Anda di halaman 1dari 8

Nama : Jihan Fadillah Sari Junus

Stambuk : D 101 17 165


MK : Perancangan Peraturan Perundang-undangan

Tugas 3

1. Sebutkan 3 macam Rancangan Undang-undang!


Jawab :
 Naskah Akademis
 Naskah Politis
 Naskah Yuridis

2. Apa yang dimaksud dengan Naskah Akademis ?


Jawab :
Naskah Akademis adalah Naskah yang dapat di pertanggung jawabkan secara
ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan,
sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah
pengaturan Rancangan peraturan perundang-undangan

3. Apa tujuan disusun Naskah Rancangan Akademis?


Jawab :
Naskah Rancangan Akademis disusun sebagai hasil kegiatan penelitian yang
bersifat Akademis sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang
rasional, kritis, objektif, dan impersonal

4. Sebutkan Prinsip-prinsip yang digunakan dalam menyusun Naskah Rancangan


Akademis!
Jawab :
Prinsip yang digunakan dalam menyusun Naskah Rancangan Akademis yaitu
ilmu pengetahuan yang rasional, kritis, objektif, dan impersonal
5. Mengapa status Naskah Akademis harus dibedakan dari pengertian Naskah
Rancangan politik?
Jawab :
Karena terdapat beberapa kemungkinan gagasan normatif, para perumus
Rancangan Akademis harus dapat menggambarkan adanya berbagai alternatif
rumusan yang mungkin dipilih oleh pemegang otoritas politik undang-undang
itu.

6. Sampai kapan Rancangan undang-undang masih dikatakan bersifat Akademis?


Jawab :
Rancangan undang-undang masih dikatakan bersifat Akademis sampai
menjelang dikirimkannya undang-undang tersebut secara resmi dengan surat
Presiden kepada DPR. Pemerintah masih bisa mengubah Rancangan tersebut
sebelum dikirim resmi ke DPR, selama proses perubahan masih dapat
dilakukan dilingkungan pemerintah maka status Rancangan undang-undang
masih disebut sebagai Naskah Akademis.

7. Bagaimana bentuk dari Rancangan Undang-Undang sebagai Naskah Akademis?


Jawaban:
Bentuknya tidak harus sama dengan bentuk atau format Rancangan Undang-
Undang yang sudah resmi dibahas di DPR. Perumusan norma hukum yang
menjadi isinya juga dilengkapi.

8. Mengapa perumusan Naskah Akademis kadang dikatakan belum bersifat final?


Jawaban:
Karena dalam hal terkait dengan ragam pendapat akademis, kadang-kadang
rancangan akademisnya menawarkan alternatif rumusan normatif secara apa
adanya, sehingga rumusannya belum bersifat final.
9. Kapan Rancangan undang-undang yang disusun dan dipersiapkan oleh badan legislasi
DPR dikatakan resmi?
Jawab :
Rancangan undang-undang yang disusun dan dipersiapkan oleh badan legislasi
DPR dikatakan resmi menjadi undang-undang apabila telah disetujui oleh
DPR sebagai lembaga pembentuk undang-undang.

10. Kapan Rancangan Undang-undang berubah menjadi Naskah politik?


Jawab :
Rancangan Undang-Undang berubah menjadi Naskah politik setelah Naskah
Akademis Rancangan Undang-Undang diputuskan oleh pemegang otoritas
politik menjadi Rancangan Undang-Undang yang resmi.

11. Sebutkan sumber Rancangan undang-undang!


Jawab : Presiden/pemerintah dan DPR

12. Rancangan Undang-undang yang berasal dari inisiatif presiden/pemerintah ataupun


dari inisiatif DPR harus dibahas secara bersama” oleh DPR melalui dua tingkat
pembicaraan di DPR, sebutkan kedua tahap pembicaraan tersebut!
Jawab :
 Pembicaraan tingkat I, dalam Rapat Komisi, Gabungan Komisi, Rapat Badan
Legislasi, Rapat Panitia Anggaran, atau Rapat panitia Khusus
 Pembicaraan tingkat II dalam Rapat Paripurna

13. Jelaskan urutan kegiatan dalam rangka pembicaraan tingkat I, menurut ketentuan
Pasal 137 Peraturan Tata Tertib DPR-RI!
Jawab :
Urutan kegiatan dalam rangka pembicaraan Tingkat I yang dimaksud di
atas, menurut ketentuan Pasal 137 Peraturan Tata Tertib DPR-RI, mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
 Tanggapan atas Usul Rancangan:
⁃ Pandangan dan pendapat Fraksi-fraksi atau pandangan dan pendapat
Fraksi-Fraksi dan DPD apabila Rancangan Undang-Undang berkaitan
dengan kewenangan DPD, untuk Rancangan Undang-Undang yang
berasal dari Presiden; atau
⁃ Pandangan dan pendapat Presiden atau pandang- an dan pendapat
Presiden beserta DPD apabila Rancangan Undang-Undang dimaksud
berkaitan dengan kewenangan DPD, untuk Rancangan Undang-
Undang yang berasal dari DPR.
 Tanggapan Presiden atas Pandangan dan Pendapat sebagaimana dimaksud
diatas atau tanggapan Pimpinan alat kelengkapan DPR yang membahas
Rancangan Undang-Undang terhadap pandangan dan pendapat
sebagaimana dimaksud diatas.
 Pembahasan Rancangan Undang-Undang oleh DPRdan Presiden
berdasarkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM).

14. Bagaimana jika Rancangan Undang-Undang tidak mendapat persetujuan bersama


oleh DPR dan Pemerintah?
Jawab :
Jika Rancangan Undang-Undang tidak mendapat persetujuan bersama, maka
Rancangan Undang-Undang itu tidak dapat diajukan lagi dalam persidangan
DPR masa itu.

15. Bagaimana jika Rancangan Undang-Undang telah mendapat persetujuan bersama oleh
DPR dan Pemerintah?
Jawab :
Jika Rancangan Undang-Undang telah mendapat persetujuan bersama, maka
pimpinan Rapat DPR menetapkan untuk disahkan menjadi undang-undang.

16. Berapa lama maksimal waktu bagi presiden untuk mengesahkan suatu Undang-
undang menurut Pasal 20 ayat 5 UUD 1945?
Jawab :
Pasal 20 ayat (5) UUD 1945, dalam waktu 30 hari semenjak dicapainya per-
setujuan bersama itu di forum Rapat Paripurna DPR-RI, maka Rancangan
undang-undang itu sah berlaku sebagai undang-undang, dan wajib
diundangkan oleh Menteri yang memegang tanggungjawab atas tindakan
adminis trasi pengundangan.

17. Bagaimana jika dalam pengetikan kembali Naskah Undang-Undang terjadi "Clerical
Error" yang kemudian dapat mengubah makna dari salah satu pasal?
Jawab :
Apabila terjadi Clerical Error maka hal tersebut dapat dijadikan alasan untuk
pembatalan kembali sebagai Undang-Undang, karena bertentangan dengan
Undang-Undang 1945.

18. Apakah pengesahan materiil dan pengesahan formil harus terpenuhi terlebih dahulu
sebelum pengesahan Undang-Undang dapat terjadi?
Jawab :
Dalam proses pengesahan Undang-Undang, berlaku prinsip "wet in materiele
zin" prinsip tersebut menjelaskan bahwa Naskah Rancangan Undang-Undang
yang sudah disepakati bersama secara material dpt dapat dianggap sudah
menjadi Undang-Undang. lalu kemudian, dilakukan pengesahan formil oleh
presiden untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang menjadi Undang-
undang. Unsur formil dalam hal ini pengesahan oleh presiden, jika tidak
dilakukan dlm waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak persetujuan bersama,
maka Rancangan Undang-undang itu sah menjadi Undang-Undang dan wajib
diundangkan sebagaimana mestinya.

19. Bagaimanakah peran Naskah Akademis terhadap Rancangan Undang-Undang?


Jawab :
Naskah Akademis berperan penting terhadap perancangan Undang-Undang
karena untuk memberikan gambaran mengenai penelitian ilmiah yang
mendasari unsur perancangan setiap Undang-Undang yang kelak akan di
ajukan dan di bahas di DPR.

20. Apa yang dimaksud Naskah Politis?


Jawab :
Naskah Politis adalah Naskah Akademis yang di sebut Naskah politis setelah
diputuskan oleh pemegang otoritas menjadi Rancangan undang-undang yang
resmi. Maka sejak itu berubahlah status Rancangan undang-undang itu
menjadi Naskah politik (political draft).

21. Apa yang dimaksud Naskah Yuridis?


Jawab :
Yang dimaksud Naskah Yuridis adalah Rancangan yang sudah bernilai juridis.

22. Mengapa status Naskah Rancangan Akademis atau “academic draft” harus di bedakan
dari pengertian Naskah Rancangan politik atau “political draft”?
Jawaban:
Karena terdapat beberapa kemungkinan gagasan normatif, para perumus
Rancangan Akademis harus dapat menggambarkan adanya berbagai alternatif
rumusan yang mungkin di pilih oleh pemegang otoritas politik atas Rancangan
Undang-Undang itu.

23. Mengapa dikatakan sangat penting adanya rancangan atau naskah akademis dalam
tiap perancangan undang-undang?
Jawab :
Karena dengan adanya Rancangan atau Naskah Akademis dalam tiap
perancangan undang-undang dapat dikatakan sangat penting untuk
memberikan gambaran mengenai hasil penelitian ilmiah yang mendasari usul
rancangan setiap undang-undang yang kelak akan diajukan dan dibahas di
DPR.

24. Bagaimana apabila naskah rancangan undang-undang sudah difinalkan, tetapi belum
dikirim secara resmi dengan surat pengantar Presiden kepada Pimpinan DPR. Apakah
rancangan tersebut masih dapat diubah? Jelaskan.
Jawab :
Ya, Karena rumusan Rancangan Undang-undang itu masih berada di dalam
lingkup tanggung jawab internal pemerintah. Selama belum dikirim secara
resmi, pemerintah tetap dapat mempertimbangkan berbagai kemungkinan
penyempurnaan kembali atas rumusan rancangan undang-undang itu sebagai
hasil kerja tim antar departemen.
25. Sebutkan dua jenis Rancangan Akademis!
Jawab :
Rancangan Akademis dibedakan menjadi dua yaitu, Naskah Akademis
Pertama (The First academic draft) dan Naskah Akademis kedua (the second
of academic draft).

26. Apa dasar pemegang kewenangan mengambil keputusan untuk menentukan


diterimanya rancangan undang-undang sebagai rancangan undang-undang yang
bersifat resmi?
Jawab :
Pengambilan keputusan oleh pemegang kewenanangan untuk menentukan
diterimanya rancangan undang-undang itu sebagai rancangan undang-undang
yang bersifat resmi didasarkan atas sikap politik tertentu.

27. Jelaskan bagaimana status rancangan undang-undang menjadi resmi sebagai Naskah
Politik apabila rancangan tersebut datang dari presiden?
Jawab :
Jika rancangan undang-undang berasal dari Presiden, maka sejak Presiden
secara resmi mengirimkan rancangan undang-undang itu kepada DPR dengan
surat resmi yang biasa disebut dengan “ampres” (amanat presiden), maka
sejak saat itu, status rancangan undang-undang itu resmi menjadi sebagai
Naskah Politik (Political draft).

28. Jelaskan bagaimana status rancangan undang-undang menjadi resmi sebagai Naskah
Politik apabila rancangan tersebut datang dari inisiatif DPR?
Jawab :
Jika rancangan undang-undang itu berasal dari inisiatif DPR, maka rancangan
itu menjadi resmi sebagai Naskah Politik (political draft) yaitu sejak Pimpinan
DPR-RI mengirimkan rancangan itu secara resmi kepada Presiden.

29. Naskah rancangan undang-undang yang telah mendapat persetujuan bersama harus
diketik ulang di Sekretariat Negara sebelum disahkan oleh Presiden dengan cara
mebubuhkan tanda tangan dibagian akhir naskah undang-undang itu. Sebutkan
masalah yang dapat timbul dalam pengetikan kembali naskah tersebut!
Jawab :
1. Hasil pengetikan ulang itu dapat berbeda dari naskah asli rancangan
undang-undang yang telah disetujui bersama di forum DPR.
2. Dapat saja ditemukan hal-hal yang bersifat “clerical error” yang secara
hokum tidak mempunyai arti dan pengaruh apa-apa atau hal-hal yang
merupakan kekeliuran dalam perumusan redaksional tetapi secara hokum
dapat menimbulkan persoalan yang serius.

30. Sebutkan waktu pengesahan rancangan undang-undang menurut pasal 123 Peraturan
Tata Tertib DPR!
Jawab :
Menurut Pasal 123 Peraturan Tata Tertib DPR, rancangan undang-undang
yang sudah disetujui bersama antara DPR dan Presiden, paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi
undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai