Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL KEGIATAN STUDIO PROSES

PERENCANAAN IDENTIFIKASI POTENSI DAN


MASALAH KAWASAN KELURAHAN KEBON JERUK

Tim Dosen :
Meryiana Kesuma, S.T., M.T.
Regina Suryadjaja, S.T., M.T.
Nur Mawaddah, S.T., M.T.

Disusun oleh :

Miracle Tjiabrata / 345190001

Alivia Putri Winata / 345190005

Steven / 345190006

Robby Alghi fary / 345190015

Ghaby Sava Aulanda / 345190018

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN


ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia‐
Nya kegiatan yang dilakukan dapat diolah dan ditulis dalam proposal kegiatan ini. Penulis yang
terlibat dalam penulisan proposal ini terdiri atas Miracle Tjiabrata, Alivia Putri Winata, Steven,
Robby Alghi Fary dan Ghaby Sava Aulanda. Para penulis mengucapkan terimakasih kepada Regina
Suryadjaja, S.T., M.T., Meyriana Kesuma, S.T., M.T., dan Nur Mawaddah, S.T., M.T., selaku dosen
pembimbing dalam pembuatan proposal kegiatan ini.
Proposal kegiatan yang diberi judul Proposal kegiatan Studio Proses Perencanaan
Identifikasi Potensi dan Masalah Kawasan Kelurahan Kebon Jeruk memiliki isi mengenai penjelasan
singkat mengenai kedudukan Kecamatan Kebon Jeruk dalam Rencana Detail Tata Ruang dan Wilayah
(RDTR) DKI Jakarta yang kemudian akan disimpulkan mengenai potensi dan permasalahan yang
terdapat pada kawasan tersebut. Pembahasan data dan analisis yang dilakukan mencakup fisik dasar
kawasan, kependudukan, penggunaan lahan, pemanfaatan bangunan, sarana, prasarana, utilitas,
transportasi, perekonomian, struktur ruang kawasan. Setelahnya, diharapkan tim penulis dapat
mengambil kesimpulan mengenai identifikasi potensi dan masalah yang terdapat pada Kelurahan
Kebon Jeruk.
Data yang tertulis pada proposal kegiatan ini didapatkan melalui beberapa sumber, yaitu data
kualitatif yang merupakan hasil pengamatan langsung di lapangan dan tidak diakses melalui situs
internet, serta kuantitatif berupa hasil wawancara melalui pihak pemerintah terkait. Proposal ini
dilampirkan dengan kerangka pikir dan kerangka analisis beserta rencana kegiatan dalam
pelaksanaan Studio Proses Perencanaan.
Harapan penulis, semoga pembaca dapat mengerti dan menyetujui Proposal Kegiatan Studio
Proses Perencanaan Identifikasi Potensi dan Masalah Kawasan Kelurahan Kebon Jeruk. Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan, ejaan, dan perkataan yang menyinggung, kami selaku
penulis mengucapkan permintaan maaf. Sekian, terimakasih.

Jakarta 06 September 2020

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam mengidentifikasi suatu potensi dan masalah di negara ini tak lepas dari
permasalahan-permasalahan kota yang terlibat didalamnya. Kota merupakan suatu
pemukimanan padat penduduk yang di dalamnya terdapat berbagai kegiatan-kegiatan
perkotaan, seperti kegiatan perekonomian, kegiatan sosial-budaya, dan kegiatan lainnya yang
dapat memberikan perkembangan bagi kota. Sebagai pusat kegiatan penduduk dan
permukiman, kota memiliki batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan. Ciri
yang dominan dari sebuah kota adalah kegiatan produktifnya bukan pertanian.

Dalam pengelolaannya, kota dapat berkembang menjadi kota maju jika dikelola dengan
baik dan dapat memberikan kepuasan bagi penduduknya. Kota yang baik adalah kota yang
pemerintahnya mampu memfasilitasi penduduknya dengan sarana dan prasarana penunjang
kegiataan perkotaan. Jumlah penduduk yang padat, membuat pemerintah pusat sedikit kesulitan
untuk mengatur dan mengelola segala persoalan yang terjadi di masyarakat. Maka dibentuklah
pembagian wilayah administrasi untuk lebih memfokuskan permasalahan yang terjadi di wilayah
tersebut dan guna mengetahui ketersedian sarana dan prasarana yang di sediakan oleh
pemerintah.

Wilayah administrasi adalah lingkungan kerja bagi pemerintah pusat yang


menyelenggarakan tugas dan membawahi wewenang pemerintah daerah pada wilayah tersebut.
Pembagian wilayah administrasi pemerintahan di Indonesia berdasarkan Pasal 18 Undang-
Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya menegaskan bahwa pembagian daerah Indonesia atas
daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang. Daerah Indonesia akan dibagi dalam Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi akan
dibagi dalam daerah yang lebih kecil, dengan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa.

Kecamatan merupakan hasil dari pembagian wilayah administratif negara Indonesia di


bawah Kabupaten atau Kota. Kecamatan Kebon Jeruk merupakan salah satu kecamatan di wilayah
administratif Jakarta Barat dengan luas lahan 1.763 Ha dengan persentase lahan sebesar 13,95%
se-wilayah Jakarta Barat dan memiliki jumlah penduduk sebesar 383.168 jiwa/Ha (berdasarkan
data BPS tahun 2019). Kecamatan Kebon Jeruk terbagi menjadi tujuh kelurahan salah satunya
adalah kelurahan Kebon Jeruk yang saat ini kami jadikan sebagai objek studi.

Luas dari Kelurahan Kebon Jeruk sebesar 369 Ha dengan jumlah penduduk 64.347
(berdasarkan data BPS tahun 2019). Kelurahan Kebon Jeruk berbatasan dengan Kelurahan
Palmerah di sebelah timur, Kelurahan Srengseng di sebelah barat, Kelurahan Sukabumi Utara di
sebelah Selatan dan Kelurahan Duri Kepa dan Kedoya di sebelah Utara

Awal mula nama Kebon Jeruk berasal dari orang Belanda yang membawa bibit tanaman
jeruk dari negara China ke dalam suatu wilayah yang dihuni oleh masyarakat beretnis Betawi.
Masyarakat Betawi yang menghuni wilayah tersebut menanam bibit-bibit tanaman jeruk di
sebidang lahan. Lalu bibit-bibit yang sudah di tanami tumbuh subur di wilayah tersebut, yang
menjadikan wilayah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai wilayah Kebon Jeruk.

Kebon Jeruk seringkali disebut sebagai pusat lokasi kegiatan entertainment dan
broadcasting. Hal itu ditandai dengan banyaknya perusahaan penyiaran media dan televisi yang
berada di Kebon Jeruk seperti, RCTI, MNCTV, GTV, MNC Studio Internasional, Metro TV, dan Divisi
Gramedia Majalah Kompas Gramedia yang sebagian berlokasi di kelurahan Kebon Jeruk. Oleh
karena itu, kami menjadikan Kelurahan Kebon Jeruk sebagai objek studi kelompok kami. Karena
saat ini, kelurahan kebon jeruk tengah berkembang terutama dalam sektor perekonomiannya
yang ditandai dengan, munculnya perusahaan-perusahaan baru pada kelurahan Kebon Jeruk baik
perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Sehingga kami ingin mengidentifikasi apakah
perusahan-perusahaan baru tersebut muncul karena pengaruh di sekitarnya terdapat perusahaan
besar yang sudah berkembang sejak lama.

Dengan ini, kami akan menganalisis potensi dan permasalahan yang terdapat pada
Kelurahan Kebon Jeruk terutama pada isu yang kami ambil, serta kami akan membandingkan
Rencana Dasar Tata Ruang (RDTR) Kelurahan Kebon Jeruk dengan lokasi eksisting kelurahan
tersebut. Maka, dibutuhkan kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan yang akan kami teliti,
kemudian akan dianalisis untuk menghasilkan potensi dan masalah yang terdapat pada kelurahan
Kebon Jeruk dan keterkaitannya dengan perekonomian di kawasan tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan :

Berikut ini merupakan tujuan kegiatan penelitian yang kami lakukan :

• Dapat mengidentifikasi profil kawasan Kelurahan Kebon Jeruk ditinjau dari aspek
kependudukan, penggunaan lahan, perumahan, sarana dan prasarana, ketersediaan
transportasi, tata bangunan, nilai lahan, ruang terbuka hijau, struktur ruang hingga aspek
perekonomian di kawasan tersebut, baik masa lalu, masa kini dan rencana.

• Dapat menganalisis potensi dan permasalahan kawasan Kelurahan Kebon Jeruk terkait
dengan sepuluh aspek tersebut.

• Dapat menarik kesimpulan dan menghubungkan hasil analisis potensi dan permasalahan
dari kawasan tersebut dan mengaitkannya dengan perekonomian di kawasan Kelurahan
Kebon Jeruk

1.2.2. Sasaran

Berikut ini merupakan sasaran penelitian yang kami lakukan :

 Mengidentifikasi keadaan fisik dasar Kelurahan Kebon Jeruk terkait luas wilayah , batas
wilayah, topografi, kontur tanah dan lain-lain.

 Mengidentifikasi data kependudukan Kelurahan Kebon Jeruk seperti jumlah penduduk,


kepadatan penduduk, angka kelahiran, angka kematian, migrasi penduduk, jumlak
Kartu Keluarga (KK), dan lain-lain.

 Mengidentifikasi penggunaan lahan di wilayah Kelurahan Kebon Jeruk.

 Mengidentifikasikan tata bangunan dan perumahan terkait pemanfaatan bangunan,


intensitas bangunan, keteraturan kavling dan kesesuaian wilayah Kelurahan Kebon
Jeruk dengan RDTR.

 Mengidentifikasi prasarana dan sarana yang terdapat dalam wilayah Kelurahan Kebon
Jeruk.

 Mengidentifikasi sarana dan prasarana transportasi yang terdapat di wilayah


Kelurahan Kebon Jeruk, cakupan pelayanan transportasi dan kepadatan lalu lintas.

 Mengidentifikasi nilai lahan dan status lahan yang terdapat pada wilayah Kebon Jeruk.

 Mengidentifikasi aktivitas perekonomian yang terdapat di wilayah Kelurahan Kebon


Jeruk.

1.3. Ruang Lingkup

Penelitian yang akan kami lakukan memiliki ruang lingkup makro mikro dan substansial sebagai
berikut:

1.3.1. Makro dan Mikro

Gambar 1.1. Letak Geografis Kecamatan Dan Kelurahan Kebon Jeruk


Sumber: hasil olahan kelompok 2020

Dalam lingkup ini lingkungan makro Kelurahan Kebon Jeruk adalah Kecamatan Kebon
Jeruk (berwarna merah), sedangkan dalam lingkup mikro hanya berisi kelurahan kebon jeruk
(ditandai dengan persegi panjang) .

Tabel 1.1. Perbandingan kawasan Makro dan Mikro Kecamatan Kebon Jeruk

Data Kecamatan Kebon Jeruk (makro) Kelurahan Kebon jeruk (mikro)

Letak geografis Perbatasan wilayah Perbatasan wilayah

Barat: Kecamatan Kembangan Barat: Kelurahan Srengseng

Selatan:Kecamatan Kebayoran Lama Selatan: Kelurahan Suka Bumi Utara

Utara: Kecamatan Grogol Utara: Kelurahan Kedoya

Timur: Kecamatan Palmerah Timur: Kelurahan Palmerah

Luas wilayah 17,63 km2 3,69 km2

Jumlah penduduk 350.278 jiwa 64.347 jiwa

Kepadatan penduduk 144.468 jiwa/km2 17.438 jiwa/km2

Sarana & prasarana Dilalui oleh transjakarta rute 8, 8k, dan M8 serta dilintasi 6 angkutan antar kota dengan
transportasi nomor angkutan B03, B04, B17, C13, M11, M24.

49 prasarana kesehatan yang terdiri


5 prasaran kesehatan 1 poliklinik, 1
Sarana & prasarana dari 26 poliklinik, 8 puskesmas, 7
puskesmas, 1 apotek, 1 rumah sakit, dan 1
kesehatan apotek, 6 rumah sakit, dan 2 rumah
rumah bersalin.
bersalin.

29 prasarana pendidikan yang terdiri 4 prasarana pendidikan yang terdiri dari 1


Sarana & prasarana dari 7 sekolah dasar, 7 sekolah sekolah dasar, 1 sekolah menengah pertama,
pendidikan menengah pertama, 4 sekolah 1 sekolah menengah atas dan 1 perguruan

menengah atas, 6 sekolah menengah tinggi


Data Kecamatan Kebon Jeruk (makro) Kelurahan Kebon jeruk (mikro)

kejurusan dan 5 perguruan tinggi

Sarana & prasarana 84 prasarana peribadatan yang terdiri 11 prasarana peribadatan yang terdiri dari 9
peribadatan dari 60 masjid, 20 gereja, dan 4 vihara masjid, dan 2 gereja.

Sumber: Kecamatan Kebon Jeruk dalam angka 2019

1.3.2. Substansial

Lingkup substansial pada studi berkaitan dengan aspek yang ada di Kelurahan Kebon Jeruk,
seperti:
1.3.1.1. Aspek Fisik Dasar Kawasan
Pada aspek ini akan dibahas mengenai kondisi fisik dasar yang terdapat di kelurahan
kebon jeruk, berupa batas administratif pada skala RW, topografi, hidrologi, curah hujan, dan
kondisi lingkungan seperti banjir, dan lain sebagainya.

1.3.1.2. Aspek Kependudukan


Pada aspek ini akan dibahas mengenai data kependudukan di Kelurahan Kebon Jeruk
mencakup jumlah penduduk, pesebaran penduduk, kepadatan penduduk, komposisi usia
penduduk, migrasi, komposisi agama, komposisi mata pencaharian, jenis kelamin, distribusi
penduduk, tren kependudukam selama 10 tahun terakhir.

1.3.1.3. Aspek Penggunaan Lahan


Pada aspek ini akan dibahas mengenai pola penggunaan lahan pada masa kini (eksisting)
dan rencana, luas dan presentase penggunaan lahan pada masa kini dan rencana, ketidak
sesuaian penggunaan lahan serta tren penggunaan lahan selama 5 tahun terakhir.

1.3.1.4. Aspek Tata Bangunan Dan Perumahan


Pada aspek ini akan dibahas mengenai pemanfaatan bangunan, intensitas bangunan
(KDB, KLB, KB), jenis perumahan, keteraturan kavling, dan klasifikasi berdasarkan RDTR (R1-R7).

1.3.1.5. Aspek Ruang Terbuka Hijau


Pada aspek ini akan dibahas mengenai sebaran ruang terbuka hijau yang terdapat di
Kelurahan Kebon Jeruk beserta presentasenya terhadap penggunaan lahan di Kelurahan Kebon
Jeruk.

1.3.1.6. Aspek Sarana Dan Prasarana


Pada aspek ini akan dibahas mengenai jumlah sarana, sebaran dan ketersediaan sarana
yang terdapat di kelurahan kebon jeruk, sedangkan pada aspek prasarana akan dibahas
mengenai kondisi eksisting tiap jaringan utilitas yang ada di Kelurahan Kebon Jeruk.

1.3.1.7. Aspek Transportasi


Pada aspek ini akan dibahas mengenai ketersediaan transportasi umum yang menunjang
mobilitas kependudukan yang tinggal di Kelurahan Kebon Jeruk, serta rencana pengembangan
transportasi yang akan dilakukan di Kelurahan Kebon Jeruk.

1.3.1.8. Aspek Nilai Lahan


Pada aspek ini akan dibahas mengenai nilai lahan di Kelurahan Kebon Jeruk berupa Nilai
lahan dan status lahan yang berlaku di wilayah Kebon Jeruk.

1.3.1.9. Aspek Perekonomian


Pada aspek ini akan dibahas mengenai jenis, luas, skala dan sebaran kegiatan ekonomi
yang terdapat pada Kelurahan Kebon Jeruk.

1.3.1.10. Aspek Struktur Ruang


Pada aspek ini akan dibahas mengenai struktur ruang yang saat ini terdapat di Kelurahan
Kebon Jeruk berupa pusat kegiatan primer, sekunder, maupun tersier yang terdapat di Kelurahan
Kebon Jeruk

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup, dan sistematika
penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI


Bab ini terdiri atas dasar teori-teori penunjang mengenai bahan studi yang terkait.

BAB III METODOLOGI STUDI


Bab ini terdiri dari kerangka pikir dan kerangka analisis seperti kebutuhan data, teknik
pengumpulan data, dan metode analisis.

BAB IV RENCANA KEGIATAN


Bab ini terdiri dari kerangka kerja, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, desain survey,
rencana kegiatan, dan rencana anggaran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Umum

2.1.1. Kawasan Kota

Secara umum kota dapat di definisikan sebagai suatu pemukiman yang relatif besar dan
padat, terdapat berbagai macam individu yang berkumpul dan bermukim disuatu wilayah lalu
melakukan berbagai aktivitas perkotaan. Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
kawasan kota adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman, perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan pemerintah pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
2.1.2. Wilayah

Wilayah dapat didefinisikan sebagai suatu permukaan bumi yang batasannya ditentukan
atas dasar pengertian, batasan dan perwatakan geografis. Menurut Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional. Wilayah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Wilayah Homogen yaitu, wilayah yang memiliki ciri-ciri atau sifat yang sama.
Contohnya : wilayah yang memiliki topografi yang sama, penduduknya beragama dan
budaya yang sama.

2. Wilayah Nodal yaitu, wilayah yang secara fungsional bergantung dengan pusat dan
wilayah yang ada dibelakangnya. Tingkat ketergantungannya dapat dilihat dari arus
penduduk, faktor produksi barang dan jasa, dan transportasi. Contohnya seperti
wilayah Jakarta dan Bodetabek, Jakarta sebagai pusatnya dan Bodetabek sebagai
wilayah dibelakangnya. Pergerakan Bodetabek bergantung pada pusatnya yaitu,
Jakarta.

3. Wilayah Administratif yaitu, wilayah yang batasannya sudah diatur oleh pemerintah.
Contohnya : Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa/Kelurahan.

4. Wilayah Perencanaan yaitu, wilayah yang batasannya didasarkan secara fungsional.

2.1.3. Kecamatan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) kecamatan dapat didefinisikan sebagai suatu
daerah bagian kota yang membawahi beberapa kelurahan dan di pimpin oleh seorang camat.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2018 kecamatan atau yang disebut
dengan nama lain adalah bagian wilayah dari daerah kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.

2.1.4. Kelurahan

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati
oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah
Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) Kelurahan adalah satuan wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangga sendiri. Ciri utama kelurahan adalah kepala kelurahannya
(lurah) sebagai pegawai negeri dan tidak dipilih oleh rakyat.

2.2. Kependudukan

2.2.1 Penduduk

Secara umum penduduk merupakan sekelompok atau sejumlah orang yang menetap di
suatu negara. Adapun pengertian penduduk menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 26
ayat (2) yang berbunyi “Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia”, Sedangkan kependudukan merupakan hal yang berkaitan
dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan,
kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik,
ekonomi, sosial dan budaya.

2.2.2. Laju Pertumbuhan penduduk

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Laju pertumbuhan penduduk adalah Angka yang
menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka
ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Angka pertumbuhan penduduk
merupakan tingkat pertumbuhan penduduk dalam suatu wilayah atau negara dalam kurun
waktu tertentu. Pertumbuhan penduduk dapat diketahui dengan menggunakan rumus
berikut :

Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung menggunakan tiga metode, yaitu aritmatik,
geometrik, dan eksponesial. Metode yang paling sering digunakan di Badan Pusat Statistik
(BPS) adalah metode geometrik.
2.2.2.1. Kepadatan Penduduk Bruto
Kepadatan penduduk bruto adalah hasil perhitungan jumlah penduduk per tahun
dengan satuan jiwa, dan dibagi dengan luas lahan dengan satuan hektar. Perhitungan
kepadatan penduduk bruto dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑃
KPB = 𝐿
Keterangan :
KBP : Kepadatan Penduduk Bruto (Jiwa/Ha)
P : Jumlah Penduduk (Jiwa)
L : Luas wilayah (Ha)
2.2.2.2. Kepadatan Penduduk Netto
Kepadatan penduduk netto adalah hasil perhitungan jumlah penduduk per tahun
dengan satuan jiwa dan dibagi dengan luas lahan terbangun dengan satuan hektar.
Perhitungan ini berfungsi untuk mengetahui penggunaan lahan yang akan digunakan
untuk membangun. Perhitungan kepadatan penduduk netto dapat dirumuskan sebagai
berikut :
𝑃
KPN = 𝐿 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛

Keterangan :
KBN :Kepadatan Penduduk Netto (Jiwa/Ha)
P : Jumlah penduduk (Jiwa)
L : Luas wilayah (Ha)

2.2.3. Kepadatan Penduduk

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk
per satuan luas. Kegunaannya adalah sebagai dasar kebijakan pemerataan penduduk dalam
program transmigrasi. Kepadatan penduduk kasar atau crude population density (CPD)
menunjukkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas wilayah. Luas wilayah
yang dimaksud adalah luas seluruh daratan pada suatu wilayah administrasi. Tingkat
kepadatan penduduk merupakan perbandingan banyaknya jumlah penduduk dengan luas
daerah berdasarkan satuan luas tertentu. Berikut ini merupakan klasifikasi kepadatan
menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).

Tabel 2.1 Klasifikasi Kepadatan Penduduk


Berdasarkan Klasifikasi Luas Wilayah
Klasifikasi
Kepadatan
Rendah Sedang Tinggi Padat
Penduduk
>150 Jiwa/Ha 151-200 Jiwa/ Ha 200-400 Jiwa/ Ha >400 Jiwa/ Ha

Sumber : SNI 03-1733-2004

2.3. Jenis Pengunaan Lahan

2.3.1. Pengertian Lahan

Menurut Saefulhakim (1997) menyatakan bahwa lahan adalah matriks dasar kehidupan
manusia dan pembangunan karena semua aspek kehidupan dan pembangunan baik
langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan.
2.3.2. Penggunaan Lahan

Albert Guttenberg (1959) mengatakan bahwa penggunaan lahan adalah istilah kunci dalam
bahasa perencanaan kota. Secara umum penggunaan lahan dapat dibagi menjadi 2 yaitu,
lahan terbangun dan lahan tidak terbangun.

A. Lahan terbangun dapat dibedakan menjadi :


 Perumahan
 Industri
 Perdagangan dan jasa
 Perkantoran
B. Lahan tidak terbangun
• Kuburan
• Rekreasi
• Transportasi
• Ruang terbuka
• Pertanian

2.4. Lahan dan Bangunan

2.4.1. Koefisien Dasar dan Lantai Bangunan

Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2002 menyatakan bahwa Koefisien Dasar


Bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Sementara itu dalam undang-
undang dan pasal yang sama namun dengan ayat yang berbeda dijelaskan bahwa Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai
bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

2.4.2 Garis Sepadan Bangunan

Garis Sepadan Bangunan adalah garis batas minimal yang membatasi bangunan dengan
batas lahan yang dimiliki, baik itu dengan jalan, tepi sungai, tepi pantai, rel kereta api, jaringan
tegangan tinggi, ataupun bangunan tetangga. Jika GSB tidak dihiraukan, risiko yang ada akan
berdampak ke sekitar lingkungan kita , maka dari itu bagi yang melanggar nya akan dikenakan
sanksi, karena mengancam keselamatan diri sendiri dan juga orang lain. Sanksi yang diberikan
mulai dari peringatan tertulis hingga diterbitkannya surat perintah pembongkaran bangunan dan
dapat pula berupa denda. Khusus untuk DKI Jakarta, besarnya GSB dapat dilihat dalam
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 135 Tahun 2019 Tentang Pedoman Tata Bangunan.

2.5. Perumahan Dan Permukiman

2.5.1. Perumahan

Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 2011 Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai


bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Sedangkan kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.

2.5.2. Permukiman

Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 2011 Permukiman adalah bagian dari lingkungan


hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.

Tabel 2.2. Klasifiksasi Zona dan Sub Zona Rumah


RTRW 2030 RDTR dan Peraturan Zonasi
Kode Kriteria/Karakteristik
Hirarki II Hirarki III Hirarki IV
Hirarki I Provinsi
Kota/Kabupaten RDTR Zonasi

Kelompok rumah yang


ditetapkan oleh
pemerintah sebagai
Sub Zona kawasan yang dilestarikan
Rumah R.1 atau dipertahankan yang
Kampung mempunyai ciri khas dan
bersejarah dan
merupakan bagian dari
kota.

Kawasan Zona Sub zona peruntukan


Kawasan
Peruntukan Perumahan hunian dengan luas persil
Perumahan
Permukiman Kampung Sub Zona lebih kecil atau sama
Rumah Sangat R.2 dengan dari 60m2 (enam
Kecil puluh meter persegi)
dengan tipe bangunan
deret.

Sub zona peruntukan


Sub Zona hunian dengan luas Persil
R.3 lebih besar dari 60 m2
Rumah Kecil
(enam puluh meter
persegi) sampai dengan
RTRW 2030 RDTR dan Peraturan Zonasi
Kode Kriteria/Karakteristik
Hirarki II Hirarki III Hirarki IV
Hirarki I Provinsi
Kota/Kabupaten RDTR Zonasi
150 m2 (seratus lima
pulus meter persegi)
dengan tipe bangunan
deret.

Sub zona peruntukan


hunian dengan luas persil
lebih besar 150 m2
(serratus lima puluh
Sub Zona
R.4 meter persegi) sampai
Rumah Sedang
dengan 350 m2 (tiga ratus
lima puluh meter persegi)
dengan tipe bangunan
deret.

Sub zona peruntukan


hunian dengan luas persil
Sub Zona lebih besar dari 350 m2
R.5
Rumah Besar (tiga ratus lima puluh
meter persegi) dengan
tipe bangunan kopel.

Sub zona dengan


peruntukan sebagai
tempat hunian beserta
Sub Zona fasilitasnya, ketinggian
R.6
Rumah flat bangunan sebesar-
besarnya 4 (empat) lantai
dengan tipe bangunan
kopel.

Sub zona dengan


Sub Zona peruntukan sebagai
R.7
Rumah Susun tempat hunian susun
beserta fasilitasnya.

Zona Sub zona dengan


Perumahan peruntukan sebagai
Vertikal tempat hunian susun
Sub Zona
beserta fasilitasnya yang
Rumah Susun R.8
diperuntukan khusus bagi
Umum
masyarakat
berpenghasilan rendah
(MBR).

Kawasan Kawasan Zona Sub Zona R.9 Sub zona dengan


Peruntukan Perumahan Perumahan Rumah KDB peruntukan hunian KDB
RTRW 2030 RDTR dan Peraturan Zonasi
Kode Kriteria/Karakteristik
Hirarki II Hirarki III Hirarki IV
Hirarki I Provinsi
Kota/Kabupaten RDTR Zonasi
Permukiman Taman KDB Rendah Rendah rendah dengan KDB
Taman setinggi-tingginya 30%
(tiga puluh persen) dan
tipe bangunan
kopel/deret.

Sub zona dengan


peruntukan sebagai
Zona
Sub Zona tempat hunian susun
Perumahan
Rumah Vertikal R.10 beserta fasilitasnya
Vertikal KDB
KDB Rendah dengan KDB setinggi-
Rendah
tingginya 30% (tiga puluh
persen).

Kawasan dengan
peruntukan hunian di
wilayah pulau dengan
KDB setinggitingginya
40%. Tipe bangunan deret
dengan ketinggian
bangunan
setinggitingginya 3 lantai
dan GSP 10 meter.
Zona Sub Zona
Kawasan Kawasan Mencakup seluruh areal
Perumahan di Perumahan R.11
Permukiman Permukiman rataan karang sampai ke
Wilayah Pulau Pulau
garis tubir karang untuk
mengakomodasi
kebutuhan pembangunan
dermaga, areal tambat
labuh angkutan dan kapal
nelayan, serta fasilitas
yang terkait dengan budi
daya laut, perikanan dan
pariwisata.
Sumber: www.dcktrp.jakarta.go.id

2.6. Jaringan Jalan Dan Transportasi

2.6.1. Jaringan Jalan

Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang jalan mendefinisikan jalan adalah prasarana


transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Berdasarkan peranannya jalan di bedakan menjadi :

a. Jalan arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan perjalanan jarak jauh,
kecepatan tinggi serta jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

b. Jalan kolektor, adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul dengan perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi

c. Jalan lokal, adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d. Jalan lingkungan, adalah jalan yang melayani angkutan umum dengan perjalanan jarak dekat
dan kecepatan rendah.

2.6.2. Transportasi Umum

Transportasi umum adalah layanan angkutan umum yang membantu penumpang


berpindah dari suatu tempat ketempat lain. Transportasi umum biasanya disediakan oleh
pemerintah sebagai penunjang aktivitas kota dan dapat memberikan kemudahan aksesibilitas
bagi penduduknya. Transportasi umum berfungsi untuk mengurangi kemacetan dan polusi
udara.

Jika berbicara tentang transportasi umum tidak hanya tentang alat transportasinya saja.
Akan tetapi, juga penyediaan prasarana transportasi agar dapat memberikan kenyamanan bagi
penduduk kota yang ingin menggunakan alat transportasi umum untuk menjalankan kehidupan
sehari-hari.

2.7. Fasilitas Umum

Fasilitas umum adalah sarana maupun prasana dasar yang disiapkan oleh pemerintah
maupun swasta untuk menunjang aktivitas masyarakat setempat. Fasilitas umum sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, tanpa adanya fasilitas umum aktivitas penduduk menjadi
terhambat. Berikut ini merupakan contoh fasilitas umum, seperti tempat ibadah, sekolah,
terminal, rumah sakit, pasar swalayan, mall, dan sebagainya.

2.8. Rencana Kota

2.8.1. Rencana Detail Tata Ruang

Fungsi RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) dan PZ (Peraturan Zonasi) meliputi : (a) sebagai
instrumen pengendalian mutu dalam pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW 2030; (b) menjadi
acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang
diatur dalam RTRW 2030; (c) menjadi acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; (d)
menjadi acuan dalam penerbitan izin pemanfaatan ruang; (e) menjadi acuan dalam penyusunan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)/ Urban Design Guideline (UDGL). Manfaat RDTR
dan PZ meliputi: (a) penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan
lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu; (b) alat operasionalisasi dalam sistem
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat; (c) ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sesuai fungsinya; (d) ketentuan untuk penyusunan program pengembangan kawasan dan
pengendalian pemanfaatan ruang bagi kawasan yang diprioritaskan.

2.8.2. Rencana Tata Ruang dan Wilayah

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 2011 - 2030 yang biasa disebut dengan RTRW 2030 adalah rencana tata ruang wilayah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari rencana tata ruang provinsi, rencana tata
ruang kota administrasi dan kabupaten administrasi.

2.8.3. Zonasi

Zonasi merupakan sistem pembagian suatu daerah menjadi beberapa bagian dengan
memperhatikan tujuan setiap daerah yang dibagi. Menurut UU no 26 tahun 2007, sistem zonasi
digunakan untuk mewujudkan tertibnya penggunaan ruang. Karena seringkali terjadi penyalah
gunaan fungsi kawasaan dari fungsi yang seharusnya.

2.9. Struktur Ruang


Menyesuaikan pada pasal 1 undang‐undang No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang yang
menyebutkan bahwa struktur ruang ialah susunan pada pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Struktur ruang dapat ditinjau
melalui dua aspek penting, yaitu berkaitan dengan kegiatan ekonomi (fokus kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut) dan aspek struktur kota (berkaitan dengan
struktur bangunan serta kependudukan)

2.9.1. Struktur Ekonomi Pada Perkotaan

Kota merupakan tempat terjadinya suatu kegiatan perekonomian yang dilakukan secara
seksama oleh para penduduknya. Kegiatan ini bisa dalam bentuk perdagangan barang maupun
jasa dan tergantung dari kebutuhan pada masing-masing penduduk pada kota mereka tinggali.

2.9.2. Struktur Perkotaan

Aspek-aspek yang dimaksudkan berupa hal‐hal pelengkap selain Pada kegiatan-kegiatan


ekonomi yang dilakukan di dalam lingkungan perkotaan, seperti halnya kependudukan dan pada
fisik bangunannya. Dan pada aspek fisik bangunan pada perkotaan, hal-hal yang dimaksud itu
bisa dapat ditinjau pada penggunaan bangunannya. Fungsi pemetaan dan dari memanfaatkan
disetiap daerah perkotaan. Perkotaan. Pada aspek kependudukan atau demografi kepadatan
penduduk,arus urbanisasi, angka kelahiran, hingga jumlah penduduk berdasarkan umur akan
sangat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan masyarakat yang tinggal didaerah perkotaan.
karena tingkat umur penduduk akan mempengaruhi produktifitas suatu kota. Pertimbangan
komposisi penduduk akan memberi dampak juga terhadap perekonomian suatu kota. Pada
akhirnya keseluruhan aspek yang sudah disebut maka struktur sebuah kota dapat terlihat dan
menggambarkan ciri khas tersendiri dari sebuah kota yang akan selalu dinamis dalam suatu
rentang ruang dan waktu.

2.10. Ruang Terbuka Hijau

Mengikuti pada pasal 1 UU No. 26 Tahun 2007 ruang terbuka hijau (RTH) merupakan area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuhnya tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pada
undang‐undang yang sama, pada pasal 29 menyebutkan ruang terbuka hijau yang terdapat pada
wilayah perkotaan terbagi atas dua jenis yaitu ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau
privat. Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan tersebut harus memiliki luas paling sedikit 30
persen dari luas keseluruhan wilayah kota tersebut.

Tabel 2.3. Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk


Berdasarkan Luas Minimal
Tipe RTH Luas Minimal/Kapita (m2)

Taman Lingkungan 0,5

Pemakaman 1,2

Taman Kota 0,3

Hutan Kota 4,0

Untuk Fungsi-Fungsi Tertentu 12,5


Sumber: Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2008

2.11. Sarana Dan Prasarana

Melihat dari kamus penataan ruang, sarana memiliki makna fasilitas penunjang yang
memiliki fungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi, dan
budaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Sedangkan prasarana ialah perlengkapan
pada fisik-fisik dasar dari suatu daerah ataupun wilayah. Sehingga dapat melakukan kegiatan kota
dengan semaksimal mungkin. mestinya. Dan bentuk prasarana bisa merupakan bangunan atau
benda yang bisa di manfaatkan oleh penduduk stempat yang menempati daaerah tersebut.

Tabel 2.4. Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga


Jumlah
Pen- Kebu- Standar Radius
duduk tuhan Luas (m2/ Penca- Kriteria Lokasi dan
No. Jenis Sarana
Pen- Lahan paian Penyelesaian
dukung Min. (m2) Jiwa) (m)
(Jiwa)

Di tengah kelompok
1. Taman/Tempat Main 250 250 1 100
tetangga

2. Taman/Tempat Main 2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan


Jumlah
Pen- Kebu- Standar Radius
duduk tuhan Luas (m2/ Penca- Kriteria Lokasi dan
No. Jenis Sarana
Pen- Lahan paian Penyelesaian
dukung Min. (m2) Jiwa) (m)
(Jiwa)
lingkungan

Sedapat mungkin
Taman dan Lapangan
3. 30.000 9.000 0,3 berkelompok dengan
Olahraga
sarana pendidikan

Taman dan Lapangan


4. 120.000 24.000 0,2 Terletak menyebar
Olahraga

5. Jalur Hijau 15 Terletak menyebar

Mempertimbangkan
Kuburan/Pemakaman
6. 120.000 radius pencapaian dari
Umum
area yang dilayani
Sumber: SNI 03-1733-198, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

2.11.1. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan sangat dibutuhkan pada suatu daerah ataupun wilayah untuk
menunjang kesehatan masyarakat pada suatu wilayah dan sarana kesehatan merupakan salah
satu sarana yang yang paling penting yang harus ada pada suatu wilayah. Beberapa jenis sarana
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
 Posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia balita;
 Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative) tanpa
perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi;
 Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani ibu
baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia sampai dengan
6 tahun;
 Puskesmas dan balai pengobatan (Klinik Kesehatan), yang berfungsi sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk
dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya;
 Puskesmas pembantu dan balai pengobatan (Klinik kesehatan), yang berfungsi sebagai
unit pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas
dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil;
 Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan
kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa
perawatan; dan
 Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik untuk
penyembuhan maupun pencegahan.

Tabel 2.5. kebutuhan Sarana Kesehatan


Jenis Sarana Radius
No Standar Kouta Lokasi
Kesehatan Pencapaian

Penempatan lokasi di pusat


lingkungan serta dkat dengan
1 Rumah Sakit Umum 120.000 jiwa 3000 meter
sarana pemerintahan dan
pelayanan umum

Pusat lingkungan berdekatan


2 Puskesmas 30.000 jiwa 1500 meter
dengan pelayanan pemerintahan

Rumah Sakit Pusat lingkungan berdekatan


3 10.000 jiwa 2000 meter
Bersalin dengan pelayanan pemerintahan

Di pusat lingkungan masyarakat


Balai Pengobatan/ dan berada di tengah kelompok
4 3.000 jiwa 1000 meter
klinik kesehatan tetangga dan tidak menyebrang
jalan raya

5 Apotik 30.000 jiwa 1500 meter Di tengah-tengah lingkungan

Sumber: SNI 03-1733-2004Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

2.11.2. Sarana Peribadatan


Sarana pribadatan merupakan sarana yang paling penting pada suatu wilayah untuk salah
satu sarana ibadah para penduduk wilayah atau kota tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan
rohani penduduk wilayah tersebut.

Tabel 2.6. Kebutuhan Sarana Peribadatan


Kebutuhan per Satuan
Jumlah Kriteria
Sarana
Penduduk Standard
No Jenis Sarana Luas
Pendukung Luas Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
Lantai min
(jiwa) min (m2) Percakapan Penyelesaian
(m2)

Di tengah
kelompok
tetangga.
100 bila
Dapat
1 Musholla/langgar 250 45 bangunan 0,36 100 m2
merupakan
tersendiri
bagian dari
bangunan
sarana lain
Kebutuhan per Satuan
Jumlah Kriteria
Sarana
Penduduk Standard
No Jenis Sarana Luas
Pendukung Luas Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
Lantai min
(jiwa) min (m2) Percakapan Penyelesaian
(m2)

Di tengah
kelompok
tetanga tidak
menyebrang
2 Masjid Warga 2.500 300 600 0,24 1.000 m2 jalan raya.
Dapat
bergabung
dalam lokasi
balai warga

Dapat
Masjid dijangkau
3 Lingkungan 30.000 1.800 3.600 0,12 dengan
(Kelurahan) kendaraan
umum

Berdekatan
dengan pusat
lingkungan
atau
Masjid kelurahan
4 120.000 3.600 5.400 0,03
Kecamatan sebagai
sarana
berlantai 2
dengan KDB
40%
Kebutuhan per Satuan
Jumlah Kriteria
Sarana
Penduduk Standard
No Jenis Sarana Luas
Pendukung Luas Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
Lantai min
(jiwa) min (m2) Percakapan Penyelesaian
(m2)

tergantung
27ystem tergantung tergantung
Sarana Ibadah
5 kekerabatan/ kebiasaan kebiasaan
agama lain
hirarki setempat setempat
lembaga
Sumber: SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

2.11.3. Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian merupakan salah satu sarana yang penting untuk menunjang
perekonomian penduduk yang bertempat tinggal di wilayah tersebut, dan juga menunjang
bahan- bahan pokok para penduduk wilayah yang mereka tinggali.

Tabel 2.7. Sarana Perekonomian


Kebutuhan per Satuan
Jumlah Kriteria
Sarana
Penduduk Standard
No Jenis Sarana
Pendukung Luas (m2/jiwa)
Luas Lahan Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai
min (m2) Percakapan Penyelesaian
min (m2)

Di tengah kelompok
50 100 (bila
tetangga dapat
1 Toko/warung 250 (termasuk berdiri 0,4 300 m2
merupakan bagian
gudang) sendiri)
dari sarana lain

Dipusat kegiatan
sub lingkungan. KDB
2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m2
40% dapat
berbentuk P&D.

Pusat
Dapat di jangkau
pertokoan +
3 30.000 13.500 10.000 0,33 dengan kendaraan
pasar
umum
lingkungan

Pusat Terletak dijalan


perbelanjaan utama. Termasuk
4 dan niaga 120.000 36.000 36.000 0,3 sarana 28arker
(toko, pasar, sesuai ketentuan
bank, kantor) setempat

Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

2.11.4. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan sangat diperlukan untuk menunjang pendidikan para masyarakat


ataupun penduduk stempat untuk terbentuknya moral, budi pekerti para penduduk ataupun
masyarakat setempat.

Tabel 2.8. Sarana Pendidikan


Kebutuhan per
Satuan Sarana Kriteria
Jenis Jumlah Standard
Luas Luas
No. Sarana Penduduk (𝒎𝟐 /Jiwa) Keterangan
Lantai Lahan Radius Lokasi dan
(Jiwa) penyelesaian
Min. Min. pencapai
𝟐 𝟐 an
(𝒎 ) (𝒎 )

1 Taman 1.250 216 500 0,28𝑚2 /j 500 𝑚′ Di tengah 2 rombongan


kelompok prabelajar @
Kanak- (termas
warga. Tidak 60 murid
kanak uk
menyebrang dapat bersatu
rumah
jalan raya. dengan sarana
penjag
Bergabung lain
a
dengan taman
36𝑚2 sehingga
terjadi
pengelompo-
kan kegiatan.
2 SD 1.600 633 2.000 1,25 1000 𝑚′ Kebutuhan
harus
3 SLTP/ 4.800 2.282 9.000 1,88 1000 𝑚′ Dapat berdasarkan
dijangkau perhitungan
SMP
dengan dengan rumus
kendaraan 2, 3 dan 4.
4 SMA 4.800 3.835 12.500 2,6 3000 𝑚′
umum. Dapat
Disatukan digabung
dengan dengan sarana
lapangan pendidikan
olahraga. lain, mis. SD,
Tidak selalu SMP, SMA
harus di pusat dalam satu
lingkungan komplek
Kebutuhan per
Satuan Sarana Kriteria
Jenis Jumlah Standard
Luas Luas
No. Sarana Penduduk (𝒎𝟐 /Jiwa) Keterangan
Lantai Lahan Radius Lokasi dan
(Jiwa) penyelesaian
Min. Min. pencapai
an
(𝒎𝟐 ) (𝒎𝟐 )

5 Taman 2.500 72 150 0,09 1000 𝑚′ Di tengah


kelompok
Bacaan
warga tidak
menyebrang
jalan
lingkungan.

Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

2.11.5. Prasarana Jalan

Jalan meruapakan prasarana yang penting untuk menunjang aktivitas kendaraan


bermotor dan sebagai perwujudan berjalannya transportasi yang digunakan oleh masyarakat
untuk melakukan perjalanan dari tempat asal ke tempat yang dituju. Jalan meliputi semua
perlengkapan jalan, seperti badan jalan, lampu lalu lintas, trotoar, maupun alat-alat untuk
menunjang jalan dan kendaraan.

Tabel 2.9. Klasifikasi jalan di lingkungan perumahan


GSB
Dimensi pada Daerah
Dimensi dari Elemen-elemen Jalan Min. Ket.
Jalan
Hirarki (m)
Jalan
Perkerasan

Pedestrian
Bahu Jalan

Dawasja
Damaja

Perumahan
Trotoar

Damija
(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

3.0-7.0 1.5-2.0 1.5


Lokal 10.0-
(mobil- (darurat
(pejalan 0.5 13.0 4.0 10.5 -
Sekunder I kaki, 12.0
motor) parkir)
vegetasi,
GSB
Dimensi pada Daerah
Dimensi dari Elemen-elemen Jalan Min. Ket.
Jalan
Hirarki (m)
Jalan
Perkerasan

Pedestrian
Bahu Jalan

Dawasja
Damaja
Perumahan

Trotoar

Damija
(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)
penyan-
dang
cacat
roda)

1.5
3.0-6.0 1.0-1.5 (pejalan
Lokal kaki, 10.0-
(mobil- (darurat vegetasi, 0.5 12.0 4.0 10.0 -
Sekunder II 12.0
motor) parkir) penyanda
ng cacat
roda)

1.2
(pejalan Khusus
Lokal 3.0 0.5
kaki,
(mobil- (darurat vegetasi, 0.5 8.0 8.0 3.0 7.0 Pejalan
Sekunder III motor) parkir) penyanda
ng cacat
Kaki
roda)

Khusus
1.5-2.0
Lingkungan
(mobil- 0.5 - 0.5 3.5-4.0 4.0 2.0 4.0 Pejalan
I
motor)
Kaki

Khusus
1.2 0.51
Lingkungan
(mobil- 0.5 - 0.0- 3.2 4.0 2.0 4.0 Pejalan
II
motor) 12.0 Kaki
Sumber: Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya,
1998
2.11.6. Prasarana Drainase

Drainase merupakan salah satu sarana untuk menunjang kegiatan pada suatu wilayah.
Fungsi dari jaringan drainase ialah untuk mengaliri air hujan yang turun ke tempat resapan
yang sudah disediakan agar tidak menyebabkan banjir ataupun air yang akan menggenangi
wilayah yang tidak semestinya.

Tabel 2.10 Jaringan Drainase


Sarana Prasarana

Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)


Tempat Penerima Air
Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)

Gorong-gorong

Pertemuan saluran

Bangunan terjunan

Bangunan Pelengkap Jembatan

Street inlet

Pompa

Pintu air
Sumber : SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan.

2.11.7. Prasarana Pembuangan Sampah

Prasarana pembuangan sampah adalah elemen wilayah atau kota untuk menunjang
terjadinya pembuangan sampah yang teratur dan tidak menyebabkan sampah terbuang
terbengkalai di suatu daerah ataupun tempat yang tidak diperuntukan untuk membuang
sampah. Dan alat atau prasarananya yaitu seperti bak sampah, gerobak sampah maupun mobil
pengangkut sampah sampai ke tempat pembuangan sampah akhir.
Tabel 2.11. Prasarana Persampahan
Prasarana
Lingkup
Keterangan
Prasarana Sarana
Status Dimensi
Pelengkap

Rumah (5
Tong sampah Pribadi - -
jiwa)

Gerobak
2 m3
RW (2.500 Sampah
TPS Gerobak mengangkut 3x seminggu
jiwa) Bak sampah
6 m3
kecil

Kelurahan
Gerobak
(30.000 2 m3
Sampah Jarak bebas
jiwa)
TPS dengan
TPS lingkungan Gerobak mengangkut 3x seminggu

Bak sampah hunian


12 m3
besar minimal 30
m

Mobil sampah -

Kecamatan
TPS/TPA
(120.000 Bak sampah Mobil mengangkut 3x seminggu
lokasi 25 m3
jiwa) besar

Kota Bak sampah


TPA - -
(>480.000 akhir
Prasarana
Lingkup
Keterangan
Prasarana Sarana
Status Dimensi
Pelengkap
jiwa)
Tempat daur
-
ulang sampah
Sumber : SNI 03-1733-2004, mengenai Tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan.

2.11.8. Prasarana Air Bersih

Air bersih adalah elemen yang penting bagi kehidupan masyarakat dan penduduk karena
semua manusia membutuhkan air bersih untuk kegiatan mereka. Kebutuhan air bersih suatu
wilayah didasarkan pada besarnya jumlah penduduk yang akan dilayani dikali dengan tingkat
kebutuhan air perkapita. Elemen yang harus diperhatikan untuk perancangan jaringan air bersih
di lingkungan perkotaan adalah sebagai berikut:

- Kebutuhan air bersih

- Jaringan air bersih

- Kran umum

- Hidran kebakaran

Tabel 2.12. Standar Pemakaian Air Bersih


Berdasarkan Klasifikasi Nilai Standar
No. Deskripsi Satuan Nilai Standar

Sambungan Rumah L/orang/hari 120-150


Domestik Perpipaan
Hidran Umum L/orang/hari 30
I
Terminal Air m3/unit/hari 2-4
Domestik Non-
Perpipaan
PAH m3/unit/hari 10

Tempat Ibadah m3/unit/hari 1,5-2


II Fasilitas Sosial
Kantor L/karyawan/hari 10-15
No. Deskripsi Satuan Nilai Standar

Sekolah L/murid/hari 10-15

Mesjid m3/unit/hari 2-4

Surau m3/unit/hari 1-1,5

Rumah Sakit L/bed/hari 200-400

Puskesmas m3/unit/hari 0,5-1

Rumah Bersalin/BKIA m3/unit/hari 0,1-0,25

Praktek Dokter me3/unit/hari 0,1-0,25

Bioskop L/t.duduk/hari 5
III Komersial
Hotel L/bed/hari 0,1-0,3

Niaga Besar me3/unit/hari 1,5


IV Niaga
Niaga Kecil me3/unit/hari 1

Industri Besar me3/unit/hari 2-5


V Industri
Industri Kecil me3/unit/hari 1-2

VI Pelabuhan me3/unit/hari 1-2


Sumber: PU Cipta Karya.

2.11.9. Prasarana Jaringan Listrik

Prasarana jaringan listrik sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan ataupun


kegiatan masyarakat dalam melakukan aktivitasnya ataupun melakukan usaha dalam suatu
bidang yang membutuhkan listrik. Listrik saat ini merupakan kebutuhan pokok penduduk kota.
Oleh karena itu, pendistribustian jaringan listrik harus merata dan di dapat didistribusikan
dengan baik ke tempat tinggal masyarakat setempat.
Tabel 2.13 Prasarana Jaringan Jalan
Luas
Jenis Ukuran Ukuran Petak Bangunan Kebutuhan Jumlah Rumah yang Dilayani oleh Gardu
Rumah Rata-Rata Rata-Rata Listrik (watt) (unit)
(m2)

Kecil 100 70 900 1400

Sedang 200 240 900 420

Besar 400 600 1300 100


Sumber: SNI 03-1733-2004

2.12. Perekonomian

Menurut Gilarso (1992:486) “Sistem ekonomi adalah keseluruhan tata cara untuk
mengoordinasikan perilaku masyarakat (para konsumen, produsen, pemerintah, bank, dan
sebagainya) dalam menjalankan kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, investasi, dan
sebagainya) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis, dan kekacauan dapat
dihindari”.

Tabel 2.14. Prasarana Perekonomian

Kebutuhan per
Jumlah Kriteria
Satuan Sarana
Penduduk Standard
No Jenis Sarana
Pendukung Luas Luas (m2/jiwa)
Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Lahan
Percakapan Penyelesaian
min (m2) min (m2)

Di tengah kelompok
50 100 (bila
tetangga dapat
1 Toko/warung 250 (termasuk berdiri 0,4 300 m2
merupakan bagian
gudang) sendiri)
dari sarana lain
Kebutuhan per
Jumlah Kriteria
Satuan Sarana
Penduduk Standard
No Jenis Sarana
Pendukung Luas Luas (m2/jiwa)
Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Lahan
Percakapan Penyelesaian
min (m2) min (m2)

Dipusat kegiatan sub


2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m2 lingkungan. KDB 40%
dapat berbentuk P&D.

Pusat
Dapat di jangkau
peryokoan +
3 30.000 13.500 10.000 0,33 dengan kendaraan
pasar
umum
lingkungan

Pusat
Terletak dijalan
perbelanjaan
utama. Termasuk
4 dan niaga 120.000 36.000 36.000 0,3
sarana 37arker sesuai
(toko, pasar,
ketentuan setempat
bank, kantor)

Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir dan Kerangka Analisis

Dalam penyusunan kerangka pikir dan kerangka analisis yang terdapat dalam proposal
ini,terdapat beberapa jenis metode analisis yang digunakan untuk melengkapi hal tersebut
diantaranya adalah metode kuantitatif (menggunakan model matematis), kualitatif
(menggunakan metode deskriptif), dan komparatif (membandingkan antar data yang dimiliki).

3.1.1. Kerangka Pikir

Lampiran
3.1.2. Kerangka Analisis

Lampiran

3.2. Kebutuhan Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.1. Kebutuhan Data

Data yang dibutuhkan untuk penyusunan proposal merupakan data primer dan data sekunder.

3.2.1.1. Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan survei maupun
wawancara langsung ke lapangan untuk mendapatkan infomasi lapangan secara eksisting , data
yang diambil berupa foto dan observasi wilayah objek studi. Berikut ini merupakan data primer
yang kami butuhkan dalam identifikasi potensi dan masalah yang terdapat pada Kelurahan Kebon
Jeruk :

1. Penggunaan lahan

2. Intensitas bangunan dan perumahan


3. Sarana, prasarana dan utilitas umum

4. Jaringan transportasi

5. Perekonomian

Pemenuhan data primer dilakukan dengan cara observasi langsung kelapangan/survei


dan dapat juga melalui wawancara dengan narasumber seperti, Lurah. Akan tetapi, untuk
pemenuhan data primer di era pandemik dan PSBB ini kurang efisien untuk terjun langsung
kelapangan atau wawancara dengan narasumber. Oleh karena itu, kita hanya dapat
menggunakan data sekunder atau melakukan survei lapangan menggunakan drone.

3.2.1.2. Data Sekunder


Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang dapat diperoleh dengan
mencari dari beberapa sumber seperti media online, literatur akademik, dan sebagainya. Data
sekunder didapatkan melalui pihak kelurahan, kecamatan, Badan Pusat Statistik, dan lain
sebagainya. Berikut ini merupakan data sekunder yang kami butuhkan dalam mengidentifikasi
potensi dan masalah yang terdapat pada Kelurahan Kebon Jeruk :

1. Fisik dasar kawasan

2. Kependudukan

3. Rencana sarana, prasarana dan utilitas umum

4. Rencana transportasi

5. Nilai lahan

Pemenuhan data primer dilakukan dengan cara pencarian pada media online seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), google earth, google maps, climatedata.org, dan lain-lain.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data yang kami lakukan Dalam studi ini.

3.2.2.1. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lokasi
objek studi. Tujuannya untuk memperoleh data‐data yang tidak ada di sumber atau informasi
yang sudah tersedia.Observasi dilakukan baik di wilayah obyek studi langsung maupun disekitar
wilayah obyek studi lain. Observasi diutamakan terhadap penggunaan lahan dan kondisi dari
sarana prasarana yang ada di Kelurahan Kebon Jeruk.

3.2.2.2. Survei Sekunder


Survei sekunder merupakan metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan
secara tidak langsung baik melalui media cetak, media online, literatur akademik, dan
sebagainya.

3.3. Metode Analisis

Analisis adalah proses menguraikan suatu studi objek menjadi komponen-komponen


kecil berdasarkan kategori untuk mendapatkan pemahaman studi objek secara keseluruhan.
Tujuan dilakukan analisis identifikasi potensi dan masalah kawasan Kelurahan Kebon Jeruk
adalah untuk melihat keseluruhan data Kelurahan Kebon Jeruk serta mengidentifikasi topik
yang kami angkat yaitu perkembangan sektor perekonomian di Kelurahan Kebon Jeruk.

Berikut ini merupakan data‐data yang akan dihimpun dalam studi ini :

3.3.1. Input Data

3.3.1.1. Fisik Dasar Kawasan


Data yang dibutuhkan berupa batas administratif (RW), topografi, hidrologi, curah hujan,
dan kondisi lingkungan yang ada di wilayah Kelurahan Kebon Jeruk, data yang akan disampaikan
berbentuk peta dan table.

3.3.1.2. Kependudukan
Data yang dibutuhkan berupa jumlah penduduk, distribusi penduduk,komposisi
penduduk berdasarkan ukuran keluarga, usia, agama,pendidikan, dan mata pencaharian,
kepadatan penduduk, analisis struktur penduduk, rasio ketergantungan, dan tingkat migrasi, dan
tren kependudukan selama 10 tahun terakhir di Kelutrahan Kebon Jeruk. Data yang akan
disampaikan berbentuk tabel dan grafik terlampir.

3.3.1.3. Penggunaan Lahan


Data yang dibutuhkan berupa identifikasi penggunaan lahan, luas dan persentase
penggunaan lahan, tren penggunaan lahan dari tahun 2015 sampai tahun 2019, dan rencana
penggunaan lahan Kelurahan Kebon Jeruk. Data yang akan disampaikan berupa peta, tabel, dan
grafik.

3.3.1.4. Tata Bangunan dan Perumahan


Data yang dibutuhkan berupa pemanfaatan dan bentuk bangunan, intensitas bangunan
(KDB, KLB, KDH) baik secara eksisting maupun rencana, dan garis sepadan (bangunan, sungai),
serta perumahan berdasarkan pelaku pengembangan, konstruksi bangunan, keteraturan kavling,
dan klasifikasinya dalam RDTR (R1‐R7) di wilayah Kelurahan Kebon Jeruk. Data yang akan
disampaikan berupa peta, grafik dan tabel dengan foto‐foto terkait kondisi bangunan.

3.3.1.6 Ruang Terbuka Hijau


Data ruang terbuka hijau (RTH) meliputi RTH menurut topologi, serta sebaran dan
keterhubungan RTH dengan Kelutahan Kebon Jeruk. Data yang akan disampaikan berupa peta,
tabel.

3.3.1.5. Sarana

Data yang dibutuhkan berupa sebaran, jumlah, ketersediaan, dan luas sarana pendidikan,
kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olahraga yang ada di wilayah Kelurahan Kebon Jeruk. Data
yang akan disampaikan berupa peta, grafik dan tabel dengan foto‐foto dari sarana tersebut.

3.3.1.6 Prasarana dan Utilitas Umum


Data yang dibutuhkan berupa rencana dan kondisi eksisting prasarana air minum, air
limbah, drainase, sanitasi, komunikasi, pengolahan sampah, dan kelistrikan di wilayah Kebon
Jeruk. Data yang akan disampaikan berupa peta dan tabel serta foto‐foto yang mendeskripsikan
prasarana dan utilitas tersebut.

3.3.1.7. Transportasi
Data yang dibutuhkan berupa konektivitas makro (lokasi studi dengan kawasan lain di
sekitarnya), konektivitas mikro (sebaran,transit, dan konektivitas moda dan jalur pejalan kaki di
lokasi studi),dan analisis kepadatan lalu lintas di wilayah Kebon Jeruk. Data yang akan
disampaikan berupa peta, grafik dan tabel.

3.3.1.8. Nilai Lahan


Data yang dibutuhkan berupa data harga lahan di Kelurahan Kebon Jeruk, dan status
lahan. Data yang disampaikan berupa peta, dan tabel.

3.3.1.9. Perekonomian
Data yang dibutuhkan berupa jenis, jumlah dan sebaran kegiatan ekonomi di Kelurahan
Kebon Jeruk. Data yang akan disampaikan berupa peta dan tabel.

3.3.1.10. Struktur Ruang


Data yang dibutuhkan berupa struktur ruang eksisting dan rencana dengan perpaduan
antara pusat kegiatan dengan jaringan jalan yang ada di willayah Kelurahan Kebon Jeruk. Data
yang disampaikan berupa peta.

3.3.2. Alat Analisis

Berikut adalah alat atau metode analisis yang kami gunakan dalam studi ini.

3.3.2.1. Metode Analisis Kualitatif


Metode analisis kualitatif merupakan metode analisis yang dilakukan dengan
mempelajari masalah‐masalah dan situasi serta pengaruh proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh dari suatu fenomena. Metode ini menggunakan klasifikasi dan penelitian terhadap
fenomena tersebut dengan menetapkan standar tertentu. Kelompok kami menggunakan metode
analisis kualitatif untuk mengetahui fisik dasar kawasan, nilai lahan, perumahan dan kegiatan
perekonomian yang terdapat di Kelurahan Kebon Jeruk.
3.3.2.2. Metode Analisis Kuantitatif
Metode analisis kuantitatif merupakan suatu metode yang digunakan untuk menghitung
proyeksi pertumbuhan penduduk, intensitas bangunan (seperti : KDB dan KLB), dan kompilasi
data lainnya. Metode analisis ini terdiri dari rumus‐rumus yang digunakan untuk perhitungan
data sehingga informasi yang disajikan berupa hasil angka sebagai penjabaran data.

3.3.2.3. Metode Analisis Komparatif


Metode analisis komparatif merupakan metode analisis yang dilakukan untuk
membandingkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih fakta data dan sifat‐sifat dari
suatu obyek. Pada analisis ini, variabelnya terdiri dari beberapa sampel yang didapatkan dari
survei primer dan sekunder. Kelompok kami menggunakan metode analisis komparatif untuk
membandingkan rencana dan eksisting.

3.3.2.4. Metode Analisis Overlay


Metode analisis overlay merupakan suatu cara menganalisis suatu informasi dalam
bentuk grafis berdasarkan perpaduan berbagai peta individu yang memiliki informasi yang
spesifik. Metode analisis ini menggunakan 2 atau lebih jenis peta yang berbeda.

3.3.3. Output/Hasil Analisis

3.3.3.1. Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan

Analisis aspek fisik dan lingkubfab merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan
kondisi lingkungan pada Kelurahan Kebon Jeruk terkait fisik dasar kawasan, kependudukan, dan
penggunaan lahan beserta vulnerability terhadap bencana alam. Analisis ini juga
membandingkan kondisi lingkungan sekarang ini terhadap RTRW 2030 Kota Jakarta Barat untuk
mengetahui rencana yang dilakukan dalam mengatur daya dukung lingkungan Kelurahan Kebon
Jeruk. Analisis ini menggunakan metode analisis kualitatif, komparatif dan overlay.

3.3.3.2. Analisis Kependudukan


Analisis Pertumbuhan Penduduk Analisis ini berfungsi untuk mengetahui proses
pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kelurahan Kebon Jeruk selama 10 tahun terakhir.
Pertumbuhan penduduk dilihat dari kelahiran, kematian, dan migrasi. Analisis ini menggunakan
metode analisis kuantitatif.

1) Analisis Kepadatan Penduduk Bruto, Analisis kepadatan penduduk menjadi informasi


untuk melihat potensi masalah dari kepadatan penduduk pada Kelurahan Sunter Agung.
Melalui perhitungan kepadatan bruto dengan membagi jumlah penduduk dengan luas
masing‐masing RW, analisis ini bisa menunjukkan perbedaan kepadatan penduduk di
setiap RW. Data yang diperlukan adalah data monografi kelurahan dan jumlah penduduk
di Kelurahan Kebon Jeruk. Analisis ini menggunakan metode analisis kuantitatif.

2) Analisis Kepadatan Penduduk Netto, Analisis kepadatan penduduk netto dapat menjadi
informasi untuk dapat mengetahui potensi masalah di Kelurahan Kebon Jeruk dengan
membagi jumlah penduduk dengan lahan efektif seperti perumahan dan campuran yang
terbangun dan terbagi menjadi per RW. Analisis ini menggunakan data jumlah penduduk
per RW Kelurahan Kebon Jeruk dan data monografi penduduk. Analisis ini menggunakan
metode analisis kuantitatif.

3) Analisis Karakteristik Penduduk, Analisis ini menggunakan data kependudukan


berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, agama, kewarganegaraan, dan rasio
ketergantungan yang dapat menjelaskan karakteristik penduduk di Kelurahan Kebon
Jeruk. Analisis ini menggunakan metode analisis kuantitatif.

3.3.3.3. Analisis Pola Penggunaan Lahan


Analisis pola penggunaan lahan bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan lahan
yang ada di Kelurahan Kebon Jeruk , seperti mayoritas penggunaan lahan. Analisis ini
menggunakan metode analisis kualitatif.

3.3.3.4. Analisis Tren Penggunaan Lahan


Analisis tren penggunaan lahan bertujuan untuk mengetahui perkembangan
penggunaan lahan yang terjadi di Kelurahan Kebon Jeruk dari tahun ke tahun. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan perubahan penggunaan lahan yang terjadi dengan
menggunakan metode analisis deskriptif.
3.3.3.5. Analisis Kesesuaian Bangunan dan Rumah
Analisis kesesuaian penggunaan lahan bertujuan untuk mengidentifikasi KDB, KLB dan
KDH eksisting Kelurahan Kebon Jeruk dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kepadatan
bangunan pada setiap RW. Analisis ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi rumah
eksisting Kelurahan Kebon Jeruk terhadap peraturan daerah dan Rencana Detail Tata Ruang
2030 dengan menggunakan metode analisis komparatif dan overlay.

3.3.3.6. Analisis Persebaran RTH


Analisis persebaran RTH bertujuan untuk mengetahui ketersediaan jumlah RTH yang
tersebar beserta status dan topologinya pada Kelurahan Kebon jeruk dengan metode analisis
kualitatif.

3.3.3.7. Analisis Persebaran Sarana


Analisis persebaran sarana bertujuan untuk mengetahui ketersediaan jumlah sarana
yang tersebar di Kelurahan Kebon Jeruk. Data yang dibutuhkan adalah jumlah sarana pendidikan,
peribadatan, pelayanan umum, kesehatan, perekonomian dan transportasi beserta jumlah
penduduk di Kelurahan Kebon jeruk dengan metode analisis kualitatif dan overlay.

3.3.3.8. Analisis Persebaran Prasarana


Analisis keterjangkauan prasarana bertujuan untuk mengetahui radius keterjangkauan
prasarana dan wilayah yang dicakup dalam Kelurahan Kebon Jeruk . Analisis ini menggunakan
metode analisis kualitatif dan overlay.

3.3.3.9. Analisis Persebaran Jaringan Transportasi


Analisis persebaran jaringan transportasi bertujuan untuk mengetahui jenis moda
transportasi umum yang melewati Kelurahan Kebon Jeruk, jalan jalan yang dilewatinya, serta
pengaruh yang diberikan pada lokasi‐lokasi yang berdekatan dengan akses transportasi umum.
Data berupa rute‐rute transportasi umum yang melewati Kebon jeruk dengan penggunaan
lahan eksisting kawasan. Analisis ini menggunakan metode analisis kualitatif dan overlay.
3.3.3.10. Analisis Ketersediaan Transportasi
Analisis ketersediaan transportasi bertujuan untuk mengetahui ketersediaan dari
prasarana transportasi umum seperti jalan raya, pedestrian, halte bis, zebra‐cross dan jembatan
penyebrangan untuk orang, lokasi dan alasannya. Kondisi ini dinilai dari indikator yang akan
diberikan pada masing masing prasarana transportasi. Analisis ini menggunakan metode
analisis kualitatif.

3.3.3.11. Analisis Kepadatan Lalu Lintas


Analisis kepadatan lalu lintas membahas mengenai tingkat kapasitas jalan di Kelurahan
Kebon Jeruk dan potensi permasalahannya. Analisis ini menggunakan metode analisis
kuantitatif, komparatif dan overlay.

3.3.3.12. Analisis Kondisi Nilai Lahan


Analisis kondisi nilai lahan memerlukan data berupa nilai lahan yang diambil dari
website Bhumi.atr.bpn lahan yang diamati adalah perumahan dan komersial yang berada
dikelurahan dengan tujuan untuk mengetahui nilai lahan dan status eksisting pada Kelurahan
Kebon Jeruk dengan metode analisis kualitatif dan komparatif.

3.3.3.13. Analisis Kondisi Kegiatan Perekonomian


Analisis kondisi kegiatan perekonomian membahas kegiatan perekonomian apa saja
yang terdapat di Kelurahan Kebon Jeruk dan bagaimana kondisi dari kegiatan perekonomian
berdasarkan seberapa besar skala pelayanan yang dapat diberikan dan pengaruh dari
keberadaannya bagi kelurahan. Analisis ini menggunakan metode analisis kualitatif.

3.3.3.14. Analisis Struktur Ruang


Analisis struktur ruang membahas titik‐titik pusat kegiatan pada suatu kota yang
berdampak pada mobilitas penduduk Kelurahan Kebon Jeruk. Analisis ini menggunakan metode
analisis kualitatif dan overlay.
BAB IV
RENCANA KEGIATAN

4.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan (Kerangka Kerja)

Berikut adalah tahapan pelaksanaan kegiatan atau kerangka kerja dalam studi ini.

4.1.1. Kerangka Kerja

Tabel 4.1 Kerangka Kerja


Jenis Tahapan Pekerjaan

Persiapan 1. Perizinan : Kantor Kelurahan Kebon Jeruk


2. Penyusunan Kerangka Kerja Tim
3. Penyusunan Struktur Organisasi
4. Penyusunan Jadwal Rencana Kegiatan Tim
5. Penyusunan Rencana Anggaran Tim
6. Peta Dasar Kelurahan
7. Survei Fisik Kelurahan
8. Penyusunan Proposal

Kompilasi Data 1. Pengumpulan Data Sekunder


a) RDTR Kecamatan Kebon Jeruk tahun 2030
b) Data Kecamatan Kebon Jeruk dalam Angka
c) Laporan Tahunan Kelurahan Kebon Jeruk
2. Pengamatan Kondisi Eksisting Kelurahan Kebon Jeruk
a) Penggunaan Lahan
b) Intensitas Bangunan
c) Sarana dan Prasarana
d) Transportasi
e) Kondisi Sosial Ekonomi
3. Pengumpulan Data Primer : Data Hasil Survey Lapangan
4. Penyusunan data berdasarkan masing- masing sektor
5. Mengelola data dalam bentuk angka, grafik, tabel maupun
peta
6. Menampilkan data pada laporan akhir
Jenis Tahapan Pekerjaan

Analisis 1. Menganalisisi data-data yang telah diolah pada bab


sebelumnya.
2. Menemukan potensi dan masalah yang terdapat di
kelurahan Kebon Jeruk
3. Memberikan saran dan kesimpulan atas potensi dan
masalah yang terdapat di Kelurahan Kebon Jeruk

4.1.2. Kerangka Pikir

Terlampir
4.1.3. Kerangka Desain

Terlampir

4.2. Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan

Struktur organisasi yang kami buat untuk menyelesaikan kegitan identifikasi mengenai
potensi dan masalah di Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat.

Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi

Ketua

Wakil Ghaby

Robby

Transportasi
Bendahara Sekretaris

Miracle Robby
Alivia
Steven
Deskripsi pekerjaan dalam struktur organisasi:

 Ketua :

Memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan kelompok demi terselesaikannya
kegiatan identifikasi mengenai potensi dan permasalahan di Kelurahan Kebon Jeruk,
Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
 Wakil Ketua :

Bertanggung jawab atas kegiatan kelompok bila ketua sedang berhalangan hadir, dan
membantu tugas ketua kelompok.
 Sekretaris :

Mencatat hal‐hal penting selama kegiatan identifikasi berlangsung.


 Bendahara :

Mengatur dan mencatat anggaran yang diperlukan selama kegiatan identifikasi


berlangsungg
 Transportasi :

Bertanggung jawab atas transportasi selama survey langsung dilakukan.

Gambar 4.3. Pembagian Tugas ( Job Desk )

Ghaby Sava Aulanda


Alivia Putri Winata
 Fisik Dasar dan Robby Alghi Fary
 Tata Bangunan
Lingkungan  Kependudukan
Dan Perumahan
 Prasarana dan  Trasnportasi
 Struktur Ruang
Utilitas Umum

Miracle Tjiabrata
Steven
 Penggunaan lahan
 RTH
 Perekonomian
 Sarana
 Harga Lahan
4.2. Jadwal Kegiatan

Susunan jadwal kegiatan kelompok kami dalam melakukan penelitian tersusun dalam
tabel berikut.

Tabel 4.3. Jadwal Kegiatan


No. Keterangan September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengurusan Surat Izin
2 Pembuatan Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Survey
5 Penyusunan Kompilasi Data
6 Presentasi/UTS
8 Analisis Data
9 Penyusunan Laporan
Penyusunan Executive
10
Summary
11 Kritik
12 Presentasi/UAS

14 Pengumpulan Laporan Akhir

Pengumpulan Executive
15
Summary
4.4. Rencana Anggaran

Dalam kegiatan penelitian ini kami memiliki rencana anggaran yang berisi rincian
pemasukan dan pengeluaran anggaran kelompok yang akan digunakan untuk penyelesian tugas
ini, berikut riniciannya:

4.2.1. Pemasukan Anggaran

a. Uang Kas Mingguan


 5 orang x Rp.15.000 x 15 minggu = Rp. 1.125.000
Total pemasukan = Rp.1.125.000

4.2.2. Pengeluaran Anggaran

a. Laporan
 Print Laporan = Rp. 100.000
 Jilid = Rp. 5.000

b. Peta
 Print peta UTS
(50 LEMBAR X Rp. 3.000) = Rp. 150.000
Jilid = Rp. 5.000
 Print Peta UAS = Rp. 150.000
Jilid = Rp. 5.000
 Buku data Peta Final
Print A3 Warna
(10 lembar x Rp 2.000) = Rp. 20.000
Jilid = 5.000

 Executive summary
Art carton A3 BB/C
(1 halaman x Rp. 10.000 x 2 rangkap) = Rp. 20.000
Art Paper A3 BB/C
(5 Halaman x Rp. 8.000 x 2 rangkap = Rp. 80.000

c. Biaya transportasi = Rp. 200.000


d. Biaya tak terduga = Rp. 90.000
e. Drone / lain-lain = Rp. 250.000

Total pengeluaran = Rp 1.110.000

Anda mungkin juga menyukai