada dalam portofolio bank sentral. Perlu
dipahami bahwa portofolio obligasi negara di bank sentral tersebut memberikan
pendapatan kepada bank sentral berupa bunga obligasi.

Dalam kasus Indonesia, sampai saat ini bank Indonesia belum memiliki
obligasi negara yang dapat dipakai untuk OMO. Walaupun pemerintah Indonesia
telah menerbitkan obligasi, yang dimulai pada masa krisis untuk rekapitalisasi
bank-bank yang bermasalah, tetapi pasar sekunder bagi obligasi negara baru pada
tahap awal dan volume transaksi jual beli dipasar sekunder tersebut masih
sedikit. Selama ini bank indosensia masih menggunakan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) untuk melaksanakan OMOs. Disamping menimbulkan beban
pada bank Indonesia, karena BI harus membayar bunga SBI yang cukup tinggi,
jangka waktu SBI juga sangat pendek, umumnya 1 (satu) bulan, sehingga
instrumen ini sebenarnya kurang memadai untuk dipakai dalam OMOs.

2.4. Efektivitas Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi


kegiatan ekonomi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijkan ekonomi
tapi kebijakan moneterlah yang merupakan faktor yang dapat dikontrol oleh
pemerintah, jadi dengan demikian dapat dipakai untuk mencapai sasaran
pembangunan ekonomi.

Dalam pelaksanaannya, efektivitas kebijakan moneter tersebut tergantung


pada hubungan antara uang beredar dengan variabel ekonomi utama seperti
output dan inflasi. Dari sejumlah literatur, temuan utama yang menarik mengenai
hubungan antara uang beredar, inflasi, dan output adalah bahwa dalam jangka
panjang, hubungan antara pertumbuhan uang beredar dan inflasi adalah
sempurna, sementara hubungan antara pertumbuhan uang atau inflasi dengan
pertumbuhan output riil mungkin mendekati nol. Temuan ini menunjukkan

10
adanya suatu konsensus bahwa dalam jangka panjang, kebijakan moneter hanya
akan berdampak pada inflasi, dan tidak banyak pengaruhnya terhadap kegiatan
ekonomi riil.

Yang dimaksud dengan efektivitas kebijakan moneter adalah sejauh mana


kebijakan moneter yang dicapai pemerintah (apapun bentuknya) yang memberi
dampak positif bagi perekeonomian dan masyarakat, dalam arti;

b. Dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi


c. Dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat
d. Dapat meningkatkan kesempatan kerja
e. Dapat meningkatkan devisa negara
f. Memberi pengaruh terhadap kebijakan makro lainnya.

2.5. Pengertian Kebijakan Fiskal


A. Pengertian Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal merupakan kebijakan penyesuaian dibidang pengeluaran


dan penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Dapat
diartikan suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.

Kebijakan Fiskal menjadi kebijakan makro yang sangat penting dalam


rangka membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha, mempertahankan
pertumbuhan ekonomi yang sustainable, dengan memperhatikan kesempatan
kerja tinggi, dan membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.

B. Tujuan Kebijakan Fiskal

Pada dasarnya, kebijakan fiskal bertujuan untuk memengaruhi jumlah total


pengeluaran masyarakat, memengaruhi pertumbuhan ekonomi, jumlah produksi
masyarakat secara agregat, kesempatan kerja, tingkat harga, inflasi, dan
mengontrol bunga dan jumlah uang yang beredar.

Secara umum, kebijakan fiskal ditujukan untuk memelihara stabilitas


ekonomi, sehingga pendapatan nasional secara nyata dapat terus meningkat.

11
C. Target rill Kebijakan fiskal
 Meningkatkan produksi nasional(PDB) dan pertumbuhan ekonomi untuk
memperbaikikeadaan ekonomi.
 Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran atau
mengusahakan kesempatan kerja.
 Untuk menjaga kestabilan harga-harga secara umum (mengatasi inflasi).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Fiskal


memberi pengaruh terhadap perekonomian yaitu berupa;

 Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-tujuan


tertentu seperti pengendalian inflasi dan menekan pengangguran.
 Berdasarkan teori Keynes, kenaikan belanja pemerintah (B) yang membuat
APBN defisit dapat digunakan untuk merangsang kegiatan ekonomi
masyarakat.
 Ketika terjadi inflasi, pemerintah mengurangi defisit (atau menerapkan
kebijakan surplus) untuk mengendalikannya.

2.6. Pengaruh Pajak terhadap Pendapatan dan Konsumsi


 Pengaruh Pajak Terhadap Pendapatan
Pajak dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dalam penggunaan faktor
produksi, yaitu penggunaan yang seharusnya dapat menghasilkan produksi yang
maksimum menuju ke arah penggunaan yang menghasilkan produksi yang lebih
sedikit. Oleh karenanya pajak yang dikenakan jangan sampai mengakibatkan
adanya penyimpangan penggunaan faktor-faktor produksi. Pajak yang dapat
mengakibatkan adanya penyimpangan dalam penggunaan faktor-faktor produksi
terutama adalah pajak yang dikenakan terhadap keuntungan-keuntungan yang
tidak diharapkan, peningkatan nilai tanah dan lain-lain.
Baik atau tidaknya suatu kebijakan haruslah dipertimbangkan dari berbagai
segi. Hendaknya kita ketahui pula bahwa tujuan pembangunan suatu negara pada
umumnya adalah berupa peningkatan pendapatan nasional per kapita, penciptaan
lapangan kerja, distribusi pendapatan yang lebih merata dan keseimbangan dalam
neraca pembayaran internasional. Keempat tujuan umum pembangunan ini tidak
selalu sejalan dan selaras dalam pencapaiannya, melainakan seringkali untuk
mencapai tujuan yang satu terpaksa harus mengurangi keberhasilan dari tujuan

12
yang lain. Sebagai contoh untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi seringkali terjadi adanya distribusi pendapatan yang kurang/tidak merata.
 Pengaruh Pajak Terhadap Konsumsi
Pengaruh pajak perseorangan terhadap kepuasan seseorang untuk melakukan
konsumsi dan menabung. Dalam analisis ini kita asumsikan bahwa seseorang
menabung dengan tujuan untuk melakukan konsumsi pada suatu waktu yang akan
datang. Peghasilan seseorang dapat digunakan untuk dua tujuan, yaitu untuk
konsumsi dan untuk tabungan (Y = C + S), jadi pertimbangan seseorang untuk
melakukan pengeluaran untuk konsumsi atau menabung.Kegiatan menabung tidak
lain adalah pertimbangan apakah pendapatan sekarang akan dikonsumsikan
sekarang ataukah akan dikonsumsi pada suatu waktu yang akan datang, jadi dalam
hal ini maka analisis yang harus digunakan adalah analisis antar-waktu atau inter-
temporal analysis. Untuk mempermudah analisis kita membedakan waktu menjadi
dua periode, yaitu periode 1 (waktu sekarang) dan periode 2 (waktu yang akan
datang).
2.7. Pengaruh Pajak terhadap Keseimbangan Ekonomi
 Pengertian Pajak

Pajak dapat diartikan sebagai iuran kepada kas Negara berdasarkan udnang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan pasal 1 undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 dan dirubah


menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, pengertian pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memakasa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

 Dampak pungutan Pajak terhadap Keseimbangan Ekonomi

Karena kebijakan fiskal bertujuan mengarahkan perekonomian ke kondisi


yang lebih baik, maka dampaknya terhadap keseimbangan ekonomi harus
dipahami, salah satu cara paling mudah melihatnya adalah dengan melihat
pengaruh pajak terhadap output keseimbangan.

13
Contoh :

Diketahui fungsi konsumsi; C = 100 + 0,8 Yd, investasi bersifat otonomous ; I =


150, jika

pengeluaran pemerintah ; G = 250, maka kondisi keseimbangan (Y) adalah :

Y=C+I+G

Y= 100 + 0,8 Yd + 150 + 250

Y= 500 + 0,8 Y

0,2Y = 500

Y = 2.500

Bila ada pajak penghasilan nominal sebesar 100, maka ;

Yd = Y – 100

C = 100 + 0,8Yd

= 100 + 0,8 ( Y - 100)

= 100 + 0,8 Y – 80

= 20 + 0,8Y

Dengan demikian pengeluaran agregat menjadi

AE = C + I + G

= 20 + 0,8 Y + 150 + 250

= 420 + 0,8 Y

Maka output keseimbangan menjadi

Y = AE = C + I + G

Y = 420 + 0,8 Y

Y – 0,8Y = 420

0,2Y = 420

Y = 420 / 0,2 = 2100

14
Ternyata dengan adanya pajak sebesar 100 telah menyebabkan output
keseimbangan berkurang sebesar 2500-2100=400.

Pajak atau tax pada dasarnya adalah daya beli masyarakat berupa uang yang
diserahakan kepada pemerintah. Dengan demikian, pajak akan mempengaruhi
nilai konsumsi (C), dan Output keseimbangan (Y).

2.8. Efektivitas Kebijakan Fiskal

Indonesia, pada derajat tertentu, tertolong oleh adanya pengalaman krisis


finansial 1998 dimana sector perbankan dan keuangan sudah jauh lebih solid
dibanding 1998 dan pemerintah sendiri sudah belajar dari pengalaman pahit
sepuluh tahun yang lalu. Tidak terlalu terkaitnya perekonomian Indonesia dengan
AS dan Uni Eropa, juga ikut menolong tidak terjadinya dampak krisis yang lebih
dalam, yang kemudian harus dihadapi otoritas fiskal dan moneter Indonesia
adalah dampak dari krisis itu sendiri dan kehandalan kedua otoritas tersebut akan
diuji dari kemampuan mereka meredam dampak itu seminimal mungkin,
terutrama pada kehidupan masyarakat banyak yang pada masa normal pun masih
bergelut dengan kemiskinan, pengangguran, dan rendahnya kualitas layanan
public pada mereka.

Kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah dan Bank Indonesia


tentunya merupakan senjata yang diharapkan efektif meredam dampak krisis.
Karena dampak krisis terberat yang harus dihadapi perekonomian Indonesia
adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, maka kebijkan selama krisis
seyogyanya difokuskan pada empat hal yaitu, mempertahankan daya beli
masyarakat, meminimalkan pemutusan hubungan kerja(PHK), mengoptimalkan
peredaran uang, dan memperkuat pasar domestik.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah kebijakan atau otoritas moneter (bank sentral)
dalam bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang
primer, atau kredit perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan. Kebijakan moneter adalah satu kebijakan
yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi tercapainya tujuan
ekonomi makro.

Kebijakan Fiskal merupakan kebijakan penyesuaian dibidang


pengeluaran dan penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
ekonomi. Dapat diartikan suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

3.2 Saran

Materi mengenai Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal ini diharapkan


lebih dimengerti, dan ditingkatkan lebih baik lagi karena kebijakan moneter dan
fiskal memiliki keterkaitan dengan kondisi perekonomian di suatu wilayah atau
negara. Selain itu ,ketika sudah mempelajari kiita dapat mengetahui bagaimana
kondisi perekonomian di Negara kita. Membahas tentang prolematika dan juga
solusinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/
2021/08/04/064319326/kebijakan-moneter-definisi-tujuan-instrumen-dan-
contohnya

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/instrumen-kebijakan-moneter/

http://ilmuekonomi123.blogspot.com/2018/07/efektivitas-kebijakan-fiskal.html?
m=1

http://ilmuekonomi123.blogspot.com/2018/07/pengaruh-pajak-terhadap-
pendapatan-dan.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter

https://www.academia.edu/43591483/
MAKALAH_EFEKTIVITAS_KEBIJAKAN_MONETER

https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/pengaruh-pajak-terhadap-pertumbuhan-
ekonomi-suatu-negara/

http://himasta.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2021/01/Fiskal-Moneter.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai